Anda di halaman 1dari 54

VERIFIKASI METODE PENETAPAN KADAR TEMBAGA (Cu) DALAM

AIR MINUM SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM


NYALA (SSA-NYALA)

SEPTIANTO WIBISONO

NIM 1918480

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA

ANALISIS KIMIA

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK AKA BOGOR
BOGOR
2023
VERIFIKASI METODE PENETAPAN KADAR TEMBAGA (Cu) DALAM
AIR MINUM SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
NYALA (SSA-NYALA)

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI


Diajukan Guna Melengkapi Syarat Pendidikan Diploma Tiga

Oleh
SEPTIANTO WIBISONO
NIM: 1918480

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ika Widiana, M.T Yuris Diksy, M.Si

Direktur Politeknik AKA Bogor

Henny Rochaeny, M.Pd

POLITEKNIK AKA BOGOR


BOGOR
2023

ii
PRAKARTA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktik kerja industri (prakerin) yang berjudul “Verifikasi Metode
Penetapan Kadar Tembaga (Cu) Dalam Air Minum Secara Spektrofotometri
Serapan Atom Nyala (SSA-nyala)”. Laporan praktik kerja industri (prakerin) ini
di susun dalam rangka memenuhi tugas akhir Program Studi Analisis Kimia
Politeknik AKA Bogor.

Dalam menyusun tugas akhir ini, penulis banyak memperoleh bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Ika Widiana, M.T., sebagai dosen Pembimbing I yang telah


membimbing selama penyusunan laporan prakerin ini.
2. Bapak Yuris Diksy, M.Si., sebagai Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama pelaksanaan prakerin.
3. Ibu Henny Rochaeny, M.Pd., Direktur Politeknik AKA Bogor, beserta
seluruh Staff Pengajar Politeknik AKA Bogor yang telah memberikan
bekal ilmu pengetahuan saat masa perkuliahan.
4. Bapak Mohammad Hayat, sebagai dosen wali yang telah membimbing
penulis selama masa perkuliahan di Politeknik AKA Bogor.
5. Ibu Asmaningrum S., A.P., sebagai analis Laboratorium Uji-AKA,
beserta seluruh Karyawan di Laboratorium Uji-AKA yang telah
membantu dan memberikan arahan selama pelaksanaan prakerin.
6.

iii
DAFTAR ISI

Halaman
PRAKARTA..........................................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Tujuan :.....................................................................................................2

1.3 Manfaat.....................................................................................................2

1.3.1 Penulis..............................................................................................2

1.3.2 Perusahaan.......................................................................................2

1.3.3 Pembaca...........................................................................................3

BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI...............................4

2.1 Tempat dan Waktu....................................................................................4

2.2 Bahan dan Alat..........................................................................................4

2.2.1 Bahan...............................................................................................4

2.2.2 Alat...................................................................................................4

2.3 Cara Kerja.................................................................................................4

2.3.1 Tahap Persiapan...............................................................................5

2.3.2 Tahap Pengujian...............................................................................7

2.3.3 Tahap Pengolahan Data...................................................................8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................15

3.1 Linearitas.................................................................................................16

iv
3.2 Presisi......................................................................................................17

3.3 Akurasi....................................................................................................18

3.4 Limit Kuantitasi dan Limit Deteksi Instrumen.......................................19

3.5 Estimasi Ketidakpastian..........................................................................22

BAB IV SIMPULAN........................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

LAMPIRAN..........................................................................................................26

v
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Hasil Verifikasi Metode Uji Tembaga (Cu) dalam Air Minum secara
SSA-nyala...............................................................................................15
Tabel 2. Hasil Uji Presisi Metode Kadar Cu dalam Air Minum secara SSA-nyala
.................................................................................................................18
Tabel 3. Hasil Uji Akurasi Cu dalam Air Minum secara SSA-nyala.....................19
Tabel 4. Hasil Uji Teoritis LK dan LDI Cu pada Kurva Kalibrasi........................20
Tabel 5. Hasil Uji Konfirmasi LK Cu 0,18 mg/L dalam Air Minum secara SSA-
nyala........................................................................................................21
Tabel 6. Hasil Uji Konfirmasi LDI Cu 0,02 mg/L dalam Air Minum secara SSA-
nyala........................................................................................................22

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Gambar 1. Diagram Fish Bone Penetapan Kadar Cu dalam Air Minum secara
SSA-nyala ...........................................................................................11
Gambar 2. Kurva Deret Uji Linearitas Standar Cu................................................16

