Anda di halaman 1dari 23

i

ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Tujuan Praktikum.............................................................................. 1
1.2. Landasan Teori ................................................................................... 1
1.2.1. Limbah ....................................................................................... 1
1.2.2. Karakteristik Air Limbah ........................................................... 2
1.2.3. Pengolahan Air Limbah Secara Biologi ..................................... 2
1.2.4. Aerasi ......................................................................................... 3
1.2.5. Iodometri .................................................................................... 5
1.2.6. Dissolved Oxygen Demand ........................................................ 5
BAB II METODOLOGI ....................................................................................... 6
2.1. Alat dan Bahan................................................................................. 6
2.1.1. Alat........................................................................................... 6
2.1.2. Bahan ....................................................................................... 6
2.2. Prosedur Kerja ................................................................................. 7
2.2.1. Prosedur Aerasi ........................................................................ 7
2.2.2. Prosedur Kerja Analisa Oksigen Terlarut ................................ 7
2.3. Bagan Tahapan Aerasi dan Analisa Kadar Oksigen Terlarut .... 9
BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA ..................................................10
3.1. Data Pengamatan ............................................................................10
3.2. Pengolahan Data .............................................................................11
3.2.1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tiosulfat ...............11
3.2.2. Perhitungan Nilai Oksigen Terlarut ........................................11
3.2.3. Perhitungan Peningkatan Nilai Oksigen Terlarut ...................11
3.3. Reaksi ...............................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................13
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................14
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
Halaman
5.1. Kesimpulan ......................................................................................14

iv
5.2. Saran ................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Rangkaian Analisa Kadar Oksigen Terlarut..........................................8
Gambar 2. Bagan Tahapan Aerasi dan Analisa Kadar Oksigen Terlarut ............. ..8

vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Data Pengamatan Aerasi dan Penentuan Kadar Oksigen Terlarut ........10

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami metode aerasi dan penentuan kadar oksigen terlarut
2. Mengetahui nilai oksigen terlarut dalam sampel
3. Mengetahui peningkatan nilai oksigen terlarut

1.2. Landasan Teori


1.2.1. Limbah
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah
yang dibuang tanpa pengolahan kedalam suatu badan air. Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air
limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun industri
(industry) (Salmin. 2005).
Limbah dapat didefinisikan sebagai gabungan limbah cair yang
dapat berasal dari permukiman, institusi, dan industri komersial, dengan
air tanah, air permukaan dan air hujan. Jika air limbah tidak dikelola
dengan baik, maka akan terakumulasi dan bahan-bahan organik di
dalamnya dapat menghasilkan sejumlah gas beracun. Selain itu, air
limbah yang tidak diproses biasanya mengandung banyak patogen yang
dapat mengakibatkan penyakit (Salmin, 2005).
Teknologi pengelolaan limbah adalah cabang teknologi lingkungan
yang didalamnya diterapkan prinsip dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diterapkan untuk masalah pengendalian polusi air. Tujuan
utama pengelolaan limbah adalah melakukan perlindungan terhadap
lingkungan ddengan cara yang sepadan dengan kesehata masyarakat,
ekonomi, sosial dan politik.

1
Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat
menjadi berbagai konsep seperti: produksi bersih, atau minimasi limbah.
Pengolahan limbah adalah upaya terakhir dalam sistem
pengelolaan limbah setelah sebelumnya dilakukan optimasi proses
produksi dan pengurangan serta cemaran yang terdapat dalam limbah
sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. Limbah yang dikeluarkan
dari setiap kegiatan akan memiliki karakteristik yang berlainan. Hal ini
karena bahan baku, teknologi proses, dan peralatan yang digunakan juga
berbeda. Namun akan tetap ada kemiripan karakteristik di antara limbah
yang dihasilkan dari proses untuk menghasilkan produk yang sama
(Sugiharto, 1987).

