Sifat TermodinamikaFluida
Larutan6.8
Volume uap 1-butena pada suhu 200 ° C dan 70 bar dihitung langsung
dari persamaan V = ZRT/P, di mana Z diberikan oleh Persamaan. (3.53)
dengan nilai Z0 dan Z1 diinterpolasi dalam Tabel D.3 dan D.4. Untuk
kondisi yang berkurang,
Tr = 200
+ 273,15 ___________
1,127 Pr = 70
420,00 = _____
40.43 =
1.731
faktor kompresibilitas dan volume molar adalah:
= 0.512
Z0 + ωZ1 = 0.485 + (0.191) (0.142)
Z= V = ZRT
____
___________________
P= (0,512)
(83,14)(473,15) 70 =
3
287,8 cm ⋅mol−1
Status referensi:
cair-jenuh
butenapada
273,15 K, 1,2771 273,15 K, 1,2771
bar Butena bar
Keadaan akhir
(a) butena pada
Hlv S
lv
2
HR
473,15 K, 70 bar
(d)
(b)
gas ideal pada gas ideal pada
273,15 K, 1,2771 bar 473,15 K, 70 bar
Hig
(c)
Sig
Butena dalam keadaan
Butena dalam keadaan
ln 1,0133 = A - B
_____
_____
266,9 dalam 40,43 = A - B
420.0
Solusi memberi,
A = 10,1260 B =
2699,11
Untuk 0 ° C (273,15 K), Psat = 1,2771 bar, hasil yang digunakan dalam langkah
(b) dan (c). Di sini, panas laten penguapan diperlukan. Persamaan (4.13)
memberikan perkiraan pada titik didih normal, di mana Trn = 266.9 / 420.0 =
0.636:
_________________
RTn =
1.092
(lnPc - 1.013) 0,930 - Trn =
1,092
___________________
(ln 40,43 - 1,013) - 0,9300,636
= 9,979
Hnlv
Δ
_____
dan
ΔHn lv
= (9,979) (8,314)(266,9) = 22.137 J⋅mol
−1
Panas laten di Tr =
273.15 / 420.0 = 0.650, diberikan oleh Persamaan. (4.14):
0.38
lv 1 - Tr
H _____
Δ
atau
ΔHlv
= (22.137)(0.350 /
= ______ 0.364)0.38
= 21.810 J⋅mol−1
(
ΔHnlv
1 - Tr n )
Apalagi dengan Persamaan. (6,84),
ΔSlv
= / T =
ΔHlv 21.810 / 273,15 = 79,84 J⋅mol−1 ⋅K−1
· Langkah (b) : Transformasi uap jenuh 1-butena ke kondisi gas ideal
pada kondisi awal (T1 , P1). Karena tekanannya relatif rendah maka
nilai H1 R d R
an S1 diperkirakan oleh Persamaan. (6.68) dan (6.69)
untuk kondisi tereduksi, Tr = 0,650 dan Pr = 1,2771 / 40,43 =
0,0316.komputasi diwakili oleh:
= −0.0985
HRB(Prosedur0.650.0.0316, 0.191)
SRB(0.650.0.0316.0.191) = −0.1063
dan
R
−344 J⋅mol−1 S1 R = (−0.1063)(8.314) = −0.88
1 = (−0.0985)(8.314) (420.0) =
H
J⋅mol−1 ⋅K−1
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.4, perubahan properti untuk langkah
ini adalah -H1 R d R, karena perubahannya dari keadaan gas riil ke gas
an -S1
ideal.
242 BAB 6. Sifat Termodinamika Fluida
· Langkah (c): Perubahan keadaan gas ideal dari (273,15 K, 1,2771 bar)
menjadi (473,15 K, 70 bar). Di sini, ΔHig d ig
an ΔS diberikan oleh
Persamaan. (6.76) dan (6.77), yang (Detik 4.1 dan 5.5):
ΔHig
= 20.564 J⋅mol−1 ΔSig = 55.474 - 8.314 ln70 ______
−1 −1
1,2771 = 22,18 J⋅mol ⋅K
· Langkah (d) : Transformasi 1-butena dari keadaan gas ideal ke keadaan
gas nyata di T2 dan P2. Kondisi pengurangan terakhir adalah:
Tr =
1,127 Pr = 1,731
Pada tekanan yang lebih tinggi dari langkah ini, H2 R d R
an S2 ditemukan oleh
Persamaan. (6.66) dan (6.67), bersama-sama dengan korelasi Lee /
Kesler. Dengan nilai interpolasi dari Tabel D.7, D.8, D.11, dan D.12,
persamaan ini menghasilkan:
H2R
____
RTc= −2.294 + (0.191)
H2R = (−2.430) (8.314)
= −2.430
(−0.713) 2 R
S (420.0) = −8485
J⋅mol−1 S2R =
R = −1.566 + (−1,705)(8,314) =
−1
(0.191)(−0.726) =
−14,18 J⋅mol ⋅K−1
−1.705
___
Properti sisa pada kondisi akhir memberikan kontribusi penting pada nilai
akhir.
6.6. Diagram Termodinamika 243
xlVl + xv V
V = v
dimana xl dan xv mewakili fraksi massa dari sistem total yang cair dan uap. Dengan
xl = v
1 - x ,
(1 - xv)Ml +
M =
xvMv (6.96a)
ewakili V, U, H, S, dll. Bentuk alternatif
di mana M m
A termodinamika diagram yaitu grafik yang menunjukkan satu set properti untuk zat
tertentu, misalnya, T, P, V, H,dan S.D iagram yang paling umum adalah: TS, PH
(biasanya dalam P vs. H), dan HS ( disebut Mollier diagram). Penunjukan mengacu
pada variabel yang dipilih untuk koordinat. Diagram lain dimungkinkan, tetapi jarang
digunakan.
Gambar 6.5 hingga 6.7 menunjukkan fitur umum diagram ini. Padahal
berdasarkan data untuk air, karakter umumnya serupa untuk semua zat. Keadaan
dua fase, yang ditunjukkan oleh garis pada PT diagrampada Gambar 3.1, terletak di
atas area dalam diagram ini, dan titik tripel Gambar 3.1 menjadi sebuah garis. Garis
kualitas konstan di wilayah cair / uap memberikan nilai properti dua fase secara
langsung. Titik kritis diidentifikasi dengan huruf C, dan kurva padat yang
melewatinya mewakili keadaan cairan jenuh (di kiri C) dan uap jenuh (di kanan C).
Diagram Mollier (Gambar 6.7) biasanya tidak menyertakan data volume. Di wilayah
uap atau gas, garis untuk suhu konstan dankonstan superheat m uncul. Superheat
adalah istilah yang menunjukkan perbedaan antara suhu aktual dan suhu saturasi
pada tekanan yang sama. Diagram termodinamika yang termasuk dalam buku ini
adalah PH
diagramuntuk metana dan tetrafluoroetana, dan diagram Mollier untuk uap di App. F.
Beberapa jalur proses mudah dilacak pada diagram termodinamika tertentu.
Misalnya, boiler pembangkit listrik tenaga uap memiliki air cair sebagai umpan pada
suhu di bawah titik didihnya, dan uap superheat sebagai produk. Jadi, air
dipanaskan pada konstanta P hingga suhu jenuhnya (baris 1–2 pada Gambar 6.5
dan 6.6), diuapkan padakonstan T dan P (baris 2–3), dan dipanaskan pada
konstanta P (baris 3–4). Pada PH diagram(Gbr. 6.5) seluruh proses diwakili oleh
garis horizontal
244 BAB 6. Sifat Termodinamika Fluida
C
Const S
Uap
2 Const V Const H
i
d
Cairan C
u
d
i
q
Const V T i
4
L
/ u
Padat q
3
Const P
i
P o
o L
C
1
n /
S
Uap
l
d
d
li i x
o d
t i
l
S L t
s
1234
s
n u
d il
Cair / Uap
x n
Cairan / Uap q
i
S
o Garis titik-tiga
Diagrammewakili fitur umum dari bagan
H tersebut.
Const. P
Cons . up
t s erhet
Vapor
Const. T
Const T, P
Const x
Solid / Vapor
Liquid / Vapor
Solid / Uap
S
Garis tiga-titik S
Contoh 6.9
Steam superheated awalnya pada P1 dan T1 mengembang melalui nosel ke tekanan
knalpot P2. Dengan asumsi prosesnya reversibel dan adiabatik, tentukan keadaan hilir
Uap
1000 kPa, t1 = 250°C, dan P2 = 200 kPa.
steam dan ΔH untuk P1 =
Solusi 6.9
Karena prosesnya dapat dibalik dan adiabatik, tidak ada perubahan
entropi uap. Untuk suhu awal 250 ° C pada 1000 kPa, tidak ada entri
yang muncul di tabel untuk steam lewat jenuh. Interpolasi antara nilai
untuk 240 ° C dan 260 ° C menghasilkan, pada 1000 kPa,