Anda di halaman 1dari 16

EKSPLORASI KUALITAS TEMPE KEDELAI MASA

FERMENTASI TIGA HARI DAN EMPAT HARI DI SALATIGA

EXPLORATION OF SOYBEAN TEMPE ON THREE AND FOUR


DAYS FERMENTATION IN SALATIGA

Oleh,

Aditya Krisnha Permana


NIM : 652010706

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

(Kimia)

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2015
komponen dalam kedelai dapat yang berlangsung tiga hari dan empat hari.
menyebabkan terbentuknya rasa spesifik Oleh sebab itu maka pada penelitian ini,
setelah fermentasi (Kasmidjo, 1990). sampel yang dipilih adalah tempe dengan
Pada proses fermentasi , protein akan masa fermentasi tiga hari dan empat hari
dihidrolisis oleh enzim protease menjadi Menurut Standar Nasional Indonesia
peptida dan asam amino bebas (Astawan, 01-3144-1992, tempe kedelai adalah
2008). Pada umumnya proses fermentasi produk makanan hasil fermentasi biji
tempe adalah tiga hari, tetapi ada juga kedelai oleh kapang tertentu, berbentuk
yang masih berlangsung selama empat padatan kompak dan berbau khas serta
hari. Dari studi lapangan pada perajin berwarna putih atau sedikit keabu-abuan.
tempe, di Salatiga. Fermentasi tempe ada

Tabel 1. syarat mutu tempe kedelai menurut standar nasional Indonesia 01-3144-2009
No Kriteriauji Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Bau - normal, khas
1.2 Warna - normal
1.3 Rasa - normal
2 Kadar air (b/b) % maks. 65
3 Kadar abu (b/b) % maks. 1,5
4 Kadar lemak (b/b) % min. 10
5 Kadar protein (Nx6,25) (b/b) % min. 16
6 Kadar serat kasar (b/b) % maks. 2,5
7 Cemaranlogam
7.1 Kadnium (Cd) mg/kg maks. 0,2
7.2 Timbale (Pb) mg/kg maks. 0,25
7.3 Timah (Sn) mg/kg maks. 40
7.4 Merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,03
8 Cemaran arsen (Sn) mg/kg maks. 0,25
9 Cemaran mikroba
9.1 Bakteri coliform APM/g maks. 10
9.2 Salmonella sp - negatif/25 g
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1992).
Adapun tahap-tahap pembuatan tempe dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini.

Penyortiran

Pencucian

Perebusan I

Pengupasan Kulit

Perendaman

Perebusan II

Penirisan dan Pendinginan

Penginokulasian (Peragian)

Pembungkusan dan
Pemeraman (Fermentasi)

