Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Dosen pengampu: Bari’ah Kuddah, SE.,AK., BKP

Disusun Oleh :

Aliyya Z.E. Kakiay (193141414111069)


Hertati Sitinjak (193141414111052)
Irmatussa’diyah (193141414111046)
Mutiara Aisyah (193141414111063)

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga pemateri dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pajak
Pertambahan Nilai” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Presentasi kelompok
satu mata kuliah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah,
dengan Dosen pengampu Ibu Bari’ah Kuddah, SE.,A K., BKP. Selain itu makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pajak pertambahan nilai bagi pembaca
dan penulis.

Demikian Makalah ini dapat terselesaikan, tidak luput dari berbagai kekurangan.
Maka dari itu, berbagai kritik dan saran yang dapat membangun dalam perbaikan
makalah ini diharapkan dari berbagai pihak. Diucapkan rasa terima kasih kepada pihak -
pihak yang secara langsung telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Malang, 13 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...................................................................................................1

1.2. Rumusan masalah...............................................................................................2

1.3. Tujuan................................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1. Subjek Pajak dalam Pajak Pertambahan Nilai.........................................................3

2.2. Hak dan Kewajiban dari Pengusaha Kena Pajak....................................................3

2.3. Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.........................4

2.4. Pemungutan PPN Sebagai Subyek Pajak Pengganti..............................................11

BAB III. PENUTUP........................................................................................................13

3.1. Kesimpulan...........................................................................................................13

3.2. Saran................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasrkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU KUP No.28 Tahun 2007 pasal (1).

Pajak mempunyai peranan penting sebagai pemasok anggaran negara. Dari


pengertian tersebut pajak merupakan sumber dominan penerimaan negara. Oleh sebab itu,
setiap warga negara yang telah memenuhi kriteria sebagai wajib pajak yuntuk membayar
pajak wajib mealkukan kewajibannya untuk membayar pajak. pembayarran pajak bukan
hanya merupakan kewajiban kenegaraan tetapi merupakan hak dari setiap warga
negarauntuk berpartisipasi dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional.Di
indonesia sendiri memiliki jenis-jenis pajak yang bermacam-macam, dimulai dari pajak
penghasilan, pajak bumi bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, pajak
pertambahan nilai, dan masih banyak lagi.

Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan
nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Pajak
Pertambahan Nilai termasuk kedalam jenis pajak tidak langsung. Yang artinya pajak
tersebut disetor oleh pihak lain yang bukan penanggung pajak. pajak pertambahan nilai
memberikan kontribusi yang besar terhadao penerimaan pajak. kontribusi tersebut
semakin meninggakar setiap tahunnya, dengan meningkatnya pendapatan pajak dari pajak
penghasilan membuktikan bahwa menningkatnya pola konsumtif masyarakat dapat
mambuat sektor o\industri dan perdagangan memegang andil yang cukup besar sebagai
sumber penerrimaan pajak pertambahan nilai .

Walaupun demikian, masih banyak masyarakat yang kurang mengetahui tentang


pajak penghasilan yang ada diIndoneisia, sehingga menyebabkan berkurangnya
pendapatan sektor perpajakan. Dengan ditulisnya makalah penulis ingin memberikan
penngetahuan tentang Pajak penghasilan dan peraturan apa saja yang berlaku diIndonesia
serta tatacara pelaksanaannya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis
menetapkan judul bagi penuliwan makalah ini adalah “pajakpertambahan nilai”

1
1.2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Siapa saja subjek pajak dalam Pajak Pertambahan Nilai?
2. Apa saja hak dan kewajiban dari pengusaha kena pajak?
3. Bagaimana mekanisme pengukuhan dan pencabuan pengukuhan pengusaha kena
pajak?
4. Siapakah pemungut Pajak Pertambahan Nilai sebagai subjek pajak pengganti?