1.2.2. Karakteristik Air Limbah


Karakteristik utama air limbah didasarkan pada jumlah atau
volume limbah dan kandungan pencemarnya yang terdiri dari unsur fisik
dan biologi, kimia dan radioaktif. Karakteristik ini akan menjadi dasar
untuk menentukan proses dan alat yang akan digunakan untuk mengolah
air limbah.
Adapun karakteristik air limbah adalah sebagai berikut:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Penyebarannya berdampak luas
4. Berdampak jangka panjang

1.2.3. Pengolahan Air Limbah Secara Biologi


Proses pengolahan air limbah secara biologi melibatkan
mikroorganisme sebagai agen koagulasi, menghilangkan koloid, dan
menstabilisasikan limbah cair. Pengolahan ini disebut dengan
pengolahan limbah sekunder yang menggunakan Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) (Sihombing, Juna. 2022).
Proses pengolahan ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu sebagai
berikut:

2
1. Primary Treatment atau pengolahan pertama bertujuan untuk
memisahkan antara zat padat dan zat cair dengan menggunakan filter
(saringan) dan bak sedimentasi. Beberapa alat yang digunakan
adalah saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan
multimedia, percoal filter dan vakum filter.
2. Secondary Treatment merupakan proses pengolahan kedua,
bertujuan untuk mengkoagulasikan, menghilangkan koloid, dan
menstabilisasikan bahan organik dalam limbah. Pengelolaan limbah
rumah tangga bertujuan untuk mengurangi kadar bahan organik,
nutrisi nitrogen dan fosfor yang dilakukan oleh makhluk hidup
secara aerobik (menggunakan oksigen) dan anaerobic (tanpa
oksigen). Secara aerobik, penguraian bahan organik dilakukan
dengan bantuan mikroorganisme dengan bantuan oksigen sebagai
electon acceptor dalam air limbah.
3. Tertiary Treatment merupakan lanjutan dari pengolahan kedua, yaitu
penghilangan nutrisi atau unsur hara, khususnya nitrat dan fosfat,
serta penambahan klorin untuk memusnahkan mikroorganisme
patogen.

1.2.4. Aerasi
Aerasi merupakan proses pengolahan air dengan cara
mengkontakkan ke udara. Pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi
proses absorpsi (penyerapan gas) dan desorbsi (pelepasan gas).
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan
oksigen ke dalam air. Dalam diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-
zat seperti karbon dioksida serta hidrogen sulfide dan metana yang
mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat dikurangi atau dihilangkan.
Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air seperti besi dan
mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan
endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi dan
filtrasi (Taufan A, 2005).

3
Oksigen yang ada diudara, melalui proses aerasi akan bereaksi
dengan senyawa ferrous dan manganous terlarut merubahnya menjadi
ferri(FE) dan manganic oxide hydrates yang tidak bisa larut. Selain itu
dilanjutkan pengendapan (sedimentasi dan penyaringan). Oksigen
terhadap senyawa besi dan mangan di dalam air tidak selalu terjadi dalam
waktu cepat. Bila air mengandung zat organik, pembentukan endapan
besi dan mangan melalui aerasi terlihat sangat tidak efektif.
Pada pengolahan air minum, kebanyakan dilakukam dengan
menyebarkan air agar kontak dengan udara di atas lempengan tipis
melalui tetesan-tetesan air yang kecil atau dengan mencampur air dengan
mencampur air dengan gelembung-gelembung udara.
Aerasi alami merupakan kontak udara dan air yang terjadi karena
pergerakan air secara alami. Beberapa metode yang cukup populer
digunakan untuk meningkatkan aerasi alami antara lain menggunakan
cascade aerator, waterfalls, maupun cone tray aerator.
Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara diarlirkan ke dalam air
limbah melalui diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya
akan berbentuk gelembung-gelembung. Gelembung yang terbentuk
dapat berupa gelembung halus atau kasar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan oksigen dalam
aerasi adalah sebagai berikut:
1. Suhu
2. Kejenuhan Oksigen
3. Karakteristik Air
4. Derajat Turbulensi
Fungsi dari aerasi adalah sebagai berikut:
1. Penambahan jumlah oksigen
2. Penurunan jumlah karbon dioksida
3. Menghilangkan hidrogen sulfide, metana dan berbagai senyawa
organik yang bersifat volatile yang berkaitan dengan rasa dan bau.

