Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 1970-an terjadi krisis energi di dunia. Krisis ini antara
lain merupakan akibat perang di Timur tengah, pemboikotan terhadap
penjualan minyak bumi ke Amerika Serikat dan lonjakan kesadaran
bahwa cadangan minyak bumi dunia terbatas. Hal ini memacu
masyarakat khususnya kalangan industri, untuk menggunakan energi
secara efisien. Perancangan proses pun berorientasi pada perancangan
yang efisien dan terintegrasi. Krisis energi juga berpengaruh terhadap
bidang penelitian. Penelitian banyak diarahkan pada pemanfaatan
sumber energi secara efisien, seperti; perbaikan proses sehingga proses
lebih efisien dalam penggunaan energi, penemuan sumber energi yang
dapat terbarukan maupun pemanfaatan energi semaksimal mungkin.
Di Indonesia, penggunaan sumber energi masih bergantung
kepada energi minyak dan gas bumi. Pada tahun 1998/1999 pemakaian
energi minyak dan gas bumi sekitar 68,49%. Ketergantungan pada
sumber energi minyak dan gas bumi, dikarenakan masih tersedianya
cadangan dalam jumlah yang besar. Pada tahun 1999 cadangan minyak
dan gas bumi sekitar 9.691,7 106 barel [Dalimi, dkk. (2000)]. Dengan
mempertimbangkan laju produksi sebesar 0,5 milyar barel per tahun,
maka dapat diperkirakan hanya bertahan sampai tahun 2010-an.
Peningkatan pemakaian energi terjadi di sektor rumah tangga,

1
BAB I PENDAHULUAN

transportasi maupun industri, sehingga dapat dipastikan bangsa


Indonesia akan mempunyai masalah yang serius pada penyediaan
sumber energi. Masyarakat maupun pemerintah Indonesia seharusnya
mulai memikirkan penghematan energi dan usaha untuk mendapatkan
sumber energi yang terbarukan.
Pada tahun 1970 pemakai energi terbesar adalah sektor rumah
tangga. Pertumbuhan industri yang pesat mempengaruhi pola
pemanfaatan energi. Pada tahun 1984 sektor industri menjadi pemakai
energi terbesar, demikian juga dengan pertumbuhan di sektor
transportasi, pada tahun 1997 sektor transportasi sebagai konsumen
energi paling besar. Pada tahun 1998/1999 pemakaian energi di
Indonesia menurut sektor pengguna (transportasi, industri dan rumah
tangga) sebesar ; 40,10 %, 36,15%, dan 23,75 % [Dalimi, dkk. (2000)].
Salah satu permasalahan yang ditimbulkan karena pemakaian
energi adalah polusi lingkungan. Polusi dapat mengakibatkan terjadinya
efek rumah kaca, perubahan pemanasan global, timbulnya limbah
beracun, maupun bocornya lapisan ozon. Bidang transportasi
mempunyai andil paling besar pada terjadinya polusi lingkungan,
mengingat sektor transportasi sebagai pemakai energi terbesar.
Pemakaian bahan bakar terutama minyak bumi, lebih banyak
menghasilkan emisi ke udara. Komponen-komponen yang
mengakibatkan emisi antara lain; karbon monoksida (CO), partikel
partikulat, nitrogen oksida (NOx), gas-gas organik dan sulfur dioksida
(SO2) [Putsche dan Sandor, (1996)]. Isu tentang lingkungan yang bersih,
mendorong para pemakai sumber energi untuk lebih memperhatikan
lingkungan.