1.3. Tujuan
Adapun Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui subjek pajak dalam Pajak Pertambahan Nilai


2. Untuk mengetahui kewajiban dari pengusaha kena pajak
3. Untuk mengetahui mekanisme pengukuhan dan pencabuan pengukuhan
pengusaha kena pajak
4. Untuk mengetahui emungut Pajak Pertambahan Nilai sebagai subjek pajak
pengganti

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Subjek Pajak dalam Pajak Pertambahan Nilai


Subjek PPN adalah orang pribadi atau badan yang berdasarkan peraturan
perundang-unangan melakukan kegiatan penyerahan dan menerima barang/jasa kena
pajak. Jika ditelaah lebih lanjut, subjek PPN dapat dibagi menjadi dua, yakni:

1. Pengusaha Kena Pajak (PKP), dimana PPN dipungut oleh PKP dalam hal:

 PKP melakukan penyerahan BKP


 PKP melakukan penyerahan JKP
 PKP melakukan ekspor BKP, ekspor BKP Tidak Berwujud, ekspor JKP

2. Non-PKP, dimana PPN akan tetap terutang meski yang melakukan kegiatan
bukanlah berstatus PKP, dalam hal:
 Impor BKP
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
 Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
 Melakukan kegiatan membangun sendiri

2.2. Hak dan Kewajiban dari Pengusaha Kena Pajak


A. Hak & kewajiban pengusaha kena pajak
 Hak Pengusaha Kena Pajak ( PKP )
Pengusaha kena pajak memiliki hak - hak sebagai berikut :
1. Melakukan pengkreditan Pajak Masukan (Pembelian) atas perolehan
BKP/JKP
2. Meminta restitusi apabila Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak
Keluaran dan berhak atas kompensasi kelebihan pajak
 Kewajiban Pengusaha Kena Pajak ( PKP )
Pengusaha kena pajak memiliki kewajiban sebagai berikut :
1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
2. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang
3
3. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran
lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta
menyetorkan PPnBM yang terutang
4. Melaporkan penghitungan pajak dalam SPT Masa PPN
5. Menerbitkan Faktur Pajak untuk setiap Penyerahan BKP dan/atau JKP
B. Keuntungan dan Kerugian Menjadi PKP
Keuntungan :
1. Pengusaha dianggap memiliki sistem yang sudah baik dan dianggap legal
secara hukum karena sudah menjadi PKP dan tertib membayar pajak,
2. Menjadi PKP berarti perusahaan dianggap besar dan tentunya akan
berpengaruh saat menjalin kerja sama dengan perusahaan lain yang
tergolong besar,
3. Dapat melakukan transaksi penjualan kepada Bendaharawan Pemerintah,
4. Pola produksi dan investasi yang baik karena penyerahan BKP/JKP
menjadi beban si penikmat (konsumen).

Kerugian :

1. Pembayaran pajak semakin besar, karena bagi wajib pajak Non PKP,
perlakuan pajak masukan akan merugikan apabila dibandingkan sebagai
biaya,
2. Mengurangi daya saing karena harga jual lebih tinggi, hal ini karena
harus memungut PPN , dari lawan transaksi, apabila wajib pajak
dikukuhkan sebagai PKP maka setiap penyerahan BKP/JKP harus
ditambah dengan PPN
3. Menambah kerumitan dan pengenaan sanksi yang lebih besar, kerumitan
di sini terkait dengan aturan pelaporan PPN serta sanksi-sanksi di depan
terkait keterlambatan maupun kesalahan faktur.

2.3. Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak


A. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

1. Pengertian PKP (Pengusaha Kena Pajak)

PKP atau Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha / bisnis /


perusahaan yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai

4
(PPN) berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) 1984
dan perubahannya.

Sebelum mendapat pengukuhan PKP atau Pengusaha Kena Pajak,


seorang pengusaha atau wajib pajak badan harus memenuhi syarat pengajuan
PKP dan lolos dari survey yang dilakukan KPP atau KP2KP.

2. Syarat Pengajuan PKP

Untuk mendapat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari Direktorat


Jenderal Pajak, seorang pengusaha / bisnis / perusahaan harus menyampaikan
permohonan kepada:
a. KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha Pengusaha; atau
b. KPP tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Untuk mendapat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari Direktorat


Jenderal Pajak, seorang pengusaha / bisnis / perusahaan harus memenuhi
syarat:
1. Memiliki pendapatan bruto (omzet) dalam 1 tahun buku mencapai Rp 4,8
miliar. Tidak termasuk pengusaha / bisnis / perusahaan dengan
pendapatan bruto kurang dari Rp 4,8 miliar, kecuali pengusaha tersebut
memilih dikukuhkan jadi Pengusaha Kena Pajak.
2. Melewati proses survey yang dilakukan KPP atau KP2KP
3. Melengkapi dokumen dan syarat pengajuan PKP atau pengukuhan PKP.

