Anda di halaman 1dari 25

Mata Kuliah: Perpajakan II

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Dosen Pengampu:

1. Drs. Teridah Sembiring, M.Pd


2. Haryani Pratiwi Sitompul, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok VIII

1. Dayana R. Tampubolon (7153142006


2. Elmi Juniar (7153142007)
3. Herlina B. Siagian (7152142006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas ini. Tugas ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan II yang dalam tugas ini tersaji tentang Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah. Tugas ini diharapkan dapat menambah wawasan kita tentang

Perpajakan yang ada di Indonesia.

Kami tahu bahwa tugas yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, setiap kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan guna memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang terdapat pada makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.

Medan, April 2017

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………………….ii
BAB I ………………………………………………………………………………………………………………………………………1
PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………………………………………….1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 1
C. TUJUAN ....................................................................................................................... 1
BAB II ………………………………………………………………………………………………………………………………………….2
PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………………………………………… 2
Pengertian Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) ……………………………………………………….…2
Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah ........................................................................ 4
Barang Kena Pajak Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor yang Dikenakan
PPnBM .............................................................................................................................. 4
Tata Cara Perhitungan PPnBM ………………………………………………………………………………………………… 15
Barang Kena Pajak Tergolong Mewah berupa Kendaraan Bermotor yang dikenakan PPnBM……. 17
BAB III …………………………………………………………………………………………………………………………………….. 21
PENUTUP ………………………………………………………………………………………………………………………………… 21
KESIMPULAN ............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………………………22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Saat ini banyak barang mewah yang berkembang di indonesia. Hal ini bisa menambah
pendapatan negara dari segi pajak. Pemerintah telah menentapkan pengenaan atas pajak
barang mewah dengan ketetapan tarif paling rendah 10% dan pengenaan paling tinggi 200%.
Dasar hukum pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah Undang-undang Nomor
18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Terhadap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) disamping dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai sebagaimana telah disebut dalam Pasal 4 Undang-undang PPN dan PPnBM dikenakan
juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud PPnBM?
2. Berapakah Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah
3. Barang Kena Pajak Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor yang Dikenakan
PPnBM
4. Tata Cara Perhitungan PPnBM
5. Barang Kena Pajak Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor Yang Dikenakan
PPnBM

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang PPnBM.
2. Untuk mengetahui Berapakah Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah
3. Untuk mengetahui Barang Kena Pajak Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor
yang Dikenakan PPnBM.
4. Untuk mengetahui Tata Cara Perhitungan PPnBM.
5. Untuk mengetahui Barang Kena Pajak Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor
Yang Dikenakan PPnBM

1
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)


Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan atas
penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang
menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah tersebut di dalam Daerah Pabean
Indonesia dalam usaha atau pekerjaannya dan impor barang yang tergolong mewah.
PPn BM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai. Namun demikian, mekanisme pengenaan PPn BM ini sedikit berbeda
dengan PPN.
Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang PPN, Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dikenakan terhadap:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha
yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya;
2. Impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah. Dengan demikian, PPnBM hanya
dikenakan pada saat penyerahan BKP yang Tergolong Mewah oleh pabrikan (pengusaha
yang menghasilkan) dan pada saat impor BKP yang Tergolong Mewah. PPnBM tidak
dikenakan lagi pada rantai penjualan setelah itu. Adapun pihak yang memungut PPnBM
tentu saja pabrikan BKP yang Tergolong Mewah pada saat melakukan penyerahan atau
penjualan BKP yang Tergolong Mewah. Sementara itu, PPnBM atas impor BKP yang
Tergolong Mewah dilunasi oleh importir.

Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah oleh produsen atau atas impor
barang kena pajak yang tergolong mewah. Di samping dikenai pajak pertambahan nilai juga
dikenai pajak penjualan atas barang mewah dengan pertimbangan bahwa:

1. Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah


dan konsumen yang berpenghasilan tinggi
2. Perlu adanya pengendalian pola konsumen atas Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah
3. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional dan
4. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara.

2
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah:
1. Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok
2. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
3. Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat penghasilan tinggi; atau
4. Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status

Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas impor Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah tidak memerhatikan siapa yang mengimpor Barang Kena Pajak tersebut
serta tidak memerhatikan apakah impor tersebut dilakukan secara terus menerus atau hanya
sekali saja.

Selain itu pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah terhadap suatu penyerahan
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tidak memerhatikan apakah suatu bagian dari
Barang Kena Pajak tersebut telah dikenai atau tidak dikenai Pajak Penjualan atas Barang
Mewah pada transaksi sebelumnya.

Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha
yang menghasilkan barang dalam kegiatan:

1. Merakit, yaitu menggabungkan bagian-bagian lepas dari suatu barang menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi seperti merakit mobil dan perabot rumah tangga.
2. Memasak, yaitu mengolah barang dengan cara memanaskan baik dicampur bahan lain
maupun tidak
3. Mencampur, yaitu mempersatukan dua atau lebih unsur untuk menghasilkan satu atau
lebih barang lain.
4. Mengemas, yaitu menempatkan suatu barang ke dalam suatu benda untuk
melindunginya dari kerusakan atau untuk meningkatkan pemasarannya.
5. Membotolkan, yaitu memasukkan minuman atau benda cair ke dalam botol yang
ditutup menurut cara tertentu
6. Kegiatan lain yang dapat dipersamakan dengan kegiatan itu atau menyuruh orang atau
badan lain melakukan kegiatan tersebut.

