Disusun Oleh :
(D1A021245)
Kelas : C1
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul "Peranan Hukum Pajak
Dalam Mengatasi Permasalahan Pemungutan Pajak Di Indonesia" dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pajak yang diberikan oleh
dosen pengampu AD. Basniwati, SH. MH. Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna,
penulis tentunya bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan poin-poin di dalam makalah
ini, sesuai pengetahuan yang penulis peroleh, baik dari buku maupun dari sumber-sumber
yang lain. penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
2.1 Tinjauan Umum Tentang Hukum Pajak......................................................................4
2.2 Permasalahan-Permasalahan Dalam Pemungutan Pajak di Indonesia........................5
2.3 Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Permasalahan Pajak di Indonesia 7
2.4 Pengaruh Pajak Terhadap Kesejateraan Rakyat..........................................................8
2.5 Fungsi hukum pajak terhadap perekonomian Indonesia.............................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. 4 Secara umum “Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara herdasarkan undang- undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa-jasa timbal (kontra-prestasi), yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan, merupakan sumber pendapatan negara
untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi anggaran (budgeter).
c. Fungsi stabilitas.
Dengan adanya peraturan atau hukum yang mengatur tentang pajak, maka diharapkan
penerimaan pajak sebagai sumber utama pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dapat memperoleh hasil maksimal dan dapat dipertahankan secara
berkesinambungan. Namun kenyataannya pemungutan pajak ini masih banyak
menimbulkan permasalahan-permasalahan, antara lain disebabkan: Kelemahan regulasi
dibidang perpajakan itu sendiri, kurangnya sosialisasi, tingkat kesadaran, pengetahuan
dan tingkat ekonomi yang rendah, database yang belum lengkap dan akurat, lemahnya
penegakan hukum berupa pengawasan dan pemberian sanksi yang belum konsisten dan
tegas. Selain itu, kendala lain dalam pemungutan pajak adalah adanya paradigma yang
selama ini dianut oleh sebagian besar masyarakat bahwa percuma membayar pajak
karena akan memperkaya petugas pajak. Tindakan seperti ini dilakukan masyarakat
untuk meloloskan diri dari pajak dan merupakan usaha yang disebut perlawanan terhadap
4
Undang - undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah
Diubah Dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009, Bab I pasal 1 angka 1.
2
pajak. Perlawanan ini terbagi manjadi dua, yaitu: Perlawanan pasif dan Perlawanan aktif.
Dengan adanya kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak merupakan salah satu kunci
keberhasilan pemerintah dalam menghimpun penerimaan pajak sehingga penerimaan
negara dapat berkesinambungan
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
Erly Suandy, op,cit, hal.16
6
Undang-undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 1 angka (1)
7
Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak , ( Bandung: PT.Eresco, 1991), hal.2.
8
Siti resmi, Perpajakan : Teori dan Kasus ( Jakarta: Salemba empat), 2011, hlm.7
4
a. Pajak subjektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan kondisi pribadi wajib
pajak atau pengenaan pajak harus memerhatikan kondisi subjeknya.
b. Pajak objektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan kondisi objeknya saja
baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang menimbulnya
kewajiban membayar pajak, tanpa melihat keadaan pribadi subjek pajak (wajib
pajak) maupun domisilinya
3. Menurut kewenangan Pemungutannya, Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Pajak pusat/pajak negara adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
hasilnya akan masuk ke APBN dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara pada umumnya. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai ,
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea
Materai.
b. Pajak Daerah: pajak yang wewenang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota)
yang hasilnya masuk ke APBD dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah masing-masing. Contoh Pajak Provinsi : Pajak Kendaraan Bermotor dan
Pajak Rokok. Contoh Pajak Kabupaten/Kota : Pajak Reklame, Pajak Hotel, Pajak
Hiburan dan Pajak Penerangan Jalan.
5
Tingkat ekonomi sebahagian Wajib Pajak yang sangat rendah sangat mempengaruhi,
dimana Wajib Pajak masih lebih memprioritaskan biaya yang sifatnya mendasar, seperti:
Biaya sekolah, biaya kesehatan dan sebagainya, dari pada membayar pajak.
Kurangnya atau tidak adanya kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak untuk
membayar pajak ke negara adalah sebagai bentuk perlawanan. Persepsi Wajib Pajak
bahwa percuma membayar pajak dengan tertib, karena pada akhirnya akan digunakan
secara boros dan tidak tepat sasaran bahkan akan dikorup oleh sebahagian dari pegawai
pajak. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang masih rendah akan menimbulkan selisih
antara jumlah pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak dengan jumlah pajak yang
seharusnya dibayar semakin besar. Wajib Pajak yang memiliki penghasilan besar
cenderung untuk lebih patuh ketimbang yang berpenghasilan rendah karena yang
berpenghasilan besar cenderung untuk lebih konservatis dalam pelaporan kewajiban
perpajakannya. Penerapan tarif pajak yang tinggi menjadi kendala juga, karena
memberatkan Wajib Pajak.
