Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri oleokimia di Indonesia merupakan industri yang memiliki


persediaan bahan baku yang sangat melimpah karena Indonesia
merupakan prodesen penghasil CPO dan CPKO terbesar di dunia. Hal ini
memberikan dampak positif yang sangat berarti bagi perekonomian
Indonesia. Untuk itu sudah selayaknya perlu diupayakan kajian teknologi
yang tepat, cepat, dan dengan tingkat konversi yang tinggi. Alternatif yang
tepat dikembangkan untuk menyiasati masalah di atas salah satunya adalah
dengan pengolahan kelapa sawit lebih lanjut menjadi produk-produk
oleokimia. Jumlah pertumbuhan ekonomi investor di sektor oleokimia
diperkirakan akan terus meningkat, salah satu faktor pendorongnya adalah
tingginya kebutuhan akan fatty acid dan glycerine dalam dunia industri,
misalnya dalam industri pembuatan sabun, kertas, kosmetik, pelumas,
plastik, obat-obatan, dan lain sebagainya.

Penggunaan oleokimia yang berbasis CPO da CPKO akan


meningkat sebagai substitusi dari petrokimia dari minyak fosil, karena
bersifat ramah linkungan dan dapat diperbaharui. Kondisi sekarang ini,
produksi oleokimia dari minak mampu menggantikan oleokimia yang
berasal dari lemak sapi (tallow) di Uni Eropa. Posisi Indonesia yang
menjadi lumbung CPO dan CPKO menjadikan Indonesia sangatlah
strategis untuk dijadikan pusat industri oleokimia nasional.

Hidrolisa merupakan reaksi antara trigliserida dengan air yang


akan menghasilkan fatty acid dan crude glycerine. Di PT. Sarana
Industama Perkasa sendiri fatty acid yang di hasilkan disebut Splitted
Palm Kernel Oil Fatty Acid (SPKOFA). Splitted Palm Kernel Oil Fatty
Acid (SPKOFA) akan keluar dari bagian atas kolom splitting dan sweet
2

water (cruide glycerine) akan keluar pada bagian bawah kolom splitting.
Hal tersebut disebabkan oleh massa jenis sweet waternlebih tinggi
dibandingkan massa jenis Splitted Palm Kernel Oil Fatty Acid (SPKOFA).

Dalam proses pengoperasian splitting, masalah – masalah yang


sering dijumpai adalah terjadinya bubling, turunnya tekanan aliran CPKO,
berkurangnya tingkat keberhasilan hidrolisa, level interface yang tidak
sesuai dan lain - lain.

Timbulnya bubling pada kolom splitting disebabkan oleh panas


yang diterima splitting terlalu besar.

Turunnya tekanan aliran CPKO disebabkan oleh penyumbatan


yang terjadi di strainer uraca pump akibat aliran CPKO yang masuk ke
kolom splitting.

Berkurangnya tingkat keberhasilan hidrolisa disebabkan oleh steam


yang masuk ke dalam kolom splitting terlalu rendah.

Level interface tidak sesuai terjadi disebabkan oleh perbandingan


bahan baku yang masuk antara air dan minyak tidak sesuai dan
mengakibatkan proses hidrolisa tidak berjalan dengan baik.

Panas yang digunakan pada kolom ini diperoleh dengan


mengalirkan steam kedalamnya, dimana jumlah steam dapat dinaikkan dan
diturunkan sesuai kondisi jalannya operasi yang sedang berlangsung.
Apabila jumlah steam yang digunakan berlebih, maka panas di dalam
kolom akan semakin tinggi sehingga dapat menyebabkan bubling. Namun
apabila steam yang masuk terlalu sedikit maka reaksi tidak akan berjalan
dengan baik dimana tingkat keberhasilan hirolisanya akan semakin kecil.
Oleh karena itu panas yang ada di dalam kolom splitting harus sesuai, agar
proses dapat berjalan dengan baik.
3

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas dan


mengambil judul karya akhir :

“BANYAKNYA KALOR YANG DIBUTUHKAN SPLITTING


PADA PROSES PEMISAHAN FATTY ACID DAN GLYCERINE DI
PT. SARANA INDUSTAMA PERKASA”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Berapakah jumlah kalor yang dibutuhkan splitting untuk mereaksikan


CPKO menjadi fatty acid dan glycerine ?
2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya reaksi pada
Splitting ?
1.3. Tujuan dan Manfaat
1.3.1. Tujuan
1. Untuk memahami peranan dan fungsi panas pada proses pemisahan
CPKO menjadi fatty acid dan glyceryne.
2. Untuk memahami bagaimana proses pemisahan CPKO menjadi fatty
acid dan glyceryne.
1.3.2. Manfaat

1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana


proses pengolahan CPKO menjadi fatty acid dan glycerine.

2. Dapat menganalisa seberapa pentingnya peranan kalor (panas) dalam


proses pemisahan CPKO menjadi fatty acid dan glycerine.
4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Oleokimia

Oleokimia merupakan bahan kimia yang berasal dari minyak/lemak


alami, baik tumbuhan maupun hewani. Oleokimia merupakan salah satu
bidang keahlian yang mempunyai prospek yang baik dan penting dalam
teknik kimia. Pada saat ini dan pada waktu yang akan datang, produk
oleokimia diperkirakan akan semakin banyak berperan menggantikan produk-
produk turunan minyak bumi (petrokimia). Pada saat ini, permintaan akan
produk olcokimia semakin meningkat. Hal ini dapat dimaklumi karena
produk oleokimia mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan produk
petrokimia seperti harga, sumber yang dapat diperbaharui, dan produk yang
ramah lingkungan. Pada saat ini industri oleokimia masih berbasis kepada
minyak/trigliserida sebagai bahan bakunya. Hal ini terjadi karena secara
umum, para pengusaha masih ragu untuk terjun secara langsung ke industri
oleokimia. Masih sangat jarang dijumpai sebuah industri yang mengolah
bahan baku langsung menjadi bahan kimia tanpa melalui trigliserida. Padahal
secara ekonomi dan teknik, banyak produk dari bahan alami yang bisa diolah
langsung dari bahan nabati tanpa melalui trigliserida. Contohnya adalah
pengolahan secara langsung buah kelapa sawit menjadi asam lemak. Selama
ini asam lemak dari kelapa sawit selalu diolah dari minyak/trigliserida.
Padahal dari segi teknik dan ekonomi akan lebih efisien untuk mengolah
secara langsung buah sawit menjadi asam lemak melalui pengaktifan enzim
lipase yang terkandung pada buah sawit.

