Anda di halaman 1dari 13

Tinjauan Yuridis Terkait Rencana Pembangunan Infrastruktur Jaringan

Gas (Jargas) Dalam Pendistribusian Gas di Sektor Mikro


Bab 1

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Dalam praktiknya saat ini berbagai jenis kegiatan dalam bidang


usaha sedang diupayakan pengoptimalisasianya termasuk dalam bidang
jaringan gas bumi untuk rumah tangga dan proyek gasifikasi batu bara
menjadi Dimethyl Ether (DME). Dalam upaya pemerintah terkait
pendistribusianya melalui yang termaktub dalam Peraturan Presiden
Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Gas Bumi
Melalui Jaringan Transmisi dan/atau Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah
Tangga dan Pelanggan Kecil.
Penetapan ini dengan pertimbangan bahwa sumber daya energi
merupakan sumber daya alam yang strategis dan sangat penting bagi hajat
hidup rakyat banyak dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional
sehingga harus dikuasai negara dan dipergunakan bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Selanjutnya, dalam menjamin ketahanan energi
nasional dan mempercepat terwujudnya diversilikasi energi serta
mendorong terwujudnya penyediaan energi secara mandiri, diperlukan
percepatan penyediaan dan pendistribusian gas bumi untuk rumah tangga
dan pelanggan kecil.
Di sisi lain penggunaan gas alam juga menarik minat masyarakat.
Selain bermanfaat karena harganya yang lebih murah dan penggunaannya
yang lebih mudah, keamanan penggunaan jaringan gas ini menjadi salah
satu alasan mengapa jaringan gas digunakan dalam skala rumah tangga.
Sementara ini berbeda dengan LPG yang berat jenisnya lebih berat dari
udara. Sehingga ketika terjadi kebocoran akan menumpuk di bawah, yang
menjadi berisiko terjadinya pengendapan gas pada lantai dan terjadi
ledakan jika ada pemicunya. Perbedaan lainnya yang membuat aman
ketika di dalam rumah adalah gas LPG dikemas di dalam tabung
bertekanan tinggi, sedangkan gas alam bertekanan rendah. Perbedaan
antara LPG dan DME ialah Keduanya sama-sama dari gas, tapi gas pipa
dan LPG berbeda satu sama lain, kalau gas pipa itu berasal dari C1 (gas
methane) dan C2 (gas ethane), sementara gas elpiji dari Liquefied
petroleum gas (LPG) pemerintah saat ini sedang mengupayakan agar
masyarakat untuk beralih menggunakan gas alam.1

Gas bumi adalah bahan bakar fosil berbentuk gas. Gas bumi sering
juga disebut sebagai gas alam atau gas rawa. Gas bumi dapat ditemukan di
ladang minyak, gas bumi, dan juga tambang batubara. Komponen utama
dalam gas bumi adalah metana (CH4). Metana merupakan molekul
hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Metana adalah gas rumah kaca
yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke atmosfer.
Saat terlepas ke atmosfer, metana umumnya dianggap sebagai polutan
ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di
atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida (CO2) dan
air. Akibatnya, efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif
hanya berlangsung sesaat. Gas bumi yang telah diproses sebenarnya tidak
berbahaya. Tapi, gas bumi tanpa proses dapat menyebabkan gangguan
pernapasan. Hal ini karena gas tersebut dapat mengurangi kandungan
oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan. Gas bumi lebih
ringan dari udara sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer.
Konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak bila
ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah. Jika tersulut api,
maka bisa menimbulkan ledakan. Gas bumi dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Salah satunya sebagai bahan baku industri. Untuk hal
ini, gas bumi digunakan antara lain sebagai bahan baku pupuk, petrokimia,

