Anda di halaman 1dari 20

PERPAJAKAN

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekonomi Publik

Oleh :

Kelompok 4 EKIS 4 B

1. Rusnawati 2104010038
2. Rizky Mulyani 2104010044
3. Asmira 2104010051
4. Desy Marshya Andini 2104010052
5. Muzayyana 2104010058

Dosen pengampuh :
Ahmad Syawal Senong Pakata, S.E., M. M.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
ISNTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan
menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT.
Salawat serta salam mari kita kirimkan kepada junjungan Nabi besar kita
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju ke
zaman yang terang-benderang ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah Ekonomi Publik dan kepada semua pihak-
pihak yang sudah membantu dalam pembuatan makalah ini yang berjudul
“Perpajakan”.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah
ini, dan kami juga sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari
para pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan
pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Palopo, 26 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4

A. Pengertian pajak ......................................................................................... 4


B. Jenis jenis pajak ......................................................................................... 5
C. Manfaat pajak ............................................................................................. 8
D. Analisis kontribusi pajak ............................................................................ 11
E. Efisiensi pajak terhadap ekonomi ............................................................... 14

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 17

A. Kesimpulan ................................................................................................ 17
B. Saran .......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kontribusi pajak dalam beberapa tahun terakhir ini semakin signifikan dan
diperhitungkan sebagai tulang punggung sumber pembiayaan nasional dalam
rangka mensukseskan program-program pembangunan nasional yang secara
bertahap akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraaan bangsa
dan masyarakat pada umumnya. Jumlah wajib pajak juga bertambah dari waktu ke
waktu sebagai pencerminan meningkatnya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak
untuk melaksanakan dan mengelola hak dan kewajiban perpajakannya secara baik
dan benar.
Di satu sisi, wajib pajak senantiasa menuntut pemungutan aspek keadilan
hukum pajak dalam menegakkan hak wajib pajak tersebut, tetapi di sisi lain hal ini
tidak diimbangi dengan wawasan dalam pemenuhan kewajiban pembayaran pajak
secara baik dan benar, ibaratnya, masyarakat sudah memiliki pedang tetapi
pedang itu tumpul.bagaimanapun juga tax saving program setiap transaksi bisnis
akan tergantung pada kejelian wajib pajak secara optimal. 1
Kajian perpajakan dan perencanaan pajak (Tax Planning) akan selalu
tumbuh berkembang seiring dengan perkembangan dunia bisnis. Tidak banyak
literatur tentang perencanaan pajak yang kontekstual dengan perpajakan
indonesia, padahal pengetahuan yang menyangkut masalah perpajakan ini sangat
dibutuhkan oleh masyarakat kita khususnya praktisi bisnis dan mahasiswa yang
mempelajari atau memperdalam ilmu perpajakan. Di Indonesia, sistem perpajakan
telah mengalami berbagai perubahan sejak masa penjajahan Belanda. Pada awal
kemerdekaan, Indonesia mengadopsi sistem perpajakan dari Belanda, tetapi
seiring berjalannya waktu, sistem perpajakan mengalami berbagai penyesuaian
dan perubahan.

1
Chairil Anwar Pohan, Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak Dan Bisnis. Cetakan
pertama (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013): 11.

1
2

Pajak di Indonesia terdiri dari berbagai jenis, seperti pajak penghasilan,


pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, serta pajak lainnya.
Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
sistem perpajakan, termasuk melalui reformasi perpajakan dan peningkatan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya membayar pajak.
Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang sistem perpajakan
sangatlah penting bagi semua orang, terutama bagi mereka yang terlibat dalam
dunia bisnis dan keuangan. Dengan memahami sistem perpajakan, individu dan
perusahaan dapat mengelola keuangan mereka secara efektif dan efisien, serta
mematuhi ketentuan perpajakan yang berlaku.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
sebagai berikut :
1. Apa pengertian perpajakan ?
2. Apa saja jenis jenis pajak ?
3. Apa saja manfaat pajak ?
4. Bagaimana analisis kontribusi pajak ?
5. Bagaimana efisiensi pajak terhadap ekonomi ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pengertian perpajakan
2. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis pajak
3. Untuk mengetahui apa saja manfaat pajak
4. Untuk mengetahui bagaimana analisis kontribusi pajak
5. Untuk mengetahui bagaimana efisisensi pajak terhadap ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengerian Perpajakan

