Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PPN (PAJAK PERTAMBAHAN NILAI) DALAM NEGERI

(Makalah ini disusun untuk guna memenuhi tugas Mata Kuliah Perpajakan)

Dosen Pengampu :
H.Hasdi Suryadi, SE, MM, Ak, CA, BKP, CPA

Disusun Oleh :
Yoko Happyanto Kalianda (21113220216676)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PANCASETIA
BANJARMASIN

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 5

2.1 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri .......................................................................... 5

2.2 Dasar Hukum Dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri ........................................... 6

2.3 Subjek dan Objek Dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri ..................................... 8

2.3.1 Subjek Pajak Pertambahan Nilai (PPn) .............................................................................. 8

2.3.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPn) ................................................................................ 9

2.4 Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak PPn Dalam Negeri .................................................. 9

2.4.1 Barang Kena Pajak (BKP) ................................................................................................... 9

2.4.2 Jasa Kena Pajak (JKP)...................................................................................................... 10

2.4.3 Pengecualian Barang Kena Pajak (BKP) .......................................................................... 10

2.4.4 Pengecualian Jasa Kena Pajak (JKP) .............................................................................. 10

2.4.5 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Yang Tidak dipungut ..................................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 12

3.2 Saran ......................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 13

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan kepada
saya sebagai penyusun untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri dengan
tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak H.Hasdi Suryadi, SE, MM, Ak, CA, BKP,
CPA pada Mata Kuliah Perpajakan . Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang PPN. Saya sebagai penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada Dosen Pengajar Mata Kuliah ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan diterima demi kesempurnaan makalah ini.

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum demi keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut, Negara Republik Indonesia perlu
mengelola keuangan negara yang diwujudkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang merupakan cerminan keuangan Negara. Salah satu sumber penerimaan negara
yang tercakup dalam APBN adalah pajak.

Fungsi pajak sebagai sumber pembiayaan negara (budgetair) telah menunjukkan peran
penting dalam pembangunan nasional. Peningkatan penerimaan pajak di masa mendatang juga
disebabkan oleh semakin menurunnya kontribusi penerimaan dari sektor sumber migas sedangkan
kebutuhan akan pembiayaan pembangunan semakin meningkat pesat.

Dalam Perpajakan ada yang disebut dengan istilah PPn, PPN merupakan pajak tidak
langsung yang dikenakan atas konsumsi barang dan/atau jasa. Meskipun pengenaannya dapat
dilakukan pada setiap mata rantai penyerahan dalam rangkaian produksi, distribusi maupun
pemasaran barang dan/atau jasa, penanggung PPN yang sebenarnya adalah konsumen akhir dari
barang dan/atau jasa tersebut. Nah, pada makalah kali ini saya sebagai penyusun akan menjabarkan
lagi dengan rinci mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada Makalah ini ialah sebagai berikut :

1. Apa Definisi/Pengertian Dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri ?


2. Bagaimana Dasar Hukum Dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri ?
3. Bagaimana Subjek dan Objek Dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri ?
4. Bagaimana Penjelasan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak PPn Dalam Negeri ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari makalah ini ialah guna menambah wawasan Saya sebagai penyusun
maupun pembaca mengenai Pajak Pertambahan Nilai atau PPN ini lebih rinci dan terukur.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri
Untuk memahami pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN), perlu diketahui definisi dari
Pajak Pertambahan Nilai.

1. Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari pajak penjualan. Alasan penggantian ini
karena pajak penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat
dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan
penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebasan.
2. Pajak Pertambahan Nilai adalah pungutan yang dibebankan atas transaksi jual-beli barang dan
jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah menjadi
Pengusaha Kena Pajak.1

Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. hal ini disebabkan
karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan
belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan
negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak.