vii
DAFTAR LAMPIRAN

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan primer bagi setiap makhluk hidup
yang harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memenuhi syarat. Seluruh
aktivitas manusia tidak pernah lepas dari air mulai masak, mandi, membersihkan
rumah dan aktivitas lainnya. Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial
yang mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai pelarut, alat angkut, sebagai
katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, dan pengatur suhu tubuh
(BUANASITA dkk, 2015).
Sumber air minum adalah tempat atau lokasi dari mana air minum
berasal. Sumber air minum dapat dibedakan menjadi air permukaan (seperti
sungai, danau, waduk) dan air tanah (seperti sumur, mata air) (DJOKO,
2016). Sumber air minum harus memenuhi standar kesehatan dan kualitas agar
aman dan layak dikonsumsi oleh manusia. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas sumber air minum adalah cuaca, lingkungan, polusi, dan
human error.
Laboratorium Uji Politeknik AKA Bogor (LU-AKA) merupakan salah
satu unit di bawah Teaching Factory (TEFA) Politeknik AKA Bogor. Pada
Laboratorium Uji-AKA menyediakan pengujian sampel berupa matriks yaitu air
minum, air bersih, dan air limbah. Berdasarkan LU-AKA terdapat Ruang Lingkup
dan Non Ruang Lingkup. Dalam Ruang Lingkup meliputi parameter metode uji
secara resmi yang mengacu oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) dan telah
terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), sedangkan Non Ruang
Lingkup meliputi parameter metode uji secara tidak resmi dari standar nasional
maupun internasional dan tidak termasuk dalam lingkup Komite Akreditasi
Nasional (KAN).
Verifikasi metode uji adalah untuk mengetahui apakah suatu metode
standar yang digunakan untuk pengujian dapat memberikan hasil yang valid dan
sesuai dengan tujuan pengujian (SUKARYONO dkk, 2017). Verifikasi metode uji

1
2

juga bertujuan untuk membuktikan bahwa laboratorium yang melakukan


pengujian memiliki kompetensi dan kualitas yang memadai. Verifikasi metode uji
dilakukan sebelum metode standar diterapkan di laboratorium. Disamping itu
verifikasi juga bertujuan untuk membuktikan bahwa laboratorium memiliki data
kinerja. Hal ini dikarenakan laboratorium yang berbeda memiliki kondisi dan
kompetensi personil serta kemampuan peralatan yang berbeda. Sehingga, kinerja
antara satu laboratorium dengan laboratorium lainnya tidak sama (UTAMI, 2017).
Kinerja yang diuji dalam verifikasi metode adalah selektifitas, diantaranya
uji akurasi dan presisi (UTAMI, 2017). Parameter verifikasi metode antara lain
linearitas, presisi, akurasi, batas kuantifikasi (Limit of Quantification/LOQ), dan
batas deteksi (Limit of Detection/LOD). Parameter minimal yang harus dipenuhi
dalam verifikasi metode yaitu presisi dan akurasi (SA'ADAH & WINATA, 2010).

1.2 Tujuan :

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui hasil kinerja personil


melakukan metode uji penetapan kadar logam Tembaga (Cu) dalam Air Minum
secara SSA-Nyala di Laboratorium Uji AKA. Metode yang digunakan parameter
mengacu dari SNI 6989.6:2009 yang telah ditetapkan dalam Ruang Lingkup di
Laboratorium Uji-AKA.

1.3 Manfaat

1.3.1 Penulis
Laporan prakerin kerja industri ini bermanfaat bagi penulis sebagai
syarat dalam menyelesaikan pendidikan diploma tiga program studi analisis
kimia di Politeknik AKA Bogor. Laporan prakerin ini juga bermanfaat sebagai
sarana dalam menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam
bidang pengembangan metode uji.
1.3.2 Perusahaan
Laporan praktik kerja industri ini bermanfaat bagi perusahaan sebagai
acuan untuk pemastian kinerja penguji mengenai verifikasi metode uji yang
sesuai dapat digunakan sebagai analisis rutin di LU-AKA apabila semua
parameter verifikasi memenuhi syarat keberterimaan yang telah ditetapkan.
3

1.3.3 Pembaca
Laporan praktik kerja industri ini bermanfaat bagi pembaca sebagai
sarana untuk menambah wawasan dalam bidang pengembangan metode uji.
Laporan praktik kerja industri ini juga dapat dijadikan sebagai literatur dan
rujukan penulisan ilmiah mengenai verifikasi metode menggunakan
spektrofotometri serapan atom.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

2.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan praktik kerja industri (prakerin) dilakukan di Laboratorium Uji


AKA (LU-AKA) Politeknik AKA Bogor, yang beralamat di Jalan Pangeran Sogiri
No. 283, Tanah Baru, Bogor Utara. Prakerin dilaksanakan pada bulan Februari
hingga Juli 2023. Logbook ringkasan kegiatan selama prakerin dapat dilihat pada
Lampiran 1.

2.2 Bahan dan Alat

2.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi bahan uji dan
bahan kimia. Bahan uji yang digunakan berupa air minum, sedangkan bahan
kimia yang digunakan meliputi larutan standar tembaga (Cu) 1000 mg/L,
asam nitrat pekat (HNO3) 65%(v/v), dan aquabidest.
2.2.2 Alat
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini terdiri dari peralatan
utama dan peralatan penunjang. Peralatan utama berupa spektrofotometer
serapan atom nyala (SSA-nyala) yang bermerek shimadzu AA7000. Peralatan
penunjang meliputi airpump, batang pengaduk, gelas piala, kertas saring
whatman 42, kertas saring membran berpori 0,45 µm, labu penyaringan kaca
1000 mL, labu semprot, labu takar 50 mL & 100 mL, pipet mohr, pipet tetes,
dan pipet volumetrik 10 mL.

