Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERANAN HUKUM PAJAK DALAM MENGATASI PERMASALAHAN


PEMUNGUTAN PAJAK DI INDONESIA

Mata Kuliah : Hukum Pajak

Dosen Pengampu : AD. Basniwati, SH. MH

Disusun Oleh :

Ni Luh Madyarni Sri Depi

(D1A021245)

Kelas : C1

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul "Peranan Hukum Pajak
Dalam Mengatasi Permasalahan Pemungutan Pajak Di Indonesia" dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pajak yang diberikan oleh
dosen pengampu AD. Basniwati, SH. MH. Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna,
penulis tentunya bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan poin-poin di dalam makalah
ini, sesuai pengetahuan yang penulis peroleh, baik dari buku maupun dari sumber-sumber
yang lain. penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 30 September 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
2.1 Tinjauan Umum Tentang Hukum Pajak......................................................................4
2.2 Permasalahan-Permasalahan Dalam Pemungutan Pajak di Indonesia........................5
2.3 Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Permasalahan Pajak di Indonesia 7
2.4 Pengaruh Pajak Terhadap Kesejateraan Rakyat..........................................................8
2.5 Fungsi hukum pajak terhadap perekonomian Indonesia.............................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar 1945, dalam perkembangannya telah menghasilkan
pembangunan yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan
dukungan Pemerintah dan seluruh potensi masyarakat. Dalam menyelenggarakan
pemerintahan, negara mempunyai kewajiban untuk menjaga kepentingan rakyatnya, baik
dalam bidang kesejahteraan, keamanan, pertahanan, maupun kecerdasan kehidupannya. 1
Hal ini sesuai dengan tujuan negara yang dicantumkan di dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 yang berbunyi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan keadilan
sosial”.2
Keberhasilan implementasi pembangunan membutuhkan dana yang tidak sedikit,
kebutuhan pembangunan yang proporsional dan disesuaikan dengan kebutuhan saat ini
dan kebutuhan pembangunan di masa depan. Kebutuhan dana pembangunan dapat
diperoleh dengan berbagai cara yang semuanya diharapkan untuk memperkuat sektor
keuangan negara, dalam hal ini, sektor pajak.
Pajak adalah sumber pendapatan negara yang sangat penting untuk pemerintahan dan
pembangunan nasional. Sehingga Pemerintah menempatkan kewajiban pajak sebagai
salah satu wujud dari kewajiban negara yang merupakan sarana pembiayaan Negara
dalam Pembangunan Nasional dalam rangka mencapai tujuan negara. Pentingnya dan
peran strategis sektor perpajakan dalam pelaksanaan pemerintahan dapat dilihat dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun yang disampaikan oleh
pemerintah, yaitu peningkatan persentase kontribusi pajak dari tahun ke tahun.3
Undang-undang No. 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan memberikan definisi: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
1
http://organisasi.org/tujuan_nasional_yang_termaktub_dalam_pembukaan_uud_45_a
linea_ke_4_republik_indonesia_ilmu_pendidikan_pmp_dan_ppkn
2
Alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945.
3
Agustina, Enny. 2019. The Implementation of Law Number 6 Year 2014 on Village Government. International
Journal of Innovation, Creativity, and Change. Vol 9 Issue 11. PP 104.114

1
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. 4 Secara umum “Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara herdasarkan undang- undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa-jasa timbal (kontra-prestasi), yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan, merupakan sumber pendapatan negara
untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi anggaran (budgeter).

b. Fungsi mengatur (regulerend).

c. Fungsi stabilitas.

d. Fungsi redistribusi pendapatan.