Pengukuhan PKP berdasarkan permohonan Pengusaha dapat


diberikan sepanjang Pengusaha memenuhi ketentuan sebagai berikut.

a. Telah menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan untuk 2 (dua)


Tahun Pajak terakhir yang telah menjadi kewajibannya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan;

b. Tidak mempunyai utang pajak, kecuali utang pajak yang telah


memperoleh persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak;

5
c. Khhusus wajib pajak badan ketentuan diatas juga berlaku untuk seluruh
pengurus atau penanggung jawab

Selain harus memiliki omzet mencapai Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun,


pengusaha yang wajib mendapatkan pengukuhan PKP adalah pengusaha
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak di
dalam daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak
Berwujud, ekspor Jasa Kena Pajak dan/atau Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud diwajibkan:

1. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak


2. memungut pajak yang terutang
3. menyetorkan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) yang masih harus dibayar
dalam hal Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
yang terutang
4. melaporkan pemungutan, penyetoran, dan penghitungan pajaknya paling
lambat akhir bulan berikutnya (SPT Masa PPN)

3. Dokumen & Formulir Pendaftaran PKP yang Harus Disiapkan

Berikut ini dokumen-dokumen yang harus diajukan ke KPP untuk


memenuhi syarat pengajuan PKP dan mendapat pengukuhan PKP:

I. Wajib Pajak Orang Pribadi

 Formulir pendaftaran PKP


 Fotokopi KTP bagi WNI atau fotokopi KITAS/KITAP bagi WNA
 Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi
berwenang
 Surat keterangan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
II. Wajib Pajak Badan

 Formulur pendaftara PKP


 Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian atau perubahan bagi
wajib pajak badan dalam negeri atau surat keterangan penunjukan

6
dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap (BUT), yang dilegalisasi
oleh pejabat yang berwenang.
 Fotokopi Kartu NPWP salah satu pengurus atau fotokopi paspor dan
surat keterangan tempat tinggal dari pejabat pemerintah daerah
sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa jika penanggung jawab
perusahaan adalah WNA.
 Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi
berwenang.
 Surat keterangan tempat kegiatan usaha yang diterbitkan dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
III. Wajib Pajak Badan Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation)

 Formulir Pendaftaran PKP


 Fotokopi Perjanjian Kerjasama / Akta Pendirian sebagai bentuk kerja
sama operasi (Joint Operation) yang dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang.
 Fotokopi kartu NPWP masing-masing anggota bentuk kerja sama
operasi (joint operation) yang diwajibkan untuk memiliki NPWP.
 Fotokopi kartu NPWP orang pribadi salah satu pengurus perusahaan
anggota bentuk kerja sama operasi (joint operation) atau fotokopi
paspor dalam hal penanggung jawab adalah WNA.
 Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi
berwenang.
 Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah
Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Wajib
Pajak Badan dalam negeri maupun Wajib Pajak Badan asing.

Dokumen-dokumen lain yang biasanya disertakan.

 Bukti sewa / kepemilikan tempat usaha


 Foto ruangan / tempat usaha
 Peta lokasi
 Spesimen penanda tangan faktur (form disediakan KPP) & fotokopi
penanda tangan faktur
 Daftar harta / invetaris kantor
 Laporan keuangan (neraca laba / rugi)

7
 SPT Tahunan terakhir

4. Penyebab Syarat Pengajuan PKP Ditolak

Dalam jangka waktu 3-5 hari setelah semua persyaratan dilengkapi dan
diajukan, petugas verifikasi akan melakukan survey atau verifikasi. Bila disetujui,
maka sekitar 1-2 hari sejak survey, maka surat pengukuhan PKP dapat diambil di
KPP tempat syarat pengajuan PKP diberikan. Keputusan Permohonan Pengajuan
PKP diterbitkan paling lambat 5 hingga 10 hari kerja setelah Bukti Penerimaan
Surat diterbitkan.