4
4. Proses aerasi ini telah digunakan secara luas untuk pengolahan air
yang mempunyai kandungan jumlah besi dan mangan terlalu tinggi.
Zat-zat tersebut memberikan rasa pahit pada air, menghitamkan
pemasakan beras, dan memberikan noda hitam kecoklatan pada
pakaian cucian.
Aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun yang
tak diinginkan misalnya gas H2S, Metana, Karbondioksida dan gas-gas
beracun lainnya.
1.2.5. Iodometri
Iodometri adalah suatu proses analisa titrasi redoks yang
melibatkan titrasi iodine yang diproduksi dalam reaksi larutan standar
natrium tiosulfat. Prinsip dasar iodometri adalah zat uji mula-mula
direaksikan dengan ion iodide berlebih, kemudian iodium yang
dihasilkan dititrasi dengan larutan tiosulfat.

1.2.6. Dissolved Oxygen Demand


Oksigen terlarut atau DO (Dissloved Oxygen) adalah jumlah
oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbs
udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses
penyerapan makanan oleh makhluk hidup dalam air. Jika nilai DO pada
air menunjukkan angka yang tinggi, maka kualitas akan semakin baik,
dan pada umumnya tingkat maksimal DO adalah 9 ppm.
Distribusi oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) di perairan sungai
umumnya lebih merata dibandingkan dengan perairan tergenang. Hal ini
disebabkan oleh adanya gerakan air yang kontinyu, sehingga
memungkinkan terlarutnya oksigen dari udara ke air. Oksigen terlarut
dalam air yang pada umumnya berasal dari difusi
oksigen udara melalui permukaan air, aliran air, air hujan dan hasil
fotosintesis tumbuhan air pada siang hari (Taufan A, 2005).

5
BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan


2.1.1. Alat
1. Aerator : 1 Unit
2. Wadah Aerasi : 1 Buah
3. Gelas Ukur 1000 mL : 1 Buah
4. Wadah Sampel : 1 Buah
5. Botol Winkler 108,3 : 1 Buah
6. Botol Winkler 110,3 : 1 Buah
7. Buret 50 mL : 1 Buah
8. Statif : 1 Buah
9. Klem : 1 Buah
10. Pipet Volume 25 mL : 1 Buah
11. Pipet Ukur 5 mL : 1 Buah
12. Pipet ukur 1 ml : 2 Buah
13. Beaker Glass 100 mL : 3 Buah
14. Beaker Glass 500 mL : 2 Buah
15. Bola Hisap : 3 Buah
16. Pipet Tetes :1 Buah
17. Batang Pengaduk : 1 Buah
18. Corong Kaca : 1 Buah
2.1.2. Bahan
1. MnSO4 : 2 mL
2. Alkali Azida Iodida : 2 mL
3. H2SO4 (p) : 2 mL
4. Natrium Tiosulfat 0,025 N : 100 mL
5. Indikator Amylum : 6 tetes
6. Air sungai : 3000 mL

6
2.2. ProsedurKerja
2.2.1. Prosedur Aerasi
1. Masukkan 3 Liter sampel ke dalam wadah.
2. Kemudian masukkan aerator ke dalam wadah.
3. Hidupkan aerator dan pastikan aerasi berlangsung baik selama 1 jam.
4. Matikan aerator dan endapkan sampel selama 30 menit.
5. Setelah itu lakukan analisa kadar oksigen terlarut pada sampel.
2.2.3. Prosedur Kerja Analisa Kadar Oksigen Terlarut
1. Tuang sampel ke botol winkler sampai meluap, kemudian tutup dan
pastikan jangan sampai ada udara di dalam botol.
2. Pipet MnSO4 dan Alkali Azida Iodida masing-masing sebanyak 1
mL.
3. Kemudian, aduk sampai homogeny dan diamkan selam 5 menit.
4. Setelah larutan jernih bagian atas diambil dengan hati-hati ±25 mL.
5. Pada endapan, pipet H2SO4 (p) sebanyak 1 mL, aduk sampai larut.
6. Kemudian titrasi dengan natrium tiosulfat 0,025N sampai berubah
menjadi warna kuning.
7. Setelah itu tambahkan indikator amilum sebanyak 3 tetes, warna
larutan yang tadinya kuning berubah menjadi biru gelap, kemudian
titrasi lagi sampai warna biru hilang.
8. Catat volume tiosulfat yang terpakai.