1
https://migas.esdm.go.id/post/read/perpres-tentang-penyediaan-dan-pendistribusian-gas-bumi-
melalui-jaringan transmisi-untuk-rumah-tangga-dan-pelanggan-kecil, diakses pada tanggal 19 juni
2021 pukul 19.30 WIB
metanol, plastik, hujan buatan, besi tuang, pengelasan, dan pemadam api
ringan. Selain itu, gas bumi bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Sebagai bahan bakar, gas bumi digunakan untuk Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU); kendaraan bermotor (Bahan Bakar Gas/ BBG,
Liquefied Gas for Vehicle/LGV, Compressed Natural Gas/CNG), industri
ringan, menengah dan berat. Selanjutnya, gas bumi bisa pula dimanfaatkan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan rumah tangga, hotel, restoran dan
sebagainya dalam bentuk Liquefied Petroleum Gas/ LPG). Tidak hanya
itu, gas bumi dapat menjadi komoditas energi untuk ekspor, misalnya
dalam bentuk gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG). Belum cukup,
Pemerintah pun terus mengembang gas nonkonvensional, seperti gas
metana batubara (Coal Bed Methane/CBM) dan shale gas.

Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an.


Saat itu, produksi gas alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di
Pendopo, Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri
IA milik PT Pupuk Sriwidjaja di Palembang, Sumatera Selatan.
Perkembangan pemanfaatan gas alam di Indonesia meningkat pesat sejak
tahun 1974. PT Pertamina (Persero) mulai memasok gas alam melalui pipa
gas dari ladang gas alam di Prabumulih, Sumatera Selatan ke pabrik pupuk
Pusri II, III, dan IV di Palembang. Pemanfaatan gas bumi juga mulai
merambah wilayah-wilayah lain di Indonesia. Pemerintah Indonesia
melalui kebijakannya yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 5 Tahun 2006 tentang KEN hendak mendorong program
konservasi energi. Perpres ini bertujuan untuk berusaha mewujudkan
perubahan komposisi bauran energi dari kondisi saat ini. Berdasarkan
Perpres Nomor 5 Tahun 2006, maka diharapkan pada tahun 2025 nanti
komposisi bauran energi akan berubah. Batubara ditargetkan menjadi
sumber energi terbesar dengan 33%. Pemanfaatan gas bumi akan
diperbesar hingga 30%. Lalu, peranan minyak bumi akan diperkecil
menjadi hanya 20%. Berikut kebijakan energi nasional,
1. 28% atau Rp. 428 triliun penerimaan negara (2012), berasal dari sektor
ESDM.

2. BBM dan listrik masih disubsidi (Rp. 225 T tahun 2012) dan 77% tidak
tetap sasaran;

3. Investasi sektor ESDM mencapai US$ 27 miliar (2011), iklim investasi


cukup kondusif.

4. Indonesia memiliki keanekaragaman energi. Ketergantungan energi


fosil masih tinggi, padahal cadangannya terbatas

5. Minyak porsi terbesar dalam bauran energi (49,7%). Pemanfaatan EBT


masih sekitar 6%. EBT ditargetkan akan mencapai 17% pada tahun 2025;

6. Pemanfaatan gas bumi nasional yaitu 56% untuk ekspor dan 44% untuk
domestik

7. Keterbatasan infrastruktur merupakan tantangan dalam pemenuhan


energi domestik. 8. Akses energi masih terbatas, rasio elektirifikasi sebesar 73%