1. Secara Bahasa
Sesuai kamus bahasa Indonesia, pajak diartikan sebagai pungutan wajib,
biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan
wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan,
jual beli barang, dan sebagainya.
Kata pajak sendiri mungkin merupakan serapan dari bahasa Jawa, “pajeg”
atau “duwit pajeg”, berasal dari kata “ajeg”, yang menunjuk pada pembayaran
landrente, meskipun ada versi lain yang mengatakan bahwa kata pajak berasal dari
kata bahasa belanda “pacht” yang berarti sewa, atau lengkapnya adalah
“Pachtvertrag”.
Istilah lain yang juga masih dipakai dalam kehidupan sehari-hari sebagai
sebagai pengganti kata pajak adalah fiskal dan cukai. Menurut kamus bahasa
Indonesia, fiskal berarti hal yang berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan
negara. Cukai, dalam kamus besar bahasa Indonesia, dijelaskan sebagai pajak atau
bea yang dikenakan pada barang impor dan barang konsumsi, atau sebagian dari
hasil tanah (seperti sawah atau ladang) yang wajib diberikan kepada tuan
(pemilik) tanah sebagai ongkos tanah.
2. Menurut Undang-Undang
Berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum
dan tata cara perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan
undang-undang nomor 16 tahun 2009, pengertian pajak adalah: kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.2

2
Yoyok Rahayu Basuki, A-Z Perpajakan Mengenal Perpajakan, Cetakan Pertama (indonesia :
Yoyok Rahayu Basuki,2013), 61.

3
4

3. Menurut Syariat
Secara etimologi, pajak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah
Dharibah, yang berasal dari kata ‫ضرب‬, ‫يضرب‬, ‫ ضربا‬yang artinya: mewajibkan,
menetapkan, menentukan, memukul, menerangkan atau membebankan, dan lain-
lain, (Munawwir, 2002) Dalam Al-Quran, kata dengan akar kata da-ra-ba terdapat
di beberapa ayat, antara lain pada Q.S Al-Baqarah (2): 61.: (Abd al-baqi, 2008)3
‫وضربت عليهم الذلة والمسكنة‬
Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan…..
Dharaba adalah bentuk kata kerja (fi’il), sedangkan bentuk kata bendanya
(isim) adalah dharibah yang dapat berarti beban. Dharibah adalah isim mufrad
(kata benda tunggal) dengan bentuk jamaknya adalah dharaib ia disebut beban,
karena merupakan kewajiban tambahan atas harta setelah zakat, sehingga dalam
pelaksanaannya akan dirasa sebagai sebuah beban (pikulan yang berat). Dalam
contoh pemakaian, jawatan perpajakan disebut dengan maslahah adh-daraaib
(Gusfahmi, 2007).
B. Jenis Pajak
Jenis-jenis pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan
golongan, berdasarkan sifat, dan berdasarkan lembaga pemungutnya.
1. Berdasarkan Golongan
Berdasarkan golongannya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak Langsung, adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dialihkan atau dibebankan ke orang lain maupun pihak
lain. Pajak tersebut harus menjadi tanggungan Wajib Pajak yang
bersangkutan. Contoh: PPh (Pajak Penghasilan) dibayar oleh pihak-pihak
yang memperoleh penghasilan tersebut.
b. Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang dapat dialihkan atau dibebankan
kepada orang lain atau pihak lain. Pajak tidak langsung bisa terjadi jika
terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan pajak
terhutang, misalnya ketika terjadi penyerahan barang dan jasa. Contoh: PPN