7
Gambar 1. Rangkaian Analisa Kadar Oksigen Terlarut

2.3.Bagan Tahapan Aerasi dan Analisa Kadar Oksigen Terlarut.

Sampel dimasukkan ke dalam


wadah

Masukkan Aerator
dan hidupkan

Aerasi ± 1 jam, pastikan berjalan


dengan baik

Matikan aerator, diamkan sampel


selama 30 menit

Lakukan Analisa Kadar Oksigen


Terlarut pada Sampel

Gambar 2. Bagan Tahapan Aerasi dan Analisa Kadar Oksigen Terlarut

8
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Data Pengamatan


Tabel 3.1. Data Pengamatan Aerasi dan Penentuan Kadar Oksigen Terlarut
Titrasi
Sebelum Aerasi
Volum
V.
e
V. Alkal V. Lar V.
Sampe Sampe V.
Botol V. i Jernih H2SO V. Ind
l l Titras
Winkl MnSO Azid Yang 4 Amylu
Aerasi i
er 4 (mL) a Terbuan (mL) m (Tts)
(Liter) (mL)
(mL) Iodid g (mL)
a
Air
Limba 3 107,4 1 1 25 1 3 3,9
h
Titrasi
Setelah Aerasi
V.
V. Alkal V. Lar V.
V.
Botol V. i Jernih H2SO V. Ind
Titras
Winkl MnSO Azid Yang 4 Amylu
i
er 4 (mL) a Terbuan (mL) m (Tts)
(mL)
(mL) Iodid g (mL)
a

104,5 1 1 25 1 3 4,1

10
1.Air sungai sebelum aerasi
Air Sungai Sebelum Aerasi + MnSO4 Larutan tak berwarna
Larutan Berwarna + Alkali-Azida Larutan Keruh Coklat
Air Sungai Sebelum Aerasi + MnSO4 + Alkali-azida + H2SO4 Larutan
Berwarna
coklat
𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
Larutan coklat Larutan berwarna kuning
𝑇𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡

Larutan berwatna kuning + indicator amilum larutan biru gelap


𝑑𝑖𝑡𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖
Larutan biru gelap 𝑇𝑖𝑜 𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 0,025 𝑁 Larutan tidak berwarna

2.Air Sungai Sesudah Aerasi


Air Sungai Sesudah Aerasi + MnSO4 Larutan tak berwarna
Larutan Berwarna + Alkali-Azida Terbentuk Endapan Keruh coklat
Air Sungai Sebelum Aerasi + MnSO4 + Alkali-azida + H2SO4 Larutan
Bewarna
Oranye
𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
Larutan Oranye Larutan Berwarna Kuning
𝑇𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡

Larutan berwarna kuning + indicator amilum larutan biru gelap


𝐷𝑖𝑡𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖
Larutan biru grlap 𝑇𝑖𝑜 𝑆𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 0,025 𝑁 Larutan tidak berwarna

3.2. Pengolahan Data


3.2.1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tiosulfat 0,025 N
Larutan Natrium Tiosulfat 0,025 N
gr = BE x N x V
= 248,21x 0,025 N x 1 L
= 6,2052 gr

3.2.2. Perhitungan Nilai Oksigen Terlarut


1. Sebelum Aerasi
𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑜 ×𝑁 𝑡𝑖𝑜 ×8000
OT0 = DO (ppm) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

11
3,9×0,025 ×8000
= 107,4 𝑚𝐿

= 7,262 ppm
2. Setelah Aerasi
𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑜 ×𝑁 𝑡𝑖𝑜 ×8000
OT0 = DO (ppm) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
4,1 ×0,025 ×8000
= 104,5 𝑚𝐿

= 7,846 ppm

3.2.3. Perhitungan Peningkatan Nilai Oksigen Terlarut


(sesudah aerasi – sebelum aerasi)
Peningkatan DO = × 100%
𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑎𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
(7,846 – 7,262)
= × 100%
7,262