Menurut Supramono (2009: 125) pajak pertambahan nilai merupakan pajak yang dikenakan
atas konsumsi di dalam negeri (daerah pabean), baik konsumsi BKP maupun JKP. Berdasarkan
penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, pada bagian umum,
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan
secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.2

Menurut Waluyo (2011: 9) menyatakan bahwa pajak pertambahan nilai (PPN) merupakan
pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (di dalam Daerah Pabean), baik konsumsi
barang maupun konsumsi jasa. Mardiasmo (2009: 269) menyatakan bahwa apabila dilihat dari
sejarahnya, pajak pertambahan nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan pengertian
ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat

1 https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/4176/Melda%20Sihombing.pdf?sequence=1&isAllowed=y
2 Supramono, Damayanti. 2009. Perpajakan Indonesia. Andi.Yogyakarta

5
dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan
Negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak.3

Mardiasmo (2009: 269) pajak penjualan mempunyai kelemahan yaitu :

a. Adanya pajak ganda.


b. Macam-macam tarif, sehingga menimbulkan kesulitan.
c. Tidak mendorong ekspor.
d. Belum dapat mengatasi penyeludupan.

Sedangkan pajak pertambahan nilai (PPN) mempunyai kelebihan yaitu :

a. Menghilangkan pajak ganda.


b. Mengunakan tarif tungggal sehingga mudah pelaksanaannya.
c. Netral dalam pesaingan dalam negeri, perdagangan nasional. netral pola konsumsi dan
mendorong ekspor.4
Atau PPN merupakan salah satu jenis pajak yang dipungut pada saat penyerahan barang
kena pajak (BKP) dan/atau jasa kena pajak (JKP). Sederhananya, ini adalah pajak yang ditambahkan
dan dipungut atas suatu transaksi. Dalam praktiknya, pihak penjual yang sudah dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP) harus membuat faktur pajak elektronik sebagai bukti pemungutan PPN
dan melaporkannya setiap bulan melalui SPT Masa PPN. Namun, pihak yang membayar pajak ini
adalah pihak pembeli.

2.2 Dasar Hukum Dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri
Berlakunya UU No. 42 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983
kemudian diubah menjadi UU No. 11 Tahun 1994, dan yang terakhir diubah lagi dengan UU No. 18
Tahun 2000 tentang pajak pertambahan nilai (PPN) barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah. aturan pelaksanaan terakhir diatur pada UU No. 42 Tahun 2009.

Dengan UU No. 8 Tahun 1983 dipungut pajak pertambahan nilai dan penjualan atas barang
mewah. Perbedaan utama pajak pertambahan nilai dari peredaran dan pajak penjualan 1951 adalah
tidak adanya unsur pajak berganda. Undang-undang yang mengatur pengenaan pajak pertambahan
nilai (PPN) barang dan jasa serta pajak penjualan atas barang mewah adalah undang- undang No. 8
Tahun 1983 kedua pajak ini merupakan sebagai pajak yang dipungut atas konsumsi dalam negeri.

3 Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia. Buku 1. Edisi 10. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
4 Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

6
khususnya terhadap penjualan atau penyerahan barang mewah selain dikenakan pajak pertambahan
nilai juga dikenalkan pajak penjualan atas barang mewah. Dalam undang-undang ditemukan bahwa
UU PPN diberlakukan 1 juli tahun 1984, dengan praturan pemerintah penganti UU (PERPEU) No. 1
Tahun 1984. Mulainya berlaku UU PPN ditangguhkan sampai tanggal 1 juli 1986, dan ditetapkan
peraturan pemerintah.5

Berikut ini adalah sejumlah dasar hukum PPN di Indonesia:

1. UU Nomor 8 Tahun 1983

Undang-undang No. 8 Tahun 1983 mengatur tentang daerah pabean, barang berwujud dan
BKP. Penyerahan BKP dalam peraturan tentang PPN ini adalah penyerahan BKP karena suatu
perjanjian, pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli (leasing) dan pengalihan hasil produksi
dalam kedaan bergerak.

