PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan bakar minyak merupakan sumber energi utama dalam menggerakkan roda
kehidupan dunia, termasuk didalamnya roda perekonomian. Tanpa adanya bahan bakar,
transportasi akan terhenti, industri akan tutup dan roda perekonomian akan berhenti.
Pemakaian bahan bakar minyak cenderung meningkat setiap tahunnya seiring pertumbuhan
penduduk dan industri, sedangkan cadangan minyak semakin menipis. Berdasarkan data
Pertamina, kebutuhan nasional akan bahan bakar minyak tahun 2001/2002 sebanyak
54.248.148 kL (Prasetyo, 2003). Sementara itu, minyak bumi merupakan hasil dari proses
evolusi alam yang berlangsung selama ribuan bahkan jutaan tahun lalu dan merupakan
sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Tidak salah jika banyak ahli memperkirakan
pada 10 tahun mendatang Indonesia yang dikenal sebagai negara pengekspor bahan bakar
minyak berubah menjadi negara pengimpor. Untuk mengatasi hal tersebut, keberadaan bahan
bakar alternatif sangat diharapkan guna menghemat pemakaian energi fosil dan demi
memenuhi kebutuhan energi di masa depan.
Dalam usaha pengembangan sumber daya terbarukan saat ini, penelitian mengenai
teknologi pengolahan sumberdaya terbarukan mulai banyak mendapat perhatian, salah
satunya teknologi gasifikasi. Gasifikasi adalah proses yang mengandung panas uap, dan
tekanan tinggi untuk mengkonversi biomassa atau bahan baku yang mengandung karbon
lainnya menjadi gas sintetis atau syngas. Syngas utamanya terdiri dari hidrogrn (H2) dan
karbon monoksida (CO), dimana gas CO dan H2 bila direaksikan akan menghasilkan
metanol
M.Burght;2008).
Metanol sebagai bahan bakar mempunyai prospek yang baik, selain dapat diperbaharui
juga memiliki karakteristik pembakaran dengan effisiensi yang besar juga emisi gas buang
yang relatif kecil sehingga lebih ramah lingkungan (Prasetyo, 2003). Disamping itu secara
ekonomi metanol mempunyai masa depan yang sangat menjanjikan. Menurut Badan Tenaga
Nuklir Nasional, diperkirakan peningkatan kebutuhan metanol dunia sampai dengan tahun
2020 sebesar 34,175 milyar gallon atau 3 kali produksi metanol saat ini 12,5 milyar galon. Ini
adalah peluang yang sangat menjanjikan bagi negara-negara produsen metanol. Indonesia
sebagai salah satu produsen metanol dengan kapasitas produksi 330 juta galon per tahun,
dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menambah kapasitas produksi dan volume
penjualan (Media Kita, 2010).
Sintesis metanol dapat dilakukan dengan 2 tahap reaksi yaitu reaksi karbonilasi dan
hidrogenolisis. Reaksi karbonilasi adalah reaksi antara metanol dan karbon monoksida
menghasilkan metilformat.Dan dilanjutkan dengan reaksi hidrogenolisis yaitu metilformat
yang dihasilkan pada reaksi karbonilasi bereaksi dengan hidrogen sehingga membentuk
metanol. Pada reaksi karbonilasi dibutuhkan suatu katalis untuk mempercepat laju reaksinya.
Salah satu katalis yang dapat digunakan dalam reaksi karbonilasi tersebut adalah katalis
kalium metoksida. Katalis ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga pada penelitian
ini diharapkan dapat menghasilkan katalis kalium metoksida dengan proses pembuatan yang
sederhana. Dengan mereaksikan metanol dan kalium hidroksida pada reaksi kesetimbangan
sehingga dapat menekan biaya sintesis metanol pada reaksi karbonilasi.
1.2 Rumusan Masalah
Katalis kalium metoksida merupakan katalis yang dihasilkan dari hasil reaksi (produk)
antara methanol dan kalium hidroksida pada kondisi reaksi tertentu. Reaksi tersebut
menghasilkan dua produk yaitu kalium metoksida dan air. Namun disini permasalahan yang
ada adalah memilih metode yang tepat untuk memisahkan katalis kalium metoksida dan air
(sebagai produk lainnya) tersebut. Sehingga katalis kalium metoksida yang didapat kadarnya
murni dan tidak bercampur dengan air. Karena jika kalium metoksida tersebut bercampur
dengan air maka akan bereaksi kembali membentuk metanol dan kalium hidroksida ( pada
reaksi kesetimbangan ).