Oleokimia merupakan produk kimia yang berasal dari minyak atau lemak,
baik nabati maupun hewani. Pembuatannya dilakukan dengan cara memutus
struktur tn'gliserida dan' minyak atau lemak menjadi asam lemak (fatty acid)
dan crude glycerine. Selama ini kebutuhan Oleokimia umumnya dipenuhi oleh
5

bahan-bahan yang berasal dari minyak kedelai dan minyak bunga matahari
sedangkan poroduksi minyak kelapa sawit sebagian besar dikonsumsi sebagai
bahan pangan, dan hanya 10 % digunakan sebagai bahan baku oleokimia.
Oleokimia dibagi menjadi dua yaitu oleokimia dasar dan turunannya
(produk hilirnya). Oleokimia dasar terdiri atas fatty acid, fatty methylester,
I&my alcohol, dan gliserol. Selanjutnya produk-produk turunannya antara lain
adalah sabun batangan, detergen, sampo. pelembab, kosmetik, bahan
tambahan untuk industri plastik, karet, dan pelumas.
Industri lndustri oleokimia dapat mengkonversi minyak sawit menjadi
produk oleokimia. Dari minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti sawit
(CPKO) dapat dihasilkan berbagai jenis produk baik untuk kategori pangan
ataupun non pangan.

2.1.2. Minyak dan Lemak

Minyak merupakan bahan cair dalam suhu kamar yang disebabkan


Rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam
lemak tak jenuh, yang memiliki ikatan rangkap satu atau lebih ikatan rangkap
diantara atom – atom karbonnya, sehingga memiliki titik lebur yang rendah.

Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan


lipid istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut/bercampur
dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik non-polae, misalnya
dietil eter ( ), kloroform (CHC ), benzene, dan hidrokarbon
lainnya yang polaritasnya sama. Minyak bersifat terasa licin apabila
dipegang. Minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang
berarti “triester dari gliserol”. Jadi minyak juga merupakan senyawaan ester.
Hasil hidrolisis minyak adalah asam karboksilat ini juga disebut asam lemak
yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.
6

Dilihat dari asalnya terdapat dua golongan besar minyak: minyak yang
dihasilkan tumbuh – tumbuhan (minyak nabati) dan hewan (minyak hewani),
dan minyak yang diperoleh dari kegiatan penambangan (minyak bumi).

Penyusun minyak bermacam – macam , tetapi yang banyak


dimanfaatkan orang hanya yang tersusun dari dua golongan saja :

1. Gliserida atau asam lemak, yang mencakup minyak makanan (minyak


masak atau minyak sayur serta minyak ikan), bahan baku industri sabun,
bahan campuran minyak pelumas, dan bahan baku biodiesel. Golongan
ini biasanya berwujud padat atau cair pada suhu ruang tetapi tidak mudah
menguap.
2. Terpenoid dan terpenoid, yang dikenal sebagai minyak astiri, atau
minyak esteris, atau minyak esensial (bukan asam lemak esensial) dan
merupakan bahan dasar wangi – wangian (parfum) dan minyak gosok.
Golongan ini praktis semuanya berasal dari tumbuhan, dan dianggap
memiliki khasiat penyembuhan (aromaterapi). kelompok minyak ini
memiliki aroma yang kuat karena sifatnya yang mudah menguap pada
suhu ruang (sehingga disebut juga minyak “aromatik”).

Beberapa minyak lainnya yang banyak digunakan :

1. Minyak ikan, kaya DHA, baik untuk kerja otak


2. Margarin, bentuk padat karena perubahan cis menjadi trans
3. Biodiesel, bahan bakar ramah lingkungan.

Lemak merupakan bahan padat dalam suhu kamar. Lemak


mengandang asam lemak jenuh yang tinggi, tidak memiliki ikatan rangkap
sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi. Contoh asam lemak
jenuh yang banyak terdapat di alam adalah asam palmitat dan asam stearat

Lemak adalah komponen paling penting dari bagian komponen


organik yang dikenal sebagai lipida. Lipida tidak hanya mengandung
lemak tetapi mengandung lilin dan beberapa bahan lain yang bermacam –
7

macam. Lilin adalah lapisan pelindung alami yang merupakan ester dari
asam lemak berantai panjang dan alkohol berantai panjang. Lilin adalah
padatan bertitik leleh rendah yang ditemui pada tumbuhan dan hewan

Lemak (Lipid) adalah organik hidrofobik yang bersifat sukar larut


dalam air. Namun lemak dapat larut dalam pelarut organik seperti
kloroform, eter, dan benzen. Lemak juga merupakan golongan senyawa
organik yang sangat heterogen, yang menyusun jaringan tumbuhan dan
hewan. Trigliserida yang kaya akan asam lemak jenuh, seperti asam
stearat dan palmitat biasanya adalah lemak.

Dalam jaringan hewan lemak terdapat diseluruh bagian tubuh,


tetapi jumlah terbanyak terdapat pada sumsum tulang. Lemak tersebut jika
dihidrolisa menghasilakn tiga molekul asam lemak rantai panjang dan satu
molekul gliserol.

Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, dan hal ini tergantung
dari komposisi asam lemak yang menyusunnya. Sebagian besar minyak
nabati berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak
jenuh, yaitu asam oleat, linoleat, atau asam linolenat dengan titik cair
rendah. Lemak hewani pada umumnya berbentuk pada suhu kamar karena
banyak mengandung asam lemak jenuh, misalnya asam palmitat, dan
stearat yang mempunyai titik cair lebih tinggi.

Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum


trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk wujud. Perbedaan ini
didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar lemak
berwujud cair. Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada strukturnya,
biasanya meningkat dengan bertambahnya jumlah karbon. Banyaknya
ikatan ganda dua karbon juga berpengruh. Trigliserida yang kaya akan
asam lemak tak jenuh seperti asam stearat dan palmitat biasanya adalah
lemak. Semua jenis lemak tersusun dari asam – asam lemak yang terikat
oleh gliserol. Sifat dari lemak tergantung dari jenis asam emak yang terikat
8

dengan senyawa gliserol. Asam lemak dengan rantai molekul yang lebih
panjang lebih rentan terhadap gaya tarik menarik antar termolekul
sehingga titik leburnya juga akan naik.

Lemak hewani dan minyak nabati merupakan campuran beberapa


trigliserida. Minyak adalah substansi dari tumbuhan dan hewan yang
terdiri dari trigliserida yang tidak dapat larut dalam air. Trigliserida dapat
berwujud padat maupun cair, hal ini tergantung dari komposisi asam
lemak yang menyusunnya. Dalam pemakaian secara umum, trigliserida
yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu mangan disebut dengan
“lemak” sedangkan yang berbentuk cair pada kondisi yang sama dikenal
dengan “minyak”. Minyak dan lemak terdiri dari:

a. Lebih dari 90% merupakan trigliserida.


b. Kurang dari 10% Fosfatida, getah (gums), enzim, protein, air, karbohidrat,
hidrokarbon, betakaroten (vitamin A), tokoferol (vitamin E), sterol, mineral
dan lain-lain.

