Anda di halaman 1dari 25

ii

iii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Tujuan Praktikum...............................................................................1
1.2. Landasan Teori ....................................................................................1
1.2.1. Limbah ........................................................................................1
1.2.2. Pengolahan Air Limbah dengan Metode Absorbsi dan Filtrasi ..3
1.2.3. Analisa Kadar VFA .....................................................................4
BAB II METODOLOGI ........................................................................................6
2.1. Alat dan Bahan ...................................................................................5
2.2. Tahapan Pengolahan air dan Analisa Bahan Organik ....................6
2.3. Prosedur Kerja ....................................................................................7
2.3.1. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen .............................................7
2.3.2. Prosedur Kerja Pengolahan Limbah ............................................7
2.3.3. Prosedur Kerja Penentuan VFA ..................................................8
BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA ..................................................11
3.1. Data Pengamatan .............................................................................11
3.2. Pengolahan Data ................................................................................12
3.2.1. Perhitungan Pembuatan Reagen ................................................12
3.2.2. Perhitungan VFA.......................................................................13
3.3. Reaksi .................................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................15
5.1. Kesimpulan ........................................................................................15
5.2. Saran ...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Hasil Titrasi Sampel.............................................................................8
Gambar 2. Rangkaian Alat Destilasi .................................................................... 9
Gambar 3. Bagan Tahapan Volitale Fatty Acid .................................................... 10

v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Data Pengamatan Kadar VFA ............................................................... 11

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Praktikum


1. Menganalisa kadar VFA dalam sampel dengan penambahan H2SO4pada
suasana asam melalui titrasi.
2. Memahami metode destilasi untuk analisis kadar VFA.
3. Membandingkan kadar VFA sebelum dan sesudah difiltrasi.
1.2. Landasan Teori
1.2.1. Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus
(black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya
(grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang sering kali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan
Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran
limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat
bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah.
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah,
kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk
mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada
dasarnya pengolahanlimbah ini dapat dibedakan menjadi:

1
1. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. pengolahan menurut karakteristik limbah

Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan
permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini
tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain.
Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat,
khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban misalnya.
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (BAPPENAS.2008).
5. Berdampak luas(Limbah adalah zat atau bahan buangan yang
dihasilkan dari proses kegiatan manusia. Berdasarkan keputusan
menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 pasal 1 tentang
prosedur impor limbah, menyatakan bahwa limbah adalah
bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses
produksiyang fungsinya sudah berubah dari aslinya. Berdasarkan
peraturan pemerintah No.18/1999 Jo.PP 85/1999 Limbah
didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan
kegiatan manusia.

Dalam jurnal US Environmental Protection Agency, menjabarkan bahwa


material yang merupakan hasil sampingan/buangan dari kegiatan – kegiatan
konstruksi, perbaikan maupun perubuhan merupakan limbah konstruksi.
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yangdihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan
dan sebagainya. Bentuk limbahtersebut dapat berupa gas dan debu,cair atau padat.
Diantara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan
dikenalsebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ( Limbah B3 ). Definisi dari
limbah B3 adalah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang

2
mengandung bahanberbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,
reactivity, dan corrositivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan atau
mebahayakan kesehatan manusia.
Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoranhewan, tanaman atau
sayuran. Keseimbangan lingkungan menjadi terganggu jika jumlah hasil buangan
tersebut melebihi ambang batas toleransi lingkungan. Apabila konsentrasi dan
kuantitas melebihi ambang batas, keberadaan limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya 8 keracunan yang ditimbulkan oleh
limbah bergantung pada jenis dan karakteristiklimbah.
1.2.1. Pengolahan Air Limbah dengan Metode Adsorbsi danFiltrasi
Limbah yang dihasilkan kebanyakan berbentuk limbah cair darisisa sampel dan
pereaksi praktikum maupun dari sisa sampel penelitianmahasiswa antara lain limbah
cair industri batik, limbah cair industri tahu, limbah cair industri tapioka, limbah
cair industri cat, dan limbahcair industri mie. Kandungan senyawaan organik pada
limbah cair akan menimbulkan pencemaran lingkungan karena tingginya nilai
BOD, COD dan TSS perairan (Wardhana, 2004).
Selama ini limbah cair tersebut dibuang begitu saja dibak penampung limbah
tanpa diolah terlebih dahulu. Sehingga dapat mencemari lingkungan sekitarnya
terutama air sumur. Oleh karena itu pembuatan instalasi pengolahan air limbah
sangat dibutuhkan, namunpembuatan instalasi berskala besar membutuhkan biaya
yang cukup banyak. Salah satu alternatif pengolahan limbah cair adalah dengan
metode filtrasi dan adsorpsi. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat
pengolahan limbah cair menggunakan metode filtrasi dan adsorpsi antara lain ijuk,
pasir, batu kerikil, arang aktif dan zeolit. Arang aktif dapat digunakan sebagai
adsorben karena arang aktif bersifat sangat aktif terhadap partikel yang kontak
dengan arang aktif tersebut (Sembiring, 2003).

Arang aktif memiliki ruang pori yang sangat banyak dengan ukuran tertentu
yang dapat menangkap partikel yang sangat halus danmenjebaknya disana. Salah

3
satu contoh arang aktif yang murah dan efisien sebagai adsorben adalah arang aktif
dari batok kelapa. Zeolit telah diketahui mampu bertindak sebagai adsorben
(penyerap).Hal inimemungkinkan terjadinya pertukaran ion tanpamerusak struktur
zeolit.

1.2.2. Analisa Kadar VFA

Asam Lemak Volatil (VFA) adalah unsur penting dalam mengendalikan proses
pencernaan anaerobik. VFA memiliki dua peran penting pada pembusukan bahan
organik dan menghasilkan gas metana dan karbon dioksida.Ketika pembusukan
bahan organik dan pembangkitan gas metana dan karbon dioksida terjadi terus
menerus dan tuntas, permintaan oksigen akan menurun. Bahan organik konsentrasi
tinggi yang terdapat dalam limbah cair produksiminyak sawit dapat dimanfaatkan
dengan teknologi pengolahan anaerobik untuk menghasilkan solvent, VFA,
Hidrogen danMetana.Asam Lemak Volatil dapat dianalisis dengan titrasi,distilasi,
distilasi uap dan kromatografi. Tingkat yang dapat diterimadari asam lemak volatil
di perairan lingkungan adalah sampai 50.000 ppm.

Titrasi memberikan hasil tidak seakurat kromatografi. Namun, titrasi


membutuhkan waktu yang lebih sedikit dibandingkan metodelainnya. Analisa VFA
banyak digunakan untuk instalasi pengolahan air limbah untuk melacak status
mikroorganisme.Pada prosedurdistilasi memberikan hasil yang kasar dan 15-32 %
VFA hilang selama distilasi. Prosedur ini juga digunakan untuk instalasi
pengolahan air limbah. Distilasi uap bisa memulihkan VFA sekitar 92-98%.
Analisa VFA dengan metode destilasi uap lebih tepat dari dua metode sebelumnya.
Namun, butuh waktu 4 jam untuk menyelesaikannya. Kromatografi memberikan
hasil yang palingtepat dan akurat. Hal ini mampu secara kualitatif dan kuantitatif
menganalisis setiap individu VFA.

