DISUSUN OLEH
DOSEN PENGAMPU
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................3
1.1 Pendahuluan.........................................................................................................................3
1.2 Dasar Teori...........................................................................................................................3
BAB II STUDI KASUS..................................................................................................................6
2.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 6
2.2 Rumusan Masalah................................................................................................................6
2.3 Tinjauan Pustaka.................................................................................................................. 6
BAB III ANALISIS DAN KESIMPULAN.................................................................................. 9
3.1 Analisis................................................................................................................................ 9
3.2 Kesimpulan........................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Tim desain dalam indutri menggunakan berbagai jenis operasi pemrosesan untuk
mencapai suatu reaksi kimia dan untuk memisahkan produk yang diinginkan, produk
samping, dan dari bahan mentah yang tidak bereaksi. Dalam banyak hal, salah satu
tantangan terbesar dalam desain proses melibatkan sintesis konfigurasi yang
menghasilkan bahan kimia dengan cara yang andal, aman, dan ekonomis, serta
menghasilkan produk dengan konsentrasi tinggi dengan sedikit atau tanpa limbah.
Sampai saat ini, bagian dari proses desain ini, sering disebut sebagai sintesis proses, di
mana berbagai jenis operasi proses dikonfigurasikan ke dalam lembar alur, dilakukan
berdasarkan pengalaman yang diperoleh dalam situasi pemrosesan serupa, dengan sedikit
metodologi formal.
Sintesis proses awal terjadi setelah konsep pemrosesan alternatif dibuat. Setelah
mendefinisikan konsep dan menyusun basis data awal, biasanya dengan beberapa
eksperimen, tim desain mulai mensintesis lembar alur operasi proses untuk mengubah
bahan mentah menjadi produk yang diinginkan. Pertama, memutuskan keadaan bahan
mentah, produk, dan produk sampingan, sebelum menyusun konfigurasi operasi proses
yang berbeda.
Untuk beberapa bahan kimia dari proses tersebut merupakan pertimbangan utama
di awal proses desain. Bekerja sama dengan orang-orang pemasaran, skala proses
ditentukan berdasarkan proyeksi permintaan produk. Seringkali demografi pelanggan
yang paling menjanjikan mempunyai dampak penting terhadap lokasi pabrik dan pilihan
bahan bakunya. Ketika skala dan lokasi ditetapkan, komposisi, fase, bentuk, suhu, dan
tekanan setiap produk dan aliran bahan mentah juga dipertimbangkan. Ketika keadaan
yang diinginkan dari aliran ini telah diidentifikasi, masalah sintesis proses menjadi lebih
jelas.
Sepanjang literatur teknik kimia, banyak jenis peralatan, yang disebut unit
operasi, dijelaskan, termasuk kolom distilasi, absorber, stripper, evaporator, decanter, heat
exchanger, filter, dan centrifuge, dan masih banyak lagi. Sehubungan dengan simulator
proses, semuanya melibatkan satu atau lebih operasi dasar berikut:
1. Reaksi kimia
2. Pemisahan dari campuran kimia
3. Pemisahan fasa
4. Perubahan temperatur
5. Perubahan tekanan
6. Perubahan fasa
7. Pencampuran atau pemisahan batch
8. Operasi pada keadaan solid, termasuk perubahan ukuran
Karena ini adalah bahan penyusun hampir semua proses kimia, maka lazim untuk
membuat flowsheet yang melibatkan operasi dasar ini sebagai langkah pertama dalam
sintesis proses. Kemudian, dalam langkah integration task, beberapa operasi digabungkan
jika memungkinkan. Di sisa bagian ini, sebelum mempertimbangkan langkah-langkah
dalam sintesis proses, setiap operasi dasar dipertimbangkan secara rinci.
Saat memilih peralatan pemrosesan pada langkah integration task, skala produksi
sangat memengaruhi mode pengoperasian. Untuk produksi beberapa bahan kimia, skala
besar unit pemrosesan skala kontinyu dipilih, sedangkan untuk produksi khusus bahan
kimia serta produk kimia industri dan konsumen, unit pemrosesan batch skala kecil lebih
disukai. Pilihan antara kontinyu atau batch, atau mungkin semi-berkelanjutan, dalam
pengoperasian adalah keputusan yang penting.