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu :
1. Membuat katalis potassium metoksida dari metanol dan kalium hidroksida
2. Melakukan pemisahan kalium metoksida dengan air.dan menganalisis katalis
potassium metoksida.
digunakan sebagai katalis untuk membantu mempercepat laju reaksi pada reaksi karbonilasi
( H2 + CH3OH
dengan
menekan biaya sintesis metanol pada reaksi karbonilasi. Dan metanol dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menemukan pengganti bahan bakar fosil merupakan tantangan besar untuk semua
dunia, Seperti yang kita semua tahu bahwa konsumsi bahan bakar fosil yang tinggi
tidak diimbangi dengan pengembangan bahan bakar fosil tersebut itu dikarenakan sifat
dari bahan bakar fosil yang termasuk ke dalam sumber energy yang tidak dapat
diperbaharui, dan berberapa tahun belakangan ini pengembangan bahan bakar
alternative pengganti fosil mulai kembali mendapat perhatian, salah satunya adalah
biomassa.
2.1 Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang diperoleh dari makhluk hidup, baik berupa
produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan,
rumput, ubi, limbah pertanian, dan limbah hutan. Selain digunakan untuk tujuan primer
serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya,
biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umum yang digunakan
sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan
limbah setelah diambil produk primernya. Potensi biomassa di Indonesia yang bisa
digunakan sebagai sumber energi jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal
dari hewan maupun tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman
pangan dan perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat
dipergunakan untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah
sebagai bahan bakar nabati memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan
efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah
cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan
biaya,
karena
seringkali
membuang
limbah
bisa
lebih
mahal
dari
pada
2.2 Gasifikasi
Proses gasifkasi telah dikenal sejak abad lalu untuk mengolah batubara, gambut.
Atau kayu menjadi bahan bakar gas yang kini mulai dimanfaatkan. Pada tahun-tahun
terakhir ini. Proses gasifikasi mendapat perhatian kembali di seluruh dunia, terutama
untuk mengolah biomassa sebagai sumber energi alternatif yang terbaharukan. Secara
sederhana proses gasifikasi dapal dikatakan sebagai reaksi kimia pada temperatur
tinggi antara biomassa dengan udara.Gasifikasi merupakan proses yang berbeda
dengan pembakaran maupun proses pembentukan biogas. Perbedaan gasifikasi
dengan pembakaran terletak pada jumlah oksigen yang digunakan dalam proses, serta
produk yang di hasilkan. Proses pembakaran menggunakan oksigen yang melebihi
kebutuhan stoikiometri. Proses gasifikasi sangat bergantung pada reaksi kimia yang
terjadi pada temperature di atas 700 C. Gas hasil gasifikasi terdiri dari gas-gas yang
mempan bakar yaitu CO, H2, dan CH4 dan gas-gas tidak mempan bakar CO 2, dan N2,
dan gas gas ini dapat digunakan langsung sebagai sumber energy pembakaran maupun
dapat dikonversi sebagai bahan baku pembuatan senyawa lain seperti metanol.
2.3 Metanol
Metanol merupakan jenis alkohol sederhana, mengandung satu atom karbon.
Metanol merupakan salah satu jenis bahan bakar yang dapat menggantikan bensin
atau bahan bakar disel untuk kendaraan bermotor, mobil, truk, dan bus. Metanol
dipertimbangkan sebagai sumber bahan bakar alternatif untuk keperluan otomotif
karena mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Polusi rendah. Emisi dari mobil berbahan bakar metanol dalam hal hidrokarbon
reaktif (pembentuk asap) dan kandungan beracun cukup rendah, hampir tidak
menimbulkan emisi partikrl padat, dan emisi NOx yang rendah.
Beragam pilihan sumber bahan baku. Metanol dapat dibuat dari bermacam-macam
sumber yang mengandung karbon, seperti gas alam, batubara, dan biomassa.
