Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PPN (PAJAK PERTAMBAHAN NILAI) DALAM NEGERI


(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perpajakan)

Dosen Pengampu :
H.Hasdi Suryadi, SE, MM, Ak, CA, BKP, CPA

Disusun Oleh :
Norliana (21113220216671)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PANCASETIA
BANJARMASIN

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 5

2.1 PPN Dalam Negeri ...................................................................................................................... 5

2.1.1 Objek PPN (Pajak Pertambahan Nilai) Dalam Negeri ........................................................ 5

2.1.2 Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) Dalam Negeri .......................................................... 6

2.1.3 Dasar Hukum PPn ............................................................................................................... 6

2.1.4 Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ..................................................................... 6

2.2 Subyek PPN Dalam Negeri......................................................................................................... 7

2.2.1 Tata cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai ................................................................ 9

2.3 Barang & Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN .............................................................................. 9

2.4 Mekanisme Pemungutan PPN Dalam Negeri .......................................................................... 10

2.4.1 Dasar Pengenaan Pajak (DPP)......................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 13

3.2 Saran ......................................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 14

ii | P a g e
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai
dengan harapan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada bapak H. HASDI SURYADI, SE, MM, Ak, CA,
BKP, CPA sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Perpajakan yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan saya sebagai penyusun. Maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak salah satu sumber penerimaan negara yang diberlakukan oleh hampir seluruh negara
didunia, masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam negara harus
berurusan dengan pajak sehingga setiap anggota masyarakat perlu mengetahui bagaimana sistem
perpajakan dinegaranya.

Ketika melakukan suatu transaksi, terlebih pada barang atau jasa, Anda seringkali
dihadapkan dengan istilah PPN. PPN adalah singkatan dari Pajak Pertambahan Nilai, yaitu pungutan
yang dikenakan pada proses distribusi maupun transaksi.

Pemungutan PPN cukup sering ditemukan dalam kegiatan sehari-hari, seperti makan di
restoran, berbelanja di mall hingga membeli minuman di coffee shop. Oleh karena itu untuk penjelasan
yang lebih rincinya akan dijelaskan didalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada Makalah ini dan dilihat dari Latar Belakang Masalah diatas ialah
sebagai berikut :

1. Bagaimana penjelasan PPN Dalam Negeri ?


2. Siapa Subyek PPN Dalam Negeri ?
3. Apa Barang & Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN ?
4. Bagaimana Mekanisme Pemungutan PPN Dalam Negeri ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini agar berguna bagi penyusun maupun pembaca untuk
menambah wawasan tentang PPN Dalam Negeri secara rinci.

4|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PPN Dalam Negeri
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Adalah Pemungutan atas pajak konsumsi yang dibayar
sendiri sehubungan penyerahan Barang kena Pajak dan Jasa Kena Pajak. Pajak pertambahan nilai
merupakan pajak yang dikenakan atas nilai tambah dari suatu Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau
Jasa Kena Pajak (JKP) yang dipungut saat melakukan transaksi atau penyerahan.

Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pemungutan pajak terhadap tiap
transaksi/perdagangan jual beli produk/jasa dalam negeri kepada wajib pajak orang pribadi, badan
usaha maupun pemerintah, Istilah PPN dalam Bahasa Inggris dikenal dengan Goods and Services
Tax (GST) atau Value Added Tax (VAT). Pajak ini bersifat tidak langsung, objektif dan non kumulatif.
Maksudnya, pajak tersebut dibayarkan secara langsung oleh pedagang, melainkan dibayarkan oleh
konsumen.

Sehingga, dikatakan tidak langsung karena konsumen tidak membayar secara langsung ke
pemerintah. Dimulai sejak 1 Juli 2016, PKP (Pengusaha Kena Pajak) seluruh Indonesia diwajibkan
untuk membuat nota atau faktur pajak elektronik (e-faktur) guna menghindari pembuatan faktur pajak
palsu untuk pemungutan PPN kepada para konsumen.

Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam negeri, PPN hanya dikenakan atas Konsumsi
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam negeri.1

2.1.1 Objek PPN (Pajak Pertambahan Nilai) Dalam Negeri


Yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai atau biasa disebut dengan Objek PPN adalah:

• Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh pengusaha
• Impor Barang Kena Pajak
• Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean
• Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

1 Agusti, R. R., Ningsih, D. N. C., & Kumalasari, K. P. (2022).

5|Page
• Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor Jasa Kena Pajak oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP)2

2.1.2 Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) Dalam Negeri


Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang No. 42 tahun 2009 pasal 7, yang kemudian
diubah dengan Undang-Undang Harmonisasi Perpajakan (UU HPP) pada bab IV pasal 7 ayat (1) :

• Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah 11% (sepuluh persen).


• Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) 12% paling lambat 1 januari 2025
• Perubahan tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) diatur dalam PP (bersama DPR dalam
RAPBN)

Kemudian pada undang-undang baru tersebut, disebutkan bahwa barang kebutuhan pokok
yang dibutuhkan masyarakat banyak, jasa pelayanan kesehatan medis, jasa pendidikan, jasa
pelayanan sosial, mendapatkan fasilitas pembebasan PPN.3

2.1.3 Dasar Hukum PPn


Undang-undang PPN adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000. Dasar hukum Pajak
Penghasilan Tambahan atau PPN adalah Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2007 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Hingga saat ini, dasar hukum tersebut telah mengalami tiga kali perubahan atau amandemen.
Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan kebijakan serta lebih memperhatikan keadilan masyarakat
Indonesia. Dasar hukum PPN terbaru ada didalam peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu
Undang-Undang Harga Pokok Produksi No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan.4

2.1.4 Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


1. Pajak Tidak Langsung

Berbeda dengan PPh yang bebannya ditanggung oleh WP secara langsung karena berkaitan
dengan penghasilan yang diperoleh atau diterima WP, beban PPN dapat dialihkan kepada pihak lain

2 Marsono, M., & Muamarah, H. S. (2022).


3 Yolanda, M., & Fajriana, I. (2023).
4 Regyna, T. F., Agustina, D., & Pramadista, F. N. (2022). Dampak Daya Beli Konsumen Kendaraan Bermotor Terhadap

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM).

6|Page
selaku pembeli barang atau penerima jasa karena PPN dokenakan dan dipungut atas transaksi yang
diterima atau dipaki oleh pembeli barang atau penrima jasa tersebut.

2. Pajak Objektif

Berbeda denga PPh yang pengenaan dan pembebananya dikenakan dan dirasakan
langsung oleh atau melekat kepada subjek pajak, timbulnya kewajiban membayar PPN sangat
ditentukan oleh adanya objek pajaknya. Kondisi pajak subjektif tak dipertimbangkan

3. Multi-stage tax

PPN dikenakan secara bertahap disetiap dan diseluruh rantai produksi dan distribusi

4. Non-kumulatif

Meskipun PPN adalah multi-stage tax tetapi PPN tidak bersifat kumulatif karena PPN
mengenal adanya mekanisme pengkreditan pajak masukan.

5. Tarif tunggal

Tarif PPN sangat sederhana karena hanya ada tarif 10% untuk transaksi penyerahan barang
atau jasa didalam negeri atau 0% atas transaksi ekspor

6. Credit Method

Ini artinya PPN terutang adalah selisih PPN yang haus dipungut untuk transaksi penyerahan
barangatau jasa dodalam negeri yang harus dikenakan PPN (pajak keluaran) dengan PPN yang telah
dipungut sehubungan pembelian atauperolehan barang atau penerimaan jasa ( pajak masukan)

7. Konsumsi dalam negeri

Atas impor barang atau jasa dari luar negeri dan transaksi jual beli didalam negeri dikenakan
PPN dengan tarif 10% sedangkan ekspor tidak (dikenakan tarif 0%).5

2.2 Subyek PPN Dalam Negeri


1. Pengusaha

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,

5Mangoting, Y. (1999). Tax planning: Sebuah pengantar sebagai alternatif meminimalkan pajak. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, 1(1), 43-53.

7|Page
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean,
melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

2. Pengusaha kena pajak

Pengusaha adalah pengusaha yang mengekspor BKP yang telah dikukuhkan sebagai PKP.