Salah satu langkah strategis Pemerintah untuk menggantikan penggunaan


minyak bumi adalah meningkatkan penggunaan bahan bakar gas bumi untuk
sektor rumah tangga dan pelanggan kecil. Program ini disebut jaringan gas untuk
rumah tangga atau gas kota. Jaringan gas untuk rumah tangga berarti mengalirkan
gas melalui jaringan pipa hingga ke rumah tangga. Pembangunan jaringan
distribusi gas untuk rumah tangga merupakan salah satu program prioritas
nasional yang bertujuan untuk diversifikasi energi, pengurangan subsidi,
penyediaan energi bersih dan murah serta program komplementer konversi
minyak tanah ke Liquefied Petroleum Gas (LPG) untuk percepatan pengurangan
penggunaan minyak bumi. Melalui program ini, masyarakat diharapkan
mendapatkan bahan bakar yang lebih bersih, aman, dan murah. Terkait hal ini,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendapatkan penugasan
penyediaan infrastruktur jaringan gas bumi untuk rumah tangga dari Pemerintah
melalui Perpres Nomor 19 tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2011 dan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor.1 Tahun 2010 tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 serta melalui rapat
dengar pendapat dengan Komisi VII DPR. Dalam hal ini, Kementerian ESDM
mengemban amanat menyediakan jaringan gas bumi untuk rumah tangga secara
gratis kepada masyarakat. Program pembangunan jaringan distribusi gas bumi
untuk rumah tangga ini dibangun di kotakota atau daerah yang dekat dengan
sumber gas bumi dan memiliki jaringan transmisi gas bumi. 2

Gas bumi memang sudah dikenal sebagai energi yang efisien dan aman.
Tak hanya industri skala besar yang membutuhkan gas bumi untuk menggerakkan
mesin produksi, melainkan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM), apalagi yang bergelut di sektor kuliner. Penghematan menggunakan
gas bumi juga dapat menekan biaya bahan bakar sebesar 50% dibandingkan
dengan menggunakan tabung LPG.3 Maka dari itu dari latar belakang diatas
penulis tertarik membahas “Tinjauan Yuridis Terkait Rencana Pembangunan
Infrastruktur Jaringan Gas (Jargas) Dalam Pendistribusian Gas di Sektor
Mikro”

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Tinjauan Yuridis Terkait Rencana Pembangunan
Infrastruktur Jaringan Gas (Jargas) Dalam Pendistribusian Gas di
Sektor Mikro?
2. Mengapa Pembangunan Infrastruktur Jaringan Gas (Jargas)
menjadi alasan yang tepat di bidang Sektor Mikro?
III. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Tinjauan Yuridis Terkait Rencana Pembangunan
Infrastruktur Jaringan Gas (Jargas) Dalam Pendistribusian Gas di
Sektor Mikro.

2
Artikel Direktorat jendral minyak dan gas bumi kementrian energi dan sumber daya mineral, hal
7
3
https://ekonomi.bisnis.com/read/20161030/44/597332/aliran-gas-bumi-masih-banyak-umkm-
rindukan-ketersediaan-jaringan-, diakses pada tanggal 20 Desember 2021, pukul 16.00
2. Mengetahui Pembangunan Infrastruktur Jaringan Gas (Jargas)
menjadi alasan yang tepat di bidang Sektor Mikro.
IV. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah sebuah wawasan dan


pengetahuan mengenai peraturan dan upaya yang diterapkan
pemerintah dalam melakukan pembangunan infrastruktur jaringan
gas di sektor mikro, serta sebagai ilmu pengetahuan yang teoritis
dan juga nantinya dapat dijadikan sebuah informasi untuk di
konsumsi secara umum.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis sendiri, penelitian ini diharapkan menjadi
sarana yang bermanfaat dalam melihat sebuah aturan
hukum dalam pembangunan infrastruktur jaringan gas
dalam sektor mikro.
b. Kegiatan penelitian ini dapat dijadikan sebuah pengalaman
berharga dalam upaya meningkatkan kemampuan penulis
dalam mengembangkan serta membandingkan perihal
aturan yang diterapkan pemerintah dalam upaya
pembangunan jaringan gas baik itu terdapat pro dan kontra.
c. Dengan adanya penelitian ini, dapat digunakan selanjutnya
sebagai dasar dalam penelitian lanjutan dan sebagai
pengembangan pembelajaran dan pengingkatan
pembelajaran.
V. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Yuridis