2.3 Cara Kerja

Metode uji digunakan parameter mengacu dari SNI 6989.6:2009 yang


telah ditetapkan. Berikut SNI 6989.6:2009 dapat dilihat pada Lampiran 2.
Percobaan ini dilakukan terdiri dari 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pengujian, dan tahap pengolahan data. Tahap persiapan meliputi pembuatan

4
5

pelarut HNO3 0,05 M, pembuatan larutan baku standar Cu, dan pembuatan
larutan uji (linearitas, presisi serta akurasi, dan limit kuantitasi serta limit
deteksi instrumen). Tahap pengujian meliputi linearitas, presisi dan akurasi,
serta Limit Kuantitasi dan Limit Deteksi Instrumen. Dan tahap pengolahan
data dilakukan secara statistika dengan menggunakan software microsoft excel
menghitung nilai persamaan regresi, koefisien korelasi (r), intersept (a), slope
(b), rata-rata (x̄), simpangan baku (SD), %RSD, persentase perolehan kembali
(%Recovery), kadar Cu (mg/L), dan estimasi ketidakpastian pengukuran
(mg/L).
2.3.1 Tahap Persiapan
2.3.1.1 Pembuatan Pelarut HNO3 0,05 M
Larutan HNO3 65% sebanyak 6,92 mL dituangkan ke dalam gelas
piala 2 L yang telah berisi aquabidest, kemudian ditera dengan
aquabidest. Larutan tersebut dihomogenkan. Perhitungan pembuatan
pelarut HNO3 0,05 M dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.3.1.2 Pembuatan Larutan Standar Cu 100 mg/L
Larutan baku standar Cu 1000 mg/L dipipet 10,00 mL ke dalam
labu takar 100 mL. Kemudian ditambahkan dengan pelarut HNO3 0,05
M hingga tanda tera dan dihomogenkan. Perhitungan pembuatan larutan
standar Cu 100 mg/L dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.3.1.3 Pembuatan Larutan Standar Cu 10 mg/L
Larutan baku standar Cu 100 mg/L dipipet 10,00 mL ke dalam
labu takar 100 mL. Kemudian ditambahkan dengan pelarut HNO3 0,05
M hingga tanda tera dan dihomogenkan. Perhitungan pembuatan larutan
standar Cu 10 mg/L dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.3.1.4 Pembuatan Larutan Deret Standar Cu (0,00 ; 0,20 ; 0,60 ;
1,00 ; 1,50 ; 2,00 ; 3,00) mg/L
Larutan baku standar Cu 10 mg/L dipipet masing-masing (0,00 ;
1,00 ; 3,00 ; 5,00 ; 7,50 ; 10,00 ; 15,00) mL ke labu takar 50 mL.
Kemudian ditambahkan dengan pelarut HNO3 0,05 M hingga tanda tera
dan dihomogenkan. Perhitungan pembuatan larutan deret standar Cu
6

(0,00 ; 0,20 ; 0,60 ; 1,00 ; 1,50 ; 2,00 ; 3,00) mg/L dapat dilihat pada
Lampiran 3.
2.3.1.5 Pembuatan Larutan Uji Presisi dan Akurasi
Sampel disaring menggunakan kertas saring whatman 42,
kemudian disaring lagi menggunakan airpump pada kertas saring
membran berpori 0,45 µm. Hasil penyaringan sampel siap digunakan
untuk melakukan metode uji.
Larutan uji presisi pada sampel ke labu takar 50 mL, kemudian
ditambahkan 2 tetes HNO3 65% (v/v) dan ditera dengan larutan sampel
kemudian dihomogenkan. Larutan uji presisi dilakukan tujuh kali
pengulangan.
Larutan uji akurasi pada larutan Cu 10 mg/L dipipet 2,50 mL ke
labu takar 50 mL (Cu 0,5 mg/L), kemudian ditera dengan sampel yang
telah diketahui konsentrasinya dan dihomogenkan. Larutan uji akurasi
dilakukan tujuh kali pengulangan. Perhitungan pembuatan larutan
konsentrasi spike Cu 0,50 mg/L dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.3.1.6 Pembuatan Larutan Konfirmasi Uji Limit Kuantitasi Cu 1
mg/L
Larutan baku standar Cu 10 mg/L dipipet 10,00 mL ke labu takar
100 mL. Kemudian ditambahkan dengan pelarut HNO3 0,05 M hingga
tanda tera dan dihomogenkan. Larutan konfirmasi uji limit kuantitasi
dibuat dilakukan tujuh kali pengulangan. Perhitungan pembuatan larutan
standar Cu 1 mg/L dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.3.1.7 Pembuatan Larutan Konfirmasi Uji Limit Deteksi Instrumen
Cu 0,1 mg/L
Larutan baku standar Cu 1 mg/L dipipet 10,00 mL ke labu takar
100 mL, kemudian ditambahkan dengan pelarut HNO3 0,05 M hingga
tanda tera dan dihomogenkan. Larutan konfirmasi uji limit deteksi
instrument dibuat dilakukan tujuh kali pengulangan. Perhitungan
pembuatan larutan baku standar Cu 0,1 mg/L dapat dilihat pada
Lampiran 3.
7