Pengertian umum dari Pajak Masukan hanya berlaku pada Pajak Pertambahan Nilai dan
tidak dikenai pada Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Oleh karena itu, Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang telah dibayar tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang terutang.

Dengan demikian, prinsip pemungutannya hanya satu kali saja, yaitu pada waktu:

1. Penyerahan oleh pabrikan atau produsen Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
2. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.

Penyerahan pada tingkat berikutnya dan tidak lagi dikenai Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.

3
Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapat ditetapkan dalam beberapa kelompok
tarif, yaitu tarif paling rendah 10% dan paling tinggi 200%. Perbedaan kelompok tarif
tersebut didasarkan pada pengelompokan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah di dalam Daerah Pabean. Oleh karena itu, Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah yang diekspor atau dikonsumsi diluar Daerah Pabean
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 0 persen. Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang telah dibayar atas perolehan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
yang diekspor dapat diminta kembali.

Penggolongan barang-barang yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah


terutama didasarkan pada tingkat kemampuan golongan masyarakat yang mempergunakan
barang tersebut, di samping di dasarkan pada nilai gunanya bagi masyarakat pada umumnya.
Sehubungan dengan hal itu, tarif yang tinggi dikenakan terhadap barang yang hanya
dikonsumsi oleh masyarakat yang berpenghasilan tinggi. Dalam hal terhadap barang yang
dikonsumsi oleh masyarakat banyak perlu dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah, tarif
yang dipergunakan adalah tarif yang rendah. Pengelompokan barang yang di kenai Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dilakukan setelah berkonsultasi dengan alat kelengkapan
Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi keuangan.

Barang Kena Pajak Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor yang


Dikenakan PPnBM
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 620/PMK.03/2004 tentang jenis Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 103/PMK.03/2009, maka dikelompokkan sebagai berikut:

1. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10 persen.
a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat
penerima siaran televisi.
1. Lemari Pendingin
2. Pemanas air instan, seperti dengan gas bukan lisrik.
3. Mesin cuci dari jenis yang dipakai untuk rumah tangga
4. Pemanas air instan, seperti aparatus pemanas ruangan listrik dan aparatus
pemanas tanah listrik
5. Aparatus penerima untuk televisi, radio
b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga
a. Joran
b. Penggulung tali pancing

4
c. Kelompok mesin pengatur suhu udara
d. Kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio.
1. Aparatus perekam atau pereproduksi vidio, dengan harga jual diatas Rp
1.000.000 per unit
a. Tipe pita megnetik selain yang digunakan khusus dalam sinematografi,
televisi dan penyiaran.
b. Lain-lain,  pemutar laser Disc,
2. Aparatus penerima untuk penyiaran, dikombinasi maupun tidak dalam rumah
yang sama, dengan aparatus perekam atau pereproduksi suara atau petunjuk
waktu dengan harga jual di atas Rp 1.000.000 per unit.
a. Penerima siaran radio dapat dioperasikan tanpa sumber tenaga dari luar,
yang portabel dan selain portabel.
b. Penerima siaran radio tidak dapat dioperasikan tanpa sumber tenaga dari
luar, dari jenis yang digunakan dalam kendaraan bermotor, termasuk
aparatus yang dapat juga menerima radio-telepon:
- dikombinasikan dengan aparatus perekam atau pereproduksi suara.
- tidak dikombinasikan dengan aparatus perekam atau pereproduksi suara.

c. Penerima siaran radio lainnya


 Dikombinasikan dengan aparatus perekam atau pereproduksi suara :
portabel dan selain portabel.
 Tidak dikombinasikan dengan aparatus perekam atau pereproduksi
suara, tetapi dikombinasikan dengan penunjuk waktu : portabel dan
selain portabel
 Lain-lain : portabel dan selain portabel.
e. Kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya.
1) Kamera digital dan kamera perekam vidio, selain yang dipergunakan untuk
usaha penyiaran radio atau televisi.
a. Kamera digital kamera perekam vidio (kamera gambar tidak bergerak
digital)
b. Kamera perekam vidio lainnya.
2) Kamera fografi dan kamera digital dengan harga jual bea masuk di atas Rp
2.000.000 per unit.
a. Kamera instan.
b. Kamera lainnya :
- SLR, untuk gulungan film dengan lebar ≤ 35 mm,
- bukan SLR, untuk gulungan film dengan lebar ≤ 35 mm

2. Barang Kena Pajak yag tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20 persen.
a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, dan pesawat pemanas selain yang
disebut pada poin 1 adalah:
b. Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, town house.

5
c. Kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena selain
disebut pada poin 1.
d. Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering,
pesawat elektromagnetik, dan instrumen musik, selain yang disebut pada poin 1.
e. Kelompok wangi-wangian : parfum dan cairan pesawat yang siap untuk dijual
eceran dengan nilai impor Rp 2.000 atau lebih per unit

3. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30 persen.
a. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano kecuali untuk
keperluan negara atau angkutan umum.
b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olehraga selain yang disebut pada poin 1.
1. Perlengkapan golf : bola golf dan perlengkapan golf lainnya selain tongkat golf
2. Perlengkapan menyelam : pakaian selam dan kacamata pelindung untuk selam
3. Perlengkapan ski air, papan selancar, papan layar : selancar layar dll

4. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40 persen.
a. Kelompok minuman yang megandung alkohol.
1. Bir terbuat dari malt : bir hitam dan porter
2. Minuman fermentasi lainnya, grape must yang fermentasinya dicegah atau
dihentikan dengan penambahan alkohol.
3. Vermounth dan minuman fermentasi lainnya dari buah anggur segar yang diberi
rasa dengan zat nabati atau zat beraroma.
4. Minuman fermentasi lainnya ( fermentasi sari buah apel, sari buah pir, dan
larutan madu dalam air) campuran minuman fermentasi dengan minuman yang
tidak mengandung alkohol.
b. Kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan.
1. Saddlery dan harness untuk semua macam binatang ( termasuk tali kekang,
penutup mulut, jaket anjing ) dengan harga jual Rp 1.000.000/unit
2. Peti, koper, tas perempuan, tas eksekutif, tas kantor, tas sekolah, tas olahraga,
tas boling dll dengan harga jual Rp 500.000/unit.
3. Pakaian dan aksesori pakaian dari kulit samak atau kulit komposisi dengan nilai
impor atau harga jual Rp600.000 atau lebih per stel atau Rp300.000 atau lebih
per potong atau per buah :

a) Pakaian;

b) Sarung tangan, mitten, dan mitt;

- dirancang khusus untuk digunakan dalam olahraga;

- sarung tangan, mitten dan mitt lainnya;

 Sarung tangan pelindung kerja;

6
 Lain-lain;

c) ikat pinggang dan tali sandang;

d) aksesori pakaian lainnya.

4. Pakaian, aksesori pakaian dan barang lainnya dari kulit berbulu dengan nilai
impor atau harga jual Rp600.000 atau lebih per stel Rp300.000 atau lebih per
potong atau per buah.

a) aksesori pakaian;

b) pakaian

c) lain-lain: tas olahraga

c. Kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wolf.

1) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, rajutan, sudah jadi:

a) dari wol;

b) dari sutra.

2) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, tenunan, tidak berumbai-umbai, atau tidak
dibentuk flock seperti beludru, sudah jadi, termasuk “Kelem”. “Schumacks”,
“Karamanie”, dan babut tenunan tangan yang semacam itu, selain yang dipergunakan
untuk keperluan ibadah :

a) “kelem”, “Schumacks”, “Karamanie”, dan babut tenunan tangan yang semacam itu;

b) lainnya dengan konstruksi bulu:

- dari wol dan dari sutra.

c) lainnya, bukan dengan konstruksi bulu:

- dari wol dan dari sutra.

3) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, berumbai, sudah jadi.


a) dari wol;
b) dari sutra.
4) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, sudah jadi, dari wol atau sutra, selain dari
jenis yang dipergunakan untuk alas salat.

d. Kelompok barang kaca dari Kristal timbale dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur,
rias, kantor; dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu. Barang kaca dari Kristal
timbale dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan
atau keperluan semacam itu:

1) Gelas minum :

7
a) Tidak diasah, dipoles, diburamkan, atau dikerjakan secara lain;
b) Lain-lain.
2) Barang kaca dan jenis yang digunakan untuk di meja (selain gelas minuman) atau
untuk keperluan dapur:
a) Tidak diasah, dipoles, diburamkan, atau dikerjakan secara lain;
b) Lain-lain.
3) Barang kaca lainnya;
a) Tidak diasah, dipoles, diburamkan, atau dikerjakan secara lain;
b) Lain-lain.

e. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia atau dari
logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya.

1) Arloji tangan, arloji saku, dan arloji lainnya, termasuk penghitung detik, dengan badan
arloji dari logam mulia atau dari logam kerajang.

a) Arloji tangan dioperasikan secara elektrik, dilengkapi fasilitas penghitung detik


maupun tidak:
 Hanya dengan display mekanis;
 Hanya dengan display opto-elektronika;
 Lain-lain.
b) Arloji tangan lainnya dilengkapi dengan fasilitas penghitung detik maupun tidak:
 Dioperasikan secara elektrik
 Lain-lain.
c) Arloji lainnya:
 Dioperasikan secara elektrik
 Lain-lain.

2) jam yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia atau dari logam yang
dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya.

a) jam dengan penggerak jam:


 dioperasikan secara elektrik;
 lain-lain.
b) Jam panel instrument dan jam tipe semacam untuk kendaraan darat, kendaraan udara,
kendaraan luar angkasa, atau kendaraan air:
 Untuk kendaraan darat;
 Untuk kendaraan udara;
 Untuk kendaraan air;
c) Jam lainnya:
 Jam beker :
 Dioperasikan secara elektrik;
 Lain-lain;
 Jam dinding:
 Dioperasikan secara elektrik
8
 Lain-lain.
d) Lain-lain.
 Dioperasikan secara elektrik :
 Kronometer kapal dan kronometer semacam itu;
 Jam umum untuk bangunan; jam untuk sistem jam listrik terpusat;
 Lain-lain.
 Lain-lain:
 Kronometer kapal dan kronometer semacam itu;
 Jam umum untuk bangunan; jam untuk sistem jam listrik terpusat;
 Lain-lain

3) Barang lainnya yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari emas atau platina atau
dari logam yang dilapisi emas atau platina atau campuran daripadanya, selain
barang-barang perhiasan dan bagiannya.
a) Barang hasil tempaan pandai emas dan bagiannya, dari emas atau platina atau
dari logam yang dikerajang dengan emas atau platina:
 Dari emas atau platina, disepuh, atau dikerajang, dengan logam mulia
maupun tidak.
 Dari emas atau platina kerajang atas dasar logam tidak mulia
b) Barang lain dari emas atau platina atau dari logam yang dikerajang dengan
emas atau platina, selain katalis dalam bentuk kasa kawat atau kasa dari platina
untuk keperluan laboratorium.

f. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan, dan kano, selain yang disebut pada
poin 3, kecuali untuk keperluan Negara atau angkutan umum. Perahu motor untuk pelesir
atau olahraga:

a) Perahu motor, selain perahu motor temple;


b) Perahu motor tempel.

g. kelompok balon udara dan balon udara yang bisa dikemudikan, pesawat udara lainnya
tanpa penggerak.

a) Pesawat laying dan pesawat laying gantung.


b) Lain-lain.

h. kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan Negara.

a) Peluru pengokot atau perkakas semacam itu atau captive-bolt humane killer dan
bagiannya.
b) Peluru senapan dan bagiannya:
 Peluru;
 Lain-lain.
c) Peluru lain dan bagiannya:
 Digunakan untuk revolver dan pistol dari pos 93.02;

9
 Lain-lain.
d) Lain-lain.

i. Kelompok jenis alas kaki.


1) Alas kaki tahan air dengan sol luar dan bagian atas dari karet atau dari plastic,
bagian atasnya tidak dipasang pada sol dan tidak dirakit dengan cara djahit,
dikeling, dipaku, disekrup, ditusuk atau diproses semacam itu, dengan nilai
impor atau harga jual Rp 1.000.000 atau lebih per pasang.
a) Alas kaki dilengkapi logam pelindung jari
b) Alas kaki lainnya:
 Menutupi lutut;
 Menutupi mata kaki tapi tidak menutupi lutut;
 Lain-lain.
2) Alas kaki lainnya dengan sol luar dan bagian atas dari karet atau plastic,
dengan nilai impor atau harga jual Rp 1.000.000 atau lebih per pasang.
a) Alas kaki olahraga :
 Bot ski, alas ski untuk lintas alam dan bot papan luncur salju;
 Lain-lain.
b) Alas kaki dengan tali pengikat atau tali kulit di atasnya dirakit pada sol
dengan alat penusuk.
c) Alas kaki lainnya, dilengkapi logam pelindung jari.
d) Alas kaki lainnya:
 Menutupi mata kaki;
 Lain-lain
3) Alas kaki dengan sol luar dari karet, plastic, kulit samak atau kulit komposisi
dan bagian atas sepatu dari kulit samak, dengan nilai impor atau harga jual Rp
1.000.000 atau lebih per pasang.
a) Alas kaki olahraga:
 Bot ski, alas kaki untuk lintas alam, dan bot papan luncur salju;
 Lain-lain:
 Alas kaki olahraga lainnya dilengkapi paku, batang, dan
sejenisnya
 Lain-lain.
b) Alas kaki dengan sol luar dari kulit samak, dan bagian atasnya terdiri dari
pengikat dari kulit samak yang menyilang punggung kaki dan sekeliling
ibu jari.
c) Alas kaki dibuat dengan dasar atau alas dari kayu, tidak mempunyai sol
dalam atau logam pelindung jari.
d) Alas kaki lainnya, dilengkapi logam pelindung jari.
e) Alas kaki lainnya dengan sol luar dari kulit samak.
 Menutupi mata kaki:
 Bot untuk pengendara,
 Lain-lain.

10
 Lain-lain: sepatu boling
f) Alas kaki lainnya:
 Menutupi mata kaki:
 Bot untuk pengendara
 Lain-lain.
 Lain-lain: sepatu boling
4) Alas kaki dengan sol luar dari karet, plastic, kulit samak atau kulit komposisi
dan bagian atas sepatu dari kulit samak, dengan nilai impor atau harga jual Rp
1.000.000 atau lebih per pasang.
a) Alas kaki dengan sol luar dari karet atau plastic:
 Alas kaki olahraga; sepatu tenis, sepatu bola basket, sepatu senam,
sepatu latihan, dan sejenisnya
 Lain-lain
b) Alas kaki dengan sol luar dari kulit samak atau kulit komposisi:
 Sepatu lari dan sepatu golf
 Lain-lain.
5) Alas kaki lainnya, dengan nilai impor atau harga jual Rp 1.000.000 atau lebih
per pasang.
a) Dengan bagian atasnya dari kulit samak atau kulit komposisi
b) Dengan bagian atasnya dari bahan tekstil

j. Kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor.