Kendala lain adalah: Peraturan pelaksana undang-undang sering tidak konsisten
dengan undang-undang; banyaknya pungutan resmi dan tidak resmi baik di pusat
maupun di daerah, lemahnya penegakan hukum (law enforcement) birokrasi yang
berbelit-belit dan sebagainya yang seharusnya bila dilakukan dengan baik tentu
membantu dalam mewujudkan good governance dalam bentuk pemerintahan yang bersih
dan berwibawa. Adanya Perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang ada
atau terjadi dalam upaya pemungutan pajak. Perlawanan pajak dapat dibedakan menjadi
dua bagian, adalah sebagai berikut.
1. Perlawanan Pasif.
Perlawanan pajak secara pasif ini berkaitan erat dengan keadaa,n sosial ekonomi
masyarakat di negara yang bersangkutan. Pada umumnya masyarakat tidak
melakukan suatu upaya yang sistematis dalam rangka menghambat penerimaan
negara, tetapi lebih dikarenakan oleh kebiasan-kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat tersebut. Misalnya: kebiasaan masyarakat desa yang menyimpan uang di
rumah atau dibelikan emas bukanlah mereka menghindari Pajak Penghasilan dari
bunga tetapi karena belum terbiasa dengan perbankan.
2. Perlawanan Aktif.
6
Perlawanan pajak secara aktif ini merupakan serangkaian usaha yang dilakukan oleh
Wajib Pajak untuk tidak membayar pajak atau mengurangi jumlah pajak yang
seharusnya dibayar.
Perlawanan secara aktif dapat dibagi menjadi dua, adalah sebagai berikut.
a. Penghindaran pajak (tax avoidance).
Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah suatu usaha pengurangan secara legal
yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang
perpajakan secara optimal seperti, pengecualian dan pemotongan-pemotongan
yang diperkanankan maupun manfaat hal-hal yang belum diatur dan kelemahan-
kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku.
b. Penggelapan pajak (tax evasion).
Penggelapan pajak (tax evasion) adalah merupakan pengurangan pajak yang
dilakukan dengan melanggar peraturan perpajakan seperti memberi data-data
palsu atau menyembunyikan data. Dengan demikian, penggelapan pajak dapat
dikenakan sanksi pidana.
7
mengamankan penerimaan negara. Sedangkan untuk menjalankan fungsi budgeter
sebagai pilar utama penerimaan negara dilakukan dengan memperluas cakupan subjek
dan objek pajak, dan meminimalkan kemungkinan transfer pricing dan pembatasan
pengenaan Pajak Penghasilan final. Semua kebijakan ini dalam jangka panjang
diharapkan dapat meningkatkan tax compliance, meningkatkan investasi dan penerimaan
negara untuk menuju kemandirian pembiayaan pembangunan.
Menggalakkan penyuluhan-penyuliuhan di bidang perpajakan. Hal ini dilakukan
untuk menambah wawasan dari wajib Pajak. Dengan bertambahnya pengetahuan
diharapkan menimbulkan kesadaran untuk membayar pajak. Dengan demikian
diharapkan penerimaan negara melalui sektor pajak dapat bertambah. Memperbaiki
budaya hukum baik bagi wajib Pajak maupun Petugas Pajak . Para pihak diharapkan
dapat melakukan kewajiban masing-masing sesuai dengan ketentukan perpajakan yang
berlaku. Pemerintah harus melakukan Pengawasan yang ketat terhadap Pemungutan
Pajak. Apabila ditemukan penyimpangan maka harus diberikan sanksi yang tegas. Hal
ini diperlukan untuk memberikan efek jera bagi pihak wajib Pajak maupun Petugas
Pajak.
8
sakit. Namun pelayanan tersebut masih kurang, lembaga kesehatan swasta biasanya bisa
memberikan pelayanan dengan baik. Ini berarti, masih dibutuhkan dana lebih besar untuk
memberikan kenyamanan kesehatan bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan
kesehatan masyarakat.
Sistem pengenaan pajak ada tiga yaitu teridiri dari official assesment system, self
assesment system dan with holding system. Di Indonesia sendiri cara pengenaan pajaknya
menganut self assessment system dimana wajib pajak diberikan kebebasan untuk
merumuskan sendiri, seperti menghitung memperhitungkan melaporkan dan
menyetorkan sendiri jumlah pajak terutang sesuai aturan perpajakan. besaran pajak yang
terutang diatur dalam hukum pajak materiil.9
Pajak suatu Negara memiliki fungsi utama guna menunjang pembelanjaan Negara
dalam pelayanan umum, investasi, infrastruktur, pendidikan dan kesejahteraan
masyarakat. pajak juga digunakan untuk pengamanan ekuitas, sosial atau lingkungan.