BAB II
STUDI KASUS
Aseton pertama kali diproduksi oleh distilasi kering dari kalsium asetat. kalsium
asetat pada awalnya merupakan produksi dari penyulingan kayu, kemudian diperoleh
dengan fermentasi etanol. Fermentasi karbohidrat berlangsung menjadi aseton, butil dan
etil-alkohol yang menggantikan proses tersebut pada tahun 1920-an. Proses tersebut
mengalami pembaharuan pada tahun 1950-an dan 1960-an yaitu proses dehirogenasi
2-propanol dan oksidasi cumene menjadi phenol dan aseton. Bersamaan dengan oksidasi
propena langsung, metode ini menghasilkan lebih dari 95% aseton yang diproduksi
diseluruh dunia (Ullmann, 2005). Aseton telah lama digunakan sebagai agen untuk
memblokir reaktivitas gugus hidroksil dalam 1,2 dan 1,3-diol, terutama dalam kimia
karbohidrat (Kirk dan Othmer, 2004).
2.3.2 Acetylene
Acetylene (C2H2) merupakan hidrokarbon yang sangat reaktif secara komersial
dan biasa digunakan dalam pengerjaan logam (pemotongan dan pengelasan) dan dalam
pembuatan bahan kimia. Reaktvitas acetylene terkait dengan ikatan tiga rangkap antara
atom karbon dan energi formasi bebas positif yang tinggi, karena sifatnya yang eksplosif
(Kirk dan Othmer, 2004).
Acetylene adalah hidrokarbon yang paling sederhana dengan ikatan rangkap tiga.
Sebelum minyak memperoleh penerimaan luas sebagai bahan baku utama industri kimia,
acetylene merupakan bahan yang paling dominan industri organik kimia. Namun seiring
dengan ekspansi minyak bumi industri ada pergantian dari kimia batubara ke petrokimia,
pada 1940-an di Amerika Serikat dan pada 1950-an di Eropa. Akibatnya, asetilena
kehilangan daya saingnya posisi ke yang jauh lebih murah dan lebih mudah tersedia
etilena turunan nafta olefin dan lainnya (Ullmann, 2005). Berikut merupakan struktur
molekul acetylene dapat dilihat pada Gambar 1.2 (ACS, 2007).
BAB III
ANALISIS DAN KESIMPULAN
3.1 Analisis
Pada bagian ini, analisa yang dipilih merupakan judul skripsi yang berjudul
“Prarancangan Pabrik Aseton dari Acetylene Dengan Proses Hidrasi Kapasitas 16.500
Ton/Tahun”. Analisis secara mendetail adalah sebagai berikut:
1. Eliminate Differences in Molecular Type
Ada beberapa macam proses dalam pembuatan aseton secara komersial, antara
lain sebagai berikut:
Produk crude aseton diperoleh kembali dengan distilasi dari massa reaksi. Satu
atau dua kolom distilasi tambahan mungkin diperlukan untuk mendapatkan kemurnian
yang diinginkan. Jika dua kolom digunakan, menara pertama menghilangkan kotoran
seperti asetaldehida dan propionaldehid. Menara kedua menghilangkan bobot yang tidak
diinginkan, komponen utamanya adalah air (Kirk dan Othmer, 2004).
Pada proses dehidrogenasi isopropyl katalis yang digunakan yaitu kombinasi zine
oksida-zirkonium oksida, dan kombinasi tembaga-kromium oksida, tembaga dan silikon
dioksida. Ketika 6-12% zirkonium oksida ditambahkan ke katalis zine oksida dan suhu
reaksi tidak berlebihan, umur katalis dikatakan minimum. Dehidrogenasi dilakukan
dalam reaktor tubular. Konversi berada di kisaran 75-95%. Tahap pertama menggunakan
reaktor tubular pada 420- 550 ̊C, tekanan 3 atm selama 30 detik.
3. Hidrasi Acetylene
Dari 2 cara pembuatan aseton di atas dibuat perbandingan antara proses untuk
memudahkan dalam penentuan proses yang ditampilkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kondisi Operasi Proses-Proses Pembuatan Aseton
Proses
No. Kondisi Dehidrogenasi Cumene
Hidrasi Acetylene
Isopropyl Alkohol Hidroperoksida
4. Konversi (%) 75 – 95 88 – 99 75 – 85
Kombinasi zine
7. Katalis oksida-zirkonium Zinc oxide Natrium Hidroksida
oksida
Dari beberapa proses pembuatan aseton tersebut, cara yang dipakai adalah cara hidrasi
acetylene, yaitu dengan alasan :
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi aseton adalah acetylene
dengan kemurnian 99,8% dan air. Acetylene dan air dialirkan ke dalam reaktor fix bed
multitube. Kondisi operasi pada reaktor ditetapkan suhu 250oC dan tekanan 1,8 atm
selama 14 detik. Umpan berupa acetylene dan air masuk melalui tube reaktor yang berisi
katalis zinc oxide, sedangkan media pendingin masuk melalui shell reaktor. Reaksi ini
bersifat eksotermis. Reaksi yang terjadi adalah:
Produk keluar reaktor terdiri dari campuran aseton, acetylene dan air dalam fase
uap dengan gas hydrogen dan karbon dioksida. Campuran produk keluar reaktor
dipisahkan dalam separator dengan suhu 93oC. Hasil atas dari separator kemudian
dialirkan menuju flare pada suhu 93oC untuk melepaskan hidrogen, acetylene, karbon
dioksida ke udara. Hasil bawah separator diteruskan menuju ke menara distilasi suhunya
menjadi 57,71 oC dan dimurnikan dalam menara distilasi.
Menara distilasi merupakan tempat pemurnian aseton dari acetylene dan air.
Aseton dengan kemurnian 99% keluar sebagai produk atas. Hasil bawah dialirkan dengan
pompa reboiler menuju reboiler untuk diuapkan dengan suhu masuk 57,71oC dan suhu
keluar 65,64oC. Hasil bawah yang sebagian besar berupa air kemudian diolah di unit
pengolahan air.
4. Eliminate Differences in Temperature, Pressure, and Phase
Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah penyesuaian suhu dan tekanan untuk
mencapai konversi reaksi dan faktor separasi yang diharapkan. Dalam pembuatan acetone
ini ada beberapa perlakuan yang diberikan untuk merubah fasa, menaikkan atau
menurunkan suhu serta merubah tekanan dari 1 proses sebelum masuk ke proses lainnya,
antara adalah:
b. Air untuk umpan juga dimasukkan ke dalam vaporizer terlebih dahulu untuk
merubah fasa air yang semula cair diubah menjadi gas dan kemudian juga
dinaikkan suhunya menjadi 250oC. Setelah kondisi yang diinginkan sudah
tercapai, uap air bisa dimasukkan ke dalam reaktor.
c. Saat produk keluar dari reaktor, produk akan didinginkan di cooler kemudian
menuju ke separator pada suhu 93oC.
d. Hasil bawah dari separator diteruskan menggunakan pompa berupa aseton dan air
kemudian masuk ke cooler untuk menurunkan suhu uap sebelum masuk kedalam
menara distilasi suhunya menjadi 57,71 oC.
f. Hasil bawah menara distilasi dialirkan dengan pompa menuju reboiler untuk
diuapkan dengan suhu masuk 57,71oC dan suhu keluar 65,64oC. Hasil bawah yang
sebagian besar berupa air kemudian diolah di unit pengolahan air.
5. Task Integration
Setelah keseluruhan proses produksi telah terangkai menjadi satu keseluruhan,
perlu dilakukan pemilihan terhadap peralatan proccessing units secara spesifik. Pada
tahap ini, sudah terlihat jelas seperti apa gambar pra perancangan pembuatan aseton dari
hidrasi acetylene secara lengkap
3.2 Kesimpulan
Kesimpulan dari studi kasus di atas adalah:
1. Ada 3 macam proses dalam pembuatan aseton secara komersial, antara lain
sebagai berikut:
a. Proses Cumene Hydroperoxyde
b. Proses Dehidrogenasi Isopropyl Alkohol
c. Proses Hidrasi Acetylene
Proses yang dipilih adalah pembuatan aseton dengan menggunakan proses hidrasi
acetylene karena menghasilkan aseton dengan kemurnian 99%.
2. Reaktor yang digunakan adalah reaktor dengan tipe fixed bed multitube.
3. Selain reaktor, dalam proses pembuatan aseton membutuhkan 2 alat lain yang
tidak kalah penting, yaitu separator dan menara distilasi.
4. Alat perubah panas yang digunakan dalam proses ini ada 3, yaitu menggunakan
heater, cooler, dan reboiler.
5. Alat perubah fasa yang digunakan ada 2, yaitu vaporizer dan condenser.
DAFTAR PUSTAKA
Seider, Warren D., J. D. Seader, dan Daniel R. Lewin. 2003. Product and Process Design
Principles 2nd Edition. John Wiley and Sons Inc.
Hikmah. 2020. Prarancangan Pabrik Aseton dari Acetylene Dengan Proses Hidrasi Kapasitas
16.500 Ton/Tahun. (Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat:
Banjarbaru)