3
Maman Surahnab Dan Fadilah Ilahi, “Konsep Pajak Dalam Hukum Islam”, Ekonomi Dan
Keuangan Syariah Vol.1 No.2 (Juli,2017),166-177.S
5

(Pajak Pertambahan Nilai) adalah pajak yang terjadi karena adanya


pertambahan nilai terhadap barang dan jasa. Jenis pajak ini dibayarkan oleh
produsen maupun pihak yang menjual barang, akan tetapi pajak tersebut
dibebankan kepada konsumen, baik secara eksplisit maupun implisit
(dimasukkan dalam harga jual).
Untuk menentukan apakah suatu pajak termasuk sebagai pajak langsung
dan pajak tidak langsung, dapat dilakukan dengan cara melihat unsur-unsur yang
terdapat dalam kewajiban pemenuhan perpajakan. Unsur- unsur tersebut adalah:
1. Penanggung jawab pajak, yaitu orang yang diharuskan melunasi pajak secara
formal yuridis.
2. Penanggung pajak, yaitu orang yang pada kenyataannya menanggung beban
pajak terlebih dahulu.
3. Pemikul pajak, yaitu orang yang harus dibebani pajak secara undang- undang.
Jika ketiga unsur tersebut terdapat pada seseorang, maka pajak yang
ditanggungnya merupakan pajak langsung. Tapi jika ketiga unsur tersebut terpisah
atau terdapat pada lebih dari satu orang/satu pihak, maka pajak yang
ditanggungnya merupakan pajak tidak langsung.
2. Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak “Subjektif, adalah pajak yang dalam pengenaannya memperhatikan
keadaan pribadi Wajib Pajak. Pajak subjektif adalah pajak yang
memperhatikan keadaan subjeknya. Contoh: PPh (Pajak Penghasilan). Dalam
hal PPh, terdapat Subjek Pajak (Wajib Pajak) yang berupa perorangan.
Pembebanan PPh kepada orang tersebut dilakukan dengan melihat keadaan
pribadi Wajib Pajak (status perkawinan, jumlah anak, dan tanggungan-
tanggungan lain). Keadaan pribadi Wajib Pajak tersebut digunakan untuk
menentukan seberapa besar penghasilan yang tidak kena pajak.

b. Pajak Objektif, adalah pajak yang dalam pengenaannya memperhatikan objek


yang berupa benda, keadaan, perbuatan, dan atau peristiwa yang
6

menyebabkan munculnya kewajiban untuk membayar pajak, tanpa


memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak.
Contoh:
1. PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
2. PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah)
3. PBB (Pajak Bumi dan Bangunan).
3. Berdasarkan Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Negara, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Hasil
pemungutan pajak tersebut digunakan untuk membiayai keperluan umum
rumah tangga Negara.
Contoh:
1. PPh
2. PPN
3. PPnBM.
b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik
itu pemerintah daerah tingkat I (pajak provinsi), maupun pemerintah
daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota). Hasil pemungutan pajak tersebut
digunakan untuk membiayai keperluan umum daerah masing- masing.
Contoh:
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Pajak Bahan Bakar Kendaraan
3. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
4. Pajak Hiburan
5. Pajak Reklame
6. Pajak Rokok
7. Pajak Air Permukaan
8. Pajak Hotel
9. Pajak Restoran
10. Pajak Penerangan Jalan
11. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
12. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7

13. Pajak Sarang Burung Walet


14. Pajak Air Tanah
15. Pajak Parkir
16. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Pajak Provinsi meliputi :
1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan.
Pajak Kabupaten/Kota meliputi :
1. pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Reklame
4. Pajak Hiburan
5. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
6. Pajak Penerangan Jalan
7. Pajak Parkir
8. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
9. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. 4
C. Manfaat Pajak
1. Manfaat Membayar Pajak Bagi Masyarakat
a. Infrastruktur dan Fasilitas Umum
Pembuatan jalan, pembangunan jembatan, sekolah, tol hingga rumah ibadah
merupakan beberapa jenis infrastruktur dan fasilitas umum yang telah
dibangun dari sebagian alokasi dana penerimaan pajak.
b. Fasilitas Pendidikan
Pajak juga digunakan untuk pembangunan fasilitas pendidikan. Program-
program pemerintah dari segi pendidikan seperti Kartu Indonesia Pintar