1) Tempat duduk, dapat diubah menjadi tempat tidur maupun tidak, dengan nilai
impor atau harga jual Rp 2.000.000 atau lebih per unit atau satuan, yakni:
a) Tempat duduk dari jenis yang digunakan untuk kendaraan bermotor;
b) Tempat duduk berputar yang dapat diatur tingginya
c) Tempat duduk selain dari tempat duduk taman atau perlengkapan
perkemahan, dapat diubah menjadi tempat tidur;
d) Tempat duduk dari tanaman beruas, osier, bamboo, atau bahan
semacamnya:
 Dari rotan;
 Lain-lain.
e) Tempat duduk lainnya, dengan rangka kayu :
 Diberi lapisan penutup, dirakit;
 Lain-lain
f) Tempat duduk lainnya, dengan rangka logam :
 Diberi lapisan penutup
 Lain-lain.
g) Tempat duduk lainnya:
 Baby walkers;
 Lain-lain.
2) Perabotan lainnya dengan nilai impor atau harga jual Rp 2.000.000 atau lebih
per unit atau satuan.
11
a) Perabotan dari logam dari jenis yang digunakan di kantor.
b) Perabotan logam lainnya.
c) Perabotan kayu dari jenis yang digunakan di kantor, dirakit.
d) Perabotan kayu dari jenis yang digunakan di dapur, dirakit
e) Perabotan kayu dari jenis yang digunakan di kamar tidur
 Perangkat kamar tidur, dirakit;
 Lain-lain, dirakit.
f) Perabot kayu lainnya;
 Perangkat ruang makan dan ruang keluarga, dirakit;
 Lain-lain, dirakit.
g) Perabotan dari plastic:
 Perabotan dari jenis yang digunakan di kantor;
 Lain-lain.
h) Perabotan dari bahan lainnya, termasuk tanaman beruas, osier, bambu,
atau bahan semacam itu:
 Perangkatt kamar tidur, ruang makan, atau ruang keluarga dari rotan;
 Perangkat kamar tidur, ruang makan, atau ruang keluarga dari bahan
lain;
 Dari jenis yang digunakan di taman, kebun, atau ruang depan:
 Dari batu monument atau batu bangunan yang dikerjakan;
 Dari segmen, beton, atau batu tiruan;
 Dari abses-semen, serat semen selulosa, atau sejenisnya;
 Dari keramik;
 Lain-lain.
3) Alat kasur, barang keperluan tidur dan perabotan semacam itu (misalnya
kasur, selimut tebal, eiderdown, bantalan kursi, poufe, dan bantal) dilengkapi
dengan pegas atau diisi atau dilengkapi bagian dalamnya dengan berbagai
bahan atau dengan karet atau plastic seluler, disarungi maupun tidak, kecuali
yang terbut dari kapuk.
a) Alat kasur dengan nilai impor atau harga jual Rp 1.000.000 atau lebih per
m2 per unit.
b) Kasur dengan nilai impor atau harga jual Rp 2.000.000 atau lebih per m2
per unit;
 Dari karet atau plastic seluler, disarungi maupun tidak;
 Dari bahan lainnya :
 Kasur pegas;
 Lain-lain, tipe hipertemia/hiportemia;
 Lain-lain.
c) Kantong tidur dengan nilai impor atau harga jual Rp 1.000.000 atau lebih
per unit atau satuan.
d) Lain-lain, dengan nilai impor atau harga jual Rp 200.000 atau lebih per
unit atau satuan:
 Selimut tebal, penutup tempat tidur, dan pelindung kasur;

12
 Batal panjang, bantal, bantalan kursi, poufe.

5. Barang kena pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tariff sebesar 50 persen.

a. Kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus.


1) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya, rajutan, sudah jadi, yang terbut dari
bulu hewan halus
2) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya yang terbuat dari bulu hewan halus,
tenunan, tidak berumbai-umbai, atau tidak dibentuk flock seperti beludru,
sudah jadi, termasuk “kelem”, “schumacks”, “karamanic”, dan babut tenunan
tangan yang semacam itu selain alas salat.
a) “kelem”, “schumacks”, “karamanic”, dan babut tenunan tangan yang
semacam itu
b) Lainnya, dengan konstruksi bulu.
c) Lainnya, bukan dengan konstruksi bulu.
3) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya yang terbuat dari bulu hewan halus,
berumbai, sudah jadi.
4) Karpet dan penutup lantai tekstil lainnya yang terbuat dari bulu hewan halus,
sudah jadi,selain alas salat.
b. Kelompok pesawat udara selain yang dimaksud pada poin 4, kecuali untuk keperluan
Negara atau angkutan udara niaga.
1) Helicopter:
a) Dengan berat tanpa muatan tidak melebihi 2.000 kg;
b) Dengan berat tanpa muatan melebihi 2 000 kg.
2) Pesawat udara dan kendaraan udara lainnya:
a) Dengan berat tanpa muatan tidak melebihi 2.000kg;
 Pesawat udara
 Lain-lain.
b) Dengan berat tanpa muatan melebihi 2.000 kg, tetapi tidak melebihi 15.000
kg:
 Pesawat udara
 Lain-lain
c) Dengan berat tanpa muatan melebihi 15.000 kg:
 Pesawat udara
 Lain-lain.
c. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga selain yang disebut pada poin 1 dan
3.
Tongkat golf:
1) Tongkat golf, lengkap
2) Tongkat golf, tidak lengkap
d. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan Negara:
1) Senjata artileri;
2) Revolver dan pistol;

13
3) Senjata api lainnya dan peralatan semacam itu yang dioperasikan dengan
penembakan bahan peledak.

6. Barang kena pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
pajak penjualan atas barang mewah dengan tariff sebesar 75 persen.

a. Kelompok minuman yang mengandung alcohol selain yang disebut pada poin 4.
1) Minuman fermentasi dari buah anggur segar, termasuk minuman fermentasi yang
diperkuat, grape must; dengan kadar alcohol melebihi 26 persen proof.
a) Minuman fermentasi pancar
b) Minuman fermentasi lainnya; grape must yang fermentasinya dicegah atau
dihentikan dengan penambahan alcohol.
 Minuman fermentasi
 Grape must
2) Etil alcohol yang tidak didenaturasi dengan kadar alcohol kurang dari 80 persen
menurut volumenya; alcohol, sopi manis, dan minuman beralkohol lainnya.
a) Alcohol diperoleh dari penyulingan minuman fermentasi anggur atau grape
mare
 Brendi dengan kadar alcohol tidak melebihi 46 persen menurut
volumenya.
 Brendi dengan kadar alcohol melebihi 46 persen menurut volumenya.
b) Wiski
 dengan kadar alcohol tidak melebihi 46 persen menurut volumenya.
 dengan kadar alcohol melebihi 46 persen menurut volumenya.
c) Rum dan Tafia
 dengan kadar alcohol tidak melebihi 46 persen menurut volumenya.
 dengan kadar alcohol melebihi 46 persen menurut volumenya.
d) Gin dan Geneva
 dengan kadar alcohol tidak melebihi 46 persen menurut volumenya.
 dengan kadar alcohol melebihi 46 persen menurut volumenya.
e) Vodka
 dengan kadar alcohol tidak melebihi 46 persen menurut volumenya.
 dengan kadar alcohol melebihi 46 persen menurut volumenya
f) Sopi manis dan Cordial
 dengan kadar alcohol tidak melebihi 57 persen menurut volumenya.
 dengan kadar alcohol melebihi 57 persen menurut volumenya
g) lain-lain
 samsu mengandung obat dengan kadar alcohol tidak melebihi 40 persen
menurut volumenya.
 samsu mengandung obat dengan kadar alcohol melebihi 40 persen
menurut volumenya.
 Samsu lainnya, dengan kadar alcohol tidak melebihi 40 persen menurut
volumenya.