3. Pengusaha kecil

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang dalam satu tahun buku melakukan penyerahan:

• BKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 240.000.000,00


• JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 120.000.000,00

4. Hubungan istimewa

Berdasarkan pasal 2 UU PPN 1984, hubungan istimewa dapat terjadi, karena:

a. Penyertaan
• Pengusaha yang mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar 25%
atau lebih dari pada pengusaha lain.
• Hubungan antar digabung pengusaha dengan penyertaan 25% atau lebih pada dua
pengusaha atau lebih.
• Hubungan antara dua pengusaha atau lebih yang modalnya sebesar 25% atau lebih
dipegang oleh satu pengusaha.
b. Penguasaan manajemen

Pengusaha yang satu menguasai pengusaha lainnya atau dua atau lebih pengusaha berada di bawah
penguasaan pengusaha yang sama baik langsung maupun tidak langsung.

c. Hubungan kekeluargaan
• Hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat
dan/atau kesamping satu derajat.
• Sedarah lurus satu derajat: ayah, ibu dan anak.
• Sedarah ke samping satu derajat: kakak dan adik
• Semenda lurus satu derajat: mertua dan anak tiri
• Semenda ke samping satu derajat: ipar
• Hubungan antara suami istri jika ada perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

8|Page
2.2.1 Tata cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai
Cara menghitung PPN

PPN = Dasar Pengenaan Pajak (DPP) x tarif pajak

Contoh :

PKP “A” menjual tunai BKP kepada PKP “B” dengan harga jual sebesar Rp 50.000.000,00

PPN yang terutang adalah sebagai berikut:

10% x Rp 50.000.000,00 = Rp 5.000.000,00

PPN sebesar Rp 5.000.000,00 tersebut merupakan pajak keluaran, yang dipungut oleh PKP “A”
sedangkan bagi PKP “B”, PPN tersebut merupakan pajak masukan

2.3 Barang & Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN


1. Jenis Barang Yang Tidak Dikenakan PPN :
• Barang Hasil Pertambangan Atau Hasil Pengeboran Yang Diambil Langsung Dari Sumbernya
• Barang Kebutuhan Pokok Yang Sangat Dibutuhkan Oleh Rakyat Banyak
• Makanan Dan Minuman Yang Disajikan Di Hotel, Restoran, Rumah Makan, Warung Dan
Sejenisnya, Meliputi Makanan Dan Minuman Baik Yang Dikonsumsi Ditempat Maupun Tidak,
Termasuk Makanan Dan Minuman Yang Diserahkan Oleh Usaha Jasa Boga Atau Catering
• Uang, Emas Batangan, Dan Surat Berharga
2. Jenis Jasa Lainnya Yang Tidak Dikenakan PPN :
• Jasa Dibidang Kesehatan Medik, Seperti Dokter Umum, Dokter Spesials, Jasa Dibidang
Pelayanan Sosial Seperti Panti Asuhan, Jasa Pemakaman;
• Jasa Dibidang Pengiriman Surat Dengan Perangko;
• Jasa Pelayanan Sosial;
• Jasa Dibidang Keagamaan Seperti Pemberian Khotbah/ Dakwah;
• Jasa Dibidang Pendidikan, Jasa Dibidang Kesenian Dan Hiburan Yang Telah Dikenakan
Pajak Tontonan, Seperti Pementasan Kesenian Tradisional;
• Jasa Dibidang Penyiaran, Seperti Penyiaran Radio Dan Televisi Yang Bukan Bersifat Iklan.
• Jasa Dibidang Angkutan Umum Seperti Angkutan Umum Di Darat Dan Di Air;
• Jasa Dibidang Tenaga Kerja Seperti Jasa Penyelenggaraan Latihan Bagi Tenaga Kerja;
• Jasa Dibidang Perhotelan;
• Jasa Yang Disediakan Oleh Pemerintah Dalam Rangka Menjalankan Pemerintahan Umum;

9|Page
• Jasa Perbankan;
• Jasa Kesenian Dan Hiburan, Meliputi Semua Jenis Jasa Yang Dilakukan Pekerja Seni Dan
Hiburan;
• Jasa Boga Atau Catering.6