4
Fery, Irlan. "Irlan Fery Jenis-Jenis Pajak Daerah, Retribusi Daerah Berpengaruh Terhadap Poten-
si Pendapatan Asli Daerah Era Covid-19." JRAK (Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis) 7.1 (2021):
72-83.
8

(KIP), Beasiswa Bidik Misi dan Bantuan Operasional (BOS) merupakan


deretan manfaat membayar pajak dari sektor pendidikan.
c. Transportasi umum
Tersedianya fasilitas angkutan umum di setiap wilayah merupakan salah satu
manfaat membayar pajak. Pemerintah menyediakan fasilitas transportasi
umum yang baik, nyaman, serta harga yang terjangkau untuk masyarakat
guna mengatasi kemacetan serta masalah terkait angkutan umum lainnya.
d. Fasilitas Kesehatan
Sebagian hasil penerimaan pajak dialokasikan pada bidang kesehatan. Selain
itu, membayar pajak juga berguna untuk meningkatkan pelayanan dan mutu
rumah sakit serta pembiayaan JKN/KIS bagi peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI).
e. Keamanan dan Ketertiban
Manfaat membayar pajak lainnya adalah dapat merasakan keamanan dan
ketertiban. Dana penerimaan pajak digunakan untuk pengadaan senjata atau
kendaraan tempur serta melakukan modernisasi di segala aspek keamanan
darat, air, hingga udara.
2. Manfaat Membayar Pajak Bagi Pebisnis
Pengetahuan tentang perpajakan sangatlah penting tidak hanya
dikalangan masyarakat melainkan juga dikalangan pengusaha termasuk di
sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) karena hal ini terkait dengan hak
dan kewajibannya sebagai wajib pajak. Banyak usaha-usaha baik yang
berskala kecil maupun menengah merupakan sumber pajak yang dapat
menambah pendapatan bagi negara. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
merupakan salah satu penunjang pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
keberadaan Usaha Kecil dan Menengah sangatlah penting karena dianggap
mampu menyerap banyak tenaga kerja
Program kemitraan usaha kecil menengah dengan industri-industri
skala besar pun digulirkan agar tercapai sinergi antar keduanya, khususnya
bagi usaha kecil menengah seperti peluang pasar, modal kerja dan manajemen.
UKM memiliki beberapa kelemahan antara lain adalah menghadapi ketidak
9

pastian pasar, ketidak pastian dapat bertahan hidup atau tidak dalam tahun
pertama usaha, serta adanya pembukuan yang tidak jelas. Kelemahan
kelemahan inilah yang bisa mempengaruhi pemahaman dan kewajiban setiap
pengusaha UKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Harapan
selanjutnya yaitu adanya regulasi yang mendukung sekaligus mendorong
berkembangnya usaha kecil menengah tersebut secara menyeluruh, seperti
persoalan perpajakannya.
a. Keuntungan Pengusaha Domestik Akan Berlipat
Barang-barang impor yang dikenakan pajak tinggi oleh pemerintah bertujuan
agar produksi dalam negeri mampu bersaing di pasaran. Pajak yang
dibayarkan oleh pengimpor akan meredam neraca perdagangan dan jumlah
barangnya akan berkurang. Dengan demikian, pengusaha dapat memajukan
bisnisnya dan bersaing dengan barang-brang impor.
b. Mendapat Pinjaman Lebih Mudah
Manfaat membayar pajak dengan tertib dapat memudahkan mendapatkan
pinjaman dari bank. Tentunya hal ini sangat memudahkan para pemilik usaha.
Dengan kartu NPWP khusus bisnis, maka pihak bank akan menganggap
kamu adalah pelakuk bisnis profesional.
c. Menunjukkan Kesehatan Keuangan Perusahaan
Manfaat membayar pajak lainnya adalah dapat menunjukkan sehatnya
keuangan suatu perusahaan. Tentunya hal ini perlu didukung dengan
pengelolaan keuangan yang baik. Ditjen Pajak akan memberikan denda bagi
setiap pengusaha yang telat bayar pajak. Adanya denda akibat telat bayar
pajak akan menyadarkan para pengusaha akan pentingnya membayar pajak.
d. Usaha Menjadi Lebih Profesional
Membayar pajak usaha akan membuat usaha terlihat lebih profesional di
hadapan distributor dan konsumen. Hal ini dikarenakan ketika berkecimpung
di dalam bisnis di bidang manufaktur, maka Nomor Poko Wajib Pajak
(NPWP) merupakan salah satu bagian terpenting dalam surat kerja sama
kontrak. Apabila tidak memiliki NPWP, perusahaan akan terlihat tidak
profesional.
10