Sedangkan yang dimaksud penyerahan JKP meliputi pemberian JKP yang dilakukan dalam
lingkungan perusahaan/untuk kepentingan sendiri. Tarif PPN ditetapkan sebesar 10% dan tarif atas
ekspor BKP/JKP sebesar 0% dengan ketentuan dapat diubah serendah-rendahnya menjadi 5% dan
setinggi-tingginya 15%.

Undang-undang ini mulai berlaku sejak 1 Januari 1984 bersamaan dengan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Indonesia serta Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Namun dasar hukum PPN ini baru disahkan
pada 1 April 1985.

2. UU Nomor 11 Tahun 1994

Sepuluh tahun sejak diberlakukannya UU Nomor 8 Tahun 1983, lahirlah UU Nomor 11 Tahun
1994. Beberapa poin penting dari kebijakan ini adalah penjelasan PPN sebagai pajak tidak langsung
yang dihitung oleh penjual tetapi dibayar oleh orang lain (pembeli). Selanjutnya, dasar hukum PPN ini
menjelaskan adanya sistem Muli Stage Tax sebagai pajak yang yang dikenakan secara bertingkat,
pada rantai produksi dan distribusi.

Setiap penyerahan barang yang menjadi objek PPN sejak dari pabrik, pedagang besar
sampai pengecer dikenakan PPN. Peraturan ini juga mengatur mengenai indirect subtraction/invoice
method yaitu cara menghitung pajak dengan metode tidak langsung terhadap pajak atas konsumsi

5Kezia Rafinzka, ‘Pasal 4 UU PPN’, Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 42, 1967, 3–4.
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/pasal-4-uu-ppn . Diakses pada tanggal 27-09-2023

7
dalam negeri sebagai pajak yang yang dikenakan secara definitif terhadap barang konsumsi di
Indonesia.

UU No. 11 Tahun 1994 ini juga membahas mengenai consumption type VAT sebagai pajak
yang dipungut atas nilai tambah, penerapan Non cummulative tax yaitu sistem pengenaan pajak pada
barang/jasa yang telah dikenakan terhadap barang/jasa yang telah dikenakan pajak daerah.
Penerapan tarif tunggal 10% diberlakukan untuk pungutan PPN dan pajak objektif sebagai pajak yang
dikenakan atas barang/jasa tanpa melihat orang/badan yang melakukan transaksi.

3. UU Nomor 42 Tahun 2009

UU No. 42 tahun 2009 adalah perubahan ketiga atas UU PPN. Dengan kata lain, peraturan
ini merupakan dasar hukum terbaru yang mengatur tentang PPN. Undang-undang yang menjadi
dasar hukum PPN ini membahas sejumlah perubahan dari undang-undang sebelumnya seperti
mengenai status PKP sebagai pihak yang wajib menyetor dan melaporkan PPN dan PPnBM yang
terutang, hingga kewajiban pengusaha kecil yang sudah memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.

Berdasarkan peraturan ini, PPN dikenakan atas penyerahan BKP di dalam daerah pabean
yang dilakukan oleh pengusaha, impor BKP, penyerahan JKP dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh pengusaha, pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean,
ekspor BKP berwujud oleh PKP, ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP dan ekspor JKP oleh PKP.

UU No.42 tahun 2009 juga mengatur bahwa PPN atas penyerahan JKP yang dibatalkan
(sebagian/seluruhnya) dapat dikurangkan dari PPN terutang yang terjadi dalam masa pajak terjadinya
pembatalan.6

2.3 Subjek dan Objek Dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri
2.3.1 Subjek Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
Menurut Resmi (2011: 5) pajak pertambahan nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung,
artinya pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dialihkan kepada orang lain atau pihak
ketiga. pihak-pihak yang mempunyai kewajiban memungut, menyetor, dan melaporkan PPN terdiri
atas :

6Dikutip dari Website Pajak.com. Mengulik Dasar Hukum PPN dan Peraturannya di Indonesia. https://www.online-
pajak.com/tentang-ppn-efaktur/dasar-hukum-ppn diakses pada Tanggal 27-09-2023.