Reaksi Minyak dan Lemak

1. Reaksi Hidrolisa

Dengan menggunakan tekanan dan tempratur tinggi, atau


dengan adanya enzim lipase, lemak atau lemak minyak dapat
mengalami hidrolisis.

Trigliserida Air Asam Lemak Gliserol

Gambar 2.1 Reaksi Hidrolisa


9

2. Hidrogenesi Minyak
Ikatan rangkap pada minyak dapat dijenuhkan dengan cara hidrogenasi
sehingga menjadi lemak padat.

Trigliserida Olein Hidrogen Lemak padat/Maegarin


Gambar 2.2 Reaksi Hidrogenesi Minyak

3. Reaksi Penyabunan
Reaksi antara gliserida dengan basa yang menghasilkan sabun
dikenal dengan reaksi penyabunan (saponifikasi).

Natrium Palmitat Glisrol

Trigliserida palmitin

Gambar 2.3 Reaksi Penyabuan

Sabun yang mengandung logan Na (dari lemak + NaOH)


disebut sabun keras (sabun cuci), sedang yang mengandung logam K
disebut sabun lunak (sabun mandi).
10

Untuk menyatakan banyaknya asam yang terkandung dalam


lemak digunakan reaksi penyabunan dengan KOH, yang dinyatakan
dengan angka, yaitu angka yang menunjukkan berapa mg KOH yang
digunkan untuk menyabunkan 1 gram lemak.

CPO dan CPKO mengandung trigliserida dengan komposisi asam


lemak yang berbeda. Komposisi trigliserida pada CPO dan CPKO dapat
dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Komposisi Trigliserida pada CPO dan CPKO

Minyak Kelapa Minyak Inti


Asam lemak Rumus Molekul Sawit (%) Sawit (%)
CPO PKO

Asam Kaprilat - 3-4

Asam Kaproat - 3-7

Asam Laurat - 46-52

Asam Misristat 1,1-2,5 14-17

Asam Palmitat 40-46 6,5-9

Asam Stearat 3.6-4,7 1-2,5

Asam Oleat 39-45 13-19

Asam Linoleat 7-11 0,5-2

(Sumber : Bailey, 1989)

2.1.3. Palm Kernel Oil (PKO)

Kernel merupakan inti buah tanaman kelapa sawit yang telah


dipisahkan dari daging buah dan cangkangnya serta selanjutnya dikeringkan.
Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sawit sekitar 50 % dan
11

kadar FFA-nya sekitar 5 %. Proses pemecahan/eksfraksi inti sawit akan


menghasilkan palm kernel meal (bungkil) dan palm kernel oil (minyak inti
sawit). Melalui cara yang hampir sama dengan pemecahan kedelai,
menghasilkan meal dan minyak. Palm kernel oil pengolahannya sedikit rumit,
tergantung penggunaannya. PKO berupa minyak putih kekuning-kuningan
yang diperoleh dari proscs ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit.

Adapun sifat – sifat fisika PKO (Palm Kernel Oil), adalah:

Titik didih : 251°C Bilangan lod : 14-20

Titik nyala : 242°C Bilangan penyabunan : 244-254

Titik leleh : 25°C Indek Bias : 1,495

Density : 0,925 gr/cm³ Asam Lemak Bebas : 5%

Bahan baku palm kernel oil (PKO) tersedia di Indonesia, dengan


kapasitas yang memadai dan kandungan asam laurat, asam miristat dan
asam oleat sangat tinggi. Berikut ini adalah data kapasitas produksi PKO
yang tersedia di Indonesia:

Tabel 2.1 Data Produksi CPKO di Indonesia

Produksi CPKO Indonesia


No Tahun
(Ton/Tahun)
1 2006 2.573.565

2 2007 2.994.798

3 2008 3.448.700

4 2009 4.017.447

5 2010 4.150.257

Palm kernel oil (PKO) berasal dari buah kelapa sawit yang
merupakan inti buah sawit. Palm Kernel Oil (PKO) memiliki warna yang
12

lebih jerbih sehingga proses pemurnian sebelum hidrolisa pun tidak perlu
dilakukan.

Crude Palm Kernel Oil (CPKO) adalah salah satu jenis trgliserida
yang banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan gliserin dan asam
lemak, disamping Crude Palm Oil (CPO), dan Crude Coconut Oil (CNO).
Masing – masing trigliserida tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda
dapat dipilih sebagai bahan baku sesuai dengan produk asam lemak yang
ingin dihasilkan dari proses hidrolisa.

2.1.4. Proses Hidrolisa (Fat Spitting)

Hidrolisa adalah penguraian lemak atau trigliserida oleh molekul air


menjadi asam lemak (fatty acid) dan crude glycerine.

Gambar 2.4 Reaksi Proses Hidrolisa

Reaksi hidrolisa minyak dapat dilakukan tekanan rendah dan suhu


rendah, akan tetapi reaksinya berlangsung lambat, sehingga diperlukan
katalisator. Katalisator tidak fiperlukan jika hidrolisis diperlukan pada
tekanan dan suhu tinggi, hal ini disebabkan kelarutan air dalam minyak makin
meningkat pada suhu yang tinggi sehingga mampu memecah trigliserida
dalam minyak.
13

Tingkat hidrolisa yang cenderung tinggi menyatakan jumlah asam


lemak yang terbentuk juga semakin banyak, demikian juga sebaliknya
minyak dan lemak yang tersisa juga cenderung semakin rendah. Tingkat
hidrolisa yang tinggi, adalah suatu keberhasilan, sebaliknya tingkat hidrolisa
yang rendah merupakan suatu kegagalan atau masalah proses produksi
oleokimia. Target tingkat hidrolisa yang umum, adalah 98% minimum.
Penurunan tingkat hidrolisa selalu disertai dengan kenaikan level kadar air
pada asam lemak yang akan dihasilkan, karena air yang disupplai tidak
terpakai dan terpisahkan dengan baik pada reaktor hidrolisa (splitting
column).