2
BAB I PENDAHULUAN

Etanol, yang dikenal sebagai alkohol absolut merupakan salah


satu sumber energi alternatif. Etanol dapat digunakan sebagai bahan
pencampur pada bensin yang lebih dikenal dengan “gasohol” [Keller,
(1979)]. Kelebihan etanol sebagai sumber energi adalah sifatnya yang
dapat diperbarukan, juga dapat mengurangi emisi akibat karbon
monoksida [Bailey, (1996)]. Etanol dapat diproduksi dengan cara
fermentasi dengan bahan mentah mono/disakarida (gula tebu, tetes
tebu), bahan berpati (jagung, padi atau hasil-hasil pertanian lainnya) dan
bahan selulosa (kayu, limbah pertanian).
Penggunaan energi secara efisien merupakan tujuan semua
industri. Energi tidak dapat dipisahkan dengan biaya yang dikeluarkan
oleh suatu industri. Biaya yang dikeluarkan oleh industri merupakan
variabel utama, yang mempengaruhi harga jual produk. Demikian juga
dengan industri etanol, harga jual etanol juga dipengaruhi oleh biaya
produksinya. Proses pemisahan di dalam industri etanol membutuhkan
energi paling besar sekitar 50-80% [Ladisch dan Tsao, (1982)]. Usaha
penghematan energi di dalam proses produksi etanol telah banyak
dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan diantaranya; Black, (1980),
Collura dan Luyben, (1988), Ficarella dan Laforgia, (1999).

1.2. Perumusan Masalah


Etanol hasil fermentasi mempunyai konsentrasi sekitar 8-12%
(berat), sehingga diperlukan pemisahan untuk memperoleh produk
etanol. Proses pemisahan etanol dapat dibedakan menjadi dua yaitu;
pemisahan etanol 95% dan pemisahan etanol absolut. Konfigurasi proses
pemisahan etanol 95% diantaranya; pemisahan dengan satu kolom,

3
BAB I PENDAHULUAN

pemisahan sistem dua kolom, pemisahan sistem tiga kolom dan


penggabungan sistem pemampatan uap kembali dengan kolom distilasi.
Pemisahan sistem tiga kolom dapat dibedakan lagi menjadi proses
Barbet, Othmer dan pemisahan pada tekanan vakum. Etanol absolut
dapat diperoleh dengan mengambil air yang ada di dalam etanol 95%
(pengeringan). Proses yang dapat digunakan antara lain; proses distilasi-
azeotrop, distilasi-ekstrakstif, adsorbsi, pervaporasi dengan membran,
ekstraksi superkritik.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan
permasalahan yang ada sebagai berikut;
1. Proses pemisahan etanol yang ada masih membutuhkan energi yang
besar, sehingga diperlukan analisis dan evaluasi terhadap
konfigurasi-konfigurasi proses pemisahan etanol agar diperoleh
proses yang hemat energi.
2. Penggunaan teknologi pinch dalam mengevaluasi kebutuhan energi
pada konfigurasi proses pemisahan etanol.

1.3. Tujuan Penelitian


Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh
konfigurasi proses pemisahan etanol yang hemat energi dan
mengembangkan penggunaan teknologi pinch untuk evaluasi kebutuhan
energi di dalam konfigurasi proses pemisahan etanol. Tujuan penelitian
secara khusus adalah sebagai berikut;
a. Mendapatkan penghematan energi pada masing-masing konfigurasi
proses pemisahan etanol.

4
BAB I PENDAHULUAN

b. Memperoleh jaringan Alat Penukar Kalor yang hemat energi


dengan melakukan penjodohan terhadap aliran proses.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dititikberatkan pada analisis konfigurasi proses
pemisahan etanol hasil fermentasi, berbahan mentah tetes tebu.
Penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua pabrik
pembuat etanol dengan fermentasi di Indonesia menggunakan bahan
mentah tetes tebu. Indonesia juga mempunyai potensi tetes tebu yang
besar.
Konfigurasi proses pemisahan etanol 95% yang dievaluasi ada 3
jenis proses. Setiap konfigurasi proses pemisahan etanol terdiri dari unit
fermentasi etanol yaitu proses sinambung Danish Distilleries dan proses
pemisahan etanol 95% sistem tiga kolom. Proses pemisahan etanol 95%
sistem tiga kolom diantaranya proses Othmer, proses Barbet dan proses
pemisahan pada tekanan vakum.
Analisis dan evaluasi konfigurasi-konfigurasi proses
menggunakan teknologi pinch. Masing-masing konfigurasi proses
terlebih dahulu dilakukan perhitungan neraca massa dan panas. Hasil
perhitungan merupakan data pembanding (proses asal). Perkakas-
perkakas teknologi pinch yang digunakan untuk evaluasi diantaranya:
diagram grid, diagram komposit, problem table dan penjodohan aliran.
Data-data yang diperlukan seperti kapasitas kalor, persamaan tekanan
uap, kalor penguapan dapat diperoleh dari berbagai literatur.

Anda mungkin juga menyukai