14
 Samsu lainnya, dengan kadar alcohol melebihi 40 persen menurut
volumenya.
 Arak dan alcohol nanas dengan kadar alcohol tidak melebihi 40 persen
menurut volumenya.
 Arak dan alcohol nanas dengan kadar alcohol melebihi 40 persen menurut
volumenya.
 Bitter dan minuman semacamnya dengan kadar alcohol tidak melebihi 57
persen menurut volumenya.
 Bitter dan minuman semacamnya dengan kadar alcohol melebihi 57 persen
menurut volumenya
 Lain-lain

b. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia dan/atau
mutiara atau campuran daripadanya.
Barang dari mutiara alam atau mutiara budidaya, batu mulia atau bau semi mulia alam.
c. Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.
1. Kapal pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan air semacam itu terutama dirancang untuk
pengangkutan orang; kapal feri semua jenis:
a. Dengan tonase kotor tidak melebihi 26 ton;
b. Dengan tonase kotor melebihi 26 ton, tetapi tidak melebihi 500 ton;
c. Dengan tonase kotor melebihi 500 ton, tetapi tidak melebihi 4.000 ton.
d. Dengan tonase kotor melebihi 4.000 ton, tetapi tidak melebihi 5.000 ton.
e. Dengan tonase kotor melebihi 5.000 ton.

Tata Cara Perhitungan PPnBM

Pajak penjualan atas barang mewayh yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
PPnBM dengan Dasar Pengenaan Pajak. Dasar Pengenaan Pajak dapat berupa harga jual,
nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain.

PPnBM = Tarif PPnBM x Dasar Pengenaan Pajak

Contoh:

Pengusaha kena pajak A menyerahkan barang seharga Rp50.000.000 (harga tidak termasuk
PPN dan PPnBM). Barang tersebut termasuk dalam barang kena pajak yang tergolong
mewah dengan tarif PPnBM sebesar 40%. Perhitungan PPN dan PPnBM yang terutang:

PPN = 10% x Rp50.000.000 = Rp5.000.000

PPnBM = 40% x Rp50.000.000 = Rp20.000.000

15
Berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut pada setiap tingkat
penyerahan, Pajak Penjualan atas Barang Mewah hanya dipungut pada tingkat penyerahan
oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah
atau atas impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah.

Dengan demikian, Pajak Penjualan atas Barang Mewah bukan merupakan Pajak
Masukan, sehingga tidak dapat dikreditkan. Oleh karena itu, pajak penjualan atas barang
mewah dapat ditambahkan kedalam harga barang kena pajak yang bersangkutan atau
dibebankan sebagai biaya sesuai ketentuan perundang-undangan pajak penghasilan.

Contoh:

Pengusaha Kena Pajak A mengimpor barang kena pajak dengan nilai impor Rp5.000.000
(Dasar Pengenaan Pajak). Barang kena pajak tersebut selain dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai, misalnya, juga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 20%.
Dengan demikian perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang terutang atas impor Barang Kena Pajak tersebut ialah:

PPN terutang = 10% x Rp5.000.000 = Rp500.000

PPnBM terutang = 20% x Rp5.000.000 = Rp1.000.000

Kemudian, Pengusaha Kena Pajak A menggunakan Barang Kena Pajak tersebut


sebagai bagian dari suatu barang kena pajak lain yang atas penyerahannya dikenakan pajak
pertambahan nilai 10% dan pajak penjualan atas barang mewah 35%. Oleh karena penjualan
atas barang mewah yang telah dibayar atas barang kena pajak yang diimpor tersebut tidak
dapat dikreditkan, maka pajak penjualan atas barang mewah sebesar Rp1.000.000 dapat
ditambahkan kedalam harga barang kena pajak yang dihasilkan oleh pengusaha kena pajak A
atau dibebankan sebagai biaya.

Kemudian Pengusaha Kena Pajak A menjual Barang Kena Pajak yang dihasilkannya
kepada Pengusaha Kena Pajak B dengan harga jual Rp50.000.000 (dasar pengenaan pajak).
Jadi, perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
Terutang adalah:

PPn terutang = 10% x Rp50.000.000 = Rp5.000.000

PPnBM terutang = 35% x Rp50.000.000 = Rp17.500.000

Dalam contoh ini, Pengusaha Kena Pajak A dapat mengkreditkan Pajak Pertambahan
Nilai sebesar Rp500.000 di atas terhadap Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp5.000.000,
sedangkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebesar Rp1.000.000 tidak dapat dikreditkan,
baik dengan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp5.000.000 maupun dengan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah sebesar Rp17.500.000.