4
BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan


2.1.1. Alat
1. Beaker Glass 500 mL : 2 Buah
2. Beaker Glass 100 mL : 4 Buah
3. Pipet Ukur : 4 Buah
4. Labu Distilasi : 1 Buah
5. Bola Hisap : 1 Buah
6. Erlenmeyer Corong 250 mL : 5 Buah
7. Hot Plate : 1 Unit
8. Kondensor : 1 Buah
9. Botol Semprot : 1 Buah
10. Statif dan Klem : 1 Buah
11. Alat Destilasi : 1 Set
12. Erlenmeyer 250 mL : 1 Buah
13. Buret 50 mL : 1 Buah
14. Pipet Tetes : 1 Buah
15. Spatula : 1 Buah
16. Batu Didih : 7 Buah

2.1.2 Bahan
1. Limbah Laundry : 500 mL
2. Air Keran : 1000 mL
3. Limbah Laundry Setelah Filtrasi : 500 mL
4. NaOH 0,5 N sebanyak : 500 mL
5. H2SO4 15% sebanyak : 500 mL
6. HCl 0,5mL : 500 mL
6. Indikator PP : 100 mL

5
2.2. Tahapan Pengolahan Air Dan Analisa Kadar Bahan Organik
2.2.1. Tahapan Pengolahan Air
Proses pengolahan air secara lengkap umumnya melalui beberapa tahapan
proses, yaitu sebagai berikut:
a. Screening: Screening berfungsi untuk memisahkan atau
pengambilan benda-benda yang mengapung seperti ranting-
ranting pohon, dedaunan, kertas-kertas serta sampah-sampah
yang terdapat pada air baku. Umumnya dipakai jenis saringan
yang kasar (coarse screen) dan bukan saringan halus (fine screen).
b. Pra-sedimentasi (Pengendapan Pendahuluan): Proses
pengendapan berfungsi untuk memisahkan benda-benda
tersuspensi (suspended matter) yang terdiri dari pasir kasar, pasir
halus dan lumpur yang sangat halus dari air baku. Umumnya
diperlukan waktu pengendapan 2-3 jam untuk partikel ini.
c. Koagulasi dan Flokulasi: Proses koagulasi adalah proses
pemberian koagulan dengan maksud mengurangi gaya tolak
menolak antara partikel koloid. Proses flokulasi adalah proses
pemberian flokulan dengan maksud menggabungkan flok-flok
kecil sehingga menjadi besar dan semakin besar sehingga cukup
besar untuk diendapkan.
d. Sedimentasi: Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-
partikel padat tersuspensi dalam cairan/zat cair dengan
menggunakan pengaruh gaya gravitasi (gaya berat secara alami).
Proses ini bertujuan untuk mereduksi bahan-bahan tersuspensi
(kekeruhan) dari dalam air dan dapat juga berfungsi mereduksi
kandungan mikroorganisme patogen tertentu dalam air.
2.2.2. Analisa Kadar Bahan Organik
Metode yang digunakan dalam penetapan bahan organik tanah adalah
dengan metode Walkley and Black. Tahapan yang dilakukandalam metode
ini adalah tahapan antara yaitu kandungan bahan organik ditentukan oleh C-
organik hasil titrasi kemudian dikalikan dengan konstanta tertentu.

6
2.3. Prosedur Kerja
2.3.1. Pembuatan Reagen
1. Larutan NaOH 0,5 N
Hablur NaOH ditimbang sebanyak 5 gram kemudian
diencerkan dalam labu 250 ml sampai tanda batas kemudian
dihomogenkan.
2. Larutan HCl 0,05 N
Larutan HCl 37% di pipet sebanyak 20,37 ml, lalu
diencerkan dalam labu500 ml sampai tanda batas, kemudian
dihomogenkan.
2.3.2. Prosedur Kerja Pengolahan Limbah
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Media filtrasi dibersihkan secara berulang sampai 3kali
3. Setelah sudah benar-benar bersih, kemudian sampel air limbah
laundry di filtrasi
4. Hasil filtrasi dimasukkan ke dalam beaker glass.
2.3.3. Prosedur Kerja VFA
a. Prosedur Kerja Sampel
1. Alat dan bahan disediakan
2. Alat destilasi dirangkai.
3. Aquadest dimasukkan sebanyak 1000 mL dalam labu
destilasi, kemudian dimasukkan batu didih.
4. Sampel dipipet sebanyak 5 mL dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer lalu ditambahkan H2SO4 15 % sebanyak 1mL.
5. Larutan NaOH 0,5 N sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam
erlenmeyer bercorong yang terpasang pada alat destilasi.
6. Kondensor dialiri air menggunakan selang.
7. Lalu hot plate dihidupkan dan atur pada skala nomor 8,
hentikan setelah volume destilat sebanyak 150mL.
8. Destilat yang dihasilkan ditambahkan indikator PP sebanyak
3 tetes, lalu dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N sampai

7
tercapai warna merah muda
9. Diulangi percobaan yang sama untuk limbah air laundry
sesudah filtrasi.