2.3.2 Tahap Pengujian


2.3.2.1 Linearitas
Linearitas ditentukan dengan cara mengukur absorbansi pada
deret standar Cu (0,00 ; 0,20 ; 0,60 ; 1,00 ; 1,50 ; 2,00 ; 3,00) mg/L
dengan menggunakan SSA-nyala pada panjang gelombang 347 nm.
Evaluasi hasil peroleh dengan pembuatan kurva deret standar dan
ditentukan nilai persamaan regresi intersep (a), slope (b) serta koefisien
korelasi (r) dengan syarat keberterimaan nilai koefisien korelasi (r) lebih
dari 0,995 acuan dari SNI 6989.6:2009.
2.3.2.2 Akurasi dan Presisi.
Larutan sampel sudah di siapkan kemudian diukur absorbansi
dengan menggunakan SSA-nyala pada panjang gelombang 347 nm.
Evaluasi hasil presisi dilakukan dengan rata-rata konsentrasi dan
simpangan baku, berdasarkan data diperoleh nilai %RSD yang akan
membandingkan dengan syarat keberterimaan %RSD kurang dari 10%
acuan dari SNI 6989.6:2009. Evaluasi hasil akurasi dilakukan dengan
nilai perolehan kembali (%Recovery) yang akan membandingkan dengan
syarat keberterimaan (85-115)% acuan dari SNI 6989.6:2009.
2.3.2.3 Limit Kuantitasi dan Limit Deteksi Instrumen
Konsentrasi limit kuantitasi (LK) Cu diperoleh secara teoritis
yang berasal dari kurva kalibrasi. Nilai LK teoritis tersebut perlu diuji
dibuat dengan melakukan meliputi menurunkan konsentrasi dan
meningkatkan konsentrasi pada sampel. Larutan disiapkan diukur
absorbansi dengan SSA-nyala pada panjang gelombang 347 nm,
pengujian dibuat dilakukan sebanyak tujuh kali pengulangan. Evaluasi
hasil limit kuantitasi (LK) berdasarkan hasil presisi dan akurasi yang
terukur absorbansi dengan SSA-nyala kemudian nilai %Recovery
dibandingkan dengan syarat keberterimaan (85-115)%.
Konsentrasi limit deteksi instrumen (LDI) Cu diperoleh secara
teoritis yang berasal dari kurva kalibrasi. Nilai LDI teoritis tersebut perlu
8

diuji dibuat dengan melakukan meliputi menurunkan konsentrasi dan


meningkatkan konsentrasi pada larutan standar baku Cu. Larutan
disiapkan diukur absorbansi dengan SSA-nyala pada panjang gelombang
347 nm, pengujian dibuat dilakukan sebanyak tujuh kali pengulangan.
Evaluasi hasil limit deteksi instrumen (LDI) berdasarkan hasil tidak
presisi dan akurasi serta mampu membaca absorbansi dengan SSA-
nyala.
2.3.3 Tahap Pengolahan Data
2.3.3.1 Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan
respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi
matematis berbanding lurus dengan konsentrasi analit. Linearitas dapat
ditunjukkan dengan membuat kurva kalibrasi dari larutan standar dengan
konsentrasi yang berbeda-beda dan menghitung koefisien korelasi (r)
dari persamaan linear berupa persamaan regresi y = a + bx yang
dihasilkan. Jika r semakin mendekati 1 maka kurva tersebut memiliki
linearitas yang baik.
n

∑ (x i−x )( y i− y )
i=1
r=

√∑
n n
2
( x i−x )
2
∑ ( y i− y )
i=1 i=1

∑ (x i−x )( y i− y )
i=1
b= n

∑ ( x i−x )2
i=1

a= y−b x
(HADI & ASIAH, 2018)
Keterangan :
r = koefisien korelasi

b = slope ( absorbansi
mg/ L )
a = intersep (absorbansi)
xi = konsentrasi Cu deret standar larutan kerja ke-i (mg/L)
9

x = rerata konsentrasi Cu deret standar larutan kerja (mg/L)


yi = absorbansi Cu deret standar larutan kerja ke-i (absorbansi)
y = rerata absorbansi Cu deret standar larutan kerja (absorbansi)
n = jumlah pengulangan
i = 1, 2, 3, ......, n

2.3.3.2 Presisi dan Akurasi


Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis yang diperoleh dari
serangkaian pengukuran ulangan dari ukuran yang sama. Akurasi adalah
ukuran perbedaan antara harapan hasil tes dan nilai referensi yang
diterima karena metode sistematis dan kesalahan laboratorium.
n

∑ x1
x= i=1
n


n

∑ ( xi −x )2
i=1
sd=
n−1
sd
%RSD= x 100 %
x
C 3−C 1
%Recovery=
C2
(HADI & ASIAH, 2018)
Keterangan :
x = rerata konsentrasi Cu pada sampel air minum (mg/L)
xi = konsentrasi Cu deret standar larutan kerja ke-i (mg/L)
x1 = konsentrasi Cu ke-1 pada sampel air minum (mg/L)
n = jumlah pengulangan
sd = simpangan baku konsentrasi Cu pada sampel air minum
(mg/L)
%RSD = simpangan baku relatif konsentrasi Cu pada sampel air
minum (%)
%Recovery = perolehan kembali (%)
10

C1 = konsentrasi sampel (mg/L)