Proses penyortiran bertujuan untuk biji kedelai telah berlangsung proses


memperoleh produk tempe yang fermentasi oleh bakteri yang terdapat di air
berkualitas, yaitu memilih biji kedelai yang terutama oleh bakteri asam laktat.
bagus dan padat berisi. Biasanya di dalam Perendaman juga bertujuan untuk
biji kedelai tercampur kotoran seperti pasir memberikan kesempatan kepada keping-
atau biji yang keriput dan keropos. keping kedelai menyerap air sehingga
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan menjamin pertumbuhan kapang menjadi
kotoran yang melekat maupun tercampur optimum. Keadaan ini tidak mempengaruhi
di antara biji kedelai (Ali, 2008). pertumbuhan kapang tetapi mencegah
Perebusan bertujuan untuk berkembangnya bakteri yang tidak
melunakkan biji kedelai dan memudahkan diinginkan. Perendaman ini dapat
dalam pengupasan kulit serta bertujuan menggunakan air biasa yang dilakukan
untuk menonaktifkan tripsin inhibitor yang selama 12-16 jam pada suhu kamar (25-
ada dalam biji kedelai. Selain itu perebusan 30˚C) (Ali, 2008).
I ini bertujuan untuk mengurangi bau langu Karena adanya enzim pencernaan
dari kedelai dan dengan perebusan akan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka
membunuh bakteri yang yang protein, lemak, dan karbohidrat pada
kemungkinan tumbuh selama tempe menjadi lebih mudah dicerna di
perendaman. Perebusan dilakukan selama dalam tubuh dibandingkan yang terdapat
30 menit atau ditandai dengan mudah dalam kedelai. Proses fermentasi yang
terkelupasnya kulit kedelai jika ditekan terjadi pada tempe berfungsi untuk
dengan jari tangan (Ali, 2008). mengubah senyawa makromolekul
Perendaman bertujuan untuk komplek yang terdapat pada kedelai
melunakkan biji dan mencegah (seperti protein, lemak, dan karbohidrat)
pertumbuhan bakteri pembusuk selama menjadi senyawa yang lebih sederhana
fermentasi. Ketika perendaman, pada kulit
seperti peptida, asam amino, asam lemak dalam desikator, diamkan di dalam
dan monosakarida (Sutomo, 2008). desikator selama 15 menit dan lakukan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk penimbangan. Perhitungan Kadar Air di
memperoleh data kadar protein, kadar lakukan dengan rumus :
lemak, kadar air, kadar serat, kadar abu,
kadar karbohidrat tempe yang diolah di
.
Salatiga dengan masa fermentasi tiga hari
PENGUJIAN KADAR ABU ( AOAC, 1984)
dan empat hari.
Sampel dihaluskan dan timbang
sebanyak 3 – 4 gram dan masukkan ke
METODE PENELITIAN
dalam cawan. Masukkan ke dalam oven
Waktu dan Tempat Penelitian
dan lakukan pengeringan selama 3 -4 jam
Penelitian ini dilakukan di
pada suhu 100o C. Selanjutnya pindahkan
Laboratorium Kimia Pangan Program Studi
cawan ke dalam muffle furnace dan
Kimia Fakultas Sains dan Matematika
panaskan pada suhu 550 o C selama 3 jam
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
dan pengabuan telah selesai ditandai
pada bulan Februari – Juli 2014.
dengan warna abu putih atau abu – abu
Sampel
Setelah suhu tanur turun (+ 100o C),
Bahan baku yang digunakan dalam
pindahkan cawan ke dalam desikator dan
penelitian ini adalah tempe-tempe hasil
biarkan selama kurang lebih 15 menit dan
industri rumah tangga di Salatiga.
selanjutnya lakukan penimbangan.
Kadar abu dihitung dengan menggunakan
Bahan Kimia
rumus
NaOH - Na2S2O3 ( 400 gram NaOH
ditambah 25 gram Na2S2O3 dan encerkan .
sampai 1000 ml) , Boric Acid 4 % , N
Hexana , HgO , H2SO4 pekat , K2SO4 , HCl 0,1 PENGUJIAN KADAR LEMAK ( AOAC, 1984)
N , Methyl red – methyl blue , Aquadest. Sampel yang telah dihaluskan dan
kering ditimbang sebanyak 1 gram dan
Piranti masukkan ke dalam kertas saring.
Alat yang digunakan adalah oven , Masukkan sampel ke dalam soxhlet
cawan, desikator, analitical balance, Muffle apparatus dan tambahkan N-hexane ke
Furnace, Soxhlet extractions apparatus, dalam soxhlet tersebut dan lakukan
rotary evaporator, kertas saring, labu ekstraksi selama kurang lebih 4 jam.