Mengingat pentingnya pajak sebagai sumber pendapatan negara maka dibutuhkan
suatu aturan atau hukum yang mengatur tentang perpajakan yang disebut hukum pajak.
Secara umum, hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak, didalamnya
mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Dengan adanya peraturan atau hukum yang mengatur tentang pajak, maka diharapkan
penerimaan pajak sebagai sumber utama pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dapat memperoleh hasil maksimal dan dapat dipertahankan secara
berkesinambungan. Namun kenyataannya pemungutan pajak ini masih banyak
menimbulkan permasalahan-permasalahan, antara lain disebabkan: Kelemahan regulasi
dibidang perpajakan itu sendiri, kurangnya sosialisasi, tingkat kesadaran, pengetahuan
dan tingkat ekonomi yang rendah, database yang belum lengkap dan akurat, lemahnya
penegakan hukum berupa pengawasan dan pemberian sanksi yang belum konsisten dan
tegas. Selain itu, kendala lain dalam pemungutan pajak adalah adanya paradigma yang
selama ini dianut oleh sebagian besar masyarakat bahwa percuma membayar pajak
karena akan memperkaya petugas pajak. Tindakan seperti ini dilakukan masyarakat
untuk meloloskan diri dari pajak dan merupakan usaha yang disebut perlawanan terhadap

4
Undang - undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah
Diubah Dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009, Bab I pasal 1 angka 1.

2
pajak. Perlawanan ini terbagi manjadi dua, yaitu: Perlawanan pasif dan Perlawanan aktif.
Dengan adanya kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak merupakan salah satu kunci
keberhasilan pemerintah dalam menghimpun penerimaan pajak sehingga penerimaan
negara dapat berkesinambungan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu hukum pajak?


2. Permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi dalam pemungutan pajak di
Indonesia?
3. Bagaimana upaya untuk mengatasi permasalahan pemungutan pajak di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh pajak terhadap kesejateraan rakyat?
5. Bagaimana fungsi hukum pajak terhadap perekonomian Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan mengenai hukum pajak


2. Agar mengetahui Permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi dalam
pemungutan pajak di Indonesia.
3. Agar mengetahui bagaimana upaya untuk mengatasi permasalahan pemungutan pajak
di Indonesia.
4. Agar mengetahui bagaimana pengaruh pajak terhadap kesejateraan rakyat
5. Agar mengetahui fungsi hukum pajak terhadap perekonomian Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Umum Tentang Hukum Pajak

A. Pengertian Hukum Pajak


Menurut Definsinya Pengertian hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan-
peraturan yang mengatur hubung anntara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat
sebagai pihak yang dipungut/pembayar pajak.5
Di dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, Pasal 1 angka (1), “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.6
Kemudian Prof P. J. A. Adriani yang pernah menjabat sebagai Guru besar Hukum
Pajak di Universitas Amsterdamn (Belanda), menurutnya pengertian pajak adalah “iuran
kepada negara (dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.7
B. Pembagian Pajak
Disini Pajak dapat dibagi menjadi tiga kelompok bagian yang terdiri berdasarkan
golongan, wewenang pemungut ataupun sifatnya, Agar lebih jelas dapat dijabarkan
dalam penjelasan berikut.8
1. Menurut Golongan Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Bramantyo, 2018):
a. Pajak langsung: adalah Pembayaran pajak yang harus ditanggung sendiri oleh
wajib pajak yang bersangkutan tanpa bisa dialihkan kepada pihak lain. Contoh :
Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung adalah pembayaran pajak yang dapat dialihkan kepada pihak
lain. Contoh : Pajak Pertambahan nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
2. Menurut Sifatnya, Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

5
Erly Suandy, op,cit, hal.16
6
Undang-undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 1 angka (1)
7
Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak , ( Bandung: PT.Eresco, 1991), hal.2.
8
Siti resmi, Perpajakan : Teori dan Kasus ( Jakarta: Salemba empat), 2011, hlm.7

4
a. Pajak subjektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan kondisi pribadi wajib
pajak atau pengenaan pajak harus memerhatikan kondisi subjeknya.
b. Pajak objektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan kondisi objeknya saja
baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang menimbulnya
kewajiban membayar pajak, tanpa melihat keadaan pribadi subjek pajak (wajib
pajak) maupun domisilinya
3. Menurut kewenangan Pemungutannya, Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Pajak pusat/pajak negara adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
hasilnya akan masuk ke APBN dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara pada umumnya. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai ,
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea
Materai.
b. Pajak Daerah: pajak yang wewenang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota)
yang hasilnya masuk ke APBD dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah masing-masing. Contoh Pajak Provinsi : Pajak Kendaraan Bermotor dan
Pajak Rokok. Contoh Pajak Kabupaten/Kota : Pajak Reklame, Pajak Hotel, Pajak
Hiburan dan Pajak Penerangan Jalan.

2.2 Permasalahan-Permasalahan Dalam Pemungutan Pajak di Indonesia

Undang-undang yang mengatur tentang perpajakan sudah dibentuk dan diberlakukan


di Indonesia, namun masih ditemukan banyak permasalahan atau kendala mendasar
dalam pelaksanaannya. Hal ini sangat mempengaruhi hasil penerimaan pajak sebagai
sumber pendapatan negara. Berbagai kendala disebabkan berbagai faktor yang akan
diuraikan secara garis besar dibawah ini.
Kurangnya sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat sebagai Wajib Pajak
mengenai pentingnya membayar pajak, manfaat membayar pajak, dan sanksi yang akan
diterima apabila Wajib Pajak melalaikan kewajibannya. Disamping kesadaran
pengetahuan Sumber Daya Manusia (SDM) masih rendah juga ikut mempengaruhi,
dimana Wajib Pajak belum memahami tentang pentingnya membayar pajak tersebut,
belum mengetahui bagaimana prosedur pendaftaran, menghitung dan melaporkan sendiri
Obyek Pajak yang dikuasai, dimiliki dan dimanfaatkannya.

5
Tingkat ekonomi sebahagian Wajib Pajak yang sangat rendah sangat mempengaruhi,
dimana Wajib Pajak masih lebih memprioritaskan biaya yang sifatnya mendasar, seperti:
Biaya sekolah, biaya kesehatan dan sebagainya, dari pada membayar pajak.

Kurangnya atau tidak adanya kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak untuk
membayar pajak ke negara adalah sebagai bentuk perlawanan. Persepsi Wajib Pajak
bahwa percuma membayar pajak dengan tertib, karena pada akhirnya akan digunakan
secara boros dan tidak tepat sasaran bahkan akan dikorup oleh sebahagian dari pegawai
pajak. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang masih rendah akan menimbulkan selisih
antara jumlah pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak dengan jumlah pajak yang
seharusnya dibayar semakin besar. Wajib Pajak yang memiliki penghasilan besar
cenderung untuk lebih patuh ketimbang yang berpenghasilan rendah karena yang
berpenghasilan besar cenderung untuk lebih konservatis dalam pelaporan kewajiban
perpajakannya. Penerapan tarif pajak yang tinggi menjadi kendala juga, karena
memberatkan Wajib Pajak.
Kendala lain adalah: Peraturan pelaksana undang-undang sering tidak konsisten
dengan undang-undang; banyaknya pungutan resmi dan tidak resmi baik di pusat
maupun di daerah, lemahnya penegakan hukum (law enforcement) birokrasi yang
berbelit-belit dan sebagainya yang seharusnya bila dilakukan dengan baik tentu
membantu dalam mewujudkan good governance dalam bentuk pemerintahan yang bersih
dan berwibawa. Adanya Perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang ada
atau terjadi dalam upaya pemungutan pajak. Perlawanan pajak dapat dibedakan menjadi
dua bagian, adalah sebagai berikut.
1. Perlawanan Pasif.
Perlawanan pajak secara pasif ini berkaitan erat dengan keadaa,n sosial ekonomi
masyarakat di negara yang bersangkutan. Pada umumnya masyarakat tidak
melakukan suatu upaya yang sistematis dalam rangka menghambat penerimaan
negara, tetapi lebih dikarenakan oleh kebiasan-kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat tersebut. Misalnya: kebiasaan masyarakat desa yang menyimpan uang di
rumah atau dibelikan emas bukanlah mereka menghindari Pajak Penghasilan dari
bunga tetapi karena belum terbiasa dengan perbankan.
2. Perlawanan Aktif.

6
Perlawanan pajak secara aktif ini merupakan serangkaian usaha yang dilakukan oleh
Wajib Pajak untuk tidak membayar pajak atau mengurangi jumlah pajak yang
seharusnya dibayar.
Perlawanan secara aktif dapat dibagi menjadi dua, adalah sebagai berikut.
a. Penghindaran pajak (tax avoidance).
Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah suatu usaha pengurangan secara legal
yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang
perpajakan secara optimal seperti, pengecualian dan pemotongan-pemotongan
yang diperkanankan maupun manfaat hal-hal yang belum diatur dan kelemahan-
kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku.
b. Penggelapan pajak (tax evasion).
Penggelapan pajak (tax evasion) adalah merupakan pengurangan pajak yang
dilakukan dengan melanggar peraturan perpajakan seperti memberi data-data
palsu atau menyembunyikan data. Dengan demikian, penggelapan pajak dapat
dikenakan sanksi pidana.

2.3 Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Permasalahan Pajak di Indonesia

Dalam rangka menjamin kesinambungan penerimaan pajak sebagai sumber utama


APBN dan memberikan keadilan dalam berusaha (level of playingfields), pemerintah
perlu memperluas basis pajak dengan meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar
untuk memiliki NPWP dan sekaligus kepatuhannya. Pemerintah akan terus berupaya
menggali potensi pajak (tax coverage) seoptimal mungkin dan juga meningkatkan
kepatuhan wajib pajak (taxpayers' compliance). Untuk mengatasi permasalahan diatas
maka pemerintah melakukan apa yang disebut reformasi Pajak. Dalam hal ini pemerintah
melakukan berbagai upaya dengan mengeluarkan serangkaian undang-undang untuk
mengubah undang-undang yang telah ada.
Hal ini dilakukan untuk lebih memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum. Tujuan
dari penyempurnaan undang-undang pajak adalah dalam rangka ekstensifikasi dan
intesifikasi pengenaan dan pemungutan pajak yang sekaligus merupakan upaya
peningkatan keadilan beban pajak, penghapusan fasilitas pajak yang tidak memiliki
landasan hukum yang akan merugikan perekonomian nasional dan menutup peluang-
peluang penghindaran pajak (loopholes). Untuk itu sesuai dengan fungsi regulerend
secara umum dapat dinyatakan bahwa sistem pajak harus dapat mendorong kegiatan dan
pertumbuhan ekonomi nasional dengan mendorong investasi dari luar serta

7
mengamankan penerimaan negara. Sedangkan untuk menjalankan fungsi budgeter
sebagai pilar utama penerimaan negara dilakukan dengan memperluas cakupan subjek
dan objek pajak, dan meminimalkan kemungkinan transfer pricing dan pembatasan
pengenaan Pajak Penghasilan final. Semua kebijakan ini dalam jangka panjang
diharapkan dapat meningkatkan tax compliance, meningkatkan investasi dan penerimaan
negara untuk menuju kemandirian pembiayaan pembangunan.
Menggalakkan penyuluhan-penyuliuhan di bidang perpajakan. Hal ini dilakukan
untuk menambah wawasan dari wajib Pajak. Dengan bertambahnya pengetahuan
diharapkan menimbulkan kesadaran untuk membayar pajak. Dengan demikian
diharapkan penerimaan negara melalui sektor pajak dapat bertambah. Memperbaiki
budaya hukum baik bagi wajib Pajak maupun Petugas Pajak . Para pihak diharapkan
dapat melakukan kewajiban masing-masing sesuai dengan ketentukan perpajakan yang
berlaku. Pemerintah harus melakukan Pengawasan yang ketat terhadap Pemungutan
Pajak. Apabila ditemukan penyimpangan maka harus diberikan sanksi yang tegas. Hal
ini diperlukan untuk memberikan efek jera bagi pihak wajib Pajak maupun Petugas
Pajak.

2.4 Pengaruh Pajak Terhadap Kesejateraan Rakyat

Peran pajak belum menjawab atau memenuhi kebutuhan rakyat, misalnya


infrastruktur jalan, banyak sekali ditemui jalan rusak dan belum diperbaiki, fasilitas
jembatan yang masih kurang, akibatnya distribusi barang menjadi terhambat dan
menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
Dari segi pendidikan pun dirasa kurang, dana pendidikan telah dialokasikan sebesar
20% dari APBN, dan terjadi kenaikan setiap tahun. Tetapi dampaknya dirasa belum
begitu mengena, karena bantuan operasional sekolah (BOS), memberikan nominal yang
sangat kecil kepada masyarakat kurang mampu, begitu pun tunjangan yang diberikan
kepada guru bantu atau guru tidak tetap, minim sekali. Dana bantuan operasional lebih
ditujukan kepada rehabilitasi sarana secara fisik, tetapi harus diakui tunjangan profesi
guru cukup menambah tingkat kesejahteraan para guru. Pajak yang besar pastinya akan
menambah kualitas pendidikan di Indonesia.
Dari segi pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan dengan program jaminan
kesehatan masyarakat (jamkesmas) dengan total dana 7,3 triliun, memang sangat
membantu rakyat miskin, yang selama ini merasa anti pasti untuk berobat ke rumah

8
sakit. Namun pelayanan tersebut masih kurang, lembaga kesehatan swasta biasanya bisa
memberikan pelayanan dengan baik. Ini berarti, masih dibutuhkan dana lebih besar untuk
memberikan kenyamanan kesehatan bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan
kesehatan masyarakat.

2.5 Fungsi Hukum Pajak Terhadap Perekonomian Indonesia

Dalam rangka meningkatkan kepatuhan kewajiban pajak masyarakat, tentunya


diperlukan adanya kebijakan atau hukum yang mengatur pajak itu sendiri guna mencapai
kesejahteraan secara menyeluruh bagi masyarakat dan negara. Fungsi dari hukum pajak
terdiri dari :
o Hukum Pajak memiliki fungsi sebagai landasan dalam membuat suatu kebijakan
pemungutan pajak yang berlandaikan pada efesiensi, nilai keadilan, dan disusun
sejelas-jelasnya dalam Perundangan pajak.
o Hukum Pajak memiliki fungsi sebagai payung hukum yang menjelaskan mengenai
siapa yang menjadi subjek dan wajib pajak berserta dengan kewajibannya, objek-
objek apa saja yang dapat dijadikan objek pajak, timbul dan hapusnya utang pajak,
serta bagaimana cara melakukan penagihan pajak.

Sistem pengenaan pajak ada tiga yaitu teridiri dari official assesment system, self
assesment system dan with holding system. Di Indonesia sendiri cara pengenaan pajaknya
menganut self assessment system dimana wajib pajak diberikan kebebasan untuk
merumuskan sendiri, seperti menghitung memperhitungkan melaporkan dan
menyetorkan sendiri jumlah pajak terutang sesuai aturan perpajakan. besaran pajak yang
terutang diatur dalam hukum pajak materiil.9
Pajak suatu Negara memiliki fungsi utama guna menunjang pembelanjaan Negara
dalam pelayanan umum, investasi, infrastruktur, pendidikan dan kesejahteraan
masyarakat. pajak juga digunakan untuk pengamanan ekuitas, sosial atau lingkungan.
Dapat dikatakan bahwa Hakikat Fungsi hukum pajak memiliki fungsi yang sama
dengan fungsi negara, yaitu : Memberikan kemakmuran dan kesejahteraan terhadap
rakyatnya, suatu negaradapat dikatakan maju apabila suatu negara mampu membuat
rakyatnya makmur secara umum dari segi perekonomian dan sosial kemasyarakatan

9
l.y. Hari sih advianto, Pengakuan Dan Perlindungan Hukum Hak Hak Wajib Pajak Dalam Sistem Hukum
Pajak Indonesia, SNKN 2018 | SIMPOSIUM NASIONAL KEUANGAN NEGARA, hal 409.

9
Untuk mencapai fungsi dari hukum pajak tersebut maka haruslah ada aturan yang
menjadi landasan hukum dan hal ini aturan-aturan pajak sudah banyak tertuang di dalam
berbagai macam-macam aturan perpakajan seperti :
 UU No. 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai
 UU No. 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan
 UU No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
 UU No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)
 UU No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan
 UU No. 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa dan
Penjualan atas Barang Mewah
 UU No. 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
 UU No. 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
 UU No. 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak
 UU No. 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak salah satu sumber penerimaan negara yang dipungut dari negara kepada
rakyatnya. Dimana Pendapatan negara dari Pajak adalah yang paling banyak diantara
sumber sumber penerimaan negara lainnya, Pajak memiliki kontribusi yang besar bagi
kesejahteraan rakyat dari segi ekonomi, sosial budaya, pendidikan, politik dan
pertahanan negara. Agar suatu pendapat negara dari pajak bisa maksimal maka dari itu
perlu adanya suatu aturan yang bersifat mengikat, mengatur dan memaksa dalam hal ini
ialah Hukum Pajak. Hukum Pajak ada kaidah-kaidah yang dapat memberikan suatu
petunjuk bagaimana mengatur hubungan negara sebagai pihak pemungungut pajak
dengan rakyatnya sebagai pihak yang dapat dikenakan pajak.
Dengan adanya peraturan atau hukum yang mengatur tentang pajak, maka diharapkan
penerimaan pajak sebagai sumber utama pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dapat memperoleh hasil maksimal dan dapat dipertahankan secara
berkesinambungan. Namun kenyataannya pemungutan pajak ini masih banyak
menimbulkan permasalah, antara lain disebabkan: Kelemahan regulasi dibidang
perpajakan itu sendiri, kurangnya sosialisasi, tingkat kesadaran, pengetahuan dan tingkat
ekonomi yang rendah, database yang belum lengkap dan akurat, lemahnya penegakan
hukum berupa pengawasan dan pemberian sanksi yang belum konsisten dan tegas. Selain
itu, kendala lain dalam pemungutan pajak adalah adanya paradigma yang selama ini
dianut oleh sebagian besar masyarakat bahwa percuma membayar pajak karena akan
memperkaya petugas pajak. Tindakan seperti ini dilakukan masyarakat untuk meloloskan
diri dari pajak dan merupakan usaha yang disebut perlawanan terhadap pajak.
Perlawanan ini terbagi manjadi dua, yaitu: Perlawanan pasif dan Perlawanan aktif.
Untuk mengatasi permasalahan atau kendala tersebut, maka pemerintah harus dapat
Menunjukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak dilakukan dengan baik dan benar,

11
menyiapkan pengelolaan data yang lengkap, akurat, terintegrasi dan terjamin
kerahasiannya (database management system), penyempurnaan perangkat aturan,
melaksanakan penegakkan hukum secara konsisten dan tegas, Fiskus harus melayani
Wajib Pajak secara professional, sosialisasi yang bersifat kontinyu, Dirjen pajak perlu
membentuk suatu team work guna mencari isu-isu strategis yang berkembang dan
melakukan evaluasi terhadap isu tersebut (faktor ekternal), inovasi dalam palayanan,
seperti kemudahan dan kenyamanan dalam mengurus pajak, syarat-syarat pemungutan
pajak harus didasarkan: Pemungutan pajak harus adil, tidak menggangu perekonomian,
Apabila langkah ini telah dilakukan, maka kepercayaan masyarakat pun meningkat,
kemudian masyarakat akan tergerak hatinya untuk menyisihkan sebagian hartanya
kapada negara dalam bentuk membayar pajak.

3.2 Saran

Pemerintah harus dapat, Menunjukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak


dilakukan dengan baik dan benar, menyiapkan pengelolaan data yang lengkap, akurat,
terintegrasi dan terjamin kerahasiannya (database management system), penyempurnaan
perangkat aturan, melaksanakan penegakkan hukum secara konsisten dan tegas, Fiskus
harus melayani Wajib Pajak secara professional, sosialisasi yang bersifat kontinyu
Melakukan inovasi dalam palayanan, seperti kemudahan dan kenyamanan dalam
mengurus pajak

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Brotodihardjo, Santoso, Pengantar Ilmu Hukum Pajak , Bandung: PT.Eresco, 1991.
Jurnal
Sinaga, N. A. (2018). Pemungutan pajak dan permasalahannya di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Hukum Dirgantara, 7(1).
Fakhruzy, A. (2020). PERANAN HUKUM PAJAK DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
TUJUAN NEGARA. Transparansi Hukum, 3(2).
Imron Rizki, A. (2018). Self Assessment system sebagai dasar pungutan pajak di Indonesia.
Jurnal Al-‘Adl Vol, 11(2).
Sulastyawati, D. (2014). Hukum pajak dan implementasinya bagi kesejahteraan rakyat.
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 1(1).
Larasati, S. V. (2022). Peran Hukum Pajak dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Membayar Pajak. Jurnal Hukum, Humaniora, Masyarakat, dan Budaya (HUMAYA),
2(1), 60-66.
Peraturan Perundang-undangan
Undang – undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009

13

Anda mungkin juga menyukai