Unjuk kerja tinggi. Metanol merupakan bahan bakar dengan angka oktan tinggi,
yang berperan dalam naiknya tenaga dan kecepatan mesin motor.
2.3.1
masalah terutama di daerah dingin. Hal ini karena pada suhu 0 oC, metanol tidak larut
sepenuhnya dan tampak memisah dengan BBM (Fitrayadi, 2008). Semakin rendah
suhu, maka kelarutan senyawa akan semakin rendah. Tetapi, metanol 15 % pun jika
dibiarkan beberapa menit, ia akan memisah. Hal ini biasanya terjadi selama proses
pembakaran .
Metanol merupakan bagian sederhana dari alkohol yang mudah menarik uap air
yang terdapat di atmosfer. Oleh karena itu, jika kandungannya pada BBM besar, maka
akan menyebabkan korosi besi pada komponen mesin sehingga dapat merusak
komponen mesin. Selain itu, karena pembakarannya yang terlalu cepat, maka
memperbesar terjadinya knocking pada mesin kendaraan.
Kandungan
metanol
paling
irit
dimana
bahan
bakar
menghasilkan
Katalis homogen merupakan katalis yang berada dalam fase yang sama dengan
molekul-molekul reaktan. Katalis homogen merupakan kelarutan dari molekulmolekul didalam reaktan yang biasanya berada dalam keadaan cair (Parker, S.P. 1982)
Keuntungan dari katalis homogen bila dibandingkan dengan katalis heterogen, katalis
homogen mudah dikarakterisasi, misalnya secara spektroskopi. Mekanisme reaksi
dapat dibuat untuk memprediksi reaksi. Selain itu, katalis mudah terdispersi secara
efektif sehingga semua molekul katalis dapat berinteraksi dengan reaktan. Kerugian
dari katalis homogen, sulit memisahkan katalis dari produk dan biaya yang mahal.
Selain itu dapat terjadi korosi dan hilangnya katalis pada perolehan kembali katalis
(Gates, 1979).
2.4.2 Katalis heterogen
Katalis heterogen merupakan katalis yang berada dalam fase yang berbeda dengan
pereaksi (molekul-molekul) yang bereaksi, biasanya katalis ini berupa padatan agar
bisa dipisahkan, sedangkan reaktannya dalam bentuk cairan atau gas (Parker, S.P.
1982). Misalnya, hidrogenasi olefin merupakan contoh dimana kedua katalis
heterogen dapat dipergunakan secara efektif.
RCH = CH2 + H2
RCH2CH3
Reaksi diatas berjalan lambat tanpa adanya katalis kecuali dengan suhu yang sangat
tinggi. Bila gas dibiarkan berhubungan dengan logam mulia tertentu, misalnya platina
yang didukung oleh bahan yang berpermukaan seperti silika atau alumina, katalis
dapat berlangsung. Dapat dipercaya bahwa kedua reaktan akan diserap oleh
permukaan logam. (Cotton, 1989).
Katalis heterogen bereaksi pada permukaan bahan. Reaksi fase gas dan fase cair
dikatalisis heterogen biasanya lebih mungkin terjadi dipermukaan katalis daripada di
fase gas atau fase cair. Untuk alasan ini maka kadangkala katalis heterogen disebut
katalis kontak (Holtzclaw, 1988)
Proses katalisis heterogen sedikitnya dapat melalui empat tahap :
1. adsorpsi reaktan pada permukaan katalis,
2. aktifasi penyerapan reaktan,
3. reaksi reaktan yang terserap, dan
4. difusi produk dari permukaan katalis ke fase gas atau cair
2.4.3
Metanol
KOH
Kalium
CH3OK
Kalium
Hidroksida
H2O
Air
Metoksida
Komposisi data untuk sistem reaksi kesetimbangan ini belum dipelajari secara rinci.