kjeldahl, alat destilasi, buret , philius. Setelah ekstraksi selesai pindahkan ekstrak
minyak yang terkumpul ke dalam cawan
PENGUJIAN KADAR AIR METODE OVEN ( yang telah diketahui beratnya dan bilas
AOAC, 1984) minyak yang tersisa di dalam labu dengan
Sampel dihaluskan dan timbang hexane beberapa kali. Masukkan cawan ke
sebanyak 3 – 4 gram dan masukkan ke dalam oven suhu 100o C dan keringkan
dalam cawan. Masukkan ke dalam oven selama kurang lebih 3 jam, lalu masukkan
dan lakukan pengeringan selama 16 – 18 ke dalam desikator dan lakukan
jam pada suhu 102 – 108o C. Setelah penimbangan. Kadar lemak dihitung
waktunya cukup pindahkan sample ke dengan menggunakan rumus :
. larutan H2SO4 mendidih ( 1,25 gr H2SO4
pekat/100 ml = 0,255 N H2SO4) dan
PENGUJIAN KADAR PROTEIN ( AOAC, tutuplah dengan pendingin balik, didihkan
1984) selama 30 menit dengan kadangkala
digoyang-goyangkan. Saring suspensi
Timbang sampel sebanyak + 1 gram, melalui kertas saring dan residu dari kertas
HgO 0,35 gr, K2SO4 7 gram dan masukkan saring yang tertinggal dalam erlenmeyer
ke dalam tabung distruksi dan selanjutnya dicuci dengan aquades mendidih. Cucilah
tambahkan H2SO4 pekat sebanyak 15 ml. residu dalam kertas saring sampai air
Lakukan distruksi dalam ruang asam pada cucian tidak bersifat asam lagi (uji dengan
suhu 420o C selama 20 menit. Setelah hasil kertas lakmus). Pindahkan secara
distruksi dingin, lakukan distilasi dengan kuantitatif residu dari kertas saring ke
cara tambahkan sampel hasil distruksi dalam erlenmeyer kembali dengan spatula,
dengan 50 ml aquadest, 70 ml NaOH - dan sisanya dicuci dengan larutan NaOH
Na2S2O3, dan pada erlemeyer diisi dengan mendidih (1,25 g NaOH/100 ml = 0,313N
boric acid 4% sebanyak 25 ml. Lakukan NaOH) sebanyak 200 ml sampai semua
distilasi sampai distilat yang tertampung residu masuk kedalam erlenmeyer.
sebanyak 75 ml titrasi larutan hasil distilasi Didihkan dengan pendingin balik sambil
tersebut dengan HCl 0,1 N dan sebelumnya kadangkala digoyang – goyangkan selama
tambahkan 3 tetes indicator Methyl red – 30 menit. Saringlah melalui kertassaring
methyl blue. Kadar protein dapat dihitung kering yang diketahui beratnya atau Krus
dengan menggunakan rumus : Gooch yang telah dipijarkan dan diketahui
beratnya, sambil dicuci dengan larutan
Keterangan: Besarnya f adalah 5,75. K2SO4 10%. Cuci lagi residu dengan aquades
mendidih dan kemudian dengan lebih
KADAR KARBODIDRAT (Metode different kurang 15 ml alkohol 95%. Keringkan
Andarwulan ,2011) kertas saring atau krus dengan isinya pada
Perhitungan kadar karbohidrat pada 110 oC sampai berat konstan (1 – 2 jam),
tempe dapat dihitung dengan dinginkan dalam desikator dan timbang.
menggunakan rumus dibawah ini: Jangan lupa mengurangkan berat asbes,
kalau digunakan.
abu + % air +% lemak + % Protein)
Berat residu = berat serat kasar
KADAR SERAT KASAR (Sudarmadji, 1997)
Haluskan bahan sehingga dapat ANALISA DATA
melalui ayakan diameter 1mm dan Data yang diperoleh dari 5 perajin
campurlah baik-baik. Kalau bahan tak tempe dengan 3 kali ulangan yang terdiri
dapat dihaluskan, hancurkan sebaik dari kadar protein, kadar lemak, kadar air,
mungkin. Timbang 2 gr bahan kering dan kadar abu, kadar karbohidrat dan kadar
ekstraksi lemaknya dengan soxhlet. serat. Data yang diperoleh di analisa
Pindahkan bahan ke dalam Erlenmeyer 600 dengan statistika sederhana (diskriptif)
ml. Jika ada tambahankan 0,5 gr abses
yang telah dipijarkan dan 3 tetes zat anti
buih (antifoam agent). Tambahkan 200 ml
HASIL DAN PEMBAHASAN karbohidrat, kadar serat Dapat dilihat pada
Data hasil penelitian kadar air, kadar tabel 2. dan tabel 3. dibawah ini.
abu, kadar protein, kadar lemak, kadar
Tabel 2. Data kadar air, kadar serat, kadar abu pada sampel tempe dengan masa inkubasi 3 hari dan 4
hari.
Sampel Kadar Air (% ± SE) Kadar Abu (% ± SE) Kadar Serat (% ± SE)

3 hari 4 hari 3 hari 4 hari 3 hari 4 hari

1 67.81±0.31 67.68±0.41 0.84±0.03 0.78±0.03 2.42±0.02 2.38±0.00

2 68.90±0.32 68.82±0.35 0.78±0.01 0.76±0.01 2.38±0.01 2.31±0.05

3 65.45±0.32 65,14±0.42 0.92±0.02 0.88±0.01 2.39±0.03 2.34±0.06

4 65.55±0.31 65,11±0.47 0.88±0.02 0.83±0.04 2.47±0.02 2.39±0.05

5 67.05±0.32 66.85±0.37 0.74±0.05 0.69±0.03 2.41±0.08 2.40±0.08

Tabel 3. Data kadar karbohidrat, kadar protein, kadar lemak pada sampel tempe dengan masa inkubasi
3 hari dan 4 hari.
Sampel Kadar Karbohidrat (% ± SE) Kadar Protein (% ± SE) Kadar Lemak (% ± SE)

3 hari 4 hari 3 hari 4 hari 3 hari 4 hari

1 14.73±0.22 15.40±0.09 13.91± 0.42 13.55±0.28 2.62±0.05 2.58±0.05

2 10.63±0.44 11.29±0.29 14.88± 0.41 14.43±0.24 4.81±0.10 4.71±0.19

3 12.44±0.32 13.36±0.52 16.17± 0.45 15.72±0.35 5.02±0.31 4.90±0.34

4 12.42±0.07 13.03±0.41 16.03± 0.40 15.69±0.34 5.12±0.29 5.34±0.10

5 11.54±0.61 12.33±089 15.26± 0.42 14.90±0.29 5.41±0.85 5.23±0.89

Dari hasil penelitian diatas akan dibandingkan dengan syarat mutu standar nasional
Indonesia 01-3144-2009 seperti dalam tabel 4. di bawah ini.
Tabel 4. Syarat mutu tempe kedelai menurut standar nasional Indonesia 01-3144-2009
No Kriteriauji Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Bau - normal, khas
1.2 Warna - normal
1.3 Rasa - normal
2 Kadar air (b/b) % maks. 65
3 Kadar abu (b/b) % maks. 1,5
4 Kadar lemak (b/b) % min. 10
5 Kadar protein (Nx6,25) (b/b) % min. 16
6 Kadar serat kasar (b/b) % maks. 2,5
7 Cemaranlogam
7.1 Kadnium (Cd) mg/kg maks. 0,2
7.2 Timbale (Pb) mg/kg maks. 0,25
7.3 Timah (Sn) mg/kg maks. 40
7.4 Merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,03
8 Cemaran arsen (Sn) mg/kg maks. 0,25
9 Cemaran mikroba
9.1 Bakteri coliform APM/g maks. 10
9.2 Salmonella sp - negatif/25 g