Pengusaha Kena Pajak yang telah membayar Pajak Penjualan atas Barang Mewah
pada saat perolehan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah, sepanjang Pajak Penjualan
atas Barang Mewah tersebut belum dibebankan sebagai biaya, maka Pengusaha Kena Pajak

16
berhak meminta kembali Pajak Penjualan atas Penjualan Barang Mewah yang dibayarnya
apabila Pengusaha Kena Pajak bermaksud telah mengekspor Barang Kena Pajak yang
tergolong Mewah tersebut.

Contoh:

Pengusaha Kena Pajak A membeli mobil dari Agen Tunggal Pemegang Merek seharga
Rp100.000.000. Pengusaha tersebut membayar Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah masing-masing sebesar Rp10.000.000 dan Rp35.000.000. apabila mobil
tersebut kemudian diekspor, maka pengusaha Kena Pajak A berhak untuk meminta kembali
Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp10.000.000 dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebesar Rp35.000.000 yang telah dibayarnya pada saat membeli mobil tersebut.

Barang Kena Pajak Tergolong Mewah berupa Kendaraan Bermotor yang


dikenakan PPnBM
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2014 bahwa Barang Kena Pajak Kendaraan Bermotor
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah berdasarkan Kelompok Barang Kena Pajak yang
tergolong Mewah.

1. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah berupa Kendaraan Bermotor yang
dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10% adalah:
a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10-15 orang termasuk pengemudi, dengan
nomor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel atau semi diesel) untuk semua
kapasitas isi silinder; dan
b. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi
selain sedan atau station wagon dan motor bakar cetus aoi atau nyala kompresi (diesel
atau semi diesel) dengan sistem satu garden penggerak (4 x 2) dengan kapasitas isi
silinder sampai 1.500 cc.
2. Kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai pajak penjualan atas barang mewah degan tarif sebesar 20% adalah:
a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengembudi
selain sedan atau station wagon dan motor bakar cetus aoi atau nyala kompresi (diesel
atau semi diesel) dengan sistem satu garden penggerak (4 x 2) dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 1.500 cc sampai 2.500 cc; dan
b. Kendaraan bermotor dengan kabin ganda (double cabin), dalam bentuk kendaraan bak
terbuka atau bak tertutup, berpenumpang lebih dari tiga orang termasuk pengemudi,
motor bakar cetus api atau nyaala kompresi (diesel atau semi diesel), sistem satu
gardan penggerak (4 x 2) atua dengan sistem dua gardan penggerak (4 x 4) untuk
semua kapasitas isi silinder, dan massa total tidak lebih dari 5 ton.
3. Kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai pajak penjualan atas barang mewah dengan tarif sebesar 30% adalah kendaraan
bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi, berupa:

17
a. Kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala
kompresi (diesel atau semi diesel) dengan kapasitas isi silinder sampai 1.500 cc; dan
b. Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api
atau nyala kompresi (diesel atau semi diesel), dan sistem dua gardan penggerak (4 x 4)
dengan kapasitas isi silinder sanpai 1.500 cc.
4. Kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai pajak penjualan atas barang mewah dengan tarif 40% adalah kendaraan bermotor
untuk pengangkut kurang dari 10 orang termasuk pengemudi, berupa:
a. Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon, motor bakar cetus, dan sistem
satu gardan penggerak (4 x 2) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2.500 cc sampai
3.000 cc.
b. Kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api berupa:
1. Sedan atau station wagon; dan
2. Selain sedan atau station wagon dengan sistem dua gardan penggerak (4 x 4)
dengan kapasiatas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai 3.000 cc.
c. Kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi diesel),
berupa:
1. Sedan atau atau station wagon; dan
2. Sedan atau atau station wagon dengan sistem dua gardan penggerak (4 x 4) dengan
kapasiatas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai 2.500 cc.
5. Kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai pajak penjualan atas barang mewah dengan tarif sebesar 50% adalah semua jenis
kendaraan khusus dibuat untuk golf.
6. Kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai pajak penjualan atas barang mewah dengan tarif sebesar 60% adalah:
a. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai
50 cc; dan
b. Kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, pantai, gunung, dan
kendaraan semacamnya.
7. Kelompok barnag kena pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai pajak penjualan atas barang mewah dengan tarif sebesar 125% adalah:
a. Kendaraan bermotor untuk pengakutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi
dengan motor bakar cetus api, berupa:
1. Sedan atau station wagon; dan
2. Selain sedan atau station wagon dengan sistem satu gardan penggerak (4 x 2) atau
dengan sistem dua gardan penggerak (4 x 4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari
3.000 cc.
b. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi
dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi diesel), berupa:
1. Sedan atau station wagon; dan
2. Selain sedan atau station wagon dengan sistem satu gardan penggerak(4 x 2) atau
dengan sistem dua gardan penggerak (4 x 4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari
2.500 cc.
c. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc.

18
d. Trailer dan semitrailer dari tipe karavan untuk perumahan atau kemah.

