Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN PAJAK

Dosen Pengampu:
Ahmad Siddiq Ridha, M.Kn

Disusun Oleh:

1. Tri Yolanda (2111120036)


2. Ramadhan Syaputra (2111120086)
3. Roges Vin (2111120053)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOEKARNO

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah Hukum Perpajakan, dengan judul: “Pengertian Dan
Kedudukan Pajak”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Bengkulu, 30 Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Dan Hukum Pajak .................................................... 2


B. Pengertian Hukum Pajak ...................................................................... 3
C. Kedudukan Hukum Pajak..................................................................... 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 8
B. Saran ..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara untuk
kepentingan rakyat dalam bidang kesejahteraan, keamanan, pertahanan
yang bertujuan untuk meningkatkan pembangunan nasional dan
pemerintahan, dalam arti sebagai pelaksanaan dan peningkatan
kesejahteraan dan pembangunan serta menumbuhkan peran serta
masyarakat Pelaksanaan penerimaan negara dari sektor pajak yang
bersumber dari kekayaan alam saat ini semakin berkurang mengingat
sudah semakin terbatas dan tidak dapat diperbaharui, untuk itu pemerintah
berkewajiban mencari sumber penerimaan diluar kekayaan alam.
Pajak saat ini sangat penting dalam hal yang terjadi dalam kegiatan
ekonomi dan semuanya sangat relevan ketika adanya sebuah pajak dalam
segala aspek kehidupan. Pajak sangat benar dibutuhkan agar adanya timbal
balik sebuah kewajiban masyarakat untuk bisa membayar iuran kepada
negara yang dituliskan dalam UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1)
yang menjelaskan pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Pajak
2. Apa Definisi Hukum Pajak ?
3. Bagaimana Kedudukan Pajak ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak
Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang
Undang dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat
ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (routine)
dan pembangunan.1
Secara umum pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada
mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa
berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-
barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Undang-Undang No. 28 tahun 2007, pajak merupakan kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak menurut M.J.H. Smeets dalam bukunya De Economische
Betekenis der Belastingen, 1951 mendefinisikan pajak:2 “Pajak adalah
prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum,
dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat
ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah”.
Rochmat Soemitro memberikan pengertian pajak ditinjau dari segi
hukum sebagai berikut:3 “Perikatan yang timbul karena undang-undang
yang mewajibkan seseorang yang memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh UU (TATBESTAND) untuk membayar sejumlah uang

1
Tunggul Anshari Setia Negara, Pengantar Hukum Pajak, (Malang:Bayu Media, 2005),
hlm.8
2
Atep Adya Barata, Meminimalisasi dan Menghindari Sengketa Pajak &Bea Cukai, (PT.
Elex Media Komputindo, 2003), hlm.15
3
Rochmat Soemitro, Pengantar Singkat Hukum Pajak, Eresco, (Bandung: Eresco, 1987),
hlm.12-13

2
kepada (kas) negara, yang dapat dipaksakan, tanpa mendapatkan suatu
imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk, yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara (rutin dan pembangunan)
dan digunakan sebagai alat (pendorong, penghambat) untuk mencapai
tujuan di luar bidang keuangan.”
B. Pengertian Hukum Pajak
Hukum pajak adalah hukum yang bersifat public dalam mengatur
hubungan negara dan orang/badan hukum yang wajib untuk
membayar pajak.
Selain itu, hukum pajak diartikan sebagai keseluruhan dari peraturan-
peraturan yang mencakup tentang kewenangan pemerintah untuk
mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada
masyarakat melalui uang/kas negara. Sehingga ia menjadi bagian hukum
publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan
orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar
pajak (yang sering disebut wajib pajak).
Hukum pajak dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Hukum pajak formal adalah hukum pajak yang memuat adanya
ketentuan-ketentuan dalam mewujudkan hukum pajak material
menjadi kenyataan. Contoh: UU KUP, UU PPSP.
2. Hukum pajak material adalah hukum pajak yang memuat tentang
ketentuan-ketentuan terhadap siapa yang dikenakan pajak dan siapa
yang dikecualikan dengan pajak serta berapa harus dibayar. Contoh:
UU PPh, UU PPN dan PPnBM, UU PBB, UU Bea Meterai
Selain itu, hukum pajak juga merupakan bagian dari hukum
publik. Hal ini disebabkan karena hukum pajak mengatur hubungan
antara pemerintah dengan wajib pajak atau warga negara.
Meski demikian, walaupun hukum pajak merupakan bagian
dari hukum publik, tetapi hukum pajak juga banyak berkaitan
dengan hukum privat, yakni hukum perdata. Hal ini dikarenakan hukum
pajak banyak berkaitan dengan materi-materi perdata seperti kekayaan