Kadar air sangat berpengaruh Kadar abu yang merupakan mineral secara
terhadap mutu suatu bahan pangan umum tidak akan terjadi perubahan
karena dapat mempengaruhi citarasa, selama proses penyimpanan tempe,
tekstur dan aroma. Dalam pengolahan namun dengan naiknya kadar air
bahan pangan air sering dikeluarkan atau menyebabkan terjadinya kenaikan berat
dikurangi dengan cara penguapan dan basah pada tempe, sehingga persentase
pengentalan atau pengeringan dengan abu menurun (Mudambi dan Radjagopal,
tujuan agar bahan pangan lebih awet dan 1980). Kadar abu tempe dengan masa
tahan lama. Uji kadar air dilakukan dengan inkubasi 3 hari dan 4 hari pada tabel 2
metode pengeringan dalam oven dengan sudah sesuai dengan SNI 01-3144-2009.
suhu 100 oC, tempe dengan lama
fermentasi 3 hari dan 4 hari diperoleh hasil Kadar protein pada proses fermentasi
yang tidak jauh beda. Jika dibandingkan kapang Rhizopus ologosporus mempunyai
dengan standar nasional Indonesia 01- peran penting dalam aspek gizi tempe
3144-2009 pada tabel 2 diatas hanya karena kapang ini lebih banak mensintesa
sampel no. 3 dan 4 tempe masa inkubasi 3 enzim protease daripada spesies kapang
hari dan 4 hari yang mendekati yaitu untuk yang lain (Purwaningsih, 2008). Dengan
tempe masa inkubasi 3 hari 65.45±0.32%, adanya aktivitas enzim protease maka
65.55 ± 0.31% dan 65,14 ± 0.42%, protein dapat terurai menjadi komponen
65,11±0.47% untuk tempe masa inkubasi 4 penyusunnya berupa asam amino - asam
hari dengan syarat maksimal 65 %. amino sehingga lebih mudah diserap oleh
Kadar abu adalah material yang tubuh. Suatu protein dapat dicerna
tertinggal bila bahan makanan dipijarkan ditunjukkan oleh tingginya jumlah asam-
dan dibakar pada suhu sekitar 500o-800oC. asam amino yang dapat diserap dan
kadar abu yang terdapat dalam suatu digunakan oleh tubuh, sebaliknya suatu
bahan menunjukkan adanya kandungan protein sukar dicerna dapat ditunjukkan
mineral pada bahan tersebut, seperti oleh rendahnya jumlah asam-asam amino
kandugan besi, kalsium dan tembaga. yang dapat diserap tubuh kerena sebagian
besar dibuang oleh tubuh bersama tinja atau basa kuat, serat kasar adalah serat
(Muchtadi, 1992 dalam Wardhani tumbuhan yang tidak larut dalam air. Serat
dkk,2008). Dari hasil uji kadar protein adalah zat non gizi yang berperan mengikat
hanya sampel no.3 dan no.4 pada tabel 3 air, selulosa dan pectin. Istilah dari serat
masa inkubasi 3 hari yang memenuhi SNI makanan (dietary fiber) harus dibedakan
01-3144-2009 yaitu 16.17±0.45% dan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang
16.03±0.45%. biasa digunakan dalam analisa proksimat
bahan makanan. Kadar serat untuk kelima
Lemak merupakan sumber energi sampel lama fermentasi 3 hari dan 4 hari
yang efisien dan disimpan di dalam tubuh pada tabel 3 tidak ada perbedaan yang
secara langsung. Lemak selalu tercampur signifikan dan sesuai dengan SNI 01-3144-
dengan komponen-komponen lain didalam 2009 yaitu maksimal 2,5%.
makanan misalnya vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak yaitu A, D, E, K, sterol Kesimpulan
misalnya zoosterol didalam lemak hewan
dan fitosterol didalam lemak sayuran, 1. Kadungan gizi tempe lama fermentasi
forfolipid yang berperan sebagai 3 hari dan 4 hari pada tabel 2 untuk
pengemulsi, dengan protein yaitu kadar air melebihi SNI 01-3144-2009
lipoprotein atau dengan karbohidrat yaitu yaitu maksimal 65%, kadar abu pada
glikolid (winarno, 1980). Kapang lebih tabel 2 sudah sesuai dengan SNI 01-
mudah menggunakan lemak sebagai 3144-2009 yaitu maks. 1,5%, dan pada
sumber energi daripada karbohidrat tabel 3 kadar lemak tidak sesuai
sehingga menyebabkan penurunan dengan SNI 01-3144-2009 yaitu min.
kandungan lemak tempe selama proses 10%, kadar protein pada tabel 3 hanya
fermentasi (Wang et al. 1968). Dari hasil uji sampel no.3 dan no.4 lama fermentasi
kadar lemak lama fermentasi 3 hari dan 4 3 hari yang sesuai dengan SNI 01-3144-
hari, pada tabel 3 jika dibandingkan dengan 2009 yaitu min.16%, sedangkan untuk
SNI 01-3144-2009 kelima sampel tidak kadar karbohidrat tidak ada standar
memenuhi standar yaitu minimum 10%. mutu dari SNI, untuk kadar serat pada
tabel 2 sudah sesai dengan SNI 01-
Karbohidrat merupakan senyawa hasil 3144-2009 yaitu maks. 2,5%.
fiksasi CO2 oleh tanaman dan tersimpan
dalam berbagai bentuk yaitu Saran
monosakarida, disakarida dan polisakarida. 1. Menentukan acuan atau standart
Pada kedelai, karbohidrat terdiri dari gula kadar karbohidrat untuk berbagai
terlarut dan polisakarida tak larut (Liu, macam lama fermentasi (2 hari, 3 hari,
1997). Karbohidrat yang dikelompokkan 4 hari dst) sampai terjadinya tempe
dalam gula adalah monosakarida dan busuk (yang masih dipakai untuk bahan
disakarida, sedangkan polisakarida adalah pangan)
karbohidrat non gula (Gaman dan
Sherrington, 1992). Kadar karbohidrat DAFTAR PUSTAKA
untuk kelima sampel dengan masa inkubasi
AOAC, 1984. Official Methods of Analysis.
3 hari dan 4 hari diperoleh data yang tidak
Association of Official. Agricultural
menunjukkan perbedaan yagn begitu jauh.
Chemists. Washington DC. 1141 hal.
Kadar karbohidrat tidak bisa dibandingkan
Ali, I., 2008. Buat Tempe Yuuuuk.
dengan SNI 01-3144-2009 karena tidak
http://iqbalali.com/2008/05/07/bu
adanya standar mutu yang ditetapkan.
at-tempe-yuuuuk/.
Serat kasar adalah bagian dari pangan Andarwulan, N.F. Kusnandar, D. Herawati,
yang tidak dapat dihidrolisis oleh asam 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat,
Jakarta
Astawan, M., 2008. Sehat Dengan Purwaningsih, N. E. 2008. Pengaruh
Tempe.Panduan Lengkap Menjaga Komposisi Bahan Baku dan Bahan
Kesehatan dengan Tempe. PT Dian Pembungkus Terhadap mutu Tempe
Rakyat, Jakarta. Kacang. Teknologi dan Kejuruan, Vol.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Standar 31, No. 1, februari 2008: 87-97
Mutu Tempe Kedelai SNI 01-3144-1992. Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi.
Gaman, P.M. and K.B. Sherrington. 1992. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan Makanan dan Pertanian, Edisi
Nutrisi dan Mikrobiologi Penerjemah: Keempat. Yogyakarta : Liberty.
Murdijati G., S. Naruki, Agnes M. dan Sutomo, B., 2008. Cegah Anemia dengan
Sarjono. Yogyakarta: UGM Press. Tempe. http://myhobbyblogs.
Kasmidjo, R.B., 1990. TEMPE : Mikrobiologi com/food/files/2008/06/.
dan Kimia Pengolahan serta Wang, Hwa L., Doris I. Ruttle, and C. W.
Pemanfaatannya. PAU Pangan dan Haselltine. 1968. Protein Quality of
Gizi UGM, Yogyakarta. Wheat and Soybeans After Rhizopus
Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi oligosporus Fermentation. The
Minyak dan Lemak Pangan. UI Journal of Nutririon, 96: 109-114
Press, Jakarta. Wardhani, Agustin K., Pratidina Andayani,
Liu, K.S. 1997. Soybean: Chemistry, dan Erni Sofia Murtini. 2008. Isolasi
Technologi and Utilization. New York: dan Identifikasi Mikrob dari Tempe
Chapman and Hall. Sorgum coklat (Sorghum bicolar)
Mudambi,S.R. and M.V Rajagopal. 1980. serta Potensinya dalam
Fundamental of food and nutrition. Mendegradasi Pati dan Protein.
New Delhi: Wiley Eastrn Limited Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 9,
No.2 (Agustus 2008) 95-105.

Anda mungkin juga menyukai