Manfaat yang dirasakan oleh para wajib pajak, wajib pajak akan menjadi
patuh untuk mendaftarkan diri apabila memperoleh manfaat atas kepemilikan
npwp seperti jalan yang baik, sekolah yang cukup, rumah sakit yang memadai,
keamanan dan sebagainya. Rendahnya jumlah wajib pajak yang terdaftar juga
dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat karena selama ini banyak
masyarakat beranggapan bahwa timbal balik (kontra prestasi) pajak melalui
pembangunan sarana dan prasarana umum dan fasilitas pelayanan yang baik
belum dilakukan secara merata dan hasilnya belum dirasakan sepenuhnya oleh
masyarakat, sehingga masyarakat cenderung melakukan penghindaran pajak yang
dimulai dengan tidak mendaftarkan diri. Hingga saat ini upaya untuk
meningkatkan perpajakan dari sektor usaha kecil dan menengah masih terus
dilakukan oleh direktorat jendral pajak. Salah satu langkah yang dilakukan
direktorat jendral pajak untuk meningkatkan penerimaan pajaknya adalah melalui
penjaringan wajib pajak baru.5

D. Analisis Kontribusi Pajak


Menurut Guritno (1997:76) kontribusi adalah sesuat yang diberikan
bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau
bersama. Sehingga kontribusi yang dimaksud dapat diartikan sebagai sumbangan
yang diberikan oleh pendapatan pajak atas hotel dan restoran terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Untuk mengetahui klasifikasi kriteria kontribusi dapat dilihat
dari tabel berikut ini.

5
Latief, S., Zakaria, J., & Mapparenta, M. (2020). Pengaruh kepercayaan kepada pemerintah, ke-
bijakan insentif pajak dan manfaat pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak. CESJ: Center Of Eco-
nomic Students Journal, 3(3), 270-289.
11

Sektor Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama Negara yang
akan digunakan dalam pembangunan dan pengembangan untuk mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain, pendapatan Negara
dari sector ini merupakan “motor penggerak” kehidupan ekonomi masyarakat dan
sarana nyata bagi pemerintah untuk mampu menyediakan berbagai sarana dan
prasarana kepentingan umum. Untuk lebih mengetahui kontribusi pajak terhadap
penerimaan Negara dapat dilihat dari tabel berikut.