Proses Hidrolisa di PT. SARANA INDUSTAMA PERKASA dapat


digambarkan sebagai berikut:

Splitting Flashing
Tower gg

Proces Steam Fat Sweet Water Fatty Acid


water

Gambar 2.5 Proses Hidrolisa Minyak pada unit Splitting Plant


14

a. Prinsip Proses Pemisahan Minyak di PT. SARANA INDUSTAMA


PERKASA
Senyawa trigliserida yang terdapat dalam minyak atau lemak
dihidrolisa dengan air menghasilkan asam lemak dan gliserin pada
temperatur 255-260°C dan tekanan 50-60 Bar dalam kolom pemisah
(Splitting Column). Sebelum proses pemisahan. minyak terlebih dahulu
dilewatkan pada duplex filter yang berfungsi untuk menyaring minyak
dari impurities yang mungkin masih terkandung di dalam CPKO.
Kemudian dipompakan ke Heal Exchanger yang berfungsi sebagai heat
economizer untuk dinaikkan temperaturnya dengan memanfaatkan
SPKOFA sebagai fluida panas dan CPKO sebagai Huida dingin (kondisi
normal). Kemudian dipompakan ke Prehealer untuk dinaikkan
temperaturnya dengan menggunakan uap panas bertekanan rendah.
Kemudian dipisahkan dari material yang mudah menguap seperti gas 02
dan air dengan proses pemanasan dan pemvakuman di crude oil deaerator
yang luj uannya untuk mencegah kerusakan peralatan akibat gelembung
gas yang pecah (bubble hummering) dan terganggunya reaksi karena gas
menghambat perpindahan panas.
Asam lemak (Fatty Acid) dan sweet water dari splitting column
didinginkan dan diturunkan tekanannya pada flash vessel. Asam lemak
dikurangi kadar airnya lewat proses pemvakuman di fatty acid dehydrator
yang bertujuan untuk mencegah reesterijikasi (pembentukan kembali
ester) selama proses penyimpanan di Tank Farm. Sweet water dengan
konsentrasi 15±2% dari splitting column dipekatkan sampai konsentrasi
minimal 83% di Preconcentrator Plant, dimana digunakan preconcentrator
4 stage. Kapasitas pengolahan umpan minyak mentah adalah 240
Ton/hari.
a. Proses Pembuatan Asam Lemak
1) Proses Twitchell
Proses twitchell adalah proses yang muIa-mula
dikembangkan pada pemisahan asam lemak. Proses ini
15

menggunakan cara yang relatif sederhana, disebabkan murah dan


kemudahan dari instalasi dan operasinya. Tetapi secara umum
proses ini membutuhkan konsumsi energi yang besar serta kualitas
produk yang relatif rendah. Proses pemisahan menggunakan
reagent Mitchell dan H2804 sebagai katalis. Reagenmya adalah
campuran oleic atau asam lemak lainnya dengan naphtha
tersulfonasi.

Operasi terjadi dalam suatu wooden Iead-lined, atau tong


tahan kondisi asam. Kandungan lemak yang tercampur dengan
airjumlahnya lebih kurang setengah dari jumlah lemak. H2804
dengan jumlah l - 2% dan reagent twitchell 0,75 - l,25%,
dipanaskan pada tekanan atmosfer selama 36 48 jam, dengan
menggunakan steam terbuka. Proses biasanya diulangi 2 sampai 4
kali, pada tiap tahap menghasilkan gliserol dan air. Pada tahap
akhir air ditambahkan dan campuran dipanaskan kembali hingga
mendidih guna mencuci asam yang tertinggal. Pada periode reaksi
yang panjang, sleam yang dibutuhkan makin tinggi dan pemakaian
proses ini relatif kurang menguntungkan.

2) Proses Batch Autoklaf


Proses ini merupakan metode komersial yang
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pemisahan produk
akhir. Asam lemak yang disediakan harus dalam jumlah yang
banyak untuk menghasilkan zat Iig-clored. Proses ini lebih cepat
dibandingkan dengan proses Mitchell, butuh waktu selama 6-10
jam sampai selesai. Pemisahan menggunakan katalis zink,
magnesium, atau kalsium oksida. Dari semua katalis yang
digunakan, katalis zink adalah yang paling aktif. Sekitar 2-4%
katalis digunakan dan sejumlah serbuk zink ditambahkan untuk
meningkatkan warna dari asam lemak.
16

Dalam operasi, autoklaf diisi dengan lemak dan air yang


jumlahnya (sekitar setengah dari lemak) dan katalis. Uap panas
dihembuskan guna menggantikan udara terlarut dan autoklaf
ditutup. Uap panas yang digunakan untuk menaikkan tekanan
diinjeksikan secara kontiniu, sementara scbagian kecil kisi-kisi
menjaga agitasi dan tekanan operasi. Konversi dapat dicapai lebih
dari 95% setelah 6-10 jam. Isi dari autoklaf dipindahkan ke tangki,
dimana terbentuk asam lemak dibagian atas dan gliserol pada
bagian bawah. Asam lemak yang terbentuk ditambahkan asam
mineral untuk memisahkan kandungan sabun dan selanjutnya
dilakukan pencucian kembali guna menghabiskan sisa asam
mineral.

3) Proses Kontiniu
Proses kontiniu counter current dilakukan dengan
menggunakan suhu dan tekanan yang tinggi. Proses pemisahan
asam lemak lebih dikenal dengan proses colgate-emery, merupakan
metode penting dan efisien dalam hidrolisis lemak. Suhu dan
tekanan tinggi dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi.
Aliran counter current dari minyak dan air guna menghasilkan
suatu derajat pemanasan yang maksimal, tanpa memerlukan
katalis.
Menara pemisah (splitting column) merupakan alat utama.
Kebanyakan dari menara pemisah mempunyai konfigurasi sama
dan dioperasikan dengan cara sama, tergantung dari kapasitas
menara. Menara pemisah dapat berdiameter 0,5 - l,2 m dengan
tinggi 18 - 25 m, yang terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja
stainless 316 atau aloyinconel yang dirancang beroperasi pada
tekanan yang tinggi.

Air dimasukkan pada bagian atas kolom dengan


perbandingan 0 - 50% dari berat lemak. temperatur pemisah yang
17

tinggi (255°C - 260°C) cukup menjamin penghancuran fase air


pada lemak.

Volume kosong menara digunakan sebagai tempat reaksi.


Lemak mentah lewat sebagai fase yang bersentuhan dengan air dari
atas menara, sementara cairan lebih berat mengalir turun ke bagian
bawah menara. Derajat pemisahan dapat dicapai hingga 99 %.

Pada proses pemecahan lemak dan minyak menggunakan


tekanan tinggi lebih efisien dibandingkan proses lain dengan waktu
reaksi 2-3 jam. Sebagai hasil dari pertukaran panas yang efisien
proses ini diusahakan memakai panas yang tinggi.

4) Proses Enzimatik
Lemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan enzim yang
alami. Pemisahan lemak dan minyak dengan enzim lipase dari
candida rubosa, aspergilus niger, dan rhizopus arhizus telah
dipelajari dengan temperatur 26 - 46 °C untuk waktu 48 - 72 jam
dan pemisahan dapat dilakukan sekitar 98%.

2.1.5. Panas (Kalor)

Panas adalah salah satu bentuk energi. Jika suatau zat menerima atau
melepaskan kalor, maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Yang
pertama adalah terjadinya perubahan tempratur dari zat tersebut, kalor yang
seperti ini disebut dengan kalor sensibel (sensible heat). Dan yang kedua
adalah terjadi perubahan fase zat, kalor jenis ini disebut dengan kalor laten
(latent heat).

1. Kalor Sensibel (Sensible Heat)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, apabila zat menerima kalor


sensibel maka akan mengalami peningkatan tempratur, namun jika zat
18

tersebut melepaskan kalor sensibel maka akan mengalami penurunan


tempratur. Persamaan kalor sensibel adalah sebagai berikut:

Q = m . c . ∆T .............................................................................(2.1)

Dimana : Q = Energi kalor yang dilepas atau diterima suatu zat (J)

m = massa zat yang mengalami perubahan (kg)

C = Kalor jenis zat (J/kg.K)

∆T = Perubahan tempratur yang terjadi (K)

2. Kalor Laten (Laten Heat)

Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor, pada awalnya


akan terjadi perubahan tempratur, namun demikian hal tersebut suatu
saat akan mencapai keadaan jenuhnya dan menyebabkan perubahan
fase. Kalor yang demikian itu disebut sebagai kalor laten. Pada suatu
zat terdapat dua macam kalor laten, yaitu kalor laten peleburan atau
pembekuan dan kalor laten penguapan atau pengembunan. Kalor laten
suatu zat biasanya lebih besar dari kalor sensibelnya, hal ini karena
diperlukan energi yang besar untuk merubah fase suatu zat.

2.1.6. Perpindahan Panas

Perpindahan panas merupakan ilmu untuk meramalkan perpindahan


energi dalam bentuk panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di
antara benda atau material. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu
ada kecepatan perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan
laju perpindahan panas. Maka ilmu perpindahan panas juga merupakan ilmu
untuk meramalkan laju perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi
tertentu. Perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai suatu proses
berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat
19

adanya perbedaan temperatur pada daerah tersebut. Ada tiga bentuk


mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi.

1. Perpindahan Kalor secara Konduksi

Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan


kalor dimana kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke
daerah yang bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau
gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan
secara langsung sehingga terjadi pertukaran energi dan momentum. Laju
perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi adalah
berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan berikut.

Persamaan Dasar Konduksi :

Q=k.A.t .................................................................................(2.2)

Keterangan :

Q = Laju Perpindahan Panas (kj / det,W)

k = Konduktifitas Termal (W/m.°C)

A = Luas Penampang (m²)

L = Panjang (m)

ΔT = Perubahan Suhu ( °C, °F)

dT/dx = gradient temperatur kearah perpindahan kalor.konstanta


positif ”k” disebut konduktifitas atau kehantaran termal benda itu,
sedangkan tanda minus disisipkan agar memenuhi hokum kedua
termodinamika, yaitu bahwa kalor mengalir ketempat yang lebih rendah
dalam skala temperatur.
20

Konduktivitas Termal

Tetapan kesebandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau material


yang disebut konduktivitas termal. Persamaan (2.1) merupakan persamaan
dasar tentang konduktivitas termal. Berdasarkan rumusan itu maka
dapatlah dilaksanakan pengukuran dalam percobaan untuk menentukan
konduktifitas termal berbagai bahan. Pada umumnya konduktivitas termal
itu sangat tergantung pada suhu.

Tabel 2.2 Konduktivitas Termal Berbagai Bahan pada 0°C

Konduktivitas termal
K
Bahan w/m°C Btu/h.ft. °F

Logam

perak ( murni ) 410 237


tembaga ( murni ) 385 223
aluminium ( murni ) 202 117
nikel ( murni ) 93 54
besi ( murni ) 73 42
Baja karbon, 1% C 43 25
Timbal (murni) 35 20,3
baja karbon-nikel 16,3 9,4
( 18% cr, 8% ni )
15,1 10
Aloyinconel
21

bukan logam

kuarsa ( sejajar sumbu ) 41, 24

magnesit 4,15 2,4

marmar 2,08-2,94 1,2-1, 6 7

batu pasir 1,83 1,06

Kaca, jendela 0,78 0,45

Kayu maple atau ek 0,17 0,096

0,059 0,034
Serbuk gergaji
0,038 0,022
Wol kaca
Zat cair

Air-raksa 8,21 4,74

Air 0,556 0,327

Amonia 0,540 0,312

Minyak lumas, SAE 50 0,147 0,085

Freon 12, 22FCCI 0,073 0,042

Gas

Hidrogen 0,175 0,101

Helium 0,141 0,081

Udara 0,024 0,0139

Uap air ( jenuh ) 0,0206 0,0119

Karbon dioksida 0,0146 0,00844


22

1. Perpindahan Kalor secara Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya


gerakan/aliran/ pencampuran dari bagian panas ke bagian yang dingin.
Contohnya adalah kehilangan panas dari radiator mobil, pendinginan
dari secangkir kopi dll. Menurut cara menggerakkan alirannya,
perpindahan panas konveksi diklasifikasikan menjadi dua, yakni
konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa (forced
convection). Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan
kerapatan karena perbedaan suhu, maka perpindahan.

panasnya disebut sebagai konveksi bebas (free / natural


convection). Bila gerakan fluida disebabkan oleh gaya pemaksa /
eksitasi dari luar, misalkan dengan pompa atau kipas yang
menggerakkan fluida sehingga fluida mengalir di atas permukaan,
maka perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi paksa (forced
convection).

Gambar 2.6. Perpindahan panas konveksi

Proses pemanasan atau pendinginan fluida yang mengalir didalam


saluran tertutup seperti pada gambar 2.6 merupakan contoh proses
perpindahan panas. Laju perpindahan panas pada beda suhu tertentu
dapat dihitung dengan persamaan
23

q = - hA ( - ).....................................................................(2.3)

Keterangan :


- Q = Laju Perpindahan Panas ( kj/det atau W )
- h = Koefisien perpindahan Panas Konveksi ( W / m2. °C )
- A = Luas Bidang Permukaan Perpindahaan Panas ( ft2 , m2 )
- Tw = Temperature Dinding (°C, K )
- T = Temperature Sekeliling (°C , K )

Tanda minus ( - ) digunakan untuk memenuhi hukum II


thermodinamika, sedangkan panas yang dipindahkan selalu
mempunyai tanda positif ( + ). Persamaan (2.3) mendefinisikan
tahanan panas terhadap konveksi. Koefisien pindah panas
permukaan h, bukanlah suatu sifat zat, akan tetapi menyatakan
besarnya laju pindah panas didaerah dekat pada permukaan itu.

Gambar 2.7 Perpindahan Panas Konveksi


Perpindahan konveksi paksa dalam kenyataanya sering
dijumpai, kaarena dapat meningkatkan efisiensi pemanasan
maupun pendinginan satu fluida dengan fluida yang lain.
24

2. Perpindahan Panas Radiasi


Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas
mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
rendah bila benda-benda itu terpisah di dalam ruang, bahkan jika
terdapat ruang hampa di antara benda - benda tersebut.