2.4 Mekanisme Pemungutan PPN Dalam Negeri


Bagi Instansi Pemerintah

Jika anda adalah instansi pemerintah, mekanisme pemungutan PPN oleh adalah sebagai berikut:

1. PKP rekanan pemerintah mwmbuat faktur pajak dan SPP sat memberikan tagihan kepada
bendahawaran pemerintah atau KPKN baik untuk sebagian maupun seluruh pembayaran.
2. Rekanan menerbitkan faktur pajak dengan kode transaksi “02”.
3. Apabila Pembayaran diterima sebelum penagihan atau sebelum penyerahan BKP / JKP,
Fakrtur pajak wajib diterbitkan saat pembayaran diterima.
4. Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan penyetoran PPN atau PPnBM.
5. Apabila penyerahan BKP terutang PPnBM maka PKP rekanan pemerintah mencantumkan
jumlah PPnBM yang terutang pada faktur pajak.
6. Faktur pajak memiliki 3 rangkap ( Lembar pertama untuk bendahara, lembar kedua untuk
arsip PKP rekanan pemerintah, lembar ketiga untuk PKP melalui bendahara pemerintah).
7. Rekanan mengisi SSp dengan menyertakan NPWP dan identitas PKP Rekanan Pemerintah
yang bersangkutan.
8. Penandatanganan SSP dilakukan oleh bendahara pemerintah/ KPPN sebagai penyetoran
atas nama PKP rekanan pemerintah.
9. Lembar faktur pajak yang dipungutoleh bendaharawan pemerintah wajib disertakan cap
“Disetor tanggal dan ditandatangani oleh bendahara pemerintah”.
10. Jika pemungutan PPN oleh bendahara pemerintah dibuat dalam rangkap 5 setelah PPN dan
PPnBM disetor ke kantor pos atau Bank Persepsi, maka lembar lembar tersebut
diperumtukkan: (Lembar pertama untuk PKP Rekanan, Lembar Kedua untuk Kantor
Pelayanan Pajak melalui Kantor Pelayanan Pembendaharaan Negara, lembar ketiga untuk
PKP rekanan dan dilampirkan pada SPT Masa PPN, lembar keempat untuk Bank Presepsi/

6https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/bandaaceh/id/layanan/perpajakan/ppn.html#:~:text=Pajak%20Pertambahan%20Nilai

%20(PPN)%20Adalah,Pajak%20dan%20Jasa%20Kena%20Pajak.&text=1.Undang%20Undang%20Nomor%2011,Mentri
%20Keuangan%20Nomor%20197%2FPMK.

10 | P a g e
Kantor Pos pertinggal untuk kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan lembar kelima
digunakan sebagai arsip bagi bendahara.
11. Jika pemungutan PPN oleh bendaharawan Negara dibuat dalam 4 rangkap, maka lembaran
lembaran tersebut akan di peruntukan: lembar pertama untuk PKP rekanan Pemerintah
dilampirkan pada SPT masa PPN , lembar keempat sebagai arsip bagi KPPN (
Bendaharawan Negara).
12. Kantor Layanan Perbendaharaan Negara memberikan cap “Telah Dibubukan” pada SSP
lembar pertama dan lembar kedua.
13. Bendaharawan Negara yang melakukan pemungutan yang mencantumkan nomor dan
tanggal advis SPM pada setiap Faktur Pajak dan SSP.
14. Jenis Pajak PPN Dalam Negeri, menggunakan kode akun pajak 411211 dengan kode jenis
setoran 910 untuk pengisian SSP.