Berdasarkan tabel diatas, dapat terlihat bahwa dengan kontribusi


penerimaan pajak terhadap pendapatan Negara yang menunjukkan angka di atas
60% tiap tahunnya, menandakan bahwa peranan pajak sangat potensial dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Negara. Tingginya kontribusi
penerimaan pajak terhadap pendapatan Negara tersebut, pemerintah telah
melakukan salah satu upaya yaitu pembaruan peraturan di bidang Pemerintah
Daerah dan Pengelolaan Keuangan pada tahun 1999 yang dikenal dengan otonomi
daerah. Dengan otonomi semacam ini, daerah dituntut untuk menggali potensi dan
sumber keuangan baru serta sumber-sumber Pendapatan Asli Daerahnya (PAD). 6
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah “Pendapatan Asli Daerah
(PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”, (Siahaan, 2005:
15), sedangkan menurut Halim Pendapatan Asli Daerah adalah “Pendapatan
Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari
sumber ekonomi asli daerah”. (Halim, 2004: 67). Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

6
Walakandou, R. J. (2013). Analisis kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah (pad)
di kota manado. Jurnal Emba: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3).
12

Pusat dan Pemerintah Daerah Pasal 6 ayat (1), maka sumber-sumber


penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Pendapatan daerah yang sah seperti penjualan asset tetap daerah dan jasa
giro. Menurut Trywilda (2012), diantara sumber-sumber pendapatan tersebut,
hasil pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang sangat potensial dan
memegang peranan penting dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Salah
satu jenis pajak daerah yang ada pada sebagian pemerintahan kota/kabupaten yang
memilki kontribusi cukup besar bagi penerimaan asli daerah adalah pajak hotel
dan restoran.7
Menurut Sugianto (2008: 64), Pendapatan Asli Daerah (PAD) cermin per-
tumbuhan ekonomi di dalam suatu pemerintah daerah. PAD memang bisa dijadi-
kan alat ukur untuk menilai perkembangan ekonomi dari suatu kabupaten/kota,
nilai PAD sangat tergantung pada taxable capacity atau kapasitas perpajakan ka-
bupaten/kota yang bersangkutan. Sumber-sumber pendapatan asli daerah adalah
dari pajak-pajak asli daerah, seperti pajak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, pajak bumi bangunan, pajak perhotelan, restoran, reklame
biaya retribusi, dan keuntungan dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). 8

E. Efisiensi Pajak Terhadap Ekonomi


Pengertian efisiensi menurut Mulyamah (1987) dalam Hanipah dan
Pratomo (2014) yaitu suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan
masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataan lain penggunaan
yang sebenarnya. Sedangkan menurut Malayu (2003) dalam Hanipah dan Pratomo

7
Mikha, Danied. "Analisis Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Dae-
rah Kabupaten Sleman." Kajian Akuntansi 5.1 (2010): 66-79.
8
Gomies, Stevanus J., and Victor Pattiasina. "Analisis Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Maluku Tenggara." Jurnal Ilmiah
Aset 13.2 (2011): 175-183.
13

(2014) efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan
output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan),
seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang
terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan. Ada juga
Halim (2001) yang menjelaskan bahwa efisiensi adalah pengukur besarnya biaya
pemungutan yang digunakan terhadap realisasi penerimaan. Efisiensi pajak
berhubungan dengan besarnya biaya pemungutan dengan realisasi penerimaan
pajak daerah. Rumus efisiensi pajak daerah adalah sebagai berikut, rumus ini
sesuai dengan penelitian Octafiana (2014) menggunakan rumus :

Dari rumus di atas menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 35


Tahun 2002, jika perhitungan rasio efisiensi pajak daerah memperoleh hasil
prosentase yang tidak melebihi 5% maka pengelolaan pajak daerah dikatakan
efisien. Sedangkan, efisiensi retribusi daerah adalah nilai yang dihitung berdasar-
kan prosentase biaya pemungutan retribusi daerah dengan realisasi penerimaan
retribusi daerah. Sama halnya dengan pajak daerah, pengelolaan retribusi daerah
dikatakan efisien apabila rasio efisiensi atau rasio biaya pemungutan tidak
melebihi 5%. Kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD,
digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak daerah dan retribusi
daerah terhadap PAD. 9