C2 = konsentrasi Cu yang ditambahkan ke sampel (mg/L)
C3 = konsentrasi sampel yang diperkaya dengan Cu (mg/L)
2.3.3.3 Limit Kuantitasi dan Limit Deteksi Instrumen
Limit kuantitasi (LK) adalah konsentrasi analit terendah yang
dapat diukur dengan presisi dan akurasi yang memadai. Limit kuantitasi
dapat ditentukan dengan menggunakan pelarut sampel yang digunakan
untuk analisis. Limit deteksi instrumen (LDI) adalah konsentrasi atau
jumlah terkecil atau terendah dari analit dalam sampel yang dapat
terdeteksi oleh instrumen tertentu. Limit deteksi instrumen dapat
ditentukan dengan menggunakan larutan standar dengan konsentrasi
terendah.


n

∑ ( y i− ^yi ) 2
i=1
Sy=
x
n−2

10 × S y
x
LK Teoritis=
b

1×Sy
x
LDI Teoritis=
b

(RIYANTO, 2014)

Keterangan :

S y = simpangan baku relatif kurva regresi (abs)


x

b = slope ( absorbansi
mg / L )
n = jumlah konsentrasi Cu deret standar (mg/L)
yi = hasil pengukuran Cu deret standar ke-i (abs)
^y i = hasil perhitungan berdasarkan persamaan kurva kalibrasi
2.3.3.4 Kadar Cu
11

Kadar logam Cu dalam air minum diperoleh dengan rumus


sebagai berikut (SNI 6989.6:2009).

Cu ( mgL )=C x fp
Keterangan :
C = konsentrasi terukur Cu hasil pembacaan absorbansi dalam larutan
uji air minum (mg/L)
Fp = faktor pengenceran
2.3.3.5 Estimasi Ketidakpastian
Estimasi ketidakpastian adalah proses penentuan nilai
ketidakpastian pengukuran yang merupakan tingkat kesalahan yang tidak
diketahui yang tersisa dalam pengukuran. Estimasi ketidakpastian
meliputi tahapan menentukan ketidakpastian baku, ketidakpastian
gabungan dan ketidakpastian diperluas dengan tingkat kepercayaan
tertentu. Nilai ketidakpastian ditentukan untuk mengetahui nilai
keberterimaan yang masih dapat memenuhi persyaratan kualitas
(RIYANTO, 2014).

µReg µPM

Kadar Cu
(mg/L)

µEfek T
µKal

µLT

Gambar 1. Diagram Fish Bone Penetapan Kadar Cu dalam Air Minum


secara SSA-nyala
2.3.3.5.1 Ketidakpastian Asal Kurva Kalibrasi
Ketidakpastian asal kurva kalibrasi diperoleh dengan
menggunakan hasil persamaan linear berupa persamaan regresi
y = a + bx, nilai ketidakpastian asal kurva kalibrasi didapatkan
rumus sebagai berikut.
12

Sy
µReg=
b
x


1 ( y o− y )
x 1+ + 2
n b ∑¿¿¿
¿


n

∑ ( y i− ^yi ) 2
i=1
Sy=
x
n−2
(MILLER & MILLER, 2010)
Keterangan :
S y = simpangan baku relatif kurva regresi (abs)
x

b = slope ( absorbansi
mg / L )
n = jumlah konsentrasi Cu deret standar (mg/L)
xi = konsentrasi Cu deret standar ke-i (mg/L)
x = rata-rata konsentrasi Cu deret standar (mg/L)
yo = rata-rata hasil pengukuran Cu sampel (abs)
y = rata-rata hasil pengukuran Cu deret standar (abs)
yi = hasil pengukuran Cu deret standar ke-i (abs)
^y i = hasil perhitungan berdasarkan persamaan kurva kalibrasi
yang diperoleh (abs)
2.3.3.5.2 Ketidakpastian Asal Presisi Metode
Ketidakpastian asal presisi metode dinyatakan nilai
simpangan baku dari peroleh pengujian dan %SBR tingkat
ketelitian presisi metode, nilai ketidakpastian asal presisi metode
didapatkan rumus sebagai berikut.


n

∑ ( x i−x )2
i=1
µPM atau sd =
n−1
(SUPRIYONO & ZAKARIA, 2021)

Keterangan :

sd = simpangan baku konsentrasi Cu sampel (mg/L)


x = rerata konsentrasi Cu sampel (mg/L)
xi = konsentrasi Cu sampel ke-i (mg/L)
13

n = jumlah pengulangan
2.3.3.5.3 Ketidakpastian Asal Labu Takar
Ketidakpastian asal labu takar didapatkan melalui data
spesifikasi dari pabrik yang tertera di alat labu takar dan
dibandingkan dengan suhu di laboratorium pada saat
pengukuran. Berikut rumus ketidakpastian Asal Labu Takar
sebagai berikut.
µ<¿ √ (µ kalibrasi) +(µ efek T )
2 2

kalibrasi labutakar spek pabrik


µ kalibrasi=
k
koef . muai air ×VLT × variasi suhu
µ efek T =
k
(RIYANTO, 2014)
Keterangan :
VLT = Volume Labu Takar
K = √3 (distribusi rectangular)
2.3.3.5.4 Ketidakpastian Gabungan dan Ketidakpastian
Diperluas
Ketidakpastian gabungan yang diperoleh akar jumlah
kuadrat dari seluruh setiap semua kompongen ketidakpastian
baku. Sumber hasil pengukuran ketidakpastian baku didapatkan
dari ketidakpastian asal kurva kalibrasi, ketidakpastian asal
presisi metode, ketidakpastian asal recover, dan ketidakpastian
asal labu takar. Berikut rumus ketidakpastian gabungan sebagai
berikut.