Gambar 2.8 Perpindahan Panas Radiasi

Energi radiasi dikeluarkan oleh benda karena temperatur, yang


dipindahkan melalui ruang antara, dalam bentuk gelombang
elektromagnetik Bila energi radiasi menimpa suatu bahan, maka
sebagian radiasi dipantulkan , sebagian diserap dan sebagian
diteruskan seperti gambar 2.3. Sedangkan besarnya energi :

= σA ...............................................................(2.4)

dimana :
= Laju perpindahan panas ( W)
σ = konstanta boltzman (5,669. W/ )
A = Luas permukaan benda ( )
T = Suhu absolut benda (°C)
25

2.1.7. Alat Penukar Kalor ( Heat Exchanger)

Alat penukar panas (heat exchanger) adalah suatu alat yang


digunakan untuk memindahkan panas antara dua buah fluida atau lebih yang
memiliki perbedaan temperature yaitu fluida yang bertemperatur tinggi
kefluida yang bertemperatur rendah. Perpindahan panas teesebut baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Pada kebanyakan sistem kedua
fluida ini tidak mengalami kontak langsung. Kontak langsung alat penukar
kalor terjadi sebagai contoh pada gas kalor yang terfluidisasi dalam cairan
dingin untuk meningkatkan temperatur cairan atau mendinginkan gas. Alat
penukar panas banyak digunakan pada berbagai instalasi industri, antara lain
pada : boiler, kondensor, cooler, cooling tower. Sedangkan pada kendaraan
kita dapat menjumpai radiator yang fungsinya pada dasarnya adalah sebagai
alat penukar panas.

Tujuan perpindahan panas tersebut di dalam proses industri


diantaranya adalah :

a. Memanaskan atau mendinginkan fluida hingga mencapai temperature


tertentu yang dapat memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya,
seperti pemanasan reaktan atau pendinginan produk dan lain-lain.

b. Mengubah keadaan (fase) fluida : destilasi, evaporasi, kondensassi dan


lain-lain. Proses perpindahan panas tersebut dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung. Maksudnya adalah :
1. Pada alat penukar kalor yang langsung, fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya
pemisah) dalam suatu bejana atau ruangan tertentu. Contohnya
adalah clinker cooler dimana antara clinker yang panas dengan
udara pendingin berkontak langsung. Contoh yang lain adalah
cooling tower untuk mendinginkan air pendingin kondenser pada
instalasi mesin pendingin sentral atau PLTU, dimana antara air
26

hangat yang didinginkan oleh udara sekitar saling berkontak seperti


layaknya air mancur.
2. Pada alat penukar kalor yang tidak langsung, fluida panas tidak
berhubungan langsung dengan fluida dingin. Jadi proses
perpindahan panas itu mempunyai media perantara, seperti pipa,
pelat atau peralatan jenis lainnnya. Untuk meningkatkan efektivitas
pertukaran energi, biasanya bahan permukaan pemisah dipilih dari
bahan-bahan yang memiliki konduktivitas termal yang tinggi
seperti tembaga dan aluminium. Contoh dari penukar kalor seperti
ini sering kita jumpai antara lain radiator mobil, evaporator AC.

Pertukaran panas secara tidak langsung terdapat dalam beberapa


tipe dari penukar kalor diantaranya tipe plat, shell and tube, spiral dll.
Pada kebanyakan kasus penukar kalor tipe plat mempunyai efektivitas
perpindahan panas yang lebih bagus.

2.1.8. Tekanan (Pressure)

Kondisi operasi khususnya tekanan pada proses hidrolisa sangat


penting karena dengan menggunakan tekanan dan temperatur yang tinggi
minyak dapat bereaksi dengan air, sehingga terjadilah reaksi hidrolisa yang
menghasilkan produk fatty acid pada bagian atas kolom splitting dan crude
glycerine pada bagian bawah kolom splitting.

Tekanan tinggi yang dihasilkan berasal dari Boiler (ketel uap) yang
digunakan untuk menghasilkan uap panas. Boiler yang digunakan adalah
boiler jenis package boiler yang terdiri dari boiler bertekanan tinggi (High
Pressure Boiler). Boiler bertekanan tinggi berfungsi untuk menyuplai uap
panas bertekanan tinggi (High Pressure Steam), dengan kapasitas produksi
uap panas sebesar 2 Ton/jam dengan tekanan maksimal 67 Bar, uap panas
inilah yang didistribusikan pada unit splitting plant untuk uap
27

panas.bertekanan medium dengan kapasitas 12 Ton/jam dengan tekanan 10


– 12 Bar.

2.1.9. Boiler

Boiler/ketel uap merupakan bejana tertutup dimana panas


pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam
berupa energi kerja. Air adalah media yang berguna dan murah untuk
mengalirkan panas ke suatu proses. Air panas atau steampada tekanan dan
suhu tertentu mempunyai nilai energi yang kemudian digunakan untuk
mengalirkan panas dalam bentuk energi kalor ke suatuproses. Jika air
didihkan sampai menjadi steam, maka volumenya akan meningkat sekitar
1600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesin yang
mudah meledak, sehingga sistem boiler merupakan peralatan yang harus
dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
Energi kalor yang dibangkitkan dalam sistem boiler memiliki
nilai tekanan, temperatur, dan laju aliran yang menentukan pemanfaatan
steamyang akan digunakan. Berdasarkan ketiga hal tersebut sistem boiler
mengenal keadaan tekanan-temperatur rendah (Tabel 2.2 Konduktivitas
Termal Berbagai Bahan pada 0°C), dan tekanan-temperatur tinggi (high
pressure/HP), dengan perbedaan itu pemanfaatan steam yang keluar dari
sistem boiler dimanfaatkan dalam suatu proses untuk memanasakan
cairan dan menjalankan suatu mesin (commercial and industrial
boilers), atau membangkitkan energi listrik dengan merubah energi
kalor menjadi energi mekanik kemudian memutar generator
sehingga menghasilkan energi listrik (power boilers). Namun, ada
juga yang menggabungkan kedua sistem boiler tersebut, yang
memanfaatkan tekanan-temperatur tinggi untuk membangkitkan energi
listrik, kemudian sisa steam dari turbin dengan keadaan tekanan-temperatur
rendah dapat dimanfaatkan ke dalam proses industri.
28

Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem
bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara
otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan
untuk keperluan perawatan dan perbaikan dari sistem air umpan,
penanganan air umpan diperlukan sebagai bentuk pemeliharaan untuk
mencegah terjadi kerusakan dari sistem steam. Sistem steam
mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam
dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan
sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan
alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua perlatan yang
digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas
yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar
tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.
Klasifikasi Boiler
Boiler/ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang
tertutup pada ujung pangkalnya dan dalam perkembangannya dilengkapi
dengan pipa api maupun pipa air. Banyak orang mengklasifikasikan
ketel uap tergantung kepada sudut pandang masing-masing.
1. Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa, maka ketel
diklasifikasikan sebagai:
a. Ketel pipa api
Pada ketel pipa api, fluida yang mengalir dalam pipa adalah
gas nyala (hasil pembakaran), yang membawa energi panas
(thermal energy), yang segera mentransfernya ke air ketel
melalui bidang pemanas (heating surface). Tujuan pipa-pipa api
ini adalah untuk memudahkan distribusi panas (kalor) kepada air
ketel.

Api/gas asap mengalir dalam pipa sedangkan air/uap


diluar pipa Drum berfungsi untuk tempat air dan uap,
disamping itu drum juga sebagai tempat bidang pemanas. Bidang
29

pemanas terletak di dalam drum, sehingga luas bidang pemanas


yang dapat dibuat terbatas.

Gambar 2.9 Fire Tube Boiler

b. Ketel pipa air


Pada ketel pipa air, fluida yang mengalir dalam pipa
adalah air, energi panas ditransfer dari luar pipa (yaitu ruang
dapur) ke air ketel.
30

Gambar 2.10 Water Tube Boiler


2.1.10. Asam Lemak (Fatty Acid)

Asam lemak (fatty acid) adalah asam organik yang terdapat sebagai
gugus trigliserida/lemak yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Asam
ini adalah karbosilat yang mempunyai rantai karbon jenuh ataupun tidak
jenuh yang terdiri atas 4 – 24 buah atom karbon. Bersama – sama dengan
gliserol, asam lemak merupakan penyusun utama minyak/lemak yang
merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup.

Berdasarkan jenis ikatannya, asam lemak dibedakan menjadi asam


lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki
ikatan tunggal di antara atom – atom karbon penyusunnya, sementara asam
lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-
atom karbon penyusunnya. Asam lemak tak jenuh umumnya berfase cair
pada suhu ruang (27°C) dan asam jenuh berfase padat pada suhu ruang
(27°C). Semakin panjang atom C penyusun asam lemak semakin mudah
membeku dan semakin sukar larut.
31

a. Asam Lemak Jenuh (Saturated Fatty Acid)

Asam lemak jenuh adalah asam lemak dimana semua atom


karbon pada gugus alkil sekurang-kurangnya berikatan 2 atom
hidrogen dan tidak mempunyai ikatan rangkap. Umumnya bersifat
padat, titik cairnya lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak tak
jenuh. Minyak dengan kandungan asam lemak jenuh ini sulit mengikat
gugus fungsi bila dilakukan reaksi substitusi terhadapnya karena
mempunya atom C ikatan tunggal. Minyak mempunyai titik cair yang
tinggi ditandai dengan memadatnya sebagian besar minyak ini pada
suhu kamar. Adapun contoh dari senyawa yang merupakan asam
lemak jenuh dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Asam Lemak Jenuh

Titik Cair
Nama Senyawa Struktur
(°C)

Asam Kaproat C (C COOH -1,5

Asma Kaprilat C (C COOH 1,6

Asam Kaprat C (C COOH 31,5

Asam Laurat C (C COOH 44

Asam Miristat C (C COOH 58

Asam Palmitat C (C COOH 64

Asam Stearat C (C COOH 69,4

b. Asam Lemak Tak Jenuh (Unsaturated Fatty Acid)

Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki


ikatan rangkap. Dalam hal ini, atom karbon belum mengikat atom
hidrogen secara maksimal karena adanya ikatan rangkap. Asam lemak
32

jenuh maupun asam lemak tak jenuh berbeda dalam energi yang
dikandungnya dan titik lelehnya. Karena asam lemak tak jenuh
mengandung ikatan karbon hidrogen yang lebih sedikit dibandingkan
dengan asam lemak jenuh pada jumlah atom, karbon yang sama, asam
lemak tak jenuh memiliki energi yang lebih sedikit selama proses
metabolisme daripada asam lemak jenuh pada keadaan dimana jumlah
atom karbon sama.

Asam lemak jenuh dspat tersusun dalam susunan yang rapat,


sehingga asam lemak jenuh dapat dibekukan dengan mudah dan
berwujud padatan pada tempratur ruangan. Tetapi ikatan rangkap yang
kaku dalam lemak tak jenuh mengubah sifat kimia dari lemak. Asam
lemak dengan C lebih dari 12 tidak dapat larut pada air panas maupun
air dingin. Asam lemak dari C4, C6 , C8, dan C10 dapat menguap
sedangkan asam lemak C12 dan C14 sedikit menguap.

Garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul


rendah dan tak jenuh lebih larut dalam alkohol daripada asam-asam
lemak yang mempunyai berat molekul tinggi dan jenuh. Adapun
contoh asam lemak tak jenuh dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Asam Lemak Tak Jenuh


Nama Senyawa Struktur Titik Cair
(°C)
Asam Oleat COOH 14

Asam Linoleat COOH 11

Asam Linolenat COOH 12

Asam Clupanodoat COOH -78

Penggunaan asam lemak dalam industri diantaranya adalah:


1) Industri karet, sebagai softening dan plastisizing agent
33

2) Industri lilin, mempermudah pelepasan lilin dari cetkan dan


meningkatkan kualitas lilin.
3) Industri kosmetik dan sabun, sebagai pewangi dan penghasil busa
sabun.
4) Sebagai bahan baku surfaktan anionic.
5) Sebagai emulsifier pada pembersih rumah tangga.
6) Menghasilkan ester asam lemak yang berfungsi sebagai bahan
campuran pada industri tekstil dan obat-obatan serta dapat
dipergunakan sebagai biodiesel.
7) Dalam bentuk fatty nitrogen dapat mengubah limbah
unbiodegradabel menjadi biodegradable.
8) Dapat digunakan sebagai pelumas.

Kualitas Fatty Acid

a. Bilangan Asam (Acid Value)

Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemmak bebas,


yang dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau
campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah
miligram KOH,1N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak
bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak. (Kataren, 1986)

Rumus yang digunakan untuk menentukan bilangan asam (acid


value) adalah:

Acid Value, mg KOH/g = ...............................(2.5

Dimana :
V = Volume titrasi KOH yang dipakai, mL
N = Normalisasi larutan KOH
W = Berat sampel, gram
56,1 = Berat ekivalen KOH
34

b. Bilangan Penyabunan (Saponification value)

Bilangan penyabunan ialah jumlah alkali yang dibutuhkan


untuk menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan
dinyatakan dalam jumlah miligram kalium hidroksida yang dibutuhkan
untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Besarnya bilangan
penyabunan tergantung pada berat molekul. Minyak yang memiliki
berat molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang
lebih tinggi dari pada minyak yang memiliki berat molekul tinggi.
Penentuan bilangan penyabunan dapat dilakukan pada semua jenis
minyak dan lemak.

Rumus yang digunakan untuk menentukan bilangan asam (acid


value) adalah:

Saponificatiin Value, mg KOH/g = ..............(2.6)

Dimana :
= mL HCl 0,5 N yang dipakai untuk titrasi blanko
= mL HCL 0,5 N yang dipakai untuk titrasi sampel
N = Normalitas HCL
W = Berat sampel

Asam lemak yang diperoleh dari minyak inti sawit lewat proses
hidrolisa pada splitting plant yang memiliki komposisi asam lemak yang
sama dengan komposisi asam lemak pada minyak inti sawit. Bebrapa
parameter yang harus dianalisa pada asam lemak hasil hidrolisa minyak
zinti sawit adalah bilangan asam (acid value) dan bilangan penyabunan
(saponification value).
35

Tingkat keberhasilan hidrolisa minyak sawit yang baik adalah 98%


minimum. Tingkat konversi hidrolisa dinyatakan sebagai degree of
splitting (DOS) dengan hubungan sebagai berikut :

DOS = x 100% .........................(2.7)

Dalam hidrolisa minyak sawit sangat penting memonitor bilangan


asam dan penyabunan secara berkala dan berkesinambungan agar kualitas
produk hidrolisa dan keseimbangan proses dapat dijaga dan dikendalikan
dengan baik.
36

2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan


Kajian penelitian yang relevan digunakan sebagai pedoman untuk
menghubungkan atau membandingkan beberapa penelitian yang terkait.
Berdasarkan beberapa jurnal dan referensi yang memeiliki kaitannya dengan
kajian yang diteliti, maka dapat diuraikan ke dalam bentuk tabel berikut:

Tahun Nama
Judul Kajian Kajian yang Dibahas
Peneliti Peneliti
a. Tempratur proses yang
tepat di dalam kolom
splitting untuk
memperoleh tingkat
keberhasilan hidrolisa
yang optimum
Pengaruh
sehingga dapat
Tempratur
menghasilkan produk
Terhadap
yang sesuai dengan
Nindia Keberhasilan
standar yang
Sari Proses Hidrolisa
2017 diharapkan
Manullang (Splitting Degree)
b. Pengaruh tempratur
Pada Perolehan
yang masuk ke kolom
Fatty Acid dan
splitting pada proses
Glycerine
hidrolisa terhadap
perolehan fatty acid
dan glycerine
37

a. Pengaruh tekanan
terhadap mutu produk
Splitted Palm Kernel
Optimalisasi
Oil Fatty Acid
Tekanan Pada
(SPKOFA)
Unit Spitting Plant
b. Menghitung tekanan
Rizki Terhadap Mutu
yang paling
2017 Khairani Produk Splitted
optimal/sesuai untuk
Palm Kernel Oil
menghasilkan produk
Fatty Acid
Spitted Palm Kernel
(SPKOFA)
Oil Fatty Acid
(SPKOFA) yang paling
baik mutunya

Dari beberapa jurnal yang digunakan untuk membandingkan apa yang


ingin diteliti dengan apa yang sudah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Kajian
yang ingin diteliti akan dikembangkan ke dalam judul penelitian dari penulis
guna untuk pengembangan dari kajian-kajian sebelumnya.
38

2.3.Kerangka konseptual

Mulai

Studi literatur

Survei

Pabrik pengolahan Rumusan Survei Alat


oleokimia Masalah
Stasiun Fatty
Proses pengolahan Acid Plant
fatty acid dan
glycerine

Pengambilan Data Splitting

Menghitung kalor yang Faktor-faktor yang


dibutuhkan splitting untuk mempengaruhi terjadinya
menghasilkan fatty acid dan reaksi pada splitting
glycerine

Analisa data

Hasil Pengamatan

Selesai

Gambar 2.7 Kerngka Konseptual


39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di PT. Sarana Industama


Perkasa yang terletak di Jln. Acces Road Inalum, Lalang, Medang
Deras, Kuala Tanjung. Penelitian dilakukan pada unit Splitting
Plant.

3.1.2. Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di PT. Sarana Industama Perkasa dimulai
pada tanggal 2 Juli sampai tanggal 31 Juli 2018.

3.2. Pengumpulan Data


Dalam rangka penyusunan praktek kerja ini baik pada saat
pengumpulan data maupun pada waktu penganalisaan dari tahap pertama
sampai selesai, maka digunakan dua metode kerja yaitu:
3.2.1. Metode Studi Literatur
Merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
buku literature sebagai pertimbangan dalam mempelajari hubungan
atau keterkaitan tempat kerja praktek atau objek yang dibahas.
3.2.2. Metode Studi Lapangan
Metode ini merupakan suatu metode praktek yang dilakukan di
tempat praktek dengan kata lain melakukan kegiatan praktek di
lapangan. Cara pengumpulan data ini ada dua yaitu:
1. Metode Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan
wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan karyawan
atau pembimbing lapangan perusahaan tentang objek yang akan
40

dipelajari. Wawancara yang dilakukan mengenai proses yang


terjadi pada splitting.
2. Metode Observasi
Melakukan pengamatan langsung di lapangan dan menganalisa
kondisi operasi dari awal hingga akhir pada unit splitting plant
sebagai acuan penelitian.
3.2.3. Metode Survei
Dengan menggunakan cara ini, penulis melakukan diskusi
mengenai prinsip kerja peralatan pada operator dan data-data atau
variabel yang dibutuhkan untuk mengetahui proses yang terjadi
pada splitting tower. Kemudian melakukan pengukuran langsung
di lapangan untuk memperoleh data yang dibutuhkan atau
mengambil data dari sistem kontrol melalui operator.
3.3. Analisa Data
3.3.1. Menghitung luas penampang Splitting

A= D²

Dimana:

A = Luas Penampang Splitting (m²)

D² = Diameter Splitting (m)

3.3.2. Perubahan Suhu

∆T= -

Dimana :

= Tempratur steam yang masuk ke dalam splitting (°C)

= Tempratur steam yang keluar dari dalam splitiing (°C)


41

3.3.3. Menghitung Jumlah Kalor Yang Dibutuhkan Splitting

Q=k.A.t

Dimana :

Q = Laju Perpindahan Panas (kj / det,W)

k = Konduktifitas Termal (W/m.°C)

A = Luas Penampang (m²)

L = Panjang (m)

ΔT = Perubahan Suhu (°C )

Anda mungkin juga menyukai