Pengajuan PKP ditolak karena:

 Tidak memenuhi semua syarat pengajuan PKP


 Keraguan petugas atas keabsahan dan kelayakan perusahaan
 Pengusaha melakukan penyerahan BKP/JKP yang dikecualikan/bukan objek
PPN

B. Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

1. Pengusaha Kena Pajak yang Harus Dicabut/Mencabut Pengukuhan


PKP

Berdasarkan peraturan perpajakan, seorang pengusaha dengan omzet


kurang dari Rp4,8 miliar/tahun diperbolehkan mengajukan pencabutan
pengukuhan kena pajak. Selain itu terdapat beberapa kriteria Pengusaha Kena
Pajak yang harus dicabut secara jabatan:

1. PKP dengan status Wajib Pajak Non-Efektif;

2. PKP yang tempat terutangnya PPN telah dipusatkan di tempat


lain;

3. PKP menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak


pengukuhan PKP yang telah mendapatkan. putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap;

4. PKP yang pindah alamat tempat tinggal, tempat kedudukan, dan/


atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja KPP lainnya;

8
5. PKP yang telah dinonaktifkan sementara Sertifikat
Elektroniknya dan tidak melakukan klarifikasi atau klarifikasinya ditolak

6. PKP dengan keadaan tertentu yang ditetapkan oleh Direktur


Jenderal Pajak.

2. Tata Cara Permohonan Pencabutan Pengukuhan PKP

Terdapat 2 cara pencabutan pengukuhan PKP, yakni pencabutan


pengukuhan PKP atas permohonan PKP sendiri atau secara jabatan.

Tata cara permohonan pencabutan pengukuhan PKP sendiri bisa


dilakukan melalui 2 cara, yakni melalui elektronik (secara online) dan
manual. Berikut ini langkah pencabutan pengukuhan PKP berdasarkan
permohonan PKP:

a. Pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak oleh PKP

 Pencabutan pengukuhan dengan cara elektronik:

a. PKP mengisi formulir pencabutan pengukuhan PKP pada


aplikasi e-Registrasi yang tersedia pada laman DJP online.

b. Formulir yang telah disampaikan lewat aplikasi e-Registrasi


dianggap telah ditandatangani secara elektronik atau digital dan
mempunyai kekuatan hukum.

c. PKP yang telah mengisi dan menyampaikan formulir pencabutan


pengukuhan PKP wajib mengirimkan dokumen yang disyaratkan
ke KPP.

d. Pengiriman dokumen dapat dilakukan dengan cara


mengunggah softcopy dokumen melalui aplikasi e-Registration
atau mengirimkannya menggunakan surat pengiriman dokumen
yang telah ditandatangani.

e. Apabila dalam 14 hari kerja KPP tidak menerima dokumen yang


disyaratkan, maka permohonan pencabutan pengukuhan PKP
dianggap tidak diajukan.

9
f. Apabila dokumen yang disyaratkan diterima oleh KPP, maka
KPP akan menerbitkan bukti penerimaan surat secara elektronik.

g. Jika pencabutan pengukuhan PKP terkait dengan orang pribadi


yang telah meninggal, maka permohonan pencabutan
pengukuhan PKP bisa diajukan ahli waris, pelasana wasiat, atau
pihak yang mengurus harta peninggalan.

 Pencabutan pengukuhan dengan cara manual:

Pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara


manual dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

a. Isi formulir permohonan pencabutan pengukuhan PKP dan


lampirkan beserta dokumen yang dibutuhkan ke KPP atau
KP2KP tempat PKP terdaftar dan dikirimkan melalui kantor
pos/perusahaan jasa ekspedisi/kurir.
b. Setelah dokumen PKP diterima, maka PKP akan mendapatkan
bukti penerimaan surat dari KPP/KP2KP.
c. Bila permohonan tertulis tidak lengkap, maka:
(1) Surat permohonan pencabutan pengukuhan PKP yang
disampaikan secara langsung ke KPP akan kembalikan
kepada PKP.
(2) Jika dokumen disampaikan melalui kurir atau jasa
pengiriman, maka KPP akan menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis mengenai ketidaklengkapan tersebut.