√( ) ( ) ( )
2 2 2
µ reg µ PM µ rec
µGab=Csx × + + + ¿¿ ¿
reg PM rec
(SUPRIYONO & ZAKARIA, 2021)
Ketidakpastian diperluas adalah ketidakpastian gabungan
dikali dengan faktor pencakupan. Menurut HADI (2020), faktor
cakupan adalah sebuah kisaran ketidakpastian diperluas hasil
pengujian yang diharapkan mencakup tingkat kepercayaan dari
nilai-nilai distribusi yang dapat berhubungan dengan sesuatu
14

yang diuji. Nilai faktor cakupan yang diukur angka 2 dikali


ketidakpastian baku gabungan yang mencakup tingkat
kepercayaan 95% bahwa nilai sebenarnya. Rumus nilai
ketidakpastian diperluas, yaitu:
U95% = 2 x µGab
(HADI, 2020)
2.3.3.5.5 Pelaporan Hasil Uji
Pelaporan hasil pengujian estimasi ketidakpastian
pengukuran dalam bentuk rentang satu atau dua angka penting
dinyatakan laporan hasil pengukuran pada tertera sebagai berikut.
Laporan : ( x ± U 95 % , k=2 ) mg / L
(HADI, 2020)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Verifikasi metode penetapan kadar tembaga (Cu) dalam air minum secara
secara spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA-nyala) yang dilakukan di LU-
AKA yaitu meliputi beberapa parameter linearitas, presisi, akurasi, limit
kuantitasi, limit deteksi instrumen, dan estimasi ketidakpastian pengukuran.
Pengujian ini mengacu pada SNI 6989.6:2009 Air dan Air Limbah-Bagian 6:
Cara Uji Tembaga (Cu) secara spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA-nyala)
dan dibandingkan dengan syarat keberterimaan sesuai SNI 6989.6:2009 yang
telah ditetapkan di LU-AKA. Verifikasi metode uji dilakukan mengkonfirmasi
metode pengujian tembaga secara SSA-nyala yang dilakukan secara rutin. Berikut
hasil verifikasi metode penetapan kadar tembaga dalam air minum secara
spektrofotometri serapan atom-nyala pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Verifikasi Metode Uji Tembaga (Cu) dalam Air Minum secara
SSA-nyala.

Syarat
Parameter Nilai Acuan Kesimpulan
Keberterimaan

Linearitas Cu
r = 1,0000 r ≥ 0,9950 SNI MS
(0,00; 0,20-3,00) mg/L

Presisi
%RSD = 8,61 %RSD ≤ 10% SNI MS
x Cu = 0,12 mg/L

Akurasi Cu %Recovery = %Recovery =


SNI MS
(0,61-0,64) mg/L (97,87-104,14)% (85-115)%

%RSD = 6,33 % %RSD ≤ 10% LU-AKA MS


LK Cu
Teoritis ≈ 0,10 mg/L
(0,18 mg/L) %Recovery = %Recovery =
LU-AKA MS
(85,69-101,96)% (85-115)%

Respon Positif
LDI Cu Respon Positif
Konsentrasi
Teoritis ≈ 0,01 mg/L Konsentrasi Cu LU-AKA MS
Larutan standar
(0,02 mg/L) 0,02mg/L
Cu
EURACHEM
U = 0,03 mg/L U < Hasil Uji MS
Ketidakpastian (2000)
Pengukuran (U)
Nilai Pelaporan Kadar Cu (0,12 ± 0,03)mg/L

15
16

Keterangan :
LU-AKA = Laboratorium Uji-AKA
MS = Memenuhi Syarat
SNI = Standar Nasional Indonesia (SNI) 6989.6:2009

3.1 Linearitas

Linearitas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk


memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit yang terdapat
pada sampel pada kisaran konsentrasi tertentu. Linearitas biasanya dinyatakan
dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung berdasarkan
persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel
dengan berbagai konsentrasi (RIYANTO, 2014).
Uji linearitas dilakukan dengan metode acuan dari SNI 6989.6:2009 dalam
ruang lingkup pada penentuan logam tembaga (Cu) terlarut dalam air minum
secara SSA-nyala pada kurva deret kisaran kadar Cu 0,20 mg/L sampai 10,00
mg/L dengan panjang gelombang 324,7 nm. Penguji linearitas dengan beberapa
konsentrasi standar tembaga yaitu (0,00; 0,20; 0,60; 1,00; 1,50; 2,00; dan 3,00)
mg/L dan diukur menggunakan SSA-nyala pada panjang gelombang 324,7 nm.
Berikut data dan perhitungan dari pengujian linearitas Cu dapat dilihat pada
Lampiran . Kurva deret linearitas standar Cu pada Gambar 2.