9
omies, Stevanus J., and Victor Pattiasina. "Analisis Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Dae-
rah Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Maluku Tenggara." Jurnal Ilmiah Aset 13.2
(2011): 175-183
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan definisi pajak yang telah dikemukakan oleh para ahli,
tampaknya memberi kesan bahwa pajak dipungut pemerintah semata-mata
sebagai sumber dana bagi pelaksanaan tugas-tugasnya. Kesan demikian dapat
dipahami karena semula pajak difungsikan sebagai sumber dana untuk mengisi
kas negara sehubungan dengan tugas-tugas yang harus diemban. Tetapi,
sebenarnya pemungutan pajak mempunyai fungsi yang lebih luas, selain sekadar
mengisi kas negara, juga sebagai alat untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi
masyarakat.
Kata pajak sendiri mungkin merupakan serapan dari bahasa Jawa, “pajeg”
atau “duwit pajeg”, berasal dari kata “ajeg”, yang menunjuk pada pembayaran
landrente, meskipun ada versi lain yang mengatakan bahwa kata pajak berasal dari
kata bahasa belanda “pacht” yang berarti sewa, atau lengkapnya adalah
“Pachtvertrag”.
Secara etimologi, pajak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah
Dharibah, yang artinya: mewajibkan, menetapkan, menentukan, memukul,
menerangkan atau membebankan, dan lain-lain, (Munawwir, 2002) Dalam Al-
Quran, kata dengan akar kata da-ra-ba terdapat di beberapa ayat, antara lain pada
Q.S Al-Baqarah (2): 61.: (Abd al-baqi, 2008)
B. Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya karena terbatasnya pengetahuan kami dan kurangnya referensi
yang ada. Kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan pembelajaran untuk
penulisan makalah di lain kesempatan. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya, dan juga para pembaca pada umumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, E., & Tambun, S. (2020). Pengaruh Pemahaman Fungsi Pajak dan
Manfaat Pajak Terhadap Sikap Nasionalisme Serta Dampaknya
Terhadap Niat Menjadi Wajib Pajak yang Patuh. Media Akuntansi
Perpajakan, 5(2), 61-73.
Chairil Anwar Pohan, Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak Dan
Bisnis. Cetakan pertama (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2013), 11.
Fery, Irlan. "Irlan Fery Jenis-Jenis Pajak Daerah, Retribusi Daerah Berpengaruh
Terhadap Potensi Pendapatan Asli Daerah Era Covid-19." JRAK
(Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis) 7.1 (2021): 72-83.
Gomies, Stevanus J., and Victor Pattiasina. "Analisis Kontribusi Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Maluku Tenggara." Jurnal Ilmiah Aset 13.2 (2011): 175-183.
Kartika, Rika; Ibrohim, Ibrohim; Noviyanti, Tia Nur Sovia. Pengaruh Pajak Kini
Dan Manfaat Pajak Tangguhan Terhadap Pajak Penghasilan Ba-
dan. Jurnal Revenue: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 2021, 1.2: 152-158.
Latief, S., Zakaria, J., & Mapparenta, M. (2020). Pengaruh kepercayaan kepada
pemerintah, kebijakan insentif pajak dan manfaat pajak terhadap
kepatuhan Wajib Pajak. CESJ: Center Of Economic Students Jour-
nal, 3(3), 270-289.
Maman Surahnab Dan Fadilah Ilahi, “Konsep Pajak Dalam Hukum Islam”,
Ekonomi Dan Keuangan Syariah Vol.1 No.2 (Juli,2017),166-177.S
Mikha, Danied. "Analisis Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap Pen-
dapatan Asli Daerah Kabupaten Sleman." Kajian Akuntansi 5.1
(2010): 66-79.
omies, Stevanus J., and Victor Pattiasina. "Analisis Kontribusi Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Maluku Tenggara." Jurnal Ilmiah Aset 13.2 (2011): 175-183
Walakandou, R. J. (2013). Analisis kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan
asli daerah (pad) di kota manado. Jurnal Emba: Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3).
Yoyok Rahayu Basuki, A-Z Perpajakan Mengenal Perpajakan, Cetakan Pertama
(indonesia : Yoyok Rahayu Basuki,2013), 61.

Anda mungkin juga menyukai