Anda di halaman 1dari 21

METODE PENGAWETAN SAMPEL AIR LIMBAH UNTUK ANALISIS

KADAR NITRIT (NO2) DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM BENZOAT

Makalah Seminar Tinjauan Pustaka

Bahtiar Rifai
062120710

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan segala rahmat dan ridhoNya
penulis dapat menyelesaikan makalah seminar tinjauan pustaka yang berjuduL “Metode
Pengawetan Sampel Air Limbah Untuk Analisis Kadar Nitrit (NO2-) Dengan Penambahan
Natrium Benzoat”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat menjadi sarjana kimia,
Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan
di Bogor

Penyusunan makalah ini juga terwujud berkat adanya bimbingan, dorongan,


serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Asep Denih,S.Kom., M.Sc.,Ph.Dsebagai dekan Fakultas Matematika dan Ilmu


2. Pengetahuan Alam Universitas Pakuan.
3. Ibu Ade Heri Mulyati, M.Si., selaku ketua program studi kimia Fakultas MIPA
Universitas Pakuan.
4. Seluruh dosen Fakultas MIPA Universitas Pakuan, atas ilmu yang telah diberikan.
5. Orang tua, atas dukungan, bantuan serta doanya.
6. Teman-teman Kimia Ekstensi 2020
7. Kepada seluruh pihak yang membantu penyusunan skripsi yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan
makalah seminar tinjauan pustaka akhir ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Bogor, Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Hal

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 7
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................... 7
1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................................................... 9
1.3. Hipotesis Penelitian.......................................................................................................... 10
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 11
2.1. Air Limbah ....................................................................................................................... 11
2.1.1. Penegertian Air Limbah ................................................................................................ 11
2.1.2. Sumber Air Limbah ...................................................................................................... 11
2.1.3. Karakteristik Air Limbah .............................................................................................. 12
2.2. Natrium Benzoat ............................................................................................................. 12
2.3. Penyimpanan Sampel ....................................................................................................... 14
2.4. Nitrifikasi dan Denitrifikasi ............................................................................................. 15
2.5. Analisis Kadar Nitrit Secara Spektrofotometri ................................................................ 16
2.6. Analisis Kadar Nitrat Secara Spektrofotometer ............................................................... 16
2.7. Analisis Kadar Amonia dengan Spektrofotometer Meotde Fenat ................................... 17
2.8. Penetapan Umur Simpan.................................................................................................. 17
2.9. Spektrofotometri UV-Vis................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

iv
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1. Struktur Natrium Benzoat..........................................................................13
Gambar 2. Reaksi Amonia Menjadi Nitrit...................................................................15
Gambar 3. Reaksi Nitrit Menjadi Nitrat......................................................................16
Gambar 4. Skema Komponen Spektrofotometer UV-Vis...........................................20

v
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1. Kondisi Umum Nitrifikasi.............................................................................16
Tabel 2. Persamaan Reaksi dan Umum Simpan Tiap Orde.........................................18

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin berkembangnya zaman, jumlah penduduk di Indonesia semakin