8
• Pengusaha kena pajak (PKP) yang melakukan penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak
didalam daerah pabean dan melakukan ekspor barang kena pajak berwujud/barang kena pajak
tidak berwujud/jasa kena pajak.
• Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusa kena pajak (PKP).7

2.3.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPn)


Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) selalu mengalami perubahan seiring dengan
diberlakukannya UU baru. UU No. 42 Tahun 2009 yang berlaku mulai 1 April 2010. PPN dikenakan
atas :

a. Penyerahan BKP didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.


b. Impor BKP.
c. Penyerahan JKP didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.
d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean.
e. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
f. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP.
g. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP.
h. Ekspor JKP oleh PKP.8

2.4 Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak PPn Dalam Negeri
2.4.1 Barang Kena Pajak (BKP)
Menurut UU No. 42 Tahun 2009 pasal 1 angka (3) barang kena pajak adalah barang berwujud
yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan
barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan UU. Menurut Mardiasmo, (2008: 274) BKP
adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau
barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN.

Menurut Waluyo (2011: 12) BKP adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenai
pajak berdasarkan UU PPN dan PPnBM).

7Resmi, Siti, (2011), Perpajakan Teori Dan Kasus Empat, Salemba Empat, Jakarta.
8Utomo, R. (2017). PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH BERDASARKAN UU NO. 42 TAHUN 2009.

9
2.4.2 Jasa Kena Pajak (JKP)
Menurut UU No. 18 Tahun 2000 dan No. 42 Tahun 2009 pasal 1 angka (6) PKP adalah setiap
kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu
barang atau fasilitas atau memberi kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang
dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan dan bahan dan petunjuk pemesan.

Surhatono dan Ilyas (2010: 15), menyatakan bahwa dalam UU PPN No. 42 Tahun 2009
menjelaskan bahwa pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak (BKP) dan atau
penyerahan jasa kena pajak (JKP) yang tergolong pengusaha kecil tidak diwajibkan untuk dikukuhkan
sebagai pengusa kena pajak (PKP), kecuali pengusaha kecil tersebut memilih untuk dikukuhkan
sebagai pengusa kena pajak (PKP).9

2.4.3 Pengecualian Barang Kena Pajak (BKP)


Pada dasarnya semua barang adalah barang kena pajak, kecuali Undang-undang
menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah berdasarkan atas kelompok- kelompok barang sebagai berikut:

• Barang hasil pertambangan, penggalian dan pengeboran, yang diambil langsung dari sumbernya,
seperti minyak tanah, gas bumi, panas bumi, pasir dan kerikil, batu bara, biji besi, biji timah, biji
emas, biji tembaga, biji nikel, biji perak,dll.
• Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, seperti: beras,
gabah, jagung, sagu, kedelai, garam, daging, telur, susu, buah-buahan, sayur-sayuran.
• Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya
meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak.
• Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga (saham, obligasi dan lainnya).10

2.4.4 Pengecualian Jasa Kena Pajak (JKP)


Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak, kecuali yang ditentukan lain oleh UU PPN. Pada
UU No. 42 Tahun 2009, Menurut Mardiasmo (2008:275) kelompok jasa yang tidak dikenakan pajak
pertambahan nilai adalah jasa pelayanan kesehatan medis, jasa pelayanan sosial, jasa pengiriman
surat dengan perangko, jasa keuangan, jasa asuransi, jasa keagamaan, jasa pendidikan, jasa
kesenian dan hiburan, jasa angkutan umum, jasa tenaga kerja, jasa perhotelan, jasa yang disediakan

9Suhartono, Rudy, dan Ilyas, Wirawan B, 2010, Ensiklopedia Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta.
10Ramadanty Kartika Putri, R. (2021). ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERHADAP
KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG–UNDANGAN PADA PT. CITRA KOSMETIKA INDUSTRI (Doctoral
dissertation, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta).