Dapat dikatakan bahwa Hakikat Fungsi hukum pajak memiliki fungsi yang sama
dengan fungsi negara, yaitu : Memberikan kemakmuran dan kesejahteraan terhadap
rakyatnya, suatu negaradapat dikatakan maju apabila suatu negara mampu membuat
rakyatnya makmur secara umum dari segi perekonomian dan sosial kemasyarakatan
9
l.y. Hari sih advianto, Pengakuan Dan Perlindungan Hukum Hak Hak Wajib Pajak Dalam Sistem Hukum
Pajak Indonesia, SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA, hal 409.
9
Untuk mencapai fungsi dari hukum pajak tersebut maka haruslah ada aturan yang
menjadi landasan hukum dan hal ini aturan-aturan pajak sudah banyak tertuang di dalam
berbagai macam-macam aturan perpakajan seperti :
UU No. 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai
UU No. 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan
UU No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
UU No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)
UU No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan
UU No. 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa dan
Penjualan atas Barang Mewah
UU No. 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
UU No. 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
UU No. 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak
UU No. 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak salah satu sumber penerimaan negara yang dipungut dari negara kepada
rakyatnya. Dimana Pendapatan negara dari Pajak adalah yang paling banyak diantara
sumber sumber penerimaan negara lainnya, Pajak memiliki kontribusi yang besar bagi
kesejahteraan rakyat dari segi ekonomi, sosial budaya, pendidikan, politik dan
pertahanan negara. Agar suatu pendapat negara dari pajak bisa maksimal maka dari itu
perlu adanya suatu aturan yang bersifat mengikat, mengatur dan memaksa dalam hal ini
ialah Hukum Pajak. Hukum Pajak ada kaidah-kaidah yang dapat memberikan suatu
petunjuk bagaimana mengatur hubungan negara sebagai pihak pemungungut pajak
dengan rakyatnya sebagai pihak yang dapat dikenakan pajak.
Dengan adanya peraturan atau hukum yang mengatur tentang pajak, maka diharapkan
penerimaan pajak sebagai sumber utama pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dapat memperoleh hasil maksimal dan dapat dipertahankan secara
berkesinambungan. Namun kenyataannya pemungutan pajak ini masih banyak
menimbulkan permasalah, antara lain disebabkan: Kelemahan regulasi dibidang
perpajakan itu sendiri, kurangnya sosialisasi, tingkat kesadaran, pengetahuan dan tingkat
ekonomi yang rendah, database yang belum lengkap dan akurat, lemahnya penegakan
hukum berupa pengawasan dan pemberian sanksi yang belum konsisten dan tegas. Selain
itu, kendala lain dalam pemungutan pajak adalah adanya paradigma yang selama ini
dianut oleh sebagian besar masyarakat bahwa percuma membayar pajak karena akan
memperkaya petugas pajak. Tindakan seperti ini dilakukan masyarakat untuk meloloskan
diri dari pajak dan merupakan usaha yang disebut perlawanan terhadap pajak.
Perlawanan ini terbagi manjadi dua, yaitu: Perlawanan pasif dan Perlawanan aktif.
Untuk mengatasi permasalahan atau kendala tersebut, maka pemerintah harus dapat
Menunjukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak dilakukan dengan baik dan benar,
11
menyiapkan pengelolaan data yang lengkap, akurat, terintegrasi dan terjamin
kerahasiannya (database management system), penyempurnaan perangkat aturan,
melaksanakan penegakkan hukum secara konsisten dan tegas, Fiskus harus melayani
Wajib Pajak secara professional, sosialisasi yang bersifat kontinyu, Dirjen pajak perlu
membentuk suatu team work guna mencari isu-isu strategis yang berkembang dan
melakukan evaluasi terhadap isu tersebut (faktor ekternal), inovasi dalam palayanan,
seperti kemudahan dan kenyamanan dalam mengurus pajak, syarat-syarat pemungutan
pajak harus didasarkan: Pemungutan pajak harus adil, tidak menggangu perekonomian,
Apabila langkah ini telah dilakukan, maka kepercayaan masyarakat pun meningkat,
kemudian masyarakat akan tergerak hatinya untuk menyisihkan sebagian hartanya
kapada negara dalam bentuk membayar pajak.
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Brotodihardjo, Santoso, Pengantar Ilmu Hukum Pajak , Bandung: PT.Eresco, 1991.
Jurnal
Sinaga, N. A. (2018). Pemungutan pajak dan permasalahannya di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Hukum Dirgantara, 7(1).
Fakhruzy, A. (2020). PERANAN HUKUM PAJAK DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
TUJUAN NEGARA. Transparansi Hukum, 3(2).
Imron Rizki, A. (2018). Self Assessment system sebagai dasar pungutan pajak di Indonesia.
Jurnal Al-‘Adl Vol, 11(2).
Sulastyawati, D. (2014). Hukum pajak dan implementasinya bagi kesejahteraan rakyat.
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 1(1).
Larasati, S. V. (2022). Peran Hukum Pajak dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Membayar Pajak. Jurnal Hukum, Humaniora, Masyarakat, dan Budaya (HUMAYA),
2(1), 60-66.
Peraturan Perundang-undangan
Undang – undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009
13