Pada reaksi ini tersusun dari logam alkali hidroksida dan alkohol yang dijelaskan
pertama kali oleh Engel, dengan pendekatan etanol, disampaikan bahwa larutan etanol
dari
kalium
hidroksida
pada
temperatur
ruangan
menghasilkan
kristal
2.4.4
Salah satu metoda yang digunakan untuk melakukan pemisahan air dengan
kalium metoksida adalah dengan sistesis zeolit yang telah diaktivasi. Dari Ukpor,
negara Anambra, Sintesis zeolit telah diproduksi dari kandungan tanah liat setempat,
dengan perlakuan pulverasi kaolin yang di kalsinasi pada 700 C dengan natrium
hidroksida. Aktivasi lebih lanjut dilakukan pada 400C - 550C, zeolite digunakan
untuk mengeringkan air-etanol dan air-metanol. Perbandingannya dibuat dari
kapasitas pengeringan zeolit dan tanah liat sebelum dikaolinisasi, berdasarkan
perbandingan dari kurva kadar air terhadap waktu untuk sistem dua pelarut
menggunakan zeolite dan tanah liat yang telah diaktivasi. Kurva kandungan air
terhadap waktu dihasilkan untuk 2 system, menggunakan dua sample zeolite yang
disiapkan dan perlakuan tanah liat.
BAB III
METODOLOGI
700 C dalam sebuah tungku perapian (pembakaran) selama 2 jam untuk menghasilkan
metakaolin. Tanah liat yang telah dikalsinasi di campur dengan larutan natrium
hidroksida dan pada temperature lingkungan selama 16 jam. Setelah Pencampuran
kemudian didistilasi hingga terjadi refluks selama 8 jam . Produk yang diperoleh lalu
dicuci dalam air yang di deionisasi dan dikeringkan dalam sebuah oven. Kemudian
karakteristik yang digunakan dalam pengujian adalah IR spektroskopi. Produk zeolite
yang dihasilkan dalam bentuk pellet sebelum masuk ke desikator untuk digunakan
dalam kolom penyaringan. Pellet zeolite diaktifasi pada suhu 500C sebelum digunakan
dalam kolom penyaringan, dicampurkan dengan komposisi yang diketahui melewati
kolom dan dikumpulkan hasil keluarannya dalam interval waktu untuk 2 pelarut.
Diharapkan dengan analisis ini kita dapat mengetahui sifat dari katalis yang dihasilkan.
Dan dapat menyimpulkan variable dan metode pembuatan yang baik dalam sintesis
katalis kalium metoksida.
3.2 Cara Kerja
selama 2 jam untuk menghasilkan metakaolin. Tanah liat yang telah dikalsinasi di
campur dengan larutan natrium hidroksida dan pada temperatur lingkungan selama 16
jam. Setelah Pencampuran kemudian didistilasi hingga terjadi refluks selama 8 jam.
Produk yang diperoleh lalu dicuci dalam air yang di deionisasi dan dikeringkan dalam
sebuah oven.
Kemudian
spektroskopi. Produk zeolite yang dihasilkan dalam bentuk pellet sebelum masuk ke
desikator untuk digunakan dalam kolom penyaringan. Pellet zeolite diaktifasi pada suhu
500C sebelum digunakan dalam kolom penyaringa, dicampurkan dengan komposisi
yang diketahui melewati kolom dan dikumpulkan hasil keluarannya dalam interval waktu
untuk 2 pelarut.
Setelah adanya proses pemisahan katalis kalium metoksida dengan air,akan
dilakukan uji analisis pada katalis kalium metoksida yang dihasilkan. Pengujian
kandungan katalis kalium metoksida dengan metode gas kromatografi-krom (GC). Lalu
dilakukan analisa lanjutan dengan analisis BET, SEM dan XRD.
Cara kerja pembuatan katalis kalium metoksida disajikan oleh gambar 3.1 sebagai
berikut :
Membuat Larutan
CH3OH
KOH
Mencampurkan ke dua larutan ke dalam H2O,
Pengadukan
Pemisahan
produk
Analisis
Analisa GC, EBT, SEM, XRD
Tanah Liat
Penghancuran tanah liat dengan kalsinasi pada 700 C dalam sebuah tungku perapian (pembakaran) selama 2 jam untuk menghas
Kalsinasi
Metakaolin
Pencampuran
Distilasi
Pencucian
Cara kerja
pembuatan sintesis zeolit disajikan oleh gambar 3.2 sebagai berikut :
Pengeringan
Kalsinasi
produk
NaOH
Penyaringan
pellet zeolite diaktifasi pada suhu 500 C sebelum
digunakan