Tinjauan adalah kegiatan merangkum sebuah data dalam skala besar


yang masih mentah lalu mengelompokan atau memisahkan beberapa
komponen serta bagian-bagian yang relevan, kemudian
menghubungkan serta mengkaitkan data yang dihimpun untuk
menjawab sebuah permasalahan. Sedangkan yuridis adalah semua hal
yang sah diakui pemerintah dan mempunyai arti hukum itu sendiri.
Aturan yang bersifat baku dan mengikat semua orang di wilayah
manapun dimana hukum tersebut berlaku, sehingga apabila ada orang
yang melanggar hukum tersebut maka akan diberikan sebuah sanksi
atau hukuman. Yuridis dianggap suatu kaidah hukum atau dimata
hukum keberlakuannya dibenarkan, baik itu sebuah peraturan-
peraturan, kebiasaan, etika bahkan moral yang menjadi dasar dalam
penilaiannya. Maksud dari penulis disini, tinjauan yuridis adalah suatu
kegiatan dalam memecahkan dan mencari suatu komponen dari
permasalahan yang dikaji secara lebih lalu menghubungkannya dengan
hukum, dimana kaidah hukum dan norma hukum yang berlaku sebagai
pemecahan permasalahannya. 4

2. Pembangunan

Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian kegiatan usaha


pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilaksanakan secara
sadar oleh suatu bangsa dan Negara serta pemerintah dalam rangka
pembinaan bangsa. Pembangunan yang dilaksanakan haruslah
diusahakan dan direncanakan secara sadar artinya pemerintah baik
pusat maupun daerah harus memperhatikan pembangunan pedesaan
demi tercapainya tujuan pembangunan nasional ( S.P. Siagian 2005).

3. Infrastruktur

infrastruktur artinya wujud modal publik (public capital) yang terdiri


dari jalan umum, jembatan, sistem saluran pembuangan, dan lainnya,
sebagai investasi yang dilakukan oleh pemerintah.5

4
Surayin, 2005, Analisis Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung, Yrama Widya, Hal. 10
5
https://money.kompas.com/read/2021/03/21/094946626/arti-infrastruktur-pengertian-jenis-
fungsi-dan-contohnya, diakses pada tanggal 20 Desember 2021, pukul 18.00
4. Jaringan Gas

Jaringan Gas (JARGAS) adalah suatu jaringan yang memiliki


transmisi untuk mengalirkan gas melalui pipa hingga ke rumah tangga
untuk digunakan sebagai sarana dalam sektor mikro maupun makro.

5. Pendistribusian

Pendistribusian adalah proses dalam menyalurkan suatu produk, dari


mulai barang maupun jasa melalui produsen kepada konsumen, dengan
begitu produk tersebut bisa tersebar luas dan bisa dibeli konsumen
yang memang membutuhkannya.

6. Sektor Mikro

Sektor Mikro adalah suatu usaha kecil dan menengah yang mengacu
kepada jenis usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan
usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI Nomor 99
tahun 1998.