= 0,584 %
3.3. Reaksi
1. 2H2O + MnSO4 Mn(OH)2 + H2SO4
(Air) (Mangan Sulfat) (Mangan (II) Hidroksida) (Asam Sulfat)
2. 2MnO(OH)2 + O2 2MnO2 + H2O
(Mangan (II) Hidroksida (Mangan Oksida) (Air)
3. MnO2 + H2O + 2KI- NaN3 Mn(OH)2 +
(Mangan Oksida) (Air) (Alkali Azida Iodida) (Mangan (II) Hidroksida)
I2 + 2KOH + 2NaN3
(Iodium) (Kalium Hidroksida) (Azida)
4. Mn(OH)2 + I2 + 2KOH + 2NaN3
(Mangan(II) Hidroksida) (Iodium) (Kalium Hidroksida) (Azida)
2H2SO4 + Mn2SO4 + K2SO4 + I2 + 2NaN3 + 4H2O
(Asam Sulfat) (Mangan Sulfat) (Kalium Sulfat) (Iodium) (Azida) (Air)
5. I2 + 2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI
(Iodium) (Natrium Tio sulfat) (Natrium Tetraionat) (Natrium Iodida)

12
BAB IV
PEMBAHASAN

Oksigen terlarut atau DO (Dissloved Oxygen) adalah jumlah oksigen


terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbs udara. Oksigen terlarut
di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh makhluk
hidup dalam air. Jika nilai DO pada air menunjukkan angka yang tinggi, maka
kualitas akan semakin baik, dan pada umumnya tingkat maksimal DO adalah 9
ppm.
Iodometri adalah suatu proses analisa titrasi redoks yang melibatkan titrasi
iodine yang diproduksi dalam reaksi larutan standar natrium tiosulfat. Prinsip dasar
iodometri adalah zat uji mula-mula direaksikan dengan ion iodide berlebih,
kemudian iodium yang dihasilkan dititrasi dengan larutan tiosulfat.
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke
dalam air. Dalam diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti karbon
dioksida serta hidrogen sulfide dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari
air dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam
air seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk
lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi dan
filtrasi.
Pada praktikum kali ini didapatkan nilai oksigen terlarut dari sampel
sebelum aerasi dan sampel setelah aerasi yaitu dari 7,0175 ppm meningkat menjadi
8,3408 ppm. Hal ini menandakan bahwa setelah proses aerasi, kadar oksigen
terlarut di dalam sampel meningkat dengan persentase peningkatan sebesar 18,85
%. Jika dibandingkan dengan baku mutu air limbah domestik dari Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003, yaitu kadar maksimum
oksigen terlarut yaitu sebesar 100 mg/l. Maka dapat diketahui bila sampel sebelum
aerasi dan setelah aerasi memiliki mutu yang bagus dari sisi kadar oksigen terlarut
karena tidak melewati batas maksimum yang telah ditetapkan pada persyaratan
kualitas air yang ada.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Metode aerasi yang digunakan pada praktikum kali ini adalah dengan
menggunakan aerator dan metode winkler BOD, serta metode penentuan
kadar oksigen terlarut di dalam sampel adalah dengan menggunakan
metode iodometri yaitu titrasi dengan menggunakan larutan natrium
tiosulfat.
2. Dari praktikum yang telah dilakukan didapatlah nilai oksigen terlarut dari
sampel sebelum aerasi dan sampel sesudah aerasi secara berturut-turut
adalah sebesar 7,0175 ppm dan 8,3408 ppm.
3. Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatlah nilai peningkatan
oksigen terlarut dalam sampel adalah sebesar 18,85 %.
5.2. Saran
Sebaiknya sampel yang akan dianalisis lebih bervariasi atau dilakukan
uji kadar oksigen terlarut pada air mineral yang dapat dikonsumsi sehari-hari,
serta dilakukan perbandingan dari masing-masing sampel yang telah
dianalisa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi(BOD)


sebagai salah satu Indikator untuk menentukan Kualitas Perairan. Oseana.
Vol. XXX (3): 21-26.
Sihombing, Juna. 2022. Penuntun Praktikum Pengolahan Air dan Limbah
Industri. Medan : Politeknik Teknologi Kimia Industri.`
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: UI.
Taufan, A. 2005. Model Alat Pengolahan Fe dan Mn menggunakan sistem venture
aerator dengan variabel keecepatan aliran dan jumlah pipa. Surabaya: ITS.
LAMPIRAN

0
1

Anda mungkin juga menyukai