b. Pencabutan Pengkukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan


Pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan yaitu pencabutan
yang dilakukan oleh DJP tanpa adanya permohonan dari PKP.
Pencabutan secara jabatan didahului dengan proses verifikasi untuk
memastikan bahwa jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto
PKP atas penyerahan BKP/JKP tidak melebihi 4.800.000.000. verifikasi
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 bulan yang terhitung sejak
tanggal tugas diterbitkan sampai dengan tanggal laporan hasil verifikasi
ditandatangani. Apabila hasil verivikasi disimpulkan bahwa:

10
1. Penyerahan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak yang
dilakukan oleh oengusaha kena pajak tidak lebih dari
4.800.000.000
2. Pengusaha kena pajak tidak memilih untuk tetap sebagai
pengusaha kena pajak
Maka kepada pengusaha tersebut diterbitkan surat pencabutan
pengukuhan pengusaha kena pajak.
Apabila kemudian hari diperoleh data atau informasi bahwa
wajib pajak yang telah dicabut pngukuhan pengusaha kena pajak ternyata
memiliki jumlah peredaran bruto lebih dari 4.800.000.000 maka surat
pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak tersebut dibatalkan dan
proses pembatalan tersebut juga dilakukan dengan verifikasi kembali.

2.4. Pemungutan PPN Sebagai Subyek Pajak Pengganti


A. Badan Usaha Milik Negara

BUMN merupakan badan usaha yang sebagian besar modalnya dimiliki


oleh negara dan berasal dari kekayaan negara. BUMN terdiri dari Persero, yang
sahamnya minimal 51% dimiliki oleh pemerintah, dan Perum, yang mana seluruh
modalnya dimiliki pemerintah.

B. Kontraktor atau pemegang izin

Kontraktor atau pemegang izin/kuasa merupakan salah satu pemungut


PPN. Yang dimaksud kontraktor atau pemegang izin/kuasa dijelaskan dalam
Pasal 1 PMK-73/PMK.03/2010, yakni:

 Kontraktor yang memiliki kontrak kerja sama dengan pengusaha minyak dan
gas bumi.
 Kontraktor atau pemegang izin/kuasa pengusaha sumber daya panas bumi
yang meliputi kantor pusat, cabang, ataupun unitnya.
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) merupakan pihak yang menjalin
kontrak dengan pemerintah RI, badan usaha tetap atau perusahaan pemegang hak
pengelolaan dalam suatu blok atau wilayah kerja dan memiliki hak untuk
melakukan eksplorasi dan eksploitasi gas dan minyak bumi di Indonesia.

11
C. Bendaharawan pemerintah

Bendaharawan pemerintah merupakan bendaharawan atau pejabat yang


melakukan pembayaran yang dananya berasal dari APBD/APBN. Bendaharawan
pemerintah terdiri dari bendaharawan pemerintah pusat dan daerah (provinsi,
kabupaten, atau kota).

Jadi, yang dimaksud pemungut PPN dan PPnBM dari kalangan


bendaharawan pemerintah adalah:

 Pejabat yang ditunjuk menteri atau ketua lembaga sebagai


bendahara dan/atau bendahara proyek.
 Direktorat Jenderal Anggaran yang sekarang menjadi Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
 Bendahara pemerintah pusat juga daerah.
Apabila PPN sudah dipungut oleh pemungut PPN, maka pihak penjual
sudah tidak bisa lagi mengkreditkan PPN karena pemungutan PPN telah menjadi
tanggung jawab pemungut PPN.

D. Pemungut PPN PMSE

Pemungut PPN PMSE adalah Pelaku Usaha PMSE yang ditunjuk oleh
Menteri untuk memungut, menyetorkan, dan melaporkan PPN atas pemanfaatan
BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean melalui PMSE.