Bagi Umum

Secara umum, mekanisme pemungutan PPN adalah sebagai berikut :

1. Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)/ Jasa
Kena Pajak (JKP) wajib memungut PPN dari pembeli/penerima BKP/ JKP yang bersangkutan
sebesar 10% dari harga jual atau penggantian, dan membuat Faktur Pajak sebagai bukti
pemungutannya.
2. Apabila pembeli BKP/JKP tersebut berstatus Pemungutan PPN (BUMN, kontraktor dan
pemegang izin kontak kerja sama, benharawan pemerintah, dan Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara), PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak
dipungut oleh PKP Penjual, melainkan disetor langsung ke kas Negara oleh Pemungut PPN
tersebut. Dengan demikian, Pemungut PPN-nya (10%) disetor langsung ke kas Negara.
3. PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak keluaran bagi PKP
Penjual BKP/JKP, yang sifatnya sebagai pajak yang harus dibayar (hutang pajak).
4. Pada waktu PKP diatas melakukan pembelian /perolehan BKP/JKP yang dikenakan PPN,
PPN tersebut merupakan pajak masukan, yang sifatnya sebagai pajak yang dibayar dimuka,
sepanjang BKP/JKP tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.
5. Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila jumlah Pajak Keluaran lebih besar dari pada
pajakmasukan, maka selisihnya harus di setor ke kas Negara paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Kena
Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. Dan sebaliknya, apabila jumlah Pajak Masukan lebih

11 | P a g e
besar dari pada Pajak keluaran,maka selisih tersebut dapat dikompensasi ke masa pajak
berikutnya. Resitusi hanya dapat diajukan pada akhir tahun buku.
6. Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan Surat Pemnberitahuan Masa PPn ( SPT
Masa PPN) setiap bulan ke Kantor Pelayanan Pajak terkait paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnnya Masa Pajak.7

2.4.1 Dasar Pengenaan Pajak (DPP)


Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang terutang,
berupa: Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak termasuk PPN yang
dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur
Pajak.
2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP),ekspor Jasa Kena Pajak,
atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh penerima jasa karena
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud.
3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah
pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-
Undang PPN.
4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh eksportir.
5. Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak dengan
Keputusan Menteri Keuangan.

7 https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/pajak-pertambahan-nilai-ppn

12 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah jenis pajak yang disetor dan dilaporkan pihak
penjual yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Batas waktu penyetoran dan
pelaporan PPN adalah setiap akhir bulan. Sejak tanggal 1 Juli 2016, PKP se-Indonesia wajib membuat
e-Faktur atau faktur pajak elektronik sebagai prasyarat pelaporan SPT Masa PPN.

Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya. Pajak masukan
ialah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh maupun membuat produknya. Sebagai
pajak atas konsumsi umum dalam negeri, PPN hanya dikenakan atas Konsumsi Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam negeri.

3.2 Saran
Saran saya sebagai penyusun makalah ini ialah diharapkan pembaca agar membaca dengan
cermat isi dari makalah ini sehingga mendapatkan ilmu yang bermanfaat nantinya. Serta kritik dan
saran sangat saya tunggu untuk kesempurnaan makalah ini nantinya.

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Agusti, R. R., Ningsih, D. N. C., & Kumalasari, K. P. (2022). Konsep Pajak Konsumsi: Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) di Era Digital. Universitas Brawijaya Press.

Marsono, M., & Muamarah, H. S. (2022). Pencatatan Transaksi Pemanfaatan Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud Atau Jasa Kena Pajak Dari Luar Daerah Pabean. Jurnal Pajak dan
Keuangan Negara (PKN), 4(1), 10-19.

Yolanda, M., & Fajriana, I. (2023). Analisis Restitusi Pajak Pertambahan Nilai dan Kenaikan Tarif
Pajak Pertambahan Nilai 11% pada KPP Pratama Palembang Ilir Barat. SINOMIKA Journal:
Publikasi Ilmiah Bidang Ekonomi dan Akuntansi, 1(6), 1433-1444.

Regyna, T. F., Agustina, D., & Pramadista, F. N. (2022). Dampak Daya Beli Konsumen Kendaraan
Bermotor Terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (PPnBM).

Mangoting, Y. (1999). Tax planning: Sebuah pengantar sebagai alternatif meminimalkan pajak. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 1(1), 43-53.

https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/bandaaceh/id/layanan/perpajakan/ppn.html#:~:text=Pajak%20Pert
ambahan%20Nilai%20(PPN)%20Adalah,Pajak%20dan%20Jasa%20Kena%20Pajak.&text=1.Undan
g%20Undang%20Nomor%2011,Mentri%20Keuangan%20Nomor%20197%2FPMK.

https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/pajak-pertambahan-nilai-ppn

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai