Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

ANALISIS KORELASI ASAS DALAM UU NOMOR 22 TAHUN 2001


TENTANG MIGAS DENGAN REALITASNYA DI LAPANGAN

Mata Kuliah : Hukum Sumber Daya Alam A1

Dosen Pengampu: Eka Jaya Subadi, SH.,MH

Disusun oleh:

KELOMPOK 7

1. Ni Kadek Putri Lestari Dewi D1A021244


2. Ni Luh Madyarni Sri Depi D1A021245
3. Ni Made Dwi Mandriani D1A021246
4. Nuranisah D1A021052
5. Ni Putu Putri Maharani D1A021637

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN 2023
Contoh Kasus Korelasi Asas Dalam UU Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Migas Dengan
Realitasnya Di Lapangan

A. ASAS EKONOMI KERAKYATAN


1. Kenaikan harga minyak dunia dapat mempengaruhi APBN dan meningkatkan beban
subsidi, khususnya BBM dan LPG. Hal ini dapat mempengaruhi kestabilan ekonomi
dan investasi asing di Indonesia
B. ASAS KETERPADUAN
1. Pada tahun 2010 terjadi 12 kasus kecelakaan fatal pada hulu migas yang melibatkan
para pekerja. Beberapa kasus yang terjadi antara lain pekerja tertimpa tubing bowl,
kebakaran kapal, dan terperangkap dalam tangka uploading nitrogen. Maka dari itu
diperlukannya upaya untuk meningkatkan koordinasi dan Kerjasama antar pihak agar
dapat mengurangi ketidakterpaduan dalam sektor migas.
C. ASAS MANFAAT
1. Pemerintah mengeluarkan LPG 3 kg dengan tulisan hanya untuk masyarakat miskin,
namun pada kenyataanya masih banyak orang yang mampu bahkan pengusaha makanan
yang cukup kaya masih menggunakan LPG 3 kg. jadi pemanfaatan kebijakan pemerintah
tidak berjalan sebagaimana mestinya.
D. ASAS KEADILAN
1. Pada sidak yang dilakukan Menteri ESDM di beberapa provinsi di Kalimantan dan
Sumatera, ditemukan kendaraan mewah dan truk industri/pengangkut hasil pertanian
masih ada yang menggunakan BBM bersubsidi. Kasus ini dapat menimbulkan
ketidakadilan bagi masyarakat yang seharusnya mendapatkan manfaat dari subsidi
BBM.
2. Kasus bencana lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur yang menimbulkan kerugian
bagi masyarakat sekitarnya.
3. Terdapat ketidakadilan dalam pembagian Dana Bagi Hasil (DBH) migas antara
pemerintah pusat dan daerah. Bupati Maranti di Riau, misalnya memprotes pembagian
DBH Migas yang dianggap tidak adil yang dimana dapat merugikan masyarakat.
E. ASAS KESEIMBANGAN
1. tumpahan Proyek Migas Pertamina di Laut Jawa (2019): Terjadi tumpahan gas dan
minyak di sumur lepas pantai YYA1 milik Pertamina Hulu Energi di blok migas ONWJ
pada 12 Juli 2019. Tumpahan tersebut menyebabkan kontaminasi di sekitar wilayah
tersebut dan berdampak pada mata pencaharian penduduk sekitar. Ribuan kantong
sampah berhasil dikumpulkan dan warga terpaksa kehilangan pekerjaan
2. terdapat ketidakseimbangan antara produksi dan kebutuhan minyak mentah di
Indonesia yang membuat pemerintah harus mengimpor hingga 500 ribu barel dari luar
negeri. Deputi perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara menjelaskan, saat ini
produksi minyak mentah Indonesia hanya mampu mencapai 700.000 ribu barel per hari.
Sementara konsumsinya mencapai 1,4 juta bph hingga 1,5 juta bph.
F. ASAS PEMERATAAN
1. Permasalahan mengenai produksi minyak di Indonesia telah menurun dari tahun
ketahun, sedangkan konsumsi meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan
ketidakmerataan dalam pasokan minyak di Indonesia.
2. Sebagian besar pendapatan negara Indonesia berasala dari sector minyak dan gas
sehingga ketidakmerataan dalam sector hulu migas dapat mempengaruhi pendapatan
negara.
3. Pemanfaatan migas masih belum merata karena pemenfaatannya masih banyak
didominasi untuk keperluan dikawasan Indonesia bagian barat. Sementara keberadaan
sumber gas buminya di bagian timur. Oleh karena itu, hal ini membuat ketimpangan
geografis antara daerah penghasil gas dan pembeli gas.
4. Harga bbm di lombok dengan papua jauh berbeda dari contoh tersebut sudah jelas
pemerataan migas di indonesia tidak merata dan sangat jauh perbedaannya
G. ASAS KEMAKMURAN BERSAMA KESEJAHTERAAN RAKYAT BANYAK
1. Tindakan pemerintah (memberikan keluwesan pada pengusaha kontraktor untuk dapat
memilih antara konsep Cost Recovery dan Gross Split) dalam mengelola hulu migas
menimbulkan kapitalisme tata kelola migas, dimana Pilihan tersebut untuk kepentingan
usaha bukan untuk kepentingan rakyat.
2. Muncul Perpres No. 55 Tahun 2005 juncto Perpres No.9 Tahun 2006, yang melegalisasi
terbukanya kembali ruang asingisasi penguasaan hulu-hilir pengelolaan minyak.
3. Kenaikan harga BBM mengakibatkan semakin meluasnya masalah kemiskinan
4. Dominasi industry migas oleh korporasi asing sebesar 92% kegiatan hulu dikuasai oleh
perusahaan asing. menyebabkan SDA dieksploitasi untuk kepentingan korporasi asing,
bukan untuk kepentingan rakyat Indonesia.
H. ASAS KEAMANAN, KESELAMATAN
1. 31 Mei 2020, Kecelakaan fatal, 3 orang di Sukamandi SKDO
2. 31 Desember 2010, Kecelakaan tertimpa elevator, DP 5”, Rig 10 Pertamina UBEB
Limau, 1 orang meninggal
3. 9 Juni 2010, kecelakaan kerja di Sumur TJG 164 BEP Tanjung, 1 orang meninggal
4. 9 Juni 2010, Insiden Rig Vinct 03 di sumur Pamuguan 51 VICO
5. 9 Maret 2011, Sumur Mutiara 135 Kecelakaan kerja fatal kru coil Tubing melakukan
Unload Liquid dengan Nitrogen, 3 orang meninggal
6. 9 Maret 2015, kebakaran saat pekerjaan Well Service Sumur KLD 11 Lap Rantau, 1
orang meninggal
7. 8 Februari 2016, Insiden Kebakaran Sumur RDG 47 Jatibarang, 2 orang meninggal
8. 15 Desember 2008, Kebakaran Tanki-105 Dumai terbakar akibat pekerjaan pengelasan
9. 8 Desember 2009, Kebakaran Dapur CDU III, Plaju, 1 orang meninggal
10. 9 Maret 2008, Kebakaran saat pekerjaan pembersihan Fin Fan Cooler IIE-50 GH
Kilang Cilacap, 3 korban meninggal
11. Pengeboran minyak illegal oleh PT Pertamina EP di Desa Pasir Putih, Kecamatan
Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur menyebabkan 18 warga meninggal dan
puluhan lainnya luka-luka.
I. ASAS KEPASTIAN HUKUM
1. Permasalahan mengenai kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) asing dalam beberapa
tahun belakangan ini hekang dari sector hulu migas di Indonesia karena kepastian
hukum lemah, fiscal keekonomian rendah dalam pengembalian investasi, dan birokrasi
perizinan yang berlapis.
J. ASAS BERWAWASAN LINGKUNGAN
1. Tumpahan Minyak Balikpapan (2018): Pada tahun 2018, terjadi tumpahan minyak di
Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Tumpahan tersebut disebabkan oleh putusnya
pipa milik Pertamina. Tumpahan tersebut berdampak pada lingkungan setempat dan
menyebabkan kebakaran pada kapal di dekatnya
2. Tumpahan Minyak Montara (2009): Tumpahan minyak Montara terjadi di Laut Timor
pada tahun 2009. Tumpahan tersebut berasal dari anjungan minyak milik PTTEP
Australasia yang merupakan anak perusahaan perusahaan minyak dan gas milik negara
Thailand, PTT Exploration and Production. Tumpahan tersebut berdampak pada
perairan Australia dan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai