Anda di halaman 1dari 47

PENENTUAN DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY

INDEX) DAN BETA KAROTEN MINYAK KELAPA SAWIT


MENTAH MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VISIBLE DI PT. SMART TBK

LAPORAN TUGAS AKHIR

RIMA AMALIA

152401062

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
PENENTUAN DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY
INDEX) DAN BETA KAROTEN MINYAK KELAPA SAWIT
MENTAH MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VISIBLE DI PT. SMART TBK

LAPORAN TUGAS AKHIR

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT


MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA

RIMA AMALIA

152401062

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
PERNYATAAN ORISINALITAS

PENENTUAN DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY INDEX) DAN


BETA KAROTEN MINYAK KELAPA SAWIT MENTAH
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VISIBLE DI PT. SMART TBK

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2018

RIMA AMALIA
152401062
PENENTUAN DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY INDEX)DAN
BETAKAROTEN MINYAK KELAPA SAWIT MENTAH
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VISIBLE DI PT. SMART TBK

ABSTRAK

Penentuan DOBI (Deterioration of Bleachability Index) dan beta karoten


telah dilakukan pada minyak kelapa sawit mentah di PT. SMART Tbk Belawan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah minyak kelapa sawit mentah telah
memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh PORAM atau tidak. Penentuan DOBI
dan beta karoten dilakukan secara Spektrofotometer UV-Visible dengan panjang
JHORPEDQJ269 QP GDQ 446 nm. Sampel minyak kelapa sawit mentah berasal dari
tiga kebun kelapa sawit dari daerah yang berbeda. Hasil analisa yang diperoleh
yakni, nilai DOBI pada kebun A adalah 2.10, kebun B adalah 2.57 dan kebun C
adalah 2.12, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai DOBI pada kebun B telah
memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh PORAM. Namun untuk kebun A dan
kebun C tidak memenuhi standar ditetapkan oleh PORAM. Sementara kadar beta
karoten minyak kelapa sawit mentah pada kebun A adalah 411.67 ppm, kebun B
adalah 414.92 ppm dan kebun C adalah 446.90 ppm. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kadar beta karoten minyak kelapa sawit mentah dari ketiga kebun tidak
memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh PORAM.

Kata kunci : Beta Karoten, DOBI (Deterioration of Bleachability Index), Minyak


Kelapa Sawit Mentah, Spektrofotometer UV-Visible, Standar PORAM
DETERMINATION OF DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY
INDEX) AND BETA KAROTEN CRUDE PALM OIL USING
SPECTROFOTOMETER UV-VISIBLE
IN PT. SMART TBK

ABSTRACT

Determination of DOBI (Deterioration of Bleachability Index) and beta


carotene have been performed on crude palm oil at PT. SMART Tbk Belawan with a
view to know whether crude palm oil meets the quality standards set by PORAM or
not. Determination of DOBI and beta carotene was performed by UV-Visible
6SHFWURSKRWRPHWHUZLWKZDYHOHQJWK QPDQG QP&UXGHSDOPRLOVDPSOHV
come from three oil palm plantations from different regions. The result of analysis
obtained is that the value of DOBI in plant A is 2.10, plant B is 2.57 and plant C is
2.12, so it can be concluded that the value of DOBI in plant B has met the quality
standard set by PORAM. But for plant A and plant C do not meet the standards set
by PORAM. While the beta carotene content of crude palm oil in garden A is 411.67
ppm, plant B is 414.92 ppm and plant C is 446.90 ppm. So it can be concluded that
the beta carotene content of crude palm oil from the three plantations does not meet
the quality standards set by PORAM.

Keywords: Beta Carotene, DOBI (Deterioration of Bleachability Index), Crude Palm


Oil, UV-Visible Spectrophotometer, Standard PORAM
PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha
Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Penentuan DOBI (Deterioration of
Bleachability Index) dan Beta Karoten Minyak Kelapa Sawit Mentah Menggunakan
Spektrofotometer UV-Visible di PT. SMART Tbk.

Adapun Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk meraih
gelar ahli madya pada program diploma Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan tugas akhir ini banyak


mengalami kendala. Namun berkat bantuan, penulis banyak mendapatkan dorongan,
motivasi, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Akhirnya penulis dapat
menyelesaikan kendala tersebut dengan baik. Atas bantuan, bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada orang tua saya, Ayah Nasrun Lubis dan Almh. Ibunda Sahraini serta
seluruh keluarga yang sangat saya sayangi, yang telah banyak memberikan
dukungan moril dan materil, serta doa kesuksesan yang telah menguatkan
saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Dr. Hamonangan Nainggolan. M.Sc selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktunya dan banyak memberikan arahan dan
bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera
Utara.
5. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas
Sumatera Utara.
6. Seluruh Staff Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
membimbing kepada saya selama duduk dibangku kuliah.
7. Bapak Puji Sanjaya, selaku Department Head Quality Management PT.
SMART Tbk Belawan yang telah memberikan saya kesempatan untuk
praktik kerja lapangan selama sebulan lamanya.
8. Bapak Nazli DAP, selaku Section Head Quality Control PT. SMART Tbk
Belawan yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan
kepada saya.
9. Kepada Adhitya Luthfi yang telah memberikan saya semangat yang tiada
henti-hentinya sampai tugas akhir saya dapat terselesaikan tepat waktu.
10. Sahabat-sahabat terbaik saya Ervina, Glory, Dita, Dicky, Adinda, Adinmus,
Fildzah, Angel, Lisari dan Anggia yang selalu berjuang bersama-sama untuk
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
11. Teman-teman seperjuangan D-3 Kimia Stambuk 2015 khususnya kelas B,
Abang Kakak Alumni D-3 Kimia, yang tidak bisa disebutkan satu persatu
yang sudah memberikan dukungan dan membantu saya dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
Dalam penulisan tugas akhir ini masih memiliki kekurangan dalam materi
dan cara penyajiannya, dengan kata lain masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata saya mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya.

Medan, Juli 2018

Penulis

RIMA AMALIA
DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 2
1.3. Hipotesis 2
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4


2.1 Kelapa Sawit 4
2.1.1 Varietas Kelapa Sawit 5
2.1.2 Taksonomi Kelapa Sawit 6
2.2 Minyak Kelapa Sawit 6
2.2.1 Komposisi Minyak Kelapa Sawit 7
2.2.2 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit 9
2.2.3 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit 9
2.3 DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) 11
2.3.1 Faktor Penyebab DOBI Rendah 13
2.3.2 Tindakan yang Dilakuka nuntuk Memastikan
Minyak Kelapa Sawit Mempunyai Kualitas Tinggi 13
2.4 Karotenoid 17
2.4.1 Manfaat Beta Karoten 17
2.4.2 Proses Pemisahan Beta Karoten dari Minyak Kelapa Sawit 17
2.4.3 Vitamin A 18
2.5 Analisa Spektrofotometri 19
2.5.1 Spektrofotometri UV-Visible 19

BAB 3 METODE PENELITIAN 22


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 22
3.2 Alat dan Bahan 22
3.2.1 Alat 22
3.2.2 Bahan 22
3.3 Prosedur Penelitian 22
3.3.1 Preparasi Sampel 22
3.3.2 Pengoperasian Spektrofotometer Pharo 300 23
3.3.3 Penentuan DOBI dan Beta Karoten 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24


4.1 Hasil 24
4.1.1 Hasil Analisa Nilai DOBI dan Beta Karoten 24
4.1.2 Perhitungan 24
4.1.2.1 Perhitungan Nilai DOBI 24
4.1.2.2 Perhitungan Nilai Beta Karoten 25
4.2 Pembahasan 25

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 29


5.1 Kesimpulan 29
5.2 Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 32
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
2.2.1 Komposisi Asam Lemak Pada Minyak Kelapa Sawit dan 8
Minyak Inti Kelapa Sawit
2.2.2 Nilai Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit dan Minyak 9
Inti Kelapa Sawit
2.2.3.1 Standar Nasional Indonesia Minyak Kelapa Sawit Mentah
(CPO)

2.2.3.2 Spesifikasi Mutu SPB (Special Prime Bleach) dan Ordinary 10


2.3 PORIM (Palm Oil Riset Institute Of Malaysia) Hubungan 12
DOBI dengan Kualitas Minyak
4.1.1 Data Hasil Analisa Nilai DOBI dan Beta Karoten pada 24
Minyak Kelapa Sawit Mentah
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar
2.4 Struktur Beta Karoten 16
2.4.3 Struktur Retinol 18
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran
1 Data Hasil Analisa Nilai DOBI dan Beta Karoten pada 32
Minyak Kelapa Sawit Mentah
2 Crude Palm Oil (CPO) Standard Spesification by Palm 32
Oil Refiners Association of Malaysia (PORAM)
3 Spektrofotometer UV-Visible 32
DAFTAR SINGKATAN

DOBI = Deterioration of Bleachability Index

CPO = Crude Palm Oil

CPKO = Crude Palm Kernel Oil

RBD.Palm Oil = Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil

PORAM = Palm Oil Refiners Association of Malaysia

UV-Visible = Ultra Violet Visible


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa sawit dikenal sebagai salah satu komoditas pertanian yang
menghasilkan banyak manfaat dan bernilai ekonomi. Minyak sawit dapat
berkembang menjadi produk turunan yang potensial dikembangkan dalam bidang
industri berbasis pertanian (agroindustri). Dengan meningkatnya industri
pengolahan produksi turunan minyak sawit yang tinggi, dapat meningkatkan
perekonomian Indonesia. Kini dengan semakin terbatasnya energi baru dari
persediaan minyak bumi, minyak sawit menjadi sumber energi baru dari minyak
nabati yang dapat diolah menjadi bahan bakar nabati seperti biodisel (bahan bakar
nabati) ( Soraya, 2013).

Pengolahan kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit


mentah, crude palm oil(CPO) dan inti (kernel) yang kualitasnya baik.Untuk
mencapai hal ini, pabrik pengolahan harus dipersiapkan dengan baik,demikian pula
halnya dengan tandan buah segar yang akan diolah. Perluditekankan bahwa di dalam
penyediaan tandan buah segar yang akan diolah perludiperhatikan hal-hal sebagai
berikut: tandan buah segar telah matang panen,mengurangi sekecil mungkin
terjadinya jumlah brondolan, pengangkutandilaksanakan dengan lancar dan baik,
mengurangi sekecil mungkin terbawanyapasir dan benda keras, serta
dilaksanakannya pengolahan sesegera mungkin,palinglama 8 jam sejak tandan buah
segar dipanen (Setyamidjaja,D.2006).

Minyak sawit kasar dikenal dengan sebutan CPO (Crude Palm Oil) yang
mengandung sejumlah komponen-komponen seperti asam lemak bebas (free fatty
acid/FFA), fosfatida, air, karotenoid, komponen-komponen yang memberikan rasa
dan bau dan komponen-komponen lain dalam jumlah yang sangat kecil (komponen
minor) seperti vitamin E atau tokoferol, dan fitosterol (Seto,S.2001).

Tuntutan pasar akan CPO (Crude Palm Oil) di masa sekarang dan yang akan
datang cenderung menginginkan kualitas yang lebih baik, tidak saja dari komponen
mayor kelapa sawit seperti lemak dan minyak alam yang terdiri atas trigliserida,
digliserida dan monogliserida, asam lemak bebas, moisture, pengotoran dan terdiri
dari komponen mLQRU VHSHUWL
-karoten, vitamin B, iodine, dan sebagainya. Pasca
GLWHWDSNDQVWDQGDULVDVL
-karoten terhadap CPO impor antara 500 hingga 2.500 ppm
oleh Direktorat Bea India sejak Agustus 2003 berimbas pada penurunan secara
drastis ekspor Sumatera Utara akan CPO. India telah menahan masuk CPO dari
,QGRQHVLD GHQJDQ DODVDQ NDQGXQJDQ
-karoten (provitamin A) komoditas tersebut
dibawah standar baru yang ditetapkan negara itu. Hal inilah yang mendorong
perusahaan maupun instansi yang berhubungan dengan kelapa sawit melakukan
usaha-usaha pengembangan bahan tanaman kelapa sawit yang dapat memenuhi
standar tersebut (Siahaan, 2006)

Berdasarkan hal tersebut penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul


‡3(1(178$1 DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY INDEX)
DAN BETA KAROTEN PADA MINYAK SAWIT MENTAH
MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBE DI
3760$577EN·

1.2 Permasalahan
1 Berapakah kadar DOBI dan Beta Karoten pada minyak kelapa sawit mentah
menggunakan metode spektrofotometri UV-visible di PT.SMART Tbk.
2 Apakah kadar DOBI dan Beta Karoten pada minyak sawit mentah telah
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

1.3 Hipotesis
Minyak kelapa sawit mentah olahan PT. SMART Tbk Belawan telah
memenuhi standar atau tidak memenuhi standar mutu PORAM berdasarkan
parameter nilai DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) dan beta karoten.
1.4 Tujuan Penelitian
1 Untuk mengetahui standar nasional Indonesia mutu minyak kelapa sawit
mentah
2 Untuk mengetahui nilai DOBI dan Beta Karoten pada minyak kelapa sawit
mentah
3 Untuk mengetahui hubungan antara DOBI dan Beta Karoten

1.5 Manfaat Penelitian


1 Dapat mengetahui standar nasional Indonesia mutu minyak kelapa sawit mentah
2 Dapat mengetahui nilai DOBI pada minyak kelapa sawit mentah
3 Dapat mengetahui hubungan antara DOBI dan Beta Karoten
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit, didasarkan atas bukti-bukti fosil, sejarah dan linguistik yang
ada diyakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, kelapa sawit (yang
pada saat lalu dibiarkan tumbuh liar di hutan-hutan) sejak awal telah dikenal
sebagai tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk setempat kelapa sawit telah
diproses secara amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit.

Di luar benua Afrika, kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai tanaman


komoditas (penghasil produk dagangan). Sejak revolusi industri bersaing keras di
Eropa. Saat itu di Eropa bermunculan Industri atau pabrik (antara lain industri
sabun dan margarin) yang membutuhkan bahan mentah/baku untuk
operasionalnya. Minyak sawit dan minyak inti sawit yang muncul kemudian
adalah dua produk yang antara lain dibutuhkan untuk bahan mentah /baku
tersebut. Jadilah minyak (dan minyak inti sawit) dibutuhkan oleh pasar Eropa
(Tim Penulis PS, 1992).

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping


satu yang termasuk dalam family palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa
Yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama species Guinensis berasal dari
Guinea yaitutempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman
kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea.

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan
curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22°C - 32°C. Daerah penanaman
kelapa sawit di Indonesia adalah daerah Jawa Barat (Lebak dan Tangerang),
Lampung, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh. Negara penghasil
kelapa sawit selain Indonesia adalah Malaysia, Amerika Tengah dan Nigeria
(Ketaren,1986).
2.1.1 Varietas Kelapa Sawit

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas


kelapa sawit, yaitu :

1. Dura
x Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm
x Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung
x Daging buah relatif tipis, yaitu 35-50%
x Kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah
x Dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk betina
2. Pisifera
x Ketebalan tempurung sangat tipis bahkan hampir tidak ada
x Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura
x Daging biji sangat tipis
x Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dipakai
sebagai pohon induk jantan
3. Tenera
x Hasil persilangan dura dan pisifera
x Tempurung tipis (0,5-4 mm)
x Terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung
x Daging buah sangat tebal (60-96% dari buah)
x Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relatif lebih kecil
4. Marco carya
x Tempurung tebal sekitar (5 mm), sedang daging buahnya tipis sekali
5. Diwikka-wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.
Dwikka-wakka dapat dibedakan menjadi Diwikka-wakkadura, Diwikka-
wakka psifera dan Diwikka-wakka tenera. Perbedaan ketebalan daging buah
kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang
dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera
yaitu sekitar 22 – 24% , sehingga tidak heran jika lebih banyak perkebunan
yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera (Mangoensoekarjo, 2003).
2.1.2 Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit

Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo :Spadiciflorae (Arecales)
Famili : Palmae
Sub-famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq
Sumber : (Soehardjo, 1996)

2.2 Minyak Kelapa Sawit

Saat ini ketersediaan minyak bumi semakin terbatas, menyebabkan perhatian


terhadap penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar alternatif semakin
diminati. Salah satu bahan alternatif yang digunakan adalah minyak kelapa sawit.
Minyak sawit digunakan sebagai kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik,
industri kimia, dan industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit sebesar 90%
digunakan untuk bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening,
pengganti lemak kakao dan untuk kebutuhan industri roti, cokelat, es krim,
biskuit, dan makanan ringan. Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya
digunakan untuk industri oleokimia yang menghasilkan asam lemak, fatty alcohol,
gliserol, dan metil ester (Sulastri,Y. 2010).

Minyak kelapa sawit berasal dari mesokarp kelapa sawit.Minyak kelapa


sawit terdiri atas berbagai trigliseridadengan rantai asam lemak yang panjang dan
jenisnya berbeda-beda. Dengan demikian, sifat minyak kelapa sawit ditentukan
oleh perbandingan dan komposisi trigliseridatersebut. Karena kandungan asam
lemak yang terbanyak ialah asam lemak tak jenuh oleat dan linoleat, maka minyak
kelapa sawit masuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Asam oleatmerupakan
asam lemak tidak jenuh rantai panjang dengan memiliki satu ikatan rangkap.
Asam linoleat bersifat tidak jenuh, merupakan asam lemak omega-6, dan memiliki
rantai 18-karbon panjang (Ketaren, 1986).

Minyak kelapa sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh. Asam lemak yang rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut
asam lemak tidak jenuh dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbonnya disebut asam lemak jenuh. Asam palmitat dan asam
oleatmerupakan asam lemak yang dominan dalam minyak sawit, sedangkan asam
lemak linoleat dan asam stearatnya sedikit. Asam palmitat merupakan asam lemak
jenuh rantai panjang yang memiliki titik cair (meelting point) yang tinggi yaitu
64°C. Asam palmitat yang tinggi membuat minyak sawit lebih tahan terhadap
oksidasi (ketengikan) dibanding jenis minyak lain. Titik cair asam palmitat yaitu
14°C (Zulkifli, 2014).
Minyak sawit memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia
diantaranya adalah karoten dan vitamin E. Karoten memiliki manfaat sebagai
pencegahan sel kanker, paru – paru dan sebagai antioksidan.Sedangkan vitamin E
berfungi sebagai pelindung sel dari membran oksidatif, mengurangi resiko
diabetes, dan meningkatkan sistem imun (Ayustaningwarno, 2012).

2.2.1 Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20


persenbuah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40
persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai
komposisiyang tetap. Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih,
tetapi dalamminyak dari jenis tenera lebih kurang 500-700 ppm, dan kandungan
tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi (Ketaren,
1986).
Tabel 2.2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti
Kelapa Sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit Minyak Inti Sawit


(%) (%)
Asam kaprilat 3-4
Asam kaproat 3-7
Asam laurat 46-52
Asam miristat 1.1-2.5 14-17
Asam palmitat 40-46 6.5-9
Asamstearat 3.6-4.7 1-2.5
Asam oleat 39-45 13-19
Asam linoleat 7-11 0.5-2
Sumber :(Ketaren, 1986)

Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak
yang membentuk trigliserida dalam minyak sawit dan minyak inti sawit kedua
jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak
sawit dalam suhu kamar bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang
sama minyak inti sawit berbentuk cair. Kandungan minor minyak sawit
berjumlah kurang lebih 1%, antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol,
alkohol, triterpen, dan fosfolipida. Dua unsur yang disebut pertama, yaitu karoten
dan tokoferol mempunyai nilai lebih dibandingkan unsur yang lain karena kedua
unsur itu diketahui meningkatkan kemantapan minyak terhadap oksidasi. Dengan
kata lain, keberadaan kedua unsure dalam suatu jenis minyak menyebabkan
minyak relative tidakmudah tengik. Dalam CPO, kadar sterol berkisar antara 360-
620 ppm, sedangkan kadar kolesterol yang terkandung hanya sekitar 10 ppm atau
sebesar 0,001% dari CPO (Tim Penulis PS, 1992).
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen
buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40
persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai
komposisi yang tetap. Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih,
tetapi dari minyak dari jenis tenera kurang lebih 500-700 ppm; kandungan
tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi (Ketaren,
1986).
2.2.2 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor,
kelarutan, titik cair dan polimorphisme, titik didih (boiling point), titik pelunakan,
slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan
(turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.

Warna minyak ditentukan adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses
pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange
atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak.Bau dan
flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam
lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Bau khas minyak kelapa sawit
ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone.Titik cair minyak sawit berada dalam
nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam
asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda (Ketaren, 1986).

Tabel 2.2.2 Nilai Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

Bobot Jenis pada suhu kamar 0,900 0,900-0,913

Indeks bias 1,4565-1,4585 1,495-1,415

Bilangan Iod 48-56 14-20

Bilangan Penyabunan 196-205 244-254

Sumber : (Ketaren, 1986)

2.2.3 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang
bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standart mutu yaitu:
kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna
dan bilangan peroksida.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar airkurang dari 0,1
persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen. Kandungan asamlemak
bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang) bilangan peroksidadi
bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak
berwarnahijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas
dari ion logam (Ketaren, 1986)

Tabel 2.2.3.1 Standar Nasional Indonesia Minyak Kelapa Sawit Mentah (CPO)

Kriteria Satuan Pesyaratan

Warna - Jingga kemerah

Kadar air dan kotoran %, fraksi masa 0,5 maks

Asam lemak bebas


%, fraksi masa 5 maks
(sebagai asam palmitat)

Bilangan yodium g yodium /100g 50 – 55

Sumber :SNI 01-2901-2006

Tabel 2.2.3.2 Spesifikasi Mutu SPB (Special Prime Bleach) dan Ordinary

Kandungan SPB Ordinary

Asam Lemak Bebas (%) 1-2 3-5

Kadar Air (%) 0,1 0,1

Kotoran (%) 0,002 0,01

Besi ppm 10 10

Tembaga ppm 0,5 0,5

Bilangan iod 53±1,5 45-56

Karoten ppm 500 500-700

Tokoferol ppm 800 400-600

Sumber : (Ketaren, 1986)


2.3 DOBI (Deterioration Of Bleachabilitty Indeks)

Minyak kelapa sawit mengandung zat warna, seperti karoten dan turunannya
yang memberikan warna merah-kuning pada minyak. Warna tersebut kurang
disukai konsumen. Terlebih lagi, hal ini dikarenakan reaksi pada temperatur tinggi
dapat mengubah karoten menjadi senyawa yang berwarna kecokelat-cokelatan
dan larut dalam minyak sehingga semakin sukar untuk dipucatkan (kemampuan
untuk dipucatkan semakin berkurang). Penurunan daya pemucatan ini disebut
DOBI (Deterioration Of Bleachability Index).

Dalam industri, pemucatan minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan


proses absorpsi dan dengan reaksi kimia. Proses absorpsi dilakukan dengan
menggunakan bahan bleaching clay (floridin dan kaolin), bleaching karbon, serta
karbon aktif.Pemucatan dengan reaksi kimia dapat dilakukan denganoksidasi
menggunakan peroksida, dikromat, dan klorin.

Bilangan DOBI merupakan gambaran kerusakan minyak akibat proses


oksidasi yang terjadi sejak panen lalu dilajutkan pada proses pengolahan,
penimbunan, dan pemompaan ke kapal tanker angkut. Kerusakan kualitas tersebut
akan berperan pada proses pengolahan lanjutan di industri hilir. Perubahan
kualitas minyak selama proses dipengaruhi oleh sistem pengolahan dan peralatan
yang digunakan (Pahan, 2012).

Deterioration Of Bleachability Index ( DOBI) bukan merupakan salah satu


dari spesifikasi mutu. Bagaimanapun, kebanyakan dari para pembeli CPO
menginginkan produk yang telah mengalami proses penjernihan dan penghilangan
bau atau RBDPO (Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil). Bleachibilitas
atau daya pemucatan yang baik akan menjadi suatu indikator dari kesiapan CPO
untuk digunakan.

Analisa kadar air, pengotoran dan asam lemak bebas sendiri tidak cukup
untuk membuktikan mutu dari CPO. DOBI dalam analisanya dapat
memperlihatkan suatu indikasi yang baik dari status oxidative dari CPO setelah
CPO di produksi.
DOBI adalah perbandingan nilai absorbansi spectrophotometri pada
gelombang 446 nm dengan gelombang 269 nm. Metoda ini dikembangkan oleh
Dr. P. A. T. Swoboda dari Palm Oil Research Institute of Malaysia (sekarang
dikenal dengan nama Malaysia Palm Oil Board) (Gee Keck Seng (M) Berhad,
2005) .

Tabel 2.3 PORIM (Palm Oil Riset Institute of Malaysia) Hubungan DOBI
dengan Kualitas Minyak

DOBI Kualitas

< 1,68 Buruk

1,76 – 2,30 Kurang

2,36 – 2,92 Cukup

2,99 – 3,24 Baik

>3,24 Terbaik

Sumber :(Sekjen Deptan, 2004)

DOBI itu sendiri merupakan angka perbandingan angka serapan absorben


terhadap asam lemak bebas. Apabila dihubungkan dengan aspek kualitas berdasarkan
DOBI, ada 5 kelas minyak sawit mentah (CPO). CPO dengan angka DOBI <1,68,
termasuk kedalam CPO yang memiliki kualitas yang buruk. Sementara itu CPO
dengan angka DOBI antara 1,78 – 2,30 memiliki mutu yang kurang baik. Kemudian
CPO dengan angka DOBI 2,30 – 2,92 mengindikasikan bahwa CPO ini memiliki
mutu cukup baik. Angka DOBI 2,93 – 3,23 memperlihatkan indikasi CPO dengan
mutu baik. Dan Angka DOBI diatas 3,24 berarti CPO memiliki kualitas yang sangat
baik. Sementara itu kebanyakan negara tujuan ekspor menetapkan angka DOBI CPO
yang dapat diterima harus memiliki angka DOBI lebih besar atau sama dengan 2,8.
Angka DOBI minimal 2,8 yang diminta oleh pedagang CPO dunia diambil dari
ketentuan dalam Codex Allimentariurs Commision. Pada kenyataannya sampai saat
ini, CPO Indonesia rata rata memiliki angka DOBI dibawah 2,8. Dan nilai ini
dianggap nilai yang kurang baik (Sekjen Deptan, 2004)
2.3.1 Faktor-Faktor Penyebab DOBI yang Rendah

Adapun penyebab-penyebab DOBI yang rendah antara lain adalah :


1. Tingginya persentase buah berwarna hitam (kurang matang) dan terlalu
matang
2. Tertundanya proses pengolahan, terutama pada saat musim hujan dan efeknya
tertundanya pengangkutan buah sawit ke pabrik, sehingga menyakibatkan
restan di kebun
3. Kontaminasi minyak kelapa sawit dengan kondensat rebusan
4. Kontaminasi minyak kelapa sawit dengan oksidasi di oil sludge
5. Waktu perebusan buah yang panjang dan suhu tinggi
6. Pemanasan minyak kelapa sawit lebih (>550C) di storage tank dengan waktu
yang panjang

Masalah lain yang dianggap sebagai penyebab rendahnya angka DOBI CPO
adalah parameter kualitas CPO yang masih berpatokan pada asam lemak bebas
(ALB) yang terkandung pada CPO maksimum 5 %. Angka 5 % ini sesuai dengan
spesifikasi persyaratan mutu pada SNI Crude Palm Oil (CPO) No. SNI 01-0016-
1998 yang disahkan pada tahun 1998. Dasar pengukuran mutu CPO yang berbeda
dengan pasar internasional menyebabkan terjadinya potongan harga atau diskon pada
CPO asal Indonesia (Sekjen Deptan, 2004)

2.3.2 Tindakan-tindakan yang Dilakukan untuk Memastikan Minyak Kelapa


Sawit Mempunyai Kualitas Tinggi

1. Mengawasi sistem panen dan transportasi


Panen perlu mendapat pengawasan yang efektif karena perlakuan yang kurang
baik dapat menyebabkan luka pada daging buah dan pembusukan buah. Hal ini
akan menurunkan kualitas produk minyak sawit yang dikenal dengan penurunan
nilai DOBI.
2. Menghindari pemakaian uap kering pada perebusan buah
Uap kering mempunyai temperatur lebih tinggi dibandingkan uap jenuh pada
tekanan yang sama. Pemakaian uap kering akan menyebabkan proses oksidasi
pada asam lemak tidak jenuh atau senyawa yang terkandung dalam minyak dan
membentuk polimer yang sangat sulit diserap pada proses pemucatan.
3. Menghindari pemakaian uap langsung pada stasiun pemurnian
Produksi uap yang rendah sering menimbulkan gangguan pemanasan dalam
proses pengolahan. Produksi uap yang rendah mendorong operator untuk
memanaskan cairan minyak dengan uap panas kering secara terbuka. Perlu
diperhatikan bahwa oksidasi sangat mudah terjadi pada stasiun pemurnian karena
di dalam cairan tersedia logam pro-oksidan.
4. Menghindarkan pemanasan yang berlebihan di unit pengolahan
Kegagalan penurunan kadar air pada minyak dengan alat vacuum dryer sering
diatasi dengan menaikkan temperatur pada oil tank yang dapat menyebabkan
penurunan DOBI. Hal ini perlu dihindari agar kualitas minyak dapat
dipertahankan.
5. Mengendalikan penimbunan
Pemanasan minyak pada tangki timbun PKS yang jaraknya jauh dari
pelabuhan biasanya dilakukan pada temperatur tinggi dengan memperhitungkan
bahwa minyak tersebut tiba di tangki pelabuhan pada temperature di atas titik
cair. Kualitas minyak dalam penimbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan
kondisi tangki timbun(Pahan, 2012).

2.4 Karotenoid
Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange,
atau merah orange yang ditemukan pada tumbuhan, kulit, cangkang atau kerangka
luar (eksoskeleton) hewan air serta hasil laut lainnya seperti molusca (calm,
oyster, scallop),crustacea (lobster, kepiting, udang) dan ikan (salmon, trout, sea
beam, kakap merah dan tuna). Karotenoid juga banyak ditemukan pada kelompok
bakteri, jamur, ganggang dan tanaman hijau (Desiana, 2000).

Pigmen karotenoid mempunyai struktur alifatik atau alisiklik yang pada


umumnya disusun oleh delapan unit isoprena, dimana kedua gugus metil yang
dekat pada molekul pusat terletak pada posisi C1 dan C6, sedangkan gugus metil
lainnya terletak pada posisi C1dan C5 serta diantaranya terdapat ikatan ganda
terkonjugasi.

Semua senyawa karotenoid mengandung sekurang-kurangnya empat gugus


metil dan selalu terdapat ikatan ganda terkonjugasi diantara gugus metil tersebut.
Adanya ikatan ganda terkonjugasi dalam ikatan karotenoid menandakan adanya
gugus kromofora yang menyebabkan terbentuknya warna pada karotenoid.
Semakin banyak ikatan ganda terkonjugasi, maka makin pekat warna pada
karotenoid tersebut yang mengarah ke warna merah (Heriyanto, 2009).

Kandungan karoten dalam minyak sawit mencapai 0,05-0,18%. Selain sebagai


obat anti kanker, karoten juga merupakan sumber provitamin A yang cukup
SRWHQVLDO .DURWHQ \DQJ WHUGLUL GDUL
karoten
. GDQ
ini, tersimpan didalam
daging buah kelapa sawit.

Dari fungsinya, karotenoid dapat dibagi atas dua golongan yaitu yang bersifat
nutrisi aktif VHSHUWL
-karoten dan nutrisi yang non aktif seperti fucoxanthin.
Berdasarkan unsur penyusunnya, karotenoid terdiri dari dua golongan yaitu
karoten dan xantofil. Karoten tersusun atas unsur C dan H. Karotenoid yang
dikenal sebagai sumber vitamin A adalah .GDQNDURWHQ
Adapun sifat-sifat karoten tersebut adalah :

a. Mudah dioksidasi
b. Dapat mengadsorbsi cahaya
c. Tidak larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol
d. Larut dalam minyak, kloroform, petroleum, benzene dan eter
e. Sensitif terhadap oksidasi cahaya (Seto, 2001).

Gambar 1. Struktur Beta Karoten


2.4.1 Manfaat Beta Karoten

Beta karoten sebagai salah satu zat gizi mikro di dalam minyak sawit
mempunyai beberapa aktivitas biologis yang bermanfaat bagi tubuh, antara lain
untuk menanggulangi kebutaan karena xeroftalmia, mencegah timbulnya penyakit
kanker, mencegah proses penuaan dini, meningkatkan imunisasi tubuh dan
mengurangi terjadinya penyakit degeneratif. Selain itu ada korelasi negatif antara
konsumsi karoten dengan gejala penyakit kanker paru-paru. Beta karoten juga
berperan aktif sebagai pemusnahan radikal bebas (Seto, 2001).

Beta karoten menyerap sinar pada daerah ultra-violet sampai violet,


tetapilebih kuat pada daerah tampak antara 400 dan 500 nm dengan puncak 470
nm (Winarno, 1997)

2.4.2 Proses Pemisahan Beta Karoten dari Minyak Kelapa Sawit

Dalam proses pembuatan minyak, biasanya beta karoten dibuang.


Namun,sekarang telah berhasil ditemukan metode baru proses pengolahan
sehingga betakaroten terpisah dari minyak sawit. Dalam proses pengolahan
tersebut, minyaksawit yang mengandung karoten antara 600-1.000 ppm
dipisahkan menjadi fase padat (stearin) dan fase cair (olein) pada proses
fraksinasi.

Untuk mempermudah pemisahan kedua bentuk minyak sawit


tersebut,dilakukan proses degumming yaitu pengeluaran gum dari minyak.
Selanjutnya minyak didinginkan pada suhu 18-20°C sehingga asam lemak jenuh
mengkristal. Akibatnya, karoten tidak dapat larut di dalamnya dan akhirnya asam
lemak tidak jenuh (olein) meningkat, kandungan karotennya menjadi sekitar 80%.
Proses pemisahan tersebut dilanjutkan dengan kristalisasi kedua pada suhu8°C
selama enam jam. Dari proses ini akan menghasilkan fase cair sekitar 50%dan
terjadi pemekatan karoten menjadi 1.000 ppm. Tahap berikutnya adalah
pemisahan karoten dari minyak dengan pemucatan dan ekstraksi karoten dari
bahan pemucat. Pemucatan dalam metode lama dilakukan pada suhu 90°Cdengan
konsentrasi bahan pemucat 2-2,5 % (bahan pemucat yang biasanya dipakai adalah
karbon aktif atau tanah liat).
Penggunaan metode ini mengakibatkan kerusakan karoten. Dengan metode
yang telah diperbaharui, pemucatan dilakukan pada suhu 50°C selama satu jam,
konsentrasi bahan pemucat yang digunakan sebesar 10 %. Selanjutnya dilakukan
penyaringan. Perubahan metode ini menyebabkan karoten tidak rusak dan minyak
sawit tetap diperoleh (Tim Penulis PS, 1992).

2.4.3 Vitamin A

Vitamin A (retinol) adalah padatan, berwarna kuning muda, larut dalam


lemak dan minyak tetapi tidak larut dalam air. Didalam tubuh ada senyawa
lainyang dapat diubah menjadi retinol, yaitu prekursor vitamin A. Prekursor
vitaminA yang paling penting adalah karotena, pigmen tanaman berwarna kuning
oranye.

Karoten larut dalam air dan lemak. Retinol ditemukan dalam beberapa
makanan hewani berlemak. Karena hewan dan ikan dapat menyimpan retinol di
dalam hati,maka minyak ikan dan hati mempunyai kandungan retinol yang tinggi
(Seto,2001).

Vitamin A merupakan istilah generik bagi semua senyawa dari


sumberhewani yang memperlihatkan aktivitas biologis vitamin A. Dalam tubuh,
fungsiutama vitamin A dilaksanakan oleh retinol dan kedua derivatnya, yaitu
retinal danasam retinoat. Vitamin A mempunyai provitamin, yaitu beta karoten.
Di dalam sayuran, vitamin A terdapat sebagai provitamin dalam bentuk pigmen
beta karoten berwarna kuning yang terdiri atas dua molekul retinal yang
dihubungkan pada ujung aldehid rantai karbonnya (Murray, 2001).

Gambar 2.Struktur Retinol (Vitamin A)

Ester retinol yang terlarut dalam lemak makanan akan terdipersi dalam
tetesan getah empedu dan dihidrolisis di dalam lumen usus, yang diikuti oleh
penyerapan langsung ke dalam epitel usus. Senyawa beta karoten yang
dikonsumsi mungkin dipecah lewat reaksi oksidasi oleh enzim beta
karotendioksigenase (Murray, 2001).

2.5 Analisa Spektrofotometri

Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasikan suatu


objek.Dalam analisis spektofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang
menjorok kedalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih
panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Proses
ini memerlukan penggunaan instrumen yang lebih rumit dan karenya lebih mahal.
Instrumen yang digunakan untuk maksud ini adalah spektrofotometer, dan seperti
tersirat dalam nama ini, instrumen ini sebenarnya terdiri dari dua instrumen dalam
satu kotak sebuah spektrofotometer dan sebuah fotometer.

Spektrofotometer adalah sebuah instrumen yang dapat menghasilkandispersi


radiasi elektromagnetik yang masuk, dan dengan mana dapat dilakukan
pengukuran kuantitas radiasi yang diteruskan pada panjang gelombang terpilih
dari jangka spektrum itu, sedangkan fotometer adalah sebuah peranti untuk
mengukur intensitas radiasi yang diteruskan (Vogel,1994)

Dalam penggunaan dewasa ini, istilah spektrofotometri menyiratkan


pengukuran jauhnya pengabsorpsian energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu
sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran
pengabsorpsian yang menyendiri pada suatu gelombang tertentu. Untuk
memahami spektrofotometri, memperhatikan interaksi radiasi dengan spesies
kimia dengan cara yang elementer, dan secara umum mengurus apa kerja
instrument. Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari
penilikan visual dimana studi yang lebih terinci mengenai pengabsorpsian energi
cahaya oleh spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar
dalampencirian dan pengukuran kuantitatif (Underwood, 1998)

2.5.1 Spektrofotometri UV-Visible

Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika


energi tersebut ditransimikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari

Anda mungkin juga menyukai