Uji Linearitas Standar Cu


0.4500 0.4235
0.4000 f(x) = 0.143485312631137 x − 0.00513258497691979
0.3500
0.2839
0.3000
Absorbansi

0.2500 0.2111
0.2000
0.1389
0.1500
0.0797
0.1000
0.0500 0.0238
-0.0059
0.0000
0.0000
-0.0500 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000

Konsentrasi (mg/L)
17

Gambar 2. Kurva Deret Uji Linearitas Standar Cu


Berdasarkan Gambar 2. diperoleh persamaan regresi linear standar Cu
dengan persamaan y = 0,1435x – 0,0051 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar
1,0000. Nilai slope yang diperoleh yaitu sebesar 0,1435. Nilai slope menunjukan
tingkat sensitivitas metode yang digunakan sangat tinggi. Semakin besar nilai
kemiringan, maka senstivitas dari metode pengujian yang digunakan memberikan
sensitivitas atau respon instrument cukup kuat terhadap perubahan kadar analit
(HADI & ASIAH, 2018). Sedangkan nilai intersep yang diperoleh menunjukkan
yaitu sebesar 0,0051. Nilai intersep dalam kurva kalibrasi diartikan sebagai signal
to noise dari blanko yang merupakan sumber kesalahan (HADI & ASIAH, 2018).
Intersep idealnya adalah nol, semakin kecil intersep yang diperoleh semakin baik,
yang berarti signal to noise yang terjadi semakin kecil (HADI, 2010). Menurut
SNI 6989.6:2009, cara uji tembaga secara SSA-nyala syarat keberterimaan regresi
linear ditentukan berdasarkan nilai koefisien korelasi yaitu ≥ 0,995. Sehingga nilai
koefisien korelasi (r) diperoleh yaitu sebesar 1,000 pada pengujian yang dilakukan
persamaan regresi linier memenuhi syarat keberterimaan.

3.2 Presisi

Presisi atau precision adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian


antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-
rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil
dari campuran yang homogen (RIYANTO, 2014).
Pengujian presisi dilakukan dengan menggunakan sampel air minum dan
ditambahkan dua tetes HNO3 (p) dilakukan sebanyak tujuh kali ulangan, hasil
kadar dapat diperhitungkan nilai %RSD kemudian dibandingkan dengan syarat
keberterimaan sesuai acuan yang digunakan. Nilai %RSD menunjukkan nilai
kedekatan antar nilai hasil pengujian pada masing-masing pengulangan.
Perhitungan hasil uji presisi air minum dapat dilihat pada lampiran . Berikut hasil
uji presisi metode kadar Cu dalam air minum pada Tabel 2. sebagai berikut.
18

Tabel 2. Hasil Uji Presisi Metode Kadar Cu dalam Air Minum secara SSA-nyala

Kadar Cu
Ulangan Absorbansi
(mg/L)
1 0,0140 0,1333
2 0,0118 0,1180
3 0,0128 0,1250
Syarat Keberterimaan
4 0,0130 0,1264
RSD < 10%
5 0,0126 0,1236
6 0,0096 0,1027
7 0,0108 0,1110
SD 0,0103
Rerata Kadar Cu (mg/L) 0,1200
%RSD 8,61

Penentuan presisi ditentukan dengan menghitung %RSD. Berdasarkan


Tabel 2. nilai %RSD yang diperoleh yaitu sebesar 8,61%. Acuan SNI 6989.6:2009
nilai syarat keberterimaan %RSD ≤ 10%, sehingga pengujian yang dilakukan
presisi metode uji memenuhi syarat keberterimaan.

3.3 Akurasi

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis


dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi menggambarkan kebenaran dari
hasil nilai pengujian, akurasi dinyatakan dalam persen perolehan kembali
(recovery). Uji akurasi dilakukan untuk melihat ketelitian alat dan analisis dalam
pengujian, semakin dekat hasil akurasi dengan nilai sebenarnya maka semakin
baik analisis yang dilakukan (RIYANTO, 2014).
Pengujian akurasi perolehan kembali dilakukan dengan menggunakan
sampel air minum dan ditambahkan konsentrasi spike yang ditentukan dilakukan
sebanyak tujuh kali ulangan, hasil konsentrasi terukur dapat diperhitungkan nilai
perolehan kembali (%Recovery) kemudian dibandingkan dengan syarat
keberterimaan sesuai acuan yang digunakan. Nilai perolehan kembali
(%Recovery) memastikan nilai kedekatan hasil konsentrasi yang sebenarnya pada
masing-masing pengulangan. Perhitungan hasil uji akurasi dapat dilihat pada
19

lampiran . Berikut hasil uji akurasi Cu dalam air minum pada Tabel 3. sebagai
berikut.