Gambar 2.1. Proses Titrasi sampel


2
4
3

Keterangan :
1. Buret 50 ml
2. Hasil Titrasi Sesudah filtrasi
3. Hasil Titrasi Blanko
4. Hasil Titrasi Sebelum Filtrasi

8
Rangkaian alat destilasi uap sebagai berikut:

1
0
0
10

3
4

6 9 7 8

Gambar 2.2. Rangkaian Alat Destilasi


Keterangan :
1. Statif dan klem
2. Labu destilasi berisi aquadest
3. Erlenmeyer berisi H2SO4 1mL dan sampel 5mL
4. Hot plate
5. Kondensor
6. Sumber air keran
7. Erlenmeyer berisi destilat dan NaOH 5mL
8. Dongkrak
9. Selang
10. Alat destilat

9
2.3.4. Bagan Tahapan Volitale Fatty Acid

Alat dan bahan disiapkan

Alat destilasi dirangkai

Aquadest dan batu didih dimasukkan


ke labu destilat

Sampel dan H2SO4 15 % dimasukkan


kedalam erlenmeyer

Larutan NaOH 0,05N dimasukkan


dalam erlenmeyer bercorong

Kondensor dialiri air

Hot plate dinyalakan

Destilat yang dihasilkan


ditambahkan indikator PP

Destilat dititrasi dengan larutam


HCL 0,5 N

Percobaan diulangi dengan limbah


air laundry sesudah filtrasi

Gambar 2. Bagan Tahapan Volitale Fatty Acid

10
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Data Pengamatan


Sampel : 1. Limbah Air Laundry Sebelum Filtrasi
2. Limbah Air Laundry Setelah Filtrasi
Volume Sampel : 2000 ml
Volume Hasil Filtrasi : 1950 ml
Volume Titrasi Blanko : 4,6 ml

Tabel 3.1 Data Pengamatan Kadar VFA


No Sampel V. V. V. Ind PP V. V.Titrasi
Sampel H2SO4 NaOH (Tetes) Destilat
(ML) 15 % 0,5 N (ML)
(ML) (ML)
1. Blanko - 3 5 3 - 4,6
2. Sebelum 5 3 5 3 150 4,4
filtrasi
3. Sesudah 5 3 5 3 150 4,5
filtrasi

Perubahan Warna Air limbah Laundry sebelum Filtrasi :


1. Sebelum Titrasi : Ungu
2. Setelah Titrasi : Tidak Berwarna
Perubahan Warna Air limbah Laundry sesudah Filtrasi :
1. Sebelum Titrasi : Ungu
2. Setelah Titrasi : Tidak Berwarna

11
3.2. Pengolahan data
3.2.1. Pembuatan Reagen
a. Pembuatan Reagen NaOH
𝑔𝑟
N = 𝐵𝐸 . 𝑉
𝑔𝑟
0,5 𝑚𝐸𝑘/𝑚𝑔 = 40 𝑚𝑔 . 250 𝑚𝑙
𝑚𝐸𝑘

gr = 0,5 mg . 10.000
gr = 5000 mg
gr = 5 gram
b. Pembuatan Reagen HCL
% 𝐻𝐶𝐿 𝑋 𝐵𝐽 𝑋 1000
N HCL = 𝐵𝐸
37% 𝑋 1,19 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿 𝑋 1000
= 36,5 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
440,3 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
= 36,5 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