3
seseorang atau badan hukum yang diatur dalam hukum perdata namun
menjadi salah satu objek dalam hukum pajak.
Apabila berkeinginan untuk mengetahui tujuan hukum pajak, maka
sebelumnya perlu diketahui tujuan hukum secara umum sebagai landasan
bagi hukum pajak. Secara umum, tujuan hukum telah banyak
dikemukakan oleh para ahli, seperti Aristototeles dalam bukunya Retorika,
yang menganggap bahwa hukum bertujuan untuk menciptakan keadilan.
Selain untuk mencapai keadilan, menurut para ahli lainnya, hukum
bertujuan untuk menciptakan ketertiban, kepastian hingga untuk mencapai
kebahagian.4
Tujuan hukum pajak secara umum, adalah menciptakan keadilan di
dalam pemungutan pajak yang dilakukan oleh penguasa (negara) kepada
masyarakat sebagai wajib pajak. Bahwa nilai adil di setiap negara dalam
pemungutan pajak berbeda, di Jepang pegawai negeri dibebaskan dari
pajak pendapatan karena di pandang adil, sebab pegawai negeri telah
langsung menyumbangkan tenaga dan pikiran kepada pemerintah. Di
dalam melakukan pemungutan pajak, keadilan merupakan hal yang sangat
sulit dalam praktek pelaksanaannya, tetapi dengan adanya asas-asas yang
menjiwai setiap hukum pajak, diharapkan pemungutan pajak dapat
dilakukan secara baik dan tepat (proposional).
Menurut Ahmad Azhar Basjir sebagaimana dikutip Mustaqiem,
konsep adil, adalah sangat simple ialah: menempatkan sesuatu pada
tempatnya. Sedangkan keadilan adalah sifat (perbuatan atau perlakuan)
yang adil. Jadi keadilan pajak adalah sifat (perbuatan atau perlakuan) yang
tidak sewenang-wenang atau tidak berat sebelah atas sistem perpajakan
yang berlaku. Lalu, bagaimana dengan keadilan membayar pajak? Ketika
seseorang tidak bayar pajak padahal menikmati fasilitas umum yang
dananya dari pajak, tentu menjadi tidak adil.

4
Mustaqiem, Perpajakan Dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia,
(Yogyakarta: Litera, 2014), hlm. 34

4
Orang yang tidak bayar pajak pastinya akan melukai rasa keadilan.
Sehingga aspek keadilan pajak tentu menjadi pekerjaan rumah pemerintah
untuk memberikan pemahaman dan menanamkan dalam hati sanubari
setiap orang.
C. Kedudukan Hukum Pajak
Hukum dibagi menjadi dua yaitu hukum perdata dan hukum
publik, hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antara
orang pribadi yang satu dengan yang lain. Hukum perdata dapat dibagi
menjadi hukum perorangan (personenrecth), hukum keluarga
(familierect), hukum warisan, dan hukum harta kekayaan.
Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara
penguasa dengan warganya. Yang termasuk kedalam hukum public ini
adalah hukum tata Negara, hukum administrasi (hukum tata usaha),
hukum pajak, dan hukum pidana.
Hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik, yang
mengatur hubungan antara penguasa sebagai pemungut pajak dengan
rakyat sebagai pembayar pajak (wajib pajak). Namun menurut Santosos
Brotodihardjo yang termasuk kedalam hukum publik ini antara lain:
hukum tata Negara, hukum pidana, dan hukum administrasi, sedangkan
hukum pajak merupakan anak bagian dari hukum administrasi ini,
sekalipun ada yang menghendaki (antara lain: Prof. Andriani) supaya pada
hukum pajak diberikan tempat tersendiri di samping hukum administrasi
(otonomi hukum pajak) karena hukum pajak juga mempunyai tugas yang
bersifat lain dari pada hukum administrasi pada umumnya., yaitu hukum
pajak juga dipergunakan sebagai alat untuk menentukan politik
perekonomian. Lagi pula hukum pajak umumnya mempunyai tata tertib
dan istilah-istilah tersendiri untuk lapangan pekerjaan.5
Dalam mempelajari bidang hukum, berlaku apa yang disebut Lex
Specialis Derogat Lex Generalis, yang artinya peraturan khusus lebih
diutamakan dari pada peraturan umum atau jika sesuatu ketentuan belum