10
oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, jasa penyediaan tempat
parker, jasa telepon dengan uang logam, jasa penerimaan uang dengan wesel pos, jasa boga atau
catering.11

2.4.5 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Yang Tidak dipungut


Pajak pertambahan nilai (PPN) yang tidak dipungut atas impor barang kena pajak (BKP)
tertentu yang dibebaskan Bea masuk. Keputusan menteri keuangan No.231/PMK.03/2001 tanggal 30
april 2001 sebagaimana telah diubah dengan peraturan menteri keuangan No.616/PMK.03/2004
tanggal 30 desember 2004, yaitu :

• Atas impor barang kena pajak yang dibebaskan dari pungutan bea masuk tetap dipungut.
• Menyimpang dari ketentuan diatas sehingga barang kena pajak yang dibebaskan dari pungutan
bea masuk, tidak dipungut bea masuk.

11JASA, P. P. N. B. D., & MEWAH, S. P. P. A. B. PROGRAM STUDI D3 ADMINISTRASI KEUANGAN FAKULTAS


EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JEMBER TAHUN 2022.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri adalah salah satu bentuk PPN
yang dikenakan kepada masyarakat umum yang melakukan kegiatan pembangunan secara mandiri.

Negara Indonesia telah menggunakan PPN sejak tahun 1983 sebagai pengganti dari Pajak
Penjualan (PPn). PPN diatur dalam UndangUndang Nomor 42 tahun 2009 sebagaimana telah diubah
dari UndangUndang Nomor 8 Tahun 1983. Tarif yang digunakan sebesar 10% utnuk PPN dalam
negeri dan 0% untuk ekspor.

• PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas “konsumsi barang atau jasa” (General
Indirect Tax on Consumption).
• Sebagai pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar PPN ditentukan oleh adanya objek
pajak.
• Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam negeri, PPN hanya dikenakan atas Konsumsi Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam negeri.

3.2 Saran
Saran saya sebagai penyusun makalah ini ialah diharapkan pembaca agar membaca dengan
cermat isi dari makalah ini sehingga mendapatkan ilmu yang bermanfaat nantinya. Serta kritik dan
saran sangat saya tunggu untuk kesempurnaan makalah ini nantinya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Dikutip dari jurnal ilmiah. Pajak Pertambahan Nilai.
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/4176/Melda%20Sihombing.pdf?seq
uence=1&isAllowed=y. Diakses pada tanggal 27-03-2023

Supramono, Damayanti. 2009. Perpajakan Indonesia. Andi.Yogyakarta

Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia. Buku 1. Edisi 10. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Kezia Rafinzka, ‘Pasal 4 UU PPN’, Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 42,
1967, 3–4. https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/pasal-4-uu-ppn . Diakses pada
tanggal 27-09-2023

Dikutip dari Website Pajak.com. Mengulik Dasar Hukum PPN dan Peraturannya di Indonesia.
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/dasar-hukum-ppn diakses pada Tanggal
27-09-2023.

Resmi, Siti, (2011), Perpajakan Teori Dan Kasus Empat, Salemba Empat, Jakarta.

Utomo, R. (2017). PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN
ATAS BARANG MEWAH BERDASARKAN UU NO. 42 TAHUN 2009.

Suhartono, Rudy, dan Ilyas, Wirawan B, 2010, Ensiklopedia Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta.

Ramadanty Kartika Putri, R. (2021). ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


TERHADAP KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG–UNDANGAN PADA PT. CITRA
KOSMETIKA INDUSTRI (Doctoral dissertation, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
Jakarta).

JASA, P. P. N. B. D., & MEWAH, S. P. P. A. B. PROGRAM STUDI D3 ADMINISTRASI KEUANGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JEMBER TAHUN 2022.

13

Anda mungkin juga menyukai