VI. Metode Penelitian


1. Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang dilakukan oleh penulis berkaitan
dengan permasalahan tersebut diatas adalah Pembangunan
Infrastruktur Jaringan Gas (Jargas) Dalam Pendistribusian
Gas di Sektor Mikro.
2. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode
penelitian hukum yuridis normatif, dimana penelitian ini
fokus ke penerapan, kaidah-kaidah dan/atau norma dalam
hukum positif.6
3. Sumber Data
6
Yudiono 0S, 2013, “Metode Penelitian”, digilib.unila.ac.id, diakses pada tanggal 20 Desember
2021 Pukul 19.00
a. Data sekunder
1) Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang
diambil dari peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan aturan yang diterapkan
pemerintah dalam Pembangunan Infrastruktur
Jaringan Gas (Jargas) seperti:
a) Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2019
tentang Penyediaan dan Pendistribusian
Gas Bumi Melalui Jaringan Transmisi
dan/atau Distribusi Gas Bumi Untuk
Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil.
2) Bahan Hukum Sekunder yaitu berupa hasil
penbelitian ilmiah, buku, karya ilmiah, jurnal
hukum dan sebagainya, misalnya :
a) Jurnal
b) Media Masa
c) Literatur
3) Bahan hukum tersier atau bahan hukum
penunjang yaitu bahan-bahan yang memberikan
petunjuk serta memperkuat penjelasan bahan
hukum primer dan sekunder, seperti
ensiklopedia, kamus, internet, hasil wawancara,
dan lain-lain.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang digunakan oleh penulis
dalam proposal ini adalah pengumpulan data sekunder dan
tersier. Data sekunder yang digunakan dengan melihat
Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang
Penyediaan dan Pendistribusian Gas Bumi Melalui Jaringan
Transmisi dan/atau Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah
Tangga dan Pelanggan Kecil, literatur lainnya seperti buku-
buku, jurnal dan dokumen pendukung. Sedangkan data
tersier yang digunakan penulis yaitu disertasi dan skripsi.
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik
analisis untuk memecahkan masalah dalam rumusan
masalah dengan menggunakan analisis data deskriptif
kualitatif yaitu melihat dari gambaran problematika yang
timbul dalam Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2019
tentang Penyediaan dan Pendistribusian Gas Bumi Melalui
Jaringan Transmisi dan/atau Distribusi Gas Bumi Untuk
Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil
6. Metode Pendekatan

Penelitian yuridis normatif, yaitu suatu metode yang


dilakukan atas dasar bahan-bahan hukum dengan cara
menelaan konsep-konsep, teori-teori, asas hukum serta
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
penelitian ini. Pendekatan ini dapat disebut sebagai
pendekatan kepustakaan yaitu mempelajari buku, peraturan
perundangan lainnya serta dokumen lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.

VII. Pertanggungjawaban Sistematika


Penelitian ini disusun dalam 4 (empat) bab secara garis besar, yang
terdiri dari :
Bab 1 : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka dan metode penelitian.
Bab 2 : menjelaskan mengenai Tinjauan Yuridis Terkait Rencana
Pembangunan Infrastruktur Jaringan Gas (Jargas) Dalam
Pendistribusian Gas di Sektor Mikro.
Bab 3 : akan menjelaskan Mengapa Pembangunan Infrastruktur
Jaringan Gas (Jargas) menjadi alasan yang tepat di bidang Sektor
Mikro.
Bab 4 : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil
pembahasan dan analisis.

Daftar Pustaka

Peraturan Perundang-undangan

1. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyediaan dan


Pendistribusian Gas Bumi Melalui Jaringan Transmisi dan/atau Distribusi
Gas Bumi Untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil

Buku

1. Surayin, 2005, Analisis Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung,


Yrama Widya, Hal. 10

Jurnal

1. Yudiono 0S, 2013, “Metode Penelitian”, digilib.unila.ac.id, diakses pada


tanggal 20 Desember 2021 Pukul 19.00

2. Direktorat jendral minyak dan gas bumi kementrian energi dan sumber
daya mineral, diakses pada tanggal 21 Desember 2021, pukul 07.00

Website

https://migas.esdm.go.id/post/read/perpres-tentang-penyediaan-dan-
pendistribusian-gas-bumi-melalui-jaringan transmisi-untuk-rumah-tangga-dan-
pelanggan-kecil, diakses pada tanggal 19 juni 2021 pukul 19.30 WIB

https://ekonomi.bisnis.com/read/20161030/44/597332/aliran-gas-bumi-masih-
banyak-umkm-rindukan-ketersediaan-jaringan-, diakses pada tanggal 20
Desember 2021, pukul 16.00
https://money.kompas.com/read/2021/03/21/094946626/arti-infrastruktur-
pengertian-jenis-fungsi-dan-contohnya, diakses pada tanggal 20 Desember 2021,
pukul 18.00

Anda mungkin juga menyukai