news.okezone.com
A. LATAR BELAKANG
Pada tahun 1998, krisis finansial di wilayah Asia Tenggara telah diikuti
dengan krisis ekonomi dan politik di Indonesia. Saat itu kondisi
perekonomian sangat mengkhawatirkan yang diantaranya terlihat dari
banyaknya bank-bank yang dilikuidasi, sehingga menimbulkan keresahan.
Keresahan ini memicu krisis kepercayaan yang besar ditengah masyarakat
atas stabilitas dunia perbankan.
Kekhawatiran dan ketidakpercayaan inilah yang memicu Pemerintah
untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang diharapkan dapat
meyakinkan masyarakat untuk kembali menyimpan dananya di bank-bank
agar dunia perbankan di Indonesia dapat hidup kembali.
Diantaranya, Pemerintah mengatur tentang penjaminan dana nasabah
pada bank umum dan bank perkreditan rakyat dengan mengeluarkan
Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap
Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193
Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank
Perkreditan Rakyat, yang berisi :
1
Pembayaran tetap dilakukan dengan Rupiah berdasarkan nilai tukar pasar pada hari pembayaran.
B. PERMASALAHAN
Apakah LPS itu ? Apakah fungsi, tugas dan wewenangnya ? dan
bagaimana badan hukum ini melaksanakan fungsi, tugas dan
wewenangnya?
C. PEMBAHASAN
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga yang
independen, transparan dan akuntabel. Dalam pelaksanaannya, LPS yang
terdiri dari Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif bertanggung jawab
langsung kepada Presiden.
Dalam UU No. 20 Tahun 2004 tentang LPS yang kemudian dijabarkan
dalam PP Nomor 32 Tahun 2005, modal awal LPS ditetapkan sebesar Rp4 T3,
dan kekayaan LPS ini terbagi dalam bentuk investasi4 dan bukan investasi5.
LPS juga memiliki kewajiban untuk menyusun tahunan yang terdiri
dari laporan kegiatan kerja dan laporan keuangan. Laporan tahunan ini
disampaikan kepada Presiden dan DPR, disertai kewajiban untuk
2
Blanket Guarantee is a declaration by the government that all deposits and perhaps other financial
instruments will be protected.
3
Modal ini berasal dari aset negara yang dipisahkan dan tidak terbagi dalam bentuk saham, sehingga
kekayaan LPS merupakan aset negara yang dipisahkan.
4
Dalam bentuk investasi, kekayaan hanya dapat ditempatkan pada surat berharga dari Pemerintah
Indonesia dan/atau Bank Indonesia.
5
Dalam bentuk bukan investasi, kekayaan tersebut berupa giro, gedung kantor dan perlengkapannya.
6
LPP (Lembaga Pengawas Perbankan) adalah Bank Indonesia atau lembaga pengawasan sektor keuangan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Bank Indonesia.
7
Dalam surat pernyataan ini, pertanggungjawaban juga meliputi bilamana terdapat kelalaian dan/atau
perbuatan yang melanggar hukum, antara lain namun tidak terbatas pada : baik langsung maupun tidak
langsung dengan itikad buruk memanfaatkan bank semata-mata untuk kepentingan pribadi; terlibat
dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh bank; baik langsung maupun tidak langsung
secara melawan hukum menggunakan kekayaan bank yang mengakibatkan kekayaan bank menjadi tidak
cukup untuk melunasi utang bank; atau bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya untuk
kepentingan dan usaha bank.
8
Modal disetor bagi cabang bank luar negeri adalah sebesar modal minimum yang wajib untuk disediakan
sebagaimana ditetapkan LPP.
9
Penghitungan premi dilakukan sendiri oleh bank dan dalam hal terdapat kelebihan pembayaran premi,
kelebihan digunakan untuk pembayaran premi berikutnya, atau untuk membayar denda tertunggak (jika
bank ybs meminta).
10
Perubahan era ini disebabkan kekhawatiran adanya penyimpangan atau penyalahgunaan oleh pemilik
modal terbesar sekaligus pemilik bank dan membenani keuangan negara.
Selain penjaminan, LPS juga memiliki tugas besar yang akhir-akhir ini
menjadi sorotan seiring dengan merebaknya kasus Century. LPS diberitakan
telah mengucurkan dana sebesar Rp6,7 triliun bagi Bank Century, yang
dibagi dalam beberapa tahap yaitu Rp2,776 triliun (23 November 2008),
Rp2,201 triliun (5 Desember 2008), Rp1,155 triliun (3 Februari 2009), dan
Rp630 miliar (21 Juli 2009). Banyak pihak termasuk kalangan DPR
mempertanyakan mengapa LPS mengucurkan dana bail-out (talangan) yang
begitu besar ? Menurut pihak LPS, pengucuran dana bail-out (talangan) ini
dilakukan guna mencegah kegagalan yang dikhawatirkan akan berimbas
secara sistematik terhadap dunia perbankan kita.
