Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PPN DAN PPnBM

Transaksi Yang Terutang Pajak Penjualan Barang Mewah

Kelompok 1

Wan Maisarah Andriani

Zia Audie Oktavia

Haryanti Putri

Raihan Alhafizh

Hanifa Bahari Yelvi

Mita Leonika Silitonga

POLITEKNIK NEGRI BATAM


2023

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang.
Selain itu, Kami juga memanjatkan puji syukur atas limpahan berkah dan hidayah-Nya,
sehingga penyelesaian makalah Pengantar PPN dan PPnBM bisa berjalan lancar. Kami juga
berharap, agar makalah ini bisa menjadi untuk menambah pengetahuan atau informasi
bagi para pembaca.

Makalah ini kami susun dengan baik, sehingga orang yang masih awam dapat
memahami mengenai informasi yang berkaitan dengan makalah ini. Kami juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah berkontribusi dalam
penyelesaian makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa kami masih memiliki banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penyusunan kata, sehingga kami membuka dan menerima kritik dan saran bagi seluruh
pembaca.

Akhir kata Kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan memberi
pengetahuan bagi seluruh orang yang membaca. Kami juga berharap, agar makalah ini bisa
menjadi sumber informasi.

Batam, 25 Februari 2023

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang........................................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................................................... 5
C. Tujuan Makalah......................................................................................................................................................... 5
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................................................... 6
A. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).......................................................................................................................... 6
B. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).......................................................................................... 10
C. Contoh kasus PPN dan PPnBM......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................................... 13

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak Daerah yaitu pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah baik
ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Salh satu pajak yang yang dikelola
oleh pemerintah pusat yaitu, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang merupakan
pajak dikenakan atas setiap barang atau jasa.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) termasuk jenis pajak tidak langsung


maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (Pengusaha) yang bukan
penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir)
tidak menyetorkan langsung yang ia tanggung.

Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak


pedagangang atau produsen sehingga muncul istilah PKP (Pengusaha Kena
Pajak). Berdasarkan Undang-Undang Perpajakkan Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai barang dan jasa dan Pajak
Penjualan Barang Mewah, menyatakan bahwa tarif yang dikenakan pada jasa
yaitu sebesar 10% dari jumlah tagihan atau dari jumlah yang seharusnya ditagih
dan nantinya PPN yang dipungut tersebut akan disetorkan ke kas Negara.

Dalam mekanismenya perhitungannya, Pengusah Kena Pajak yang


bersangkutan menghitung selisih antara Pajak Keluaran yang dipungut dengan
Pajak Masukan yang telah dibayar. Pajak Keluaran adalah barang kena pajak atau
jasa kena pajak yang diserahkan kepada pihak lain selaku pembeli atau penerima
jasa merupakan produk (output) dari kegiatan usaha, sedangkan Pajak Masukan
adalah baraang kena pajak atau jasa kena pajak yang diperoleh tersebut
merupakan masukan (input) untuk kegiatan usaha.

5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam
makalah ini, yaitu sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari PPnBM?


2. Bagaimana objek pajak dari PPnBM?
3. Apa saja Barang Kena Pajak yang tergolong mewah?
4. Siapa saja subjek dari PPnBM?
5. Berapa tarif PPnBM?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk
mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari PPnBM


2. Untuk mengetahui objek pajak dari PPnBM
3. Untuk mengetahui Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
4. Untuk mengetahui siapa saja subjek dari PPnBM
5. Untuk mengetahui tarif dari PPnBM

6
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)


1. Pengertian PPnBm

Pajak Pertambahan nilai Barang Mewah adalah pajak yang


dikenakan pada barang yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
pengusaha yang menghasilkan barang tersebut di dalam daerah pabean
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dan impor barang kena pajak
yang tergolong mewah. PPnBM hanya dikenakan 1 kali pada saat
penyerahan barang ke produsen. PPnBM diatur dalam Undang-undang
Republik Indonesia No 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Republik
Indonesia No 07 Tahun 2021.