Pajak penjualan atas barang mewah atas barang kena pajak yang tergolong mewah
yang termasuk dalam kelompok kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada angka
1,2,34, dan 7 dihitung dengan dasar pengenaan pajak sebesar:
1. Tujuh puluh lima persen dari harga jual kendaraan bermotor yang menggunakan
teknologi advance disesel/petrol engine, dual petrol gas engine (converter kit
CNG/LGV), biofuel engine, hybrid engine, CNG/LGV dedicated engine, dengan
konsumsi bahan bakar minyak mulai dari 20 kilometer per liter sampai 28 kilometer
per liter atau bahan bakar lain yang setara dengan itu;
2. Lima puluh persen dari harga jual kendaraan bermotor yang menggunakan teknologi
advance disesel/petrol engine, biofuel engine, hybrid engine, CNG/LGV dedicated
engine, dengan konsumsi bahan bakar minyak lebih dari 28 kilometer per liter atau
bahan bakar lain yang setara dengan itu;
3. Nol persen dari harga jual kendaraan bermotor yang termasuk program mobil hemat
energi dan harga terjangkau, selain sedan atau station wagon, dengan persyaratan
sebagai berikut:
a. Motor bakar cetus api dengan kapasitas isi silinder samoai 1.200 cc dan konsumsi
bahan bakar minyak paling sedikit 20 kilometer per liter atau bahan bakar lain
yang setara dengan itu; atau
b. Motor nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan kapasitas isi silinder
sampai pada 1.500 cc da konsumsi bahan bakar minyak paling sedikit 20
kilometer per liter atau bahan bakar lain yang setara dengan itu.

Pajak penjualan atas barang mewah untuk barang kena pajak berupa kendaraan
bermotor yang tergolong mewah dikenakan pada waktu penyerahan barang kena pajak yang
tergolong mewah oleh pengusaha yang menghasilakan atau pada waktu impor barag kena
pajak yang tergolong mewah.
Berdasarkan peraturan menteri keunagan nomor 64 tahun 2014, jenis kendaraan
bermotor yang dikenai pajak penjualan atas barang mewah dikenakan diatas:
1. Impor kendaraan CBU berupa kendaraan pengangkut orang sampai dengan 15 orang
termasuk pengemudi, kendaraan kabin ganda (double cabin), kendaraan khusus,
trailer atau semitrailer dari jenis tipe karavan untuk perumahan atau kemah dan
kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas silinder lebih dari 250 cc.
2. Penyerahan kendaraan hasil perakitan/produksi di dalam daerah pabean berupa
kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15 orang termasuk pengemudi,
kendaraan kabin ganda (double cabin), kendaraan khusus, trailer atau semitrailer dari
jenis tipe karavan untuk perumahan atau kemah dan kendaraan bermotor beroda dua
dengan kapasitas silinder lebih dari 250 cc.
3. Penyerahan kendaraan bermotor berupa kendaraan pengangkutan orang sampai 15
orang termasuk pengemudi dan kendaraan kabin ganda (double cabin) hasil
pengubahan dari kendaraan sasis atau kendaraan pengangkutan barang.

19
Pengenaan ppnbm sebagaimana dimaksud poin 1,2,3 adalah berdasarkan kelompok
barang kena pajak yang tergolong mewah yang berupa kendaraan bermotor sebagaimana
dimaksud dalam peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2013 tentang barang kena pajak yang
tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang dikenai pajak penjualan atas barang
mewah sebagaiman telah diubah dnegan peraturan nomor 22 tahun 2014.
Kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan pajak penjualan atas barang mewah
adalah:
1. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulance, kendaraan jenazah,
kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum.
2. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk tujuan protokoler kenegaraan.
3. Kendaraan bermotor angkutan orang untuk 10 orang atau lebih termasuk pengemudi,
dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau semidiesel) dengan semua kapasitas
isi silinder yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau Polri, dan
4. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli TNI atau Polri.
Apabila kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dalam jangka 5 tahun sejak impor atau perolehannya ternyata
dipindahtangankan atau diubah peruntukkannya sehingga tidak sesua tujuan dengan semula,
maka Pajak Penjual atas Barang Mewah yang terutang pada saat impor atau perolehannya
tersebut wajib dibayar kembali dalam jangka waktu satu bula sejak Barang Kena Pajak
tersebut dipindahtangankan atau diubah peruntukkannya.
Apabila dalam jangka waktu satu bulan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
terutang tersebut tidak atau kurang dibayar, maka Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) ditambah sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.

20
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
1. Dasar hukum pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 8 Tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah. Terhadap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) disamping dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah disebut dalam Pasal 4 Undang-undang
PPN dan PPnBM dikenakan juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
2. Karakteristik PPnBM ialah :
· PPn BM merupakan pungutan tambahan di samping PPN.
· PPn BM hanya dikenakan satu kali (yaitu ; pada saat impor atau pada saat penyerahan
BKP Mewah oleh Pengusaha Kena Pajak Pabrikan).
· PPn BM tidak dapat dikreditkan, sehingga diperlakukan sebagai biaya.
· Dalam hal BKP Mewah diekspor, PPn BM yang dibayar pada saat perolehannya
dapatdiminta kembali/direstitusi.
3. Tarif PPNBM
· Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 200% (tujuh
puluh lima persen)
· Tarif PPN dan PPnBM atas ekspor BKP adalah 0% (nol persen).
4. Objek pajak penjualan atas barang mewah :
· Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha
yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah tersebut di dalam Daerah
Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
· Impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono, Amin Dara. (2016) Perpajakan: Konsep, Aplikasi,
Contoh, dan Studi Kasus Edisi 2, Penerbit Salemba Empat: Jakarta

http://dedesyaifil.blogspot.co.id/2016/10/makalah-pajak-penjualan-atas-barang_25.html

http://www.denhaspot.top/2016/09/makalah-ppn-bm-barang-mewah.html

22

Anda mungkin juga menyukai