banyak. Semakin banyaknya penduduk, semakin banyak pula kebutuhannya. Maka
banyak industri yang dibangun guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
Indonesia. Kontribusi industri cukup menonjol bagi perekonomian nasional, termasuk
bagi daerah Jawa Barat. Hampir 60% industri pengolahan berlokasi di Jawa Barat
(Badan Penghubung Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2011).
Pembangunan Industri itu sendiri menimbulkan dampak negatif dan dampak
positif, dampak negatif yang timbul adalah salah satunya meningkatnya jumlah
limbah yang diproduksi. Namun limbah hasil produksi harus dikeluarkan untuk
berjalannya suatu proses dalam industri itu sendiri. Pembuangan limbah cair ke
perairan memerlukan proses ijin terlebih dahulu. Ijin pembuangan air limbah ke
sumber airadalah suatu bentuk instrumen pencegahan pencemaran atau kerusakan
lingkungan hidup, sebagaimana diamanatkan pemerintah mulai memperketat
regulasinya dengan adanya bermacam-macam peraturan seperti PERMENLH No. 5
Tahun 2014 mengenai acuan baku mutu untuk air limbah industri (Newberkeley,
2015).
Pihak industri maupun usaha harus memastikan air limbah yang dihasilkannya
aman dan memenuhi regulasi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan
pengujian air limbah yang dihasilkan secara berkala kepada pihak ketiga
(laboratorium jasa analisis lingkungan) yang terjamin independen dan terakreditasi
untuk pengukuran kualitas air limbah. Namun pengujian yang dilakukan laboratorium
uji memiliki kendala yang berdampak pada valid atau tidaknya hasil pengujian. Hal
ini dapat terjadi karena ketidak sesuaian pengerjaan/analisis sampel dengan umur
simpan (holding time) sampel. Ketidak sesuaian ini dapat terjadi disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti jauhnya jarak pengambilan sampel dengan laboratorium uji
yang mengakibatkan analisis sampel menjadi tertunda dan umur simpan sampel mulai

7
8

berkurang yang berakibat pada kurang sesuainya hasil analisis yang dilakukan. Selain
itu kendala juga dapat terjadi karena terlalu banyaknya jumlah sampel yang masuk ke
laboratorium uji sehingga sampel menjadi tertunda untuk dianalisis (PERMENLH
No. 5 Tahun 2014).
Subhiani (2018) telah berhasil midapatkan umur simpan sampel selama 3 hari
o
dengan metode penyimpanan tanpa pengawet kimia pada suhu C, umur simpan
sampel selama 2 hari dengan metode penyimpanan tanpa pengawet kimia pada suhu
25oC dan 32oC, sedangkan untuk pengawet H2SO4-p dan HCl-p tidak dapat
digunakan sebagai pengawet sampel untuk analisis ion nitrit. Metode penyimpanan
sampel yang terbaik ialah dengan tanpa pengawet kimia dan pada suhu 4oC.
Perlakuan jenis pengawet kimia memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
konsentrasi ion nitrit, sedangkan perlakuan variasi suhu memberikan pengaruh yang
tidak berbeda nyata terhadap konsentrasi ion nitrit. Sedangkan Fitri (2020) berhasil
mendapatkan umur simpan sampel air limbah yang lebih lama dibandingkan dengan
umur simpan menurut metode APHA. Penyimpanan terlama yaitu dengan
menggunakan amoksisilin 0,5 ppm sebagai pengawet kimia yang mampu
memberikan umur simpan selama 130 jam. Umur simpan juga dipengaruhi dari jenis
wadah dan suhu penyimpanannya. Dimana penyimpanan pada botol coklat akan lebih
lama dibanding pada botol plastik. Dan penyimpanan pada suhu 4oC akan lebih lama
dibanding penyimpanan di suhu ruang. Berdasarkan analisis data statistik ANOVA
menggunakan rancangan acak lengkap 3 faktor, didapat kesimpulan bahwa tiap
perlakuan seperti jenis pengawet kimia, suhu dan jenis wadah penyimpanan akan
berbeda nyata dengan konsentrasi nitrit pada sampel air limbah. Metode penyimpanan
yang terbaik yaitu disimpan pada wadah botol coklat dengan penyimpanan pada suhu 4 ˚C
dengan penambahan amoksisilin 0,3 ppm atau 0,5 ppm.
Analisis nitrit (NO2-) merupakan salah satu analisis pada PERMENLH No. 5
tahun 2014 yang memiliki umur simpan (holding time) yang sempit sehingga harus
cepat dianalisa. Menurut metode standar APHA, umur simpan sampel untuk analisis
nitrit adalah selama 48 jam dengan penyimpanan di lemari pendingin pada suhu 4oC
± 2. Sementara berdasarkan hasil penelitian, umur simpan sampel untuk analisis nitrit
9

tanpa pengawet kimia pada suhu 4oC ± 2 adalah maksimum selama 3 hari dan sampel
air tidak dapat diawetkan dengan pengawet kimia berupa asam sulfat pekat dan asam
klorida (Subhiani, 2018). Umur simpan untuk sampel analisa nitrit ini tergolong
sempit dikarenakan adanya aktivitas mikrobiologi yang menyebabkan terjadinya
proses nitrifikasi yang mengubah NO2 menjadi NO3 oleh bakteri Nitrosomonas dan
Nitrobacter (Setiapermana, 2006). Umur simpan sampel yang sempit merupakan
salah satu kendala bagi laboratorium lingkungan, karena bila analisis tidak dilakukan
sesuai dengan umur simpan sampel akan mengakibatkan ketidak sesuaian pada hasil
analisis.
Oleh karena itu dilakukan upaya untuk memperpanjang umur simpan sampel
air limbah tersebut dengan penambahan pengawet. Umur simpan merupakan rentang
waktu antara sampel diperoleh dengan berapa lama sampel akan disimpan untuk di
analisis. Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet organik yang
sering digunakan pada makanan asam. Bahan ini digunakan untuk mencegah
pertumbuhan kapang, khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada pH 2,5 – 4,0 karena
kelarutan garamnya lebih besar maka biasa digunakan dalam bentuk natrium benzoat
(Winarno 1997).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dilakukan penelitian
mengenai penyimpanan sampel air untuk analisis nitrit (NO2-) dengan variasi suhu
dan konsentrasi pengawet (Na-Benzoat). Diharapkan dengan dilakukan penelitian dan
variasi ini dapat diperoleh penyimpanan sampel untuk analisis nitrit yang baik dengan
umur simpan (holding time) yang lebih lama sekitar 7 hari. Sehingga sampel air yang
diambil dari tempat yang jauh masih awet dan memiliki hasil analisis yang tepat,
karena nitrit yang tidak mengalami perubahan.

1.2. Tujuan Penelitian


Menentukan metode dan umur simpan sampel air pada berbagai suhu dan
jenis pengawet terhadap konsentrasi nitrit.
10

1.3. Hipotesis Penelitian


Natrium Benzoat dapat menghambat aktivitas mikroba pada sampel air
sehingga dapat dijadikan sebagai pengawet kimia untuk memperpanjang umur
simpan sampel air hingga selama 7 hari untuk analisis kadar nitrit. Konsentrasi
pengawet kimia, dan suhu penyimpanan dapat mempengaruhi umur simpan sampel
terhadap konsentrasi nitrit.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu, Natrium benzoat bisa
digunakan sebagai pengawet sampel, mendapatkan informasi tentang suhu dan
konsentrasi yang tepat untuk pengawetan, sehingga mendapatkan umur simpan
sampel yang lebih panjang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Limbah

2.1.1. Penegertian Air Limbah


Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair
(Kementrian Lingkungan Hidup, Baku Mutu Air Limbah, 2014). Air limbah
merupakan cairan hasil buangan kegiatan rumah tangga atau industri yang
mengandung bahan kimia atau zat biologis yang mampu mengganggu dan
membahayakan kehidupan makhluk hidup serta menurunkan kualitas lingkungan
(Metcalf & Eddy, 1993). Sedangkan Sugiharto (1987) menambahkan, air limbah
merupakan cairan buangan yang dihasilkan masyarakat dari kegiatan rumah tangga
dan dihasilkan pula dari proses industri, air tanah serta buangan lainnya. Bedasarkan
pengertian-pengertian berikut dapat di tarik kesimpulan bahwa air limbah merupakan
buangan yg berwujud cair yang dihasilkan dari suatu kegiatan rumah tangga ataupun
industry yang mengandung bahan kimia atau zat biologis yang dapat menurukan
kulaitass lingkungan air.

2.1.2. Sumber Air Limbah

Berdasarkan sumbernya, air limbah dapat berasal dari limbah infiltrasi,


limbah industi, limbah rumah tangga (domestik). Limbah infiltrasi adalah limbah
yang meresap kedalam tanah dan mengandung bahan-bahan pencemar. Contohnya
pada tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk
dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu
pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam (Lina Warlina,2014). Air limbah
industry adalah yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-
zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang
dipakai oleh masing-masing industri antara lain: organik, anorganik, lemak, garam-
garam, zat pewarna, mineral, logam berat. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah
ini menjadi lebih rumit karena harus mempertimbangkan dampaknya pada

11
12

lingkungan. Limbah rumah tangga (domestic) yaitu air limbah yang berasal dari
pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan
air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-
bahan organik (Fajar, 2017).

2.1.3. Karakteristik Air Limbah


Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Karakteristik air
limbah ini digolongkan berdasarkan :

a. Parameter fisik, berupa padatan (partikel padatan) yang terkandung dalam air
limbah. Terdiri dari padatan total, padatan tersuspensi, padatan terlarut,
warna, bau dan temperature.
b. Parameter kimia, mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal
dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian
tinja, urine dan sampah-sampah lainnya. Terdiri dari BOD, CODdan TOC,
senyawa yang terkait amonia bebas, nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor
organik dan anorganik, sulfat, klorida, belerang, dan logam berat (Fe, Mn, As,
Hg, Pb).
c. Parameter Biologis, hal ini karena ada beribu bakteri per milimeter air limbah
yang belum diolah. Umumnya jenis bakteri yang diukur adalah bakteri
golongan koli. (Siregar, 2005)
Menurut PERMENLH No. 5 tahun 2014, air limbah digolongkan kedalam 46
golongan. Karakteristik dan baku mutu air limbahpada setiap jenis industri
akanberbeda. Beberapa parameter kualitas air limbah yang ditetapkan
diantaranyanitrat (NO3-), nitrit (NO2-) dan amonia (NH3).

2.2. Natrium Benzoat


Natrium benzoat (C6H5COONa) merupakan garam atau ester dari asam
benzoat secara komersial yang dibuat dengan sintesis kimia. Natrium benzoat
termasuk zat pengawet organik yang berwarna putih, tanpa bau, bubuk Kristal atau
13

serpihan. Sifat fisiknya adalah lebih larut dalam air dan juga dapat larut dalam
alkohol (Nurhayati et al, 2012).

Struktur kimia Natrium benzoat seperti pada gambar 1:

Na+ -
O

O
Gambar 1. Struktur Natrium Benzoat
(Wati dan Guntarti, 2012)

Nama Senyawa : Natrium Benzoat

Rumus Kimia : C7H5NaO2

Berat Molekul : 144,11 gr/mol

Pemerian : Bubuk putih/ kristal bening, tidak bau

Kelarutan : Larut dalam air, etanol, ammonia cair, dan


piridin.

pH : 2,5 – 4,0

Asam benzoat, natrium benzoat, asam parahidro benzoat dan turunannya


merupakan kristal putih yang dapat ditambahkan secara langsung ke dalam makanan
atau dilarutkan terlebih dahulu di dalam air, oleh karena itu lebih sering digunakan
dalam bentuk garamnya yaitu natrium benzoat (Nurhayati et al, 2012).
Natrium Benzoat memiliki fungsi sebagai anti mikroba yang dapat
menghambat pertumbuhan kapang dan khamir dengan cara menghancurkan sel-sel
mikroba terutama kapang (Nurhayati et al, 2012).
Salah satu pengawet yang sering digunakan adalah natrium benzoat. Bentuk
garam dari asam benzoat ini lebih disukai penggunaannya karena 200 kali lebih
mudah larut daripada bentuk asamnya. Natrium benzoat merupakan salah satu contoh
14