Tabel 3. Hasil Uji Akurasi Cu dalam Air Minum secara SSA-nyala

Konsentrasi
Pengulangan Absorbansi Recovery (%)
Terukur (mg/L)
1 0,0823 0,6093 97,87
2 0,0832 0,6156 99,12
3 0,0868 0,6407 104,14
4 0,0835 0,6177 99,54
5 0,0843 0,6233 100,66
6 0,0841 0,6219 100,38
7 0,0830 0,6142 98,85
Rerata %Recovery 100,08 %
Rentang %Recovery (97,87-104,14)%

Syarat Keberterimaan %Recovery (85-115)%

Penentuan presisi ditentukan dengan menghitung %Recovery. Berdasarkan


Tabel 3. nilai %Recovery yang diperoleh yaitu rentang (97,87-104,14)%. Acuan
SNI 6989.6:2009 nilai syarat keberterimaan %Recovery = (85-115)%, sehingga
pengujian yang dilakukan akurasi metode uji memenuhi syarat keberterimaan.

3.4 Limit Kuantitasi dan Limit Deteksi Instrumen

Limit kuantitasi (LK) atau biasa disebut juga limit pelaporan (limit of
reporting) adalah konsentrasi terendah dari analit dalam contoh yang dapat
ditentukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang dapat diterima, di bawah
kondisi pengujian yang disepakati. Sedangkan Limit deteksi instrumen (LDI)
adalah konsentrasi analit terendah yang dapat terdeteksi oleh instrumen dan secara
statistik berbeda dengan respon yang didapat dengan respon dari sinyal latar
belakang (RIYANTO, 2014). Pengujian limit kuantitasi dan limit deteksi
instrument dilakukan membuat konsentrasi yang ditentukan dari perhitungan uji
20

teoritis LK dan LDI pada kurva kalibrasi didapatkan meliputi LK sebesar ≈ 0,10
mg/L dan LDI sebesar ≈ 0,01 mg/L. Hasil uji teoritis LK dan LDI pada kurva
kalibrasi perhitungan dapat dilihat pada Lampiran . Berikut data hasil uji teoritis
LK dan LDI pada kurva kalibrasi pada Tabel 4. sebagai berikut.

Tabel 4. Hasil Uji Teoritis LK dan LDI Cu pada Kurva Kalibrasi

Konsentrasi Cu Absorbansi Absorbansi


yi – ^y i (yi – ^y i)2
(mg/L) (yi) ( ^y i )
0,0000 -0,0059 -0,0051 -0,0008 0,00000059
0,2000 0,0238 0,0236 0,0002 0,00000006
0,6000 0,0797 0,0810 -0,0013 0,00000158
1,0000 0,1389 0,1384 0,0005 0,00000030
1,5000 0,2111 0,2101 0,0010 0,00000101
2,0000 0,2839 0,2818 0,0021 0,00000425
3,0000 0,4235 0,4253 -0,0018 0,00000332
Σ 0,00001111
Intersep -0,0051
Slope 0,1435
Sy/x 0,0015
LK 0,10
LDI 0,01

Pada hasil konfirmasi uji LK diperoleh nilai sebesar 0,18 mg/L dibuat
menggunakan konsentrasi larutan standar Cu yang ditentukan kemudian ditera
dengan larutan sampel dilakukan sebanyak tujuh kali pengulangan. Sedangkan uji
konfirmasi LDI diperoleh nilai sebesar 0,02 mg/L dibuat konsentrasi larutan
standar Cu yang ditentukan dilakukan sebanyak tujuh kali pengulangan. Hasil
penguji pada LK dievaluasi dengan hasil presisi dan akurasi serta dibandingkan
dengan syarat keberterimaan, sedangkan pada LDI dievaluasi dengan hasil tidak
presisi dan akurasi serta respon positif pada alat yang mampu terbaca. Perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran . Berikut hasil konfirmasi uji LK dan LDI dalam uji
Cu dalam air minum pada Tabel 5. dan Tabel 6. sebagai berikut.
21

Tabel 5. Hasil Konfirmasi Uji LK Cu 0,18 mg/L dalam Air Minum secara SSA-
nyala

Konsenstrasi Recovery (%)


Pengulangan Absorbansi
Terukur (mg/L)
1 0,0207 0,1800 100,02
2 0,0170 0,1542 85,69
3 0,0205 0,1786 99,25
4 0,0183 0,1633 90,73
5 0,0209 0,1814 100,79
6 0,0212 0,1835 101,96
7 0,0192 0,1696 94,21
%RSD 6,33 %
Rerata %Recovery 96,09 %
Rentang %Recovery
(85,69-101,96)%

Syarat Keberterimaan :
%RSD≤10%
%Recovery (85-115)%

Pada tabel 5. Hasil konfirmasi uji LK menghasilkan konsentrasi Cu 0,18


mg/L dengan %RSD diperoleh 6,33% dan %Recovery diperoleh rentang (85,69-
101,96)% dinyatakan memenuhi syarat keberterimaan. Menurut RIYANTO
(2017), limit kuantitasi adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang masih
dapat diukur dengan akurat dan presisi oleh alat/instrument. Limit kuantitasi
menunjukkan batas terendah yang dapat diukur oleh alat/instrument dengan
kriteria yang dapat diterima dengan baik. Berdasarkan konsentrasi Cu pada
sampel diperoleh rata-rata 0,12 mg/L sedangkan LK konsentrasi Cu diperoleh
0,18 mg/L, konsentrasi LK lebih besar daripada konsentrasi Cu menunjukkan nilai
LK tidak dipercayai hasil nilai presisi dan akurasi dengan baik pada pengujian.
Hal ini kemungkinan serapan absorbansi