11
Proses klaim didahului dengan proses rekonsiliasi dan verifikasi atas dana nasabah, lalu LPS
mengumumkan tanggal pengajuan klaim yang layak dibayar dan dalam waktu paling lambat 5(lima)
tahun sejak izin usaha dicabut, nasabah dapat mengajukan klaim dengan syarat dan tata cara yang
ditetapkan oleh LPS dalam pengumumannya.
12
Bank Gagal adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan
usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh LPP sesuai dengan kewenangan yang
dimilikinya.
13
Perkiraan biaya penyelamatan meliputi penambahan modal sampai bank memenuhi tingkat solvabilitas
(rasio KPMM minimal sebesar 10%) dan tingkat likuiditas.
14
Perkiraan biaya tidak melakukan penyelamatan memperhitungkan biaya pembayaran simpanan
nasabah yang dijamin, biaya talangan gaji terutang, talangan pesangon pegawai, dan perkiraan
penerimaan LPS dari penjualan aset bank yang dilikuidasi.
15
Dihitung dari perkiraan biaya untuk menambah modal disetor bank atau kekurangan KPMM ditambah
seluruh biaya agar bank gagal masuk dalam kategori sehat.
16
Penanganan bank gagal tanpa melibatkan pemegang saham, dilakukan apabila pemegang saham lama
menyatakan tidak bersedia menyetor modal tanpa menunggu batas waktu atau tidak dapat dipenuhinya
persyaratan-persyaratan yang diminta dalam jangka waktu yang ditentukan.
17
Kewajiban penyerahan dilakukan selambat-lambatnya 15 hari kalender (untuk bank yang sahamnya
tidak diperdagangkan di pasar modal) atau 35 hari (untuk bank yang sahamnya diperdagangkan di pasar
modal) setelah LPS menerima bank gagal sistemik dari Komite Koordinasi.
18
Jika tindakan ini merugikan pihak ketiga, maka ia dapat menuntut penggantian yang tidak melebihi
nilai manfaat kontrak tersebut, setelah dilakukan pembuktian secara nyata dan jelas atas kerugian yang
dideritanya. Nilai manfaat adalah seluruh manfaat yang dapat diukur dengan uang yang merupakan hak
pihak ketiga dalam kontrak, dihitung sampai dengan kontrak tersebut ditinjau ulang, dibatalkan, diakhiri
dan/atau diubah oleh LPS.
19
Yang dimaksud dengan tingkat pengembalian yang optimal paling sedikit sebesar seluruh penyertaan
modal sementara yang dikeluarkan LPS.
20
Apabila sampai dengan perpanjangan waktu, tingkat pengembalian optimal belum terwujud, LPS dalam
waktu 1(satu) tahun berikutnya menjual saham bank tersebut tanpa perlu memperhatikan ketentuan
pengembalian modal optimal.
21
Dihitung dengan pendekatan harga pasar dan dilakukan audit oleh KAP atau instansi pemerintah
pengaudit.
22
Besar pengembalian adalah : sebesar ekuitas sesaat setelah pemegang saham lama melakukan
penyetoran modal (bila pemegang saham lama diikutsertakan dalam penanganan bank gagal) atau
sebesar ekuitas pada saat penyerahan bank kepada LPS (jika pemegang saham lama tidak
diikutsertakan).
23
Penyelamatan bank gagal dapat tidak dilanjutkan apabila : ditemukan bukti baru bahwa biaya
penyelamatan menjadi 200% atau lebih dari perkiraan biaya pada saat keputusan penyelamatan; atau
lebih besar dari 60% perkiraan biaya tidak menyelamatkan; atau berdasarkan penilaian LPP kondisi
keuangan menurun.
Referensi :
- UU No. 20 Tahun 2004;
- UU No. 7 Tahun 2009;
- PP No. 32 Tahun 2005;
- PP No. 66 Tahun 2008;
- Peraturan LPS No. 1/PLPS/2006;
- Peraturan LPS No. 5/PLPS/2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan LPS No. 3/PLPS/2008;
- Peraturan LPS No. 4/PLPS/2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan LPS No. 002/PLPS/2007;
- Peraturan LPS No. 02/PLPS/2008.
24
Keputusan tidak menyelamatkan bank gagal terjadi bilamana bank gagal tidak memenuhi hal-hal yang
dipersyaratkan; atau proses penyelamatan tidak dapat dilanjutkan.
25
Modal yang telah disetorkan merupakan kewajiban bank yang harus dibayar saat bank dilikuidasi.