Anda di halaman 1dari 20

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

Laporan Praktikum Pengolahan Air Dan Limbah Industri


No. Dokumen No. Revisi Tanggal Efektif
FM-PM-02-04 00 05 Juni 2017
“ ANALISA KADAR VFA”

Nama : Jan Rifaldi


NIM : 17 01 135
Grup :C
Jurusan : Teknik Kimia
Tanggal Praktikum : 7 Januari 2020
Asisten Penanggung Jawab : Juna Sihombing, ST. MT

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

MEDAN

2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA KADAR VFA

Nama : Jan Rifaldi

NIM : 17 01 135

Grup :C

Jurusan : Teknik Kimia

Medan, 11 Januari 2020

Praktikan Asisten Laboratorium Pengembangan

(Jan Rifaldi) ( Juna Sihombing, ST., MT )

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas Berkat dan
Kuasa-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia
Analisa Instrument ini tepat pada waktunya yang berjudul “Analisa Kadar VPA”.
Laporan praktikum ini berisikan informasi tentang “Analisa Kadar VPA”.
Laporan praktikum ini dapat di selesaikan berkat tuntunan bantuan dari berbagai
pihak untuk itu dalam kesempatan ini, saya memberikan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan laporan praktikum ini.
Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca, saya
meminta maaf karena masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan oleh saya. Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan ini
dari awal sampai akhir.

Medan, 6 Januari 2020


Penulis

(Jan Rifaldi)

2
DAFTAR ISI
Halaman

COVER

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1. Tujuan Praktikum.....................................................................1
1.2. Landasan Teori........................................................................1
1.2.1. Limbah..............................................................................1
1.2.2. Pengolahan Air Limbah dengan Metode Adsorbsi
dan Filtrasi........................................................................3
1.2.3. Analisa Kadar VFA............................................................4
BAB II METODOLOGI............................................................................5
2.1 Alat dan Bahan............................................................................5
2.1.1 Alat.................................................................................................5
2.1.2 Bahan.............................................................................................5
2.2 Prosedur Kerja.............................................................................6
2.2.1 Prosedur Kerja Pengolahan Air Limbah Laundry..........................6
2.2.2 Prosedur Kerja Penetapan Kadar VFA..........................................6

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA........................................7


3.1. Data Pengamatan.......................................................................7
3.1.1. Data Pengukuran VPA..........................................................7
3.1.2. Data Pengamatan Penatapan Kadar VFA.............................7
3.2. Pengolahan Data...............................................................................9
3.2.1. Perhitungan Kadar VPA.........................................................9
3.2.2. Reaksi.....................................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................14
BAB V KESIMPULAN............................................................................17
5.1. Kesimpulan.............................................................................17
5.2. Saran.......................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

3
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1.3 Data pengukuran absorbansi larutan standar................................14


Table 3.1.5 Data pengukuran konsentrasi fosfat dalam sampel.......................14

4
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar.1 Bahan Pengguna Fosfat..................................................................9


Gambar.2 Siklus Fosfat...................................................................................11
Gambar.3 Bagan Pengolahan Air Dan Penentuan Kadar Fosfat.....................11
Gambar 3.4 Kurva Kalibrasi Fosfat................................................................8

5
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1. Menganalisa kadar VFA dalam sampel dengan penambahan H2SO4
pada suasana asam melalui titrasi.
2. Memahami metode destilasi untuk analisis kadar VFA.
3. Membandingkan kadar VFA sebelum dan sesudah difiltrasi.
1.2 Landasan Teori
1.2.1. Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat
bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah,
ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas
domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang sering kali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila
ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa
organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan
terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume
limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah.
Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan
limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. pengolahan menurut karakteristik limbah

6
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka
suatu kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi.
Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa
layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus
disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni
rumah, seperti jamban misalnya.
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (BAPPENAS. 2008).

1.2.2. Pengolahan Air Limbah dengan Metode Adsorbsi dan Filtrasi

Limbah yang dihasilkan kebanyakan berbentuk limbah cair dari sisa


sampel dan pereaksi praktikum maupun dari sisa sampel penelitian
mahasiswa antara lain limbah cair industri batik, limbah cair industri tahu,
limbah cair industri tapioka, limbah cair industri cat, dan limbah cair
industri mie. Kandungan senyawaan organik pada limbah cair akan
menimbulkan pencemaran lingkungan karena tingginya nilai BOD, COD
dan TSS perairan (Wardhana, 2004).

Selama ini limbah cair tersebut dibuang begitu saja dibak


penampung limbah tanpa diolah terlebih dahulu. Sehingga dapat
mencemari lingkungan sekitarnya terutama air sumur. Oleh karena itu
pembuatan instalasi pengolahan air limbah sangat dibutuhkan, namun
pembuatan instalasi berskala besar membutuhkan biaya yang cukup
banyak. Salah satu alternatif pengolahan limbah cair adalah dengan metode
filtrasi dan adsorpsi. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat
pengolahan limbah cair menggunakan metode filtrasi dan adsorpsi antara
lain ijuk, pasir, batu kerikil, arang aktif dan zeolit. Arang aktif dapat
digunakan sebagai adsorben karena arang aktif bersifat sangat aktif
terhadap partikel yang kontak dengan arang aktif tersebut (Sembiring,
2003).

Arang aktif memiliki ruang pori yang sangat banyak dengan ukuran
tertentu yang dapat menangkap partikel yang sangat halus dan
menjebaknya disana. Salah satu contoh arang aktif yang murah dan efisien
sebagai adsorben adalah arang aktif dari batok kelapa. Zeolit telah
diketahui mampu bertindak sebagai adsorben (penyerap). Mekanismenya

7
melalui proses pengikatan senyawa dan molekul tertentu yang hanya terjadi
dipermukaan. Zeolit merupakan senyawa alumino silikat terhidrat yang
mempunyai struktur kerangka tiga dimensi terbuka. Zeolit tersusun oleh
tetrahedral-tetrahedral (SiO4)4- dan (AlO4)5- yang saling berikatan melalui
atom O dengan ikatan Al-O-Si atau Si-O-Si sehingga membentuk rongga
yang teratur secara skematik struktur kerangka zeolit yang menunjukkan
adanya muatan negatif dirumuskan oleh Oudejans, dalam (Sulistyowati.,
1996).

Hal ini memungkinkan terjadinya pertukaran ion tanpa merusak


struktur zeolit.

1.2.3. Analisa Kadar VFA


Asam Lemak Volatil (VFA) adalah unsur penting dalam
mengendalikan proses pencernaan anaerobik. VFA memiliki dua peran
penting pada pembusukan bahan organik dan menghasilkan gas metana
dan karbon dioksida. Ketika pembusukan bahan organik dan
pembangkitan gas metana dan karbon dioksida terjadi terus menerus dan
tuntas, permintaan oksigen akan menurun. Bahan organik konsentrasi
tinggi yang terdapat dalam limbah cair produksi minyak sawit dapat
dimanfaatkan dengan teknologi pengolahan anaerobik untuk menghasilkan
solvent, VFA, Hidrogen dan Metan. Asam Lemak Volatil dapat dianalisis
dengan titrasi, distilasi, distilasi uap dan kromatografi. Tingkat yang dapat
diterima dari asam lemak volatil di perairan lingkungan adalah sampai
50.000 ppm. Titrasi memberikan hasil tidak seakurat kromatografi.
Namun, titrasi membutuhkan waktu yang lebih sedikit dibandingkan
metode lainnya. Analisa VFA banyak digunakan untuk instalasi
pengolahan air limbah untuk melacak status mikroorganisme. Pada
prosedur distilasi memberikan hasil yang kasar dan 15-32 % VFA hilang
selama distilasi. Prosedur ini juga digunakan untuk instalasi pengolahan
air limbah. Distilasi uap bisa memulihkan VFA sekitar 92-98%. Analisa
VFA dengan metode destilasi uap lebih tepat dari dua metode sebelumnya.
Namun, butuh waktu 4 jam untuk menyelesaikannya. Kromatografi
memberikan hasil yang paling tepat dan akurat. Hal ini mampu secara
kualitatif dan kuantitatif menganalisis setiap individu VFA.

8
Hasil yang didapat yaitu nilai VFA pada limbah laundry setelah
filtrasi lebih tinggi dibandingkan nilai VFA pada limbah laundry sebelum
filtrasi yaitu, total VFA pada limbah laundry sebelum filtrasi sebesar 290
ppm sedangkan pada limbah laundry setelah filtrasi sebesar 350 ppm. Hal
tersebut terjadi karena pada air limbah laundry yang telah difiltrasi akan
meningkatkan asam organik pada limbah tahu sehingga limbah laundry
yang telah difiltrasi lebih tinggi dari pada limbah tahu sebelum filtrasi.

9
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat
Alat percobaan Filtrasi
1. Alat Filtrasi : 1 Set
2. Beaker glass 1000 mL : 1 Buah
Alat percobaan Destilasi
1. Alat Destilasi Uap : 1 Set
2. Aluminium Foil : Secukupnya
Alat percobaan Titrasi
1. Alat Destilasi Uap : 1 Set
2. Aluminium Foil : Secukupnya

2.1.2. Bahan
Bahan Percobaan Filtrasi
1. Limbah Laundry
2. Air kran (pencuci alat filtrasi)
Bahan percobaan Destilasi
1. Limbah Laundry 25 Ml
2. Limbah Laundry hasil filtrasi 25 mL
3. NaOH 0,5 N sebanyak 5 mL
4. H2SO4 15% sebanyak 1 mL untuk tiap sampel
5. HCl 0,5 mL
6. Indikator PP
7. Air (sebagai pendingin)
Bahan percobaan Titrasi
1 Destilat Limbah Laundry sebanyak 150 mL
2 Destilat Limbah Laundry Hasil Filtrasi sebanyak 150 mL
3. NaOH 0,5 N sebanyak 5 mL
4. HCl 0,5 N

10
5. Indikator PP
2.2. Prosedur Kerja
2.2.1 Prosedur Kerja Pengolahan Air Limbah Laundry
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Media filtrasi dibersihkan secara berulang sampai 3 kali
3. Setelah sudah benar-benar bersih, kemudian sampel air limbah
laundry di filtrasi
4. Hasil filtrasi dimasukkan ke dalam beaker glass.
2.2.2 Prosedur Kerja Penetapan Kadar VFA
a. Prosedur Kerja Sampel
1. Alat dan bahan disediakan
2. Alat destilasi dirangkai.
3. Aquadest dimasukkan sebanyak 1000 mL kedalam labu destilasi,
kemudian dimasukkan batu didih.
4. Sampel dipipet sebanyak 5 mL dan dimasukkan kedala erlenmeyer
lalu ditambahkan H2SO4 15 % sebanyak 1 mL.
5. Larutan NaOH 0,5 N sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam
erlenmeyer bercorong yang terpasang pada alat destilasi.
6. Lalu Heating Mantle dihidupkan dan atur pada skala nomor 8,
hentikan setelah volume destilat sebanyak 150 mL.
7. Destilat yang dihasilkan ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes,
lalu dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N sampai tercapai warna merah
muda
8. Diulangi percobaan yang sama untuk limbah air tahu sesudah filtrasi.

b. Prosedur Kerja Blanko

1. Alat dan bahan disediakan


2. NaOH 0,5 N dipipet sebanyak 5 mL kedalam Erlenmeyer
3. Larutan kemudian ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes
4. Larutan kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N sampai
terbentuk warna merah muda.

11
BAB III

PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan


3.1.1. Data pengukuran VFA

No. Nama Volume Volume Volume Indikato Volume Volume Perubahan Warna
Sampel Sampel H2SO4 NaOH r PP destilat Titrasi Sebelum Setelah
(mL) 15 % 0,5 N (tetes) (mL) (mL) titrasi titrasi
(mL)
1 Air 5   1 5   3 150   3 Ungu   Merah
Limbah Muda
Loundry
Sebelum
Filtrasi

2 Air  5 1   5 3   150 3,6  Ungu  Merah


Limbah Muda 
Loundry
Setelah
Filtrasi

3.1.2. Data Pengamatan Penatapan Kadar VFA

Sampel : 1. Limbah Air Laundry Sebelum Filtrasi

2. Limbah Air Laundry Setelah Filtrasi

Volume Sampel : 2000 mL

Volume hasil Filtasi : 1950 mL

Volume Titasi Blanko : 6,5 mL

3.2 Pengolahan Data


3.2.1 Perhitungan Penetapan Kadar VFA
a. Air Limbah Laundry Sebelum Titrasi

12
1000 ml/L
VFA Total = ( b - s ) x N HCl x mM
5 ml/L

1000
VFA Total = (6,5 ml – 3,6 ml) x 0,5 N x mM
5
VFA Total = 290 ppm

b. Air Limbah Laundry Sesudah Filtrasi


1000 ml/L
VFA Total = ( b - s ) x N HCl x mM
5 ml/L

1000
VFA Total = (6,5 ml – 3 ml) x 0,5 N x mM
5

VFA Total = 350 ppm

3.2.2 Reaksi

H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4–

Asam Sulfat Air Ion Hidronium Ion Hidrogen Sulfat

HSO4– + H2O → H3O+ + SO42-


Ion Hidrogen Sulfat Air Ion Hidronium Ion Sulfat

H2SO4 + NaOH → Na2SO4 + H2O


Asam Sulfat Natrium Hidroksida Natrium Sulfat Air

Larutan ungu

13
Merah muda

BAB IV

PEMBAHASAN
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat
bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah,
ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas
domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang sering kali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila
ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa
organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan
terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume
limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah.
Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan
limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1 pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2 pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka
suatu kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi.
Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa
layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus

14
disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni
rumah, seperti jamban misalnya.
1 Berukuran mikro
2 Dinamis
3 Berdampak luas (penyebarannya)
4 Berdampak jangka panjang

Limbah yang dihasilkan kebanyakan berbentuk limbah cair dari


sisa sampel dan pereaksi praktikum maupun dari sisa sampel penelitian
mahasiswa antara lain limbah cair industri batik, limbah cair industri tahu,
limbah cair industri tapioka, limbah cair industri cat, dan limbah cair
industri mie. Kandungan senyawaan organik pada limbah cair akan
menimbulkan pencemaran lingkungan karena tingginya nilai BOD, COD
dan TSS perairan.

Selama ini limbah cair tersebut dibuang begitu saja dibak


penampung limbah tanpa diolah terlebih dahulu. Sehingga dapat
mencemari lingkungan sekitarnya terutama air sumur. Oleh karena itu
pembuatan instalasi pengolahan air limbah sangat dibutuhkan, namun
pembuatan instalasi berskala besar membutuhkan biaya yang cukup
banyak. Salah satu alternatif pengolahan limbah cair adalah dengan
metode filtrasi dan adsorpsi. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat
alat pengolahan limbah cair menggunakan metode filtrasi dan adsorpsi
antara lain ijuk, pasir, batu kerikil, arang aktif dan zeolit. Arang aktif dapat
digunakan sebagai adsorben karena arang aktif bersifat sangat aktif
terhadap partikel yang kontak dengan arang aktif tersebut.

Arang aktif memiliki ruang pori yang sangat banyak dengan


ukuran tertentu yang dapat menangkap partikel yang sangat halus dan
menjebaknya disana. Salah satu contoh arang aktif yang murah dan efisien
sebagai adsorben adalah arang aktif dari batok kelapa. Zeolit telah
diketahui mampu bertindak sebagai adsorben (penyerap). Mekanismenya
melalui proses pengikatan senyawa dan molekul tertentu yang hanya

15
terjadi dipermukaan. Zeolit merupakan senyawa alumino silikat terhidrat
yang mempunyai struktur kerangka tiga dimensi terbuka. Zeolit tersusun
oleh tetrahedral-tetrahedral (SiO4)4- dan (AlO4)5- yang saling berikatan
melalui atom O dengan ikatan Al-O-Si atau Si-O-Si sehingga membentuk
rongga yang teratur secara skematik struktur kerangka zeolit yang
menunjukkan adanya muatan negatif dirumuskan oleh Oudejans, dalam.

Hal ini memungkinkan terjadinya pertukaran ion tanpa merusak


struktur zeolit.

16
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan dari hasil praktikum kadar VFA pada air limbah laundry
sesudah filtrasi lebih besar dibandingkan dengan air limbah laundry
sebelum filtrasi.
2. Metode destilasi yang digunakan pada praktikum ini yaitu destilasi uap.
Proses destilasi ini digunakan terhadap campuran senyawa dan titik didih
200°C hingga lebih. Jenis destilasi ini akan menguapkan senyawa pada
suhu yang mendekati 100°C pada tekanan atmosfer disertai uap ataupun
air yang mendidih.
3. Kadar VFA pada air limbah laundry sebelum dan sesudah filtrasi secara
berturut-turut setelah dilakukan analisa yaitu 290 ppm dan 350 ppm.

5.2. Saran
Disarankan untuk melakukan pengujian pada saat pengamatan warna
antara sampel dan larutan stock dilakukan dengan teliti agar hasil yang
diperoleh lebih akurat dan juga agar mendapatkan hasil praktikum yang
maksimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. 2008. Bergerak Bersama Dengan Strategi Sanitasi Kota.


Diterbitkan oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi: Departemen
Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri, Departemen Kesehatan,
Departemen Perindustrian, Departemen Keuangan, dan Kementrian
Negara Lingkungan Hidup. Hal 3
Sembiring, MT, Dan TS, Sinaga. 2003. Arang aktif (Pengenalan dan Proses
Pembuatannya). USU Press, Sumatera Utara.
Sihombing, Juna. 2020. Penuntun Praktikum Pengolahan Air dan Limbah
Industri. Medan: Politeknik Teknologi Kimia Industri.
Sulistyowati, T. 1996. Selektivitas Zeolit Sebagai Penukar Kation Terhadap
Logam Pb, Cd, Zn Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Wardhana, WA. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi,
Yogyakarta.

18
LAMPIRAN
SNI Air Bersih

19

Anda mungkin juga menyukai