Terdapat beberapa karakteristik PPnBm, yaitu sebagai berikut:

a. PPnBM merupakan pungutan tambahan disamping PPN


Ini dimaksud agar konsumen yang memiliki kemampuan ekonomi
yang tinggi, yang membeli barang mewah memikul beban tambahan
lebih tinggi dibanding konsumen dengan kemampuan ekonomi yang
rendah.
b. PPnBM dipungut hanya pada saat impor BKP Mewah atau penyerahan
BKP Mewah oleh Pabrikan.
PPnBM hanya dibebankan satu kali pada saat penyerahan BKP
mewah, yang dilakukan pleh pabrikan yang memproduksi BKP mewah
c. PPnBM tidak dapat dikreditkan dengan PPN
PPnBM tidak dapat dikreditkan, karena sasaran pemungutannya
adalah konsumen. Jika PPnBM dapat dikreditkan, maka tujuan
memeberi beban pajak tambahan tidak akan tercapai, karena PPnBM
yang dibayar akan masuk kembali ke kas perusahaan pedagang

7
2. Objek pajak

Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan pada barang


sebagai berikut:

a. Penyerahan BKP yang tergolong mewah yang dilakukan oleh


pengusaha yang menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah
Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
b. Impor BKP yang tergolong mewah.

Barang Kena Pajak yang tergolong mewah sebagai berikut:


a. Barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok
b. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
c. Barang yang ada pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi
d. Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.
3. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
Berdasarkan UU PPN, BKP yang tergolong mewah adalah barang
yang bukan barang kebutuhan pokok, barang yang dikonsumsi
masyarakat tertantu, barang yang umumnya dikonsumsi untuk
menunjukkan status.
Pemerintah menerbitkan dua jenis Peraturan Pemerintah (PP),
yaitu PP mengenai PPnBM atas kendaraan bermotor yang tergolong
mewah dan PP yang mengatur pengenaan PPnBM atas barang mewah
selain kendaraan bermotor.
Adapun kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM yaitu: mobil
golf(termasuk golf buggy) serta kendaraan khusus yang dibuat untuk
perjalanan di atas salju, pantai,gunung, atau kendaraan sejenisnya.
Adapula kendaraan bermotor roda dua atau tiga dengan mesin
piston pembakaran dalm bolak-balik dengan kapasitas slinder melebihi
250 cc, tetapi tidak melebihi 500 cc, serta trailerdan semi trailer dari tipe
caravan untuk perumahan atau kemah.

8
Berdasarkan kebijakkannya, terdapat 6 kelompok BKP yang
tergolong mewah.
a) Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah,
apartemen, kondominium, town hous, dan sejenisnya
dengan harga jual senilai Rp.30.000.000.000,00,- (Tiga
Milyar Rupiah) atau lebih
b) Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat
dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa tenaga
penggerak.
c) Kelompok peluru senjat api dan senjata api lainnya (kecuali
untuk keperluan negara), serta peluru dan bagiannya (tidak
termasuk peluru senapan angin)
d) Kelompok pesawat udara selain yang dikenakan tarif 40%
(kecuali untuk keperluan Negara atau angkutan udara
niaga) seperti helikopter, atau pesawat udara atau
kendaraan udara lainnya selain helikopter.
4. Subjek Pajak

Berdasarkan sifatnya PPnBM merupakan pajak objektif yang


berarti pajak yang tidak menyesuaikan dengan kewajiban Wajib Pajak.
PPnBM adalah pungutan pajak tambahan selain PPN atas konsumsi
barang. Berbeda dengan PPN yang dipungut pada setiap rantai produksi
dan distribusi, PPnBM hanya dikenakan satu kali, yaitu pada tingkat
pabrikan, tepatnya pada saat penyerahan Barang Kena Pajak Tergolong
Mewah (BKPTM) atau saat impor BKPTM oleh pabrikan.

Subjek pajak PPnBM adalah pengusaha kena pajak yang


menghasilkan BKP yang tergolong mewah .

5. Tarif PPnBM

Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah ditetapkan paling


rendah 10% dan paling tinggi 200%. Untuk Ekspor Barang Kena Pajak
yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0%.

9
B. Contoh kasus PPN dan PPnBM
PT X merupakan PT yang sering mengimpor barang yang tergolong
mewah dengan nilai impor Rp. 200.000.000. Barang impor tersebut dikenakan
PPN sebesar 10% dan PPnBM sebesar 30%. DPP atas impor barang mewah
tersebut senilai Rp.200.000.000 tidak termasuk (PPN 10%) dan (PPnBM 30%)
yang dikenakan atas impor barang mewah tersebut. Berapakah jumlah yang
harus dibayarkan PT X atas impor BKP tergolong mewah tersebut?

Jawaban:

DPP (Nilai Impor) = Rp.200.000.000

PPN = Rp.200.000.000 X 10%

=Rp. 20.000.000

PPnBM = Rp. 200.000.000 X 30%

= Rp. 60.000.000

10
DAFTAR PUSTAKA
Perundang-undangan:
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan
nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 07
Tahun 2021.

11

Anda mungkin juga menyukai