= 12,06 𝑝𝑝𝑚
𝑉1 𝑋 𝑁1 = 𝑉2 𝑋 𝑁2
𝑉1 𝑋 12,06 𝑁 = 500 𝑚𝑙 𝑋 0,5 𝑁
250 𝑚𝑙
𝑉1 =
12,05
𝑉1 = 20,72 𝑚𝑙
c. Pembuatan Reagen H2S04
𝑉1 𝑋 𝑀1 = 𝑉2 𝑋 𝑀2
𝑉1 𝑋 98 % = 100 𝑚𝑙 𝑋 15 %
100 𝑚𝑙
𝑉1 = 𝑋 15
98
𝑉1 = 15,3 𝑚𝑙

3.2.2. Perhitungan VFA


a. Air Limbah Sungai Sebelum Titrasi
Dik : V.Titrasi (b) : 4,6 ml
V.Titrasi (s) : 4,4 ml
N HCL : 0,5 N

12
Dit : VFA Total :.......?
1000
Jb : VFA Total = ( b - s ) x N HCl x mM
5
1000
VFA Total = (4,6 ml – 4,4 ml) x 0,5 N x mM
5

VFA Total = 20 ppm

b. Air Limbah Sungai Sesudah Filtrasi


Dik : V.Titrasi (b) : 4,6 ml
V.Titrasi (s) : 4,4 ml
N HCL : 0,5 N
Dit : VFA Total :.......?
1000
Jb : VFA Total = ( b - s ) x N HCl x mM
5
1000
VFA Total = (4,6 ml – 4,5 ml) x 0,5 N x mM
5

VFA Total = 10 ppm

3.3 Reaksi

13
BAB IV
PEMBAHASAN

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang sering kali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjausecara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapatberdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah,
kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi
limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya
pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. Pengolahan menurut karakteristik limbah
Pada penelitian yang dilakukan di Laboratorium PTKI dilakukan penelitian
pengujian kadar VFA yang terkandung dalam limbah Laundry. Penelitian ini
menggunakan destilasi uap yang bertujuan untuk memahami metodedestilasi untuk
analisis kadar VFA dan membandingkan kadar VFA sebelum dansetelah difiltrasi.
Maka dari hasil penelitian yang didapat untuk nilai VFA Limbah Laundry Sebelum
Filtrasi didapat sebesar 20 ppm dan Limbah Laundry setelah di Filtrasi di dapat
kadar VFA sebesar 10 ppm.

14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan dari hasil praktikum kadar VFA pada air limbah Sungai
sesudah filtrasi lebih besar dibandingkan dengan air limbah Sungai
sebelum filtrasi.
2. Metode destilasi yang digunakan pada praktikum ini yaitu destilasi uap.
Proses destilasi ini digunakan terhadap campuran senyawa dan titik didih
200°C hingga lebih. Jenis destilasi ini akan menguapkan senyawa pada
suhu yang mendekati 100°C pada tekanan atmosfer disertai uap ataupun
air yang mendidih.
3. Kadar VFA pada air limbah Sungai sebelum dan sesudah filtrasi secara
berturut-turut setelah dilakukan analisa yaitu 20 ppm dan 10 ppm.
5.2. Saran
Saran dalam praktikum ini sebaiknya menggunakan sampel limbah
lain agar dapat dilihat perbandingan kadar VFA sampel satu dengan lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. 2008. Bergerak Bersama Dengan Strategi Sanitasi Kota. Diterbitkan


oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi: Departemen Pekerjaan Umum,
Departemen Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, Departemen
Perindustrian, Departemen Keuangan, dan Kementrian Negara
Lingkungan Hidup. Hal 3

Sembiring M,Sinaga T.2003.Arang Aktif.USU Digital Library.Sumatera Utara

Sihombing, Juna. 2022. Penuntun Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri.
Medan: Politeknik Teknologi Kimia Industri

Wardhana, WA. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi,


Yogyakarta.
LAMPIRAN
Pengambilan Sampel air laundry untuk bahan praktikum Pengolahan Air Bersih

Anda mungkin juga menyukai