5
Erly Suandy, Hukum Pajak, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), h.1.

5
atau tidak diatur dalam peraturan khusus, maka akan berlaku ketentuan
yang diatur dalam peraturan umum. Dalam hal ini peraturan khusus adalah
hukum pajak, sedangkan peraturan umum adalah hukum publik atau
hukum lain yang sudah ada sebelumnya.
Hukum pajak menganut paham imperatif, yakni pelaksanaannya
tidak dapat ditunda. Misalnya dalam hal pengajuan keberatan, sebelum ada
keputusan dari Direktur Jendral Pajak bahwa keberatan tersebut diterima,
maka wajib pajak yang mengajukan keberatan terlebih dahulu membayar
pajak, sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berbeda denang hukum pidana
yang menganut paham oportunitas, yakni pelaksanaanya dapat ditunda
setelah ada keputusan lain.
Hubungan antara hukum pajak dan hukum perdata adalah bahwa
kebanyakan hukum pajak pemungutannya berdasarkan kejadian-kejadian,
keadaan atau perbuatan hukum yang termasuk dalam lingkaran perdata,
seperti pendapatan, kekayaan, perjanjian penyerahan serta pemindahan hak
karena warisan, dan hal lainnya.
Hubungan yang erat antara hukum pajak dan hukum perdata juga timbul
karena banyak dipergunakannya istilah-istilah hukum perdata dalam
perundang-undangan pajak, meskipun pengertian-pengertian yang dianut
oleh hukum perdata tidak selalu dianut oleh hukum pajak.
Sedangkan hubungan antara hukum pajak dan hukum pidana
adalah bahwa ketentuan-ketentuan pidana yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) banyak digunakan dalam
peraturan perundang-undangan pajak. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan
yang ada pada Pasal 38 dan 39 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000
yang dengan jelas menyebutkan bahwa adanya sanksi pidana terhadap
Wajib Pajak yang melanggar ketentuan di bidang perpajakan (berupa
kealpaan dan kesengajaan).
Bahkan, ancaman pidana dalam hukum pajak selalu mengacu pada
ketentuan hukum pidana, misalnya terhadap Wajib Pajak yang

6
memindahtangankan atau memindahkan hak atau merusak barang yang
telah disita karena tidak melunasi utang pajaknya akan diancaman dengan
Pasal 231 KUHP.6

6
Alexander Thian, Hukum Pajak, (Yogyakarta: Andi Offset, 2021), hlm13-14.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada
mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa
berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-
barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Hukum pajak adalah hukum yang bersifat public dalam mengatur
hubungan negara dan orang/badan hukum yang wajib untuk
membayar pajak. Meski demikian, walaupun hukum pajak merupakan
bagian dari hukum publik, tetapi hukum pajak juga banyak berkaitan
dengan hukum privat,
Hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik, yang
mengatur hubungan antara penguasa sebagai pemungut pajak dengan
rakyat sebagai pembayar pajak (wajib pajak).
B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
orang yang mendengarkannya. Tentunya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, maka dari itu kami akan
menerima kritikan-kritikan atau saran-saran para pembaca maupun
pendengar demi kesempurnaan makalah kami ini.

8
DAFTAR PUSTAKA
Anshari Setia Negara, Tunggul. 2005. Pengantar Hukum Pajak. Malang:Bayu
Media.
Barata, Atep Adya. 2003. Meminimalisasi dan Menghindari Sengketa Pajak
&Bea Cukai. PT. Elex Media Komputindo.
Soemitro, Rochmat. 1987. Pengantar Singkat Hukum Pajak. Bandung:
Erescohlm.
Mustaqiem. 2014. Perpajakan Dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di
Indonesia. Yogyakarta: Litera.
Suandy, Erly. 2014. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Thian, Alexander. 2021. Hukum Pajak. Yogyakarta: Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai