Disusun oleh:
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
iii
ABSTRACT
Ethanol production was carried out with the addition of CuSO 4.5 H2O of
0g/L, 0.5 g/L, and 1 g/L. Medium fermentation in the form of molasses. The
fermentation process is done for 5 days and the observed parameter is the level of
ethanol and the growth of microorganisms Saccharomyces cereviciae gravimetry
methode. The research plan used is a random design complete with two factors
and a replay twice. The first factor is the concentration of CuSO4 0 g/L, 0.5 g/L,
and 1 g/L factor is the duration of fermentation of 1, 2, 3, 4, and 5 days. The
concentration determination of ethanol is carried out with a chromatographic gas
instrument, while the growth of microorganisms is measured by a gravimetry
methode. The results showed that the addition of CuSO4 to certain concentrations
had an influence on ethanol levels but not significant.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penambahan
CuSO4.5H2O Pada Fermentasi Bioetanol Dari Molase Dengan Saccharomyces
cerevisiae”.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vii
3.1 Alat dan Bahan ........................................................................................ 25
3.1.1 Alat :........................................................................................................ 25
3.1.2 Bahan ...................................................................................................... 25
3.2 Variabel Penelitian .................................................................................. 26
3.2.1 Variabel Bebas ........................................................................................ 26
3.2.2 Variabel Tetap ......................................................................................... 26
3.3 Rancangan Percobaan ............................................................................. 26
3.3.1 Persiapan Alat ......................................................................................... 26
3.3.2 Preparasi Inokulum ................................................................................. 27
3.3.3 Regenerasi Sel Saccharomycess cerevisiae ............................................ 27
3.3.4 Pembuatan Stock Inokulum (Kultsum, 2009) ......................................... 27
3.3.5 Pembuatan Kurva Pertumbuhan (E. Li1 and R. Mira de Ordun˜a, 2009)28
3.3.6 Preparasi Sample (Wahyudi, 1997) ........................................................ 28
3.3.7 Proses Batch ............................................................................................ 29
3.3.8 Analisa Kadar Etanol .............................................................................. 29
3.3.9 Analisa Kadar Etanol Metode Kromatografi Gas ................................... 29
3.4 Diagram Alir Fermentasi Bioetanol ........................................................ 30
3.5 Matriks Penelitian ................................................................................... 31
3.5.1 Pengaruh Waktu Inkubasi Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme ..... 31
3.5.2 Efek Jumlah CuSO4 dan Lama Inkubasi Terhadap Kadar Etanol .......... 31
3.6 Jadwal Penelitian .................................................................................... 32
BAB IV ................................................................................................................. 33
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 33
4.1 Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 33
4.1.1 Pengaruh Waktu Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Metode Berat
Kering Sel .......................................................................................................... 33
4.1.2 Pengaruh Waktu dan Jumlah CuSO4 Terhadap Kadar Etanol ................ 36
KESIMPULAN ..................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40
LAMPIRAN .......................................................................................................... 41
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
Etanol pada umumnya dibuat secara kimiawi, namun metode ini kurang
ramah lingkungan. Oleh karena itu, etanol perlu diproduksi menggunakan bantuan
mikroorganisme melalui proses fermentasi. Etanol hasil fermentasi menggunakan
mikroorganisme dikenal sebagai bioetanol. Bioetanol dapat dibuat dengan cara
peragian (fermentasi) terhadap bahan-bahan yang mengandung pati atau gula.
Molase (tetes tebu) merupakan hasil samping dari industri pengolahan
gula yang masih mengandung gula cukup tinggi. Kandungan gula sebesar 10 –
18% dalam medium fermentasi umumnya menghasilkan etanol yang cukup
memuaskan. Dua bentuk molasses kedua-duanya adalah hasil samping industri gula
tebu, seringkali digunakan dalam proses fermentasi.
Proses fermentasi menggunakan mikroorganisme yang mampu
menghasilkan alkohol. Mikroorganisme yang sering digunakan adalah
Saccharomyces cereviciae. Hal ini disebabkan adanya enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme yang dapat membantu menghidrolisis pati menjadi glukosa.
Jumlah studi tentang proses yang terlibat dalam penyerapan logam dengan
khamir Saccharomyces cerevisiae telah meningkat secara signifikan dalam
beberapa tahun terakhir (Vesna Stehlik-Thomas et al, 2004). Rupanya, ion logam
sangat penting untuk semua organisme, dan karena itu pengangkut ion memainkan
peran penting dan utama yaitu mempertahankan homeostasis. Ragi ini telah
menjadi model mikroorganisme untuk mempelajari transporter logam dan
akumulasi mereka dalam sel. Namun, jumlah berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan pada fungsi.
Melihat adanya pengaruh yang dihasilkan dari penambahan logam Tembaga
(Cu) pada aktifitas fermentasi dari bakteri Saccharomyces cerevisiae, maka peneliti
melakukan percobaan yaitu pengaruh kadar tembaga (Cu) pada pembuatan
bioetanol dari molase secara fermentasi menggunakan bakteri Saccharomyces
cerevisiae.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Molase
Menurut Cruger dan Grueger (1984), molase merupakan salah satu
substrat yang sering digunakan dalam fermentasi alkohol sebagai salah satu
sumber karbohidrat bagi yeast yang mengandung gula, vitamin, dan senyawa N.
Molase dari tetes tebu didapatkan dari hasil pemisahan dengan kristal gula
pada pengolahan gula tebu. Proses pengolahan diawali dengan penggilingan tebu
untuk mengeluarkan nira mentah yang berbentuk jus, setelah itu nira mentah akan
memasuki proses pemurnian untuk mendapatkan nira jernih dengan cara
mengendapkan nira kotor, selanjutnya nira jernih memasuki proses penguapan yang
bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi sampai dengan tingkat jenuhnya.
Sampai tahap ini nira kental hasil dari proses penguapan akan melalui proses
pembentukan kristal gula melalui pemasakan, setelah kristal terbentuk dan melalui
tahap pendinginan dilakukan pemisahan menggunakan alat pemusing dan
penyaring sehingga didapatkan gula mentah dan tetes tebu. (wikipedia : 2017)
Menurut Harahap (2003) produksi alkohol dengan cara fermentasi dapat
diproduksi dengan 3 macam karbohidrat, yaitu ;
a. Bahan-bahan yang mengandung gula. Bahan yang mengandung gula atau
yang biasa disebut substansi sakarin yang rasanya manis, misalnya gula tebu,
gula bit, molase, macam-macam sari buah-buahan dan lain-lain.
b. Bahan yang mengandung pati. Bahan yang mengandung pati misalnya padi-
padian, jagung, kentang, sorgum, ubi kayu, dan lain-lain. Pada pembentukan
alkohol (Said, 198)7) dengan bahan dasar pati memerlukan 3 tahap sebagai
berikut :
1) Tahap I. Pemecahan pati dengan menggunakan enzim amylase menjadi
komponen disakarida yaitu maltosa dengan reaksi sebagai berikut ;
amilase
2 C6H12O5 + H2O C12H22O11
Pati Maltosa
Maltosa Glukosa
3) Tahap III. Pemecahan Glukosa menjadi etanol dan karbondioksida
dengan bantuan enzim zymase
zymase
C6H12O6 2 C2H5OH + 2O2
Glukosa Etanol
Tabel 2.1 Komponen Yang Terkandung Dalam Molase (Toharisman dan Santosa, 1999)
Air 17-25 20
Senyawa organik
Sakarosa 30-40 35
Glukosa 4-9 7
Fruktosa 5-12 9
Gula reduksi lain 1-5 3
Protein kasar 2.5-4.5 4
Asam amino 0.3-0.5 0.4
Senyawa Anorganik
K2O 4.8
CuO 1.2
MgO 0.98
Na2O 0.1
Fe2O3 0.12
SO3 1.9
Cl 1.8
P2O5 0.6
SiO2 tak larut 0.6
Dalam proses fermentasi alkohol digunakan ragi. Ragi ini dapat mengubah
glukosa menjadi alkohol dan gas CO2. Ragi merupakan mikroorganisme bersel
satu, tidak berklorofil dan termasuk golongan eumycetes. Dari golongan ini
dikenal beberapa jenis, antara lain Saccharomyces anamenesis,
Schizosaccharomyces pombe dan Saccharomyces cereviside. Masing-masing
mempunyai kemampuan memproduksi alkohol yang berbeda.
Etanol juga dapat dihasilkan dari hidrasi etilen yang merupakan derivat dari
minyak bumi dan batu bara. Proses tanpa fermentasi ini berlangsung dengan cara
menambahkan air pada suhu tinggi (Winarno, 2007). Menurut Murdiyatmo (2007)
68% etanol di dunia digunakan sebagai bahan bakar. Produksi etanol tersebut
banyak dikembangkan dengan komoditi pertanian melalui fermentasi. Menurut
Harahap (2003), produksi etanol dengan cara fermentasi bisa diproduksi dari 3
macam karbohidrat yaitu bahan-bahan yang mengandung gula seperti gula tebu,
gula bit, molase (tetes tebu), sari buah dan lain-lain. Etanol (sering disebut juga etil-
2.3 Fermentasi
Fermentasi adalah Proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen) maupun aerob. Secara umum, Fermentasi adalah Salah
satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal (Dirmanto, 2006). Fermentasi mempunyai
pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi
produk yang bernilai tinggi, seperti asam–asam organik, protein sel tunggal,
antibiotika, dan biopolymer. Fermentasi merupakan proses yang relatif murah yang
pada hakekatnya telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita secara tradisional
dengan produk–produknya yang sudah biasa dikonsumsi manusia sampai sekarang
seperti tape, tempe, oncom, dan lain–lain. ( Nurhayani, 2000 )
Fermentasi dapat diartikan sebagai perubahan gradual oleh enzim beberapa
bakteri, khamir, dan jamur. Contoh perubahan kimia dari fermentasi meliputi
pengasaman susu, dekomposisi pati dan gula menjadi alkohol dan karbondioksida,
serta oksidasi senyawa nitrogen organik. (Hidayat, 2006) Pada proses fermentasi
lebih dari 3 hari terjadi perombakan gula menjadi alkohol, akan dapat menyebabkan
minuman sari buah beralkohol (Siswadji, 1985). Pada proses fermentasi melibatkan
beberapa enzim yang dikeluarkan oleh kapang, sehingga jumlah sel kapang yang
hidup paling tinggi terdapat pada lama fermentasi 3 hari dan semakin lama
fermentasi aktivitas kapang semakin menurun (Inggrid, 2003).
Lamanya proses fermentasi tergantung kepada bahan dan jenis produk yang
akan dihasilkan. Proses pemeraman singkat (fermentasai tidak sempurna) yang
berlangsung sekitar 1-2 minggu dapat menghasilkan produk dengan kandungan
etanol 3-8%. Contohnya adalah produk bir. Sedangkan proses pemeraman yang
lebih panjang (fermentasi sempurna) yang dapat mencapai waktu bulanan bahkan
tahunan seperti dalam pembuatan anggur dapat menghasilkan produk dengan
kandungan etanol sekitar 7-18%. (Hidayat, 2006).
Fosfogliceroldehida
Asam
Piruva
Aerobic Anaerobic
b. Mikroba
Fermentasi biasanya dilakukan dengan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan.
c. Suhu
Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama
fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan yang
maksimal, suhu pertumbuhan minimal, dan suhu optimal.
d. Oksigen
Udara atau oksigen selama fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk
memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap
mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertmbuhan
atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi. Misalnya ragi roti
e. Waktu
Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi
pertumbuhannya.
Glukosa Fruktosa
Abu 5.0-9.5
Asam Nukleat 6.0-12.0
Lemak 2.0-6.0
Nitrogen 7.5-8.5
(Suriawiria, 1990)
Fenilalanin 4.1-4.8
Isoleusin 4.6-5.3
Lisin 7.7-7.8
Leusin 7.0-7.8
Metionin 1.6-1.7
Sistin 00.09
Treonin 4.8-5.4
Triptofan 1.1-1.3
Valin 5.3-5.8
Penggunaan sel Saccharomyces cerevisiae dalam produksi etanol
didasarkan pada beberapa faktor yaitu mudahnya diperoleh sel Saccharomyces
2.5 CuSO4
Tembaga (II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah sebuah
senyawa kimia dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa garam ini eksis di bumi
dengan kederajatan hidrasi yang berbeda-beda. Bentuk anhidratnya berbentuk
bubuk hijau pucat atau abu-abu putih, sedangkan bentuk pentahidratnya
(CuSO4·5H2O), berwarna biru terang. (Oxford University, 2007)
Kofaktor adalah bahan kimia yang membantu (molekul atau ion), yang
terikat enzim untuk meningkatkan aktivitas biologis enzim. Sebagian besar enzim
membutuhkan kofaktor untuk mengerahkan aktivitas mereka, sedangkan beberapa
enzim mungkin tidak membutuhkan mereka. Sebuah enzim tanpa kofaktor yang
disebut apoenzim. Ketika apoenzim bersama-sama dengan kofaktor, ia dikenal
sebagai holoenzim. Beberapa enzim dapat mengaitkan dengan satu kofaktor
sementara beberapa dapat mengaitkan dengan beberapa kofaktor. Tanpa kofaktor,
aktivitas enzim akan hilang. Kofaktor dapat dibagi menjadi dua sebagai kofaktor
organik dan faktor co anorganik. Kofaktor anorganik terutama mencakup ion
logam. Magnesium sangat penting untuk heksokinase, polimerase DNA dan
enzim glukosa-6-fosfat. Zinc merupakan ion logam penting bagi dehidrogenase
alkohol, karbonat anhidrase dan fungsi DNA polimerase. Selain magnesium dan
seng, ada ion logam lain seperti tembaga, besi, besi, mangan, nikel dll, yang
berhubungan dengan berbagai jenis enzim. Ion logam enzim dapat berpartisipasi
dalam proses katalitik dalam tiga cara utama ;
1. Dengan mengikat substrat untuk mengarahkan dengan benar untuk reaksi
2. Dengan elektrostatis menstabilkan atau melindungi muatan negatif
3. Dengan memfasilitasi oksidasi, reaksi reduksi melalui perubahan reversibel
pada tingkat oksidasi ion logam
Aktivator biasanya berikatan lemah dengan satu enzim. Banyak enzim yang
berasosiasi dengan glikolisis memerlukan logam sebagai aktivator. Logam
yang diketahui merupakan aktivator dari sistem enzim adalah Cu, Fe, Mn, Zn, Ca,
Logam berat dapat dibagi menjadi dua kelompok, logam berat esensial dan
non esensial. Logam berat non esensial meliputi Pb, Cd, Hg, Cr, dan Ag. Logam
berat non esensial sangat beracun dan tanpa nilai gizi. Logam berat esensial seperti
Fe, Mn, Cu, Mo, Zn dan Mg. Logam berat esensial penting sebagai mikronutrien
pada sejumlah organisme tetapi beracun pada tingkat tinggi (Solisio et al., 2008).
Pada konsentrasi 5 ppm, logam berat Cu dapat menurunkan laju pertumbuhan sel
(Soeprobowati dan Haryati, 2013).
Aktivator biasanya berikatan lemah dengan satu enzim. Banyak enzim yang
berasosiasi dengan glikolisis memerlukan logam sebagai aktivator. Logam
yang diketahui merupakan aktivator dari sistem enzim adalah Cu, Fe, Mn, Zn, Ca,
K dan Co. (jurnal, “Aktivitas Ligninolitik Jenis Ganoderma pada Berbagai Sumber
Karbon”)
Tembaga juga merupakan kation divalen penting dalam sel ragi,
METODE PENELITIAN
3.1.2 Bahan
Daftar bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
3.1
Tabel 3. 1 Daftar Bahan
Bahan Spesifikasi
Kultur Saccharomyces cerevisiae Biakan murni pada medium yeast padat
(Bila dalam bentuk lifoilisasi dilarutkan
dalam aquadest steril)
Molase -
(𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑛) − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑜𝑣𝑒𝑛 (𝑔) 𝑔
= ⋯( )
225 𝑚𝑙 𝑚𝑙
Molase yang telah diencerkan hingga 20% (100 g dalam 500 ml) diambil
sebanyak 300 ml kemudian dipanaskan dengan suhu 70 ºC selama 30
menit dan disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh
ditambahkan urea sebanyak 0,3 %, kemudian filtrat dibagi menjadi 3
masing masing 100 ml untuk ditambahkan variabel CuSO4. Ditambahkan
larutan H2SO4 0,05 M untuk mengatur pH yang dikehendaki yaitu pH 5.
Selanjutnya sampel disterilisasi ke dalam autoclave pada suhu 121 °C dan
tekanan 15 psi selama 2 jam.
Sampel yang telah dipindahkan kedalam vial steril diletakkan pada tray
vial alat Gas Chromatography untuk di inject secara otomatis. Proses
inject otomatis diatur pada program aplikasi yang dihubungkan dengan
unit komputer. Input informasi sampel yang diperlukan pada aplikasi (GC
Solution) seperti nama user, nama sample, dan volume yang diambil
syringe untuk masuk kedalam kolom. Klik start bila seluruh informasi
telah diinput. GC akan menginject sample secara otomatis dan berhenti
pada menit ke 30. Analisa hasil peak yang didapat dengan blanko etanol.
Hitung kadar etanol yang didapat dengan rumus sebagai berikut ;
𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
% Kadar etanol = 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 × 100%
Pembuatan Media
- Media Yeast Extract Peptone Glucose Agar
- Media Yeast Extract Peptone Glucose Broth
Regenerasi Sel
Sel S.cerevisiae dipindahkan ke media YPGA diinkubasi selama 48
jam suhu 40˚ C
Kurva Pertumbuhan
25 ml stok inoculum dipindahkan ke 225 ml media YPGB,
siapkan sebanyak 5 buah. Ukur berat kering sesuai dengan waktu
variable (hari) dengan cara sentrifugasi kemudian endapan
ditimbang dan di oven 105˚ C 1 jam.
Gambar 3.1 Diagram alir fermentasi bioethanol dari molase dengan saccaromyches
cerevisiae
3.5.2 Efek Jumlah CuSO4 dan Lama Inkubasi Terhadap Kadar Etanol
Tabel 3.3 Matriks Penelitian untuk Mengamati Efek Perubahan Jumlah CuSO 4 terhadap
Kadar Etanol
Lama
Inkubasi Jumlah CuSO4 Kadar Etanol
(Hari) (g/L) (%)
1 0.0
0.5
1.0
2 0.0
0.5
1.0
3 0.0
0.5
Bulan
No Kegiatan Mei 2019 Juni 2019 Juli 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pemahaman
konsep dan
teori
2 Persiapan Alat
dan Bahan
3 Percobaan
dengan
berbagai
variabel
4 Pengumpulan
dan Analisis
Data
5 Penyusunan
Laporan
Akhir
1 2.6667 E-06
3.5556 E-06
2
4.0000 E-06
3
4.0000 E-06
4
5 4.4444 E-06
Cara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode berat kering.
Metode tersebut relatif mudah dilakukan, yaitu kultur disaringan atau
disentrifugasi, kemudian bagian yang disaring atau yang mengendap hasil
sentrifugasi dikeringkan. Pada metode ini juga tidak dapat membedakan sel yang
hidup dan mati. Akan tetapi keterbatasan itu tidak mengurangi manfaat metode
tersebut dalam hal mengukur efesiensi fermentasi, karena pertumbuhan diukur
dengan satuan berat, sehingga dapat diperhitungkan dengan parameter konsumsi
substrat dan produksi senyawa yang diinginkan (Purwoko, 2007).
Sentrifugasi dilakukan untuk mempermudah memisahkan substrat dan
mengendapkan sel bakteri Saccharomycess cerevisiae. Kemudian endapan
ditimbang untuk menghilangkan kadar air yang tersisa hingga didapatkan berat
endapan tanpa air atau pelarut media. Kandungan air akan menguap akibat proses
pemanasan. Digunakan suhu 105˚ C karena asumsinya air menguap pada suhu
(𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑛) − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑜𝑣𝑒𝑛 (𝑔) 𝑔
=( )
225 𝑚𝑙 𝑚𝑙
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Purwoko, 2007 yang manyatakan
bahwa metode berat kering tidak dapat membedakan sel yang hidup dan mati.
Sehingga kita tidak dapat mengetahui kapan terjadinya Lag Phase, Log Phase,
Stationary Phase, dan Death Phase. Kerena mikroorganisme baik yang masih
hidup maupun yang sudah mati tetap memiliki massa atau bobot. Namun bila
dilihat dari grafik pertumbuhan pengaruh waktu terhadap pertumbuhan
mikroorganisme pada hari ke 1 hingga hari ke 2 didapatkan hasil yang meningkat.
Artinya pada tahap ini mikroorganisme berkembang pesat. Sesuai dengan
pendapat Ferdias (1998). Mikroorganisme akan mengalami Log Phase pada hari
ke 2 atau ke 3 setelah inkubasi. Dari percobaan yang didapatkan puncak
pertumbuhan mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae terjadi pada hari ke 3.
Tabel 4.2 Pengaruh Waktu dan Jumlah CuSO4 Terhadap Kadar Etanol
Jumlah CuSO4 Kadar Etanol Kadar Etanol Rata-rata
Hari Pengulangan
(g) (%) (%)
simplo 0.04
0 0.05
duplo 0.05
simplo 0.05
0 0.5 0.05
duplo 0.05
simplo 0.07
1 0.07
duplo 0.06
simplo 4.13
0 4.12
duplo 4.1
simplo 4.24
1 0.5 4.25
duplo 4.25
simplo 4.35
1 4.37
duplo 4.38
simplo 7.22
0 7.39
duplo 7.56
simplo 7.48
2 0.5 7.55
duplo 7.62
simplo 7.64
1 7.75
duplo 7.85
simplo 6.67
0 6.55
duplo 6.42
3 simplo 6.51
0.5 6.60
duplo 6.69
simplo 3.77
0 3.71
duplo 3.65
simplo 3.84
4 0.5 3.88
duplo 3.92
simplo 4.05
1 4.03
duplo 4
simplo 1.39
0 1.44
duplo 1.48
simplo 1.5
5 0.5 1.58
duplo 1.65
simplo 1.74
1 1.76
duplo 1.77
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu Fermentasi (Hari)
Kofaktor 0 gram
Kofaktor 1 gram
Gambar 4.2 Pengaruh Waktu dan Jumlah CuSO4 Terhadap Kadar Etanol