PMSE adalah perdagangan yang transaksinya dilakukan melalui Sistem


elektronik. Pemungutan PPN PMSE dilakukan pada saat konsumen di Indonesia
bayar BKP tidak berwujud atau JKP. PPN menganut prinsip destinasi. Artinya,
dikenakan dimana barang dan/jasa dikonsumsi. Karena prinsip destinasi, maka
tarif ekspor 0% sebaliknya impor 10%.

12
BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Subjek PPN adalah orang pribadi atau badan yang berdasarkan peraturan
perundang-unangan melakukan kegiatan penyerahan dan menerima barang/jasa kena
pajak. subjek PPN dibagi menjadi dua, yakni Pengusaha Kena Pajak (PKP), dimana PPN
dipungut oleh PKP dan Non-PKP, dimana PPN akan tetap terutang meski yang
melakukan kegiatan bukanlah berstatus PKP.
Subjek PPN memiliki hak melakukan pengkreditan pajak Meminta restitusi
apabila Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran dan berhak atas kompensasi
kelebihan pajak. Selain itu subjek PPN juga memiliki kewajiban seperti Melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dan Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.
PKP atau Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha / bisnis / perusahaan yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP) yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berdasarkan Undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai (UU PPN) 1984 dan perubahannya . Pengusaha kena pajak yang telah
melebihi omset 4.800.000.000. diwajibkann untuk melakukan pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak.
Berdasarkan peraturan perpajakan, jika seorang pengusaha dengan omzet kurang
dari Rp4,8 miliar/tahun diperbolehkan mengajukan pencabutan pengukuhan kena pajak.
Selain itu terdapat beberapa kriteria Pengusaha Kena Pajak yang harus dicabut secara
jabatan
Beberapa Pemungutan PPN Sebagai Subyek Pajak Pengganti seperti Badan
Usaha Milik Negara, Kontraktor atau pemegang izin, Bendaharawan pemerintah,
Pemungut PPN PMSE

3.2. Saran
Demikian makalah ini penulis buat. Diharapkan dengan membaca makalah ini
pembaca dapat lebih memahami subbjek pajak dalam pajak pertambahan nilai, hak dan
kewajiban PKP, pengukuhhan dan pencabutan pengukuhan PKP serta pemungutan PPPN
sebagai sujek Pajak pengganti. Serta pembaca disrankan membaca undang-undang dan
peraturan menteri keuangan untuk lebih memahami isi dari makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Catatan tentang pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak (PKP).
Daring. (https://ekstensifikasi423.blogspot.com/2014/04/catatan-tentang-
pencabutan-pengukuhan.html?m=1). Diakses pada 12 Oktober 2020.

Anonim. 2017. Pengertian PKP (Pengusaha Kena Pajak). Daring.


(https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/pengukuhan-pkp-cara-syarat-
pengajuan-pkp). Diakses pada 12 Oktober 2020.

Anonim. 2018. Pengertiaan Subjek PPN. Daring. (https://www.onlien-pajak.com/subjek-


ppn). Diakses pada 13 Oktober 20220

Maulida Rani. 2018. Dasar Hukum Pencabutan Pengukuhan PKP. Daring


(https://www.online-pajak.com/tentang-pph-final/tata-cara-pencabutan-
pengukuhan-pkp). Diakses pada 12 Oktober 2020

Maulidah.2018.Hak dan Kewajiban PKP atas PPN.Daring,


(https://www.online-pajak.com/kewajiban-pkp-atas-ppn). Diakses Pada 11
Oktober 2020

Maulida Rani. 2018. Pemungut PPN dan Mekanisme Pemungutannya. Daring.


(https://www.online-pajak.com/pemungut-ppn-pajak). Diakses pada 13 Oktober
2020
Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
147/PMK.03/2017 Tentang Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak Dan Penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan Dan Pencabutan Pegukuhan
Pengusaha Kena Pajak. Jakarta

Suparman R. A. 2020. Kriteria Pemungut PPN PMSE. Daring.


(htttps://aguspajak.com/2020/06/30/pmse/#:˜:text=Pemungut%20PPN%PMSE
%20adalah%20Pelaku,transaksinya%20dilakukan%20melalui%20sistem
%20elektronik. ). Diakses pada 13 Oktober 2020
14
15

Anda mungkin juga menyukai