pengawet makanan atau minuman yang lebih efektif digunakan dalam larutan yang
mengandung asam sehingga banyak digunakan sebagai pengawet. Natrium benzoat
sangat efektif digunakan pada makanan yang memiliki pH berkisar antara 2,5 sampai
4,0 dan dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Nurhayati et al, 2012).
Syarat umum pengawet yaitu, dapat menghambat pertumbuhan mikroba
pembusuk pada pangan baik patogen maupun non patogen, dapat memperpanjang
umur simpan pangan, tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa dan bau
makanan yang diawetkan. Penggunaan natrium benzoat yang melebihi persyaratan
dilarang karena senyawa ini terindikasi menyebabkan kerusakan pada DNA, seperti
telah dibuktikan oleh Pete Peter yang meneliti pengaruh natrium benzoat pada sel ragi
yang ternyata mampu merusak DNA mitokondria pada ragi (Nurhayati et al, 2012).

2.3. Penyimpanan Sampel

Perubahan analit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, dan
aktivitas mikroba. Perubahan suhu dapat mempengaruhi nilai pH dan oksigen terlarut.
Sehingga pengukuran yang mengalami perubahan drastis seperti ini sebaiknya
dilakukan pengukuran langsung di lapangan. Faktor yang kedua yaitu aktivitas
mikroba yang dapat mempengaruhi stabilitas analit, diantaranya yaitu stabilitas analit
nitrat, nitrit, dan amonia. (APHA 1060 C, 2012).
Perubahan analit akibat adanya aktivitas mikroba sebaiknya dilakukan
penyimpanan dalam botol gelap dan pada suhu rendah. Sulit untuk menentukan batas
waktu selang antara pengambilan sampel dan analisa, hal ini dikarenakan sesuai
dengan karakteristik analit yang akan diuji. Dalam praktiknya semakin cepat
pengerjaan analisis dari pengambilan sampel, akan menghasilkan data yang lebih
akurat. Namun jika hal ini tidak dapat dilakukan, sampel dapat disimpan pada lemari
pendingin pada suhu 4oC (APHA 1060 C, 2012).
Penggunaan pengawet berfungsi untuk memperlambat proses perubahan
kimiawi dan biologis. Jenis pengawet antara satu analisis dengan analisis lainnya
dapat berbeda dikarenakan karakteristik analit yang berbeda. Formaldehida tidak
dapat digunakan sebagai pengawet kimia karena sifatnya yang dapat mempengaruhi
15

proses analisis. Metode pengawetan umumnya bertujuan untuk memperlambat


aktivitas biologis, proses hidrolisis senyawa kimia dan senyawa kompleks, serta
menurunkan tingkat volatilitas analit. Metode pengawetan yang umum digunakan
yaitu dengan pengaturan pH, penambahan bahan kimia (pengawet kimia),
penggunaan wadah atau botol gelap, penyimpanan dalam lemari pendingin,
penyaringan, dan pembekuan sampel (APHA 1060 C, 2012).

2.4. Nitrifikasi dan Denitrifikasi


Nitrogen di alam, terdapat dalam berbagai bentuk dan meliputi tingkat
oksidasi yang berbeda. Maka didalam perairan dikenal dua jenis nitrogen yaitu
nitrogen organik yang terikat pada sel makhluk hidup seperti purin, peptida, dan asam
amino. Lalu ada nitrogen anorganik, sebagai ion dalam keadaan terlarut seperti
amonia, nitrit dan nitrat (Susana, 2004).
Nitrogen pada awalnya bertransformasi menjadi senyawa amonium yang
cenderung akan meningkatkan pertumbuhan bakteri Nitrosomonas. Dengan adanya
mikroba Nitrosomonas senyawa amonium dan oksigen dapat membentuk senyawa
nitrit NO2- dan dengan adanya mikroba Nitrobakter dapat membentuk senyawa Nitrat
NO3-.
Nitrifikasi merupakan proses oksidasi biologis dari amonium menjadi nitrit
dan dilanjutkan dengan oksidasi nitrit menjadi nitrat. Pada tahap pertama nitrifikasi,
bakteri mengoksidasi amonia menjadi nitrit dengan persamaan reaksi di bawah ini :

Nitrosomonas
2NH3 + 3O2 2NO2- + 2H2O + 4H+

Gambar 2. Reaksi Amonia menjadi Nitrit

Nitrogen organik mengalami reaksi hidrolisis menghasilkan amonia yang


merupakan sumber makanan bakteri nitrogen. Proses oksidasi kemudian terjadi oleh
bakteri Nitrosomonas, mengubah amonia menjadi nitrit seperti reasksi dibawah ini :
16

Nitrobacter 2NO3-
2NO2- + O2

Gambar 3. Reaksi Nitrit Menjadi Nitrat

Bakteri nitrifikasi adalah jenis bakteri autotrof dimana mereka menggunakan


karbon anorganik (seperti: karbonat) untuk menghasilkan energi. Nitrosomonas dapat
berkembang biak tiap 8 jam sementara Nitrobacter dapat berkembang biak tiap 20
menit. Sifat bakteri autotrof yaitu pertumbuhannya mudah dipengaruhi pH, suhu dan
adanya senyawa toksik (Subhiani, 2018).

Table 1. Kondisi Umum Nitrifikasi


(EPA –Nitrification and Denitrification Facilities Wastewater
Treatment, U.S. Environmental Protection Agency)
Kondisi Rentang yang Diterima Rentang Optimum
Oksigen Terlarut (mg/L) >1 >2
Ph (unit pH) 6,5 – 9,0 7,5 – 8,0
Suhu (oC) 10 – 40 20 – 35
Alkalinitas (mg/L >40 >100
CaCO3)

2.5. Analisis Kadar Nitrit Secara Spektrofotometri

Ion nitrit (NO2-) dalam sampel diazotasi dengan sulfanilamida dan bereaksi
kopling dengan N-(1-naphthyl)-ethylenediamine dihydrochlorida (NED) membentuk
senyawa azo yang berwarna ungu kemerahan pada pH 2-2.5, yang dapat diukur
serapannya dengan spektrofotometer cahaya tampak pada panjang gelombang 540
nm. Konsentrasi ion nitrit dapat diketahui dengan membandingkan serapan sampel
terhadap serapan standar. Sesuai standart SNI no. 06-6989.9-2004.

2.6. Analisis Kadar Nitrat Secara Spektrofotometer

Senyawa nitrat dalam sampel, direduksi menjadi nitrit oleh kadmium yang
dilapisi tembaga dalam suatu kolom. Senyawa nitrit total yang dihasilkan bereaksi
dengan sulfanilamid dalam suasana asam dan membentuk senyawa diazonium.
Senyawa diazonium kemudian bereaksi dengan N-(1-naphtyl)-ethylendiamine
17

diyidrokloride (NED) membentuk senyawa azo coupling yang berwana merah muda.
Serapan dari senyawa ini dapat diukur pada panjang gelombang 543 nm. Kadar nitrat
diperoleh dengan cara mengurangkan kadar nitrit total (hasil reduksi kolom) dengan
kadar nitrit yang diperoleh tanpa melalui kolom.

2.7. Analisis Kadar Amonia dengan Spektrofotometer Meotde Fenat

Analisis kadar amonia dapat dilakukan secara spektrofotometri berdasarkan


SNI No. 06-6989.30-2005. Amonia bereaksi dengan hipoklorit dan fenol yang
dikatalisis dengan natrium nitroprusida membentuk senyawa indofenol yang
berwarna biru. Amonia selanjutnya diukur dengan spektrofotometer sinar tampak
pada panjang gelombang 640 nm.Konsentrasi senyawa amonia dapat
ditetapkandengan membandingkan absorbansi sampel dengan absorbansi standar.

2.8. Penetapan Umur Simpan


Adanya perubahan konsentrasi, mutu, dan kepercayaan dapat ditetapkan
sebagai umur simpan, hal ini dapat dilihat daari orde reaksi yang terjadi. Orde reaksi
akan menunjukkan perubahan profil konsentrasi dan waktu pada sampel. Dimana
tetapan kecepatan reaksi dapat ditentukan dari nilai slopenya (Connors et.al ,1986).
Salah satu metode penentuan orde reaksi yaitu dengan metode grafik. Grafik yang
dibentuk berdasarkan ordinatfungsikonsentrasi (sumbu y) dan waktu (sumbu x).

Dalam reaksi orde nol diplot konsentrasi pada sumbu y dan waktu pada
sumbu x membentuk garis lurus. Reaksi adalah orde satu bila diplot ln Ctsebagai
sumbu x dan waktu sebagai sumbu y. Merupakan reaksi orde 2 bila diplot
1/Ctsebagai sumbu x dan waktu sebagai sumbu y (Martin et al, 1993). Penentuan
umur simpan adalah berdasarkan data seri yangdidapat apabila tidak terjadi
perubahan konsentrasi analit sebesar 10%. Umur simpan dapat didasarkan melalui
metode perhitungan kinetika orde nol atau orde satu (Connors et al , 1986).
18

Table 2. Persamaan Reaksi dan Umur Simpan Tiap Orde


(Cuwondo, 2008)
Orde Persamaan Reaksi Persamaan Umur Simpan
0

2.9. Spektrofotometri UV-Vis


Spektrofotometer UV-Vis merupakan pengukuran intensitas sinar ultraviolet,
pengukuran panjang gelombang dan cahaya tampak yang diserap oleh sampel. Sinar
memiliki energi untuk mempromosikan elektron yang terdapat pada kulit terluar
menuju ketingkat energi yang lebih tinggi dan begitupun pada sinar tampak.
Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorgank atau
kompleks yang mempunyai gugur kromofor pada larutan tersebut. Spektrum UV-Vis
berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Analit yang terdapat pada larutan
dapatd ditentukan konsentrasinya dengan mengukur absorbansi pada panjang
gelombang tertentu menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).
Spektoskopi UV-Vis berdasarkan serapan sinar UV tampak akan
menyebabkan terjadinya transisi pada tingkat energi elektronik molekul. Identifikasi
senyawa bersadarkan spektrum UV-Vis. Penyerapan sinar UV-Vis pada suatu
molekul akan mengalami transisi diantara tingkat elektronik pada molekul.
Spektroskopi UV-Vis dikenal juga sebagai spektroskopi elektronik. Transisi ini bisa
terjadi pada ikatan bonding atau anti bonding. Panjang gelombang sinar yang diserap
berbanding lurus dengan perbedaan tingkat energi orbital. Pada eksitasi elektron
ikatan σ perlu energi tinggi dengan nilai λ = 120-220 nm. Ini dipastikan pengukuran
harus dilakukan pada hampa sehingga sulit untuk dilakukan. Diatas λ = 200 nm,
daerah ekstasi elektron dari orbital p, d, π terutama sistem n terkonjugasi, pengukuran
lebih mudah dilakukan sehingga spektro UV-Vis diukur pada panjang gelombang λ >
200 nm. Kegunaan spektroskopi UV-Vis yang terutama untuk mengidentifikasi
jumlah ikatan rangkap/konjugasi aromatik (Panji, 2012).
19

Pada daerah UV dekat pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 190-


380 nm dan cahaya tampak dilakukan pada panjang gelombang 380-780 nm
menggunakan sumber cahaya yang mendekati monokromatik. Spektrofotometer UV
dapat mengukur transisi diantara tingkat elektronik yang terdiri antara orbital ikatan π
(orbital pasangan bebas) dengan orbital non ikatan π* (Djamilah, 2010).
Spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak pada umumnya memiliki lima
komponen pokok yang terdiri dari:
1. Sumber radiasi
Sumber radiasi pada spektrum kontinu adalah lampu argon pada spektroskopis
UV-Vakum, lampu denterium atau hidrogen pada spektroskopi ultraviolet, lampu
wolfram (tungsten) pada spektroskopis UV-Vis
2. Sel sampel
Wadah sampel yang digunakan untuk spektroskopis ultraviolet adalah kuvet yang
terbuat dari kuarsa agar tidak tembus cahaya, untuk sinar tampak digunakan kuvet
plastik.
3. Monokromator
Digunakan untuk menghasilkan sumber cahaya dengan satu panjang gelombang.
Terdapat dua macam yaitu prisma dan grating.
4. Detektor
Memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang, yang
terdiri dari dua macam yaitu detektor foton dan detektor panas.
5. Rekorder
Signal yang ditangkap dari detektor lalu direkam untuk menghasilkan spektrum
yang berbentuk puncak.
(Nur Anwar, 1989)
Secara skematis komponen spektrofotometer UV-Vis ditunjukan sebagai berikut:
20

Gambar 4. Skema komponen spektrofotometer UV-Vis.


(Dachriyanus. 2004)
DAFTAR PUSTAKA

APHA. 2012. Standar Method for Examination of Water and Wastewater


22thEdition. APHA. Washington DC.

Cahyadi, W., 2006, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan,
Bumi Aksara, Bandung.

Cuwondo, C. F. 2008. Skripsi : Evaluasi Cara Penentuan Beyond Use Date


(Masa Edar) Sediaan Racikan Pulveres Campuran Parasetamol dan Fenobarbital
dari Rumah Sakit X. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.


Universitas Andalas: LPTIK

Djamilah, A. 2010. Isolasi dan Penentuan Struktur Molekul serta Uji


Bioaktivitas Senyawa dari Ekstrak Etil Asetat Daun Sukun. Tesis UI.

Fajar Jati Nugroho. 2017. Pengolahan Air Limbah. Politeknik Negeri


Semarang.

Hanifah, Fitri. 2020. Skripsi : Metode Pengawetan Sampel Air Limbah untuk
Analisis Kadar Nitrit (NO2-) dengan Penambahan Amoksisilin. Bogor : Universitas
Pakuan.

Lina Warlia. 2014. Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan


Penanggulangannya. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.

Martin, A., Swarbrick, J., Cammarata, A. 1993. Farmasi Fisik : Dasar-Dasar


Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Jakarta : Universitas Indonesia.

Metcalf & Eddy. 1993. Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse.


New York : McGraw-Hill Comp.

Nur Anwar dan Adijuwana H. 1989. Teknik Spektroskopi dalam analisis


biologis. Edisi Kedua.

Nurhayati, Siadi, K., dan Harjono. 2012, Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat
Dan Lama Penyimpanan Pada Kadar Fenolat Total Pasta Tomat, Indonesian Journal
Of Chemical Science, 1 (2), 159-162.

Panji, Tri. 2012. Teknik Spektroskopi untuk Elusidasi Struktur Molekul.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

21
22

Siregar, Sakti A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta : Kanisius.

Subhiani, Mayra. 2018. Skripsi : Penentuan Umur Simpan Sampel Air Limbah
Terhadap Konsentrasi Ion Nitrit (NO2-) dengan Berbagai Metode Penyimpanan.
Bogor : Universitas Pakuan.

Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah . Jakarta : Universitas


Indonesia Press

Wati, I.W., dan Guntarti, A. 2012, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Penetapan


Kadar Asam Benzoat Dalam Beberapa Merk Dagang Minuman Ringan Secara
Spektrofotometri Ultraviolet, 2 (2) : 111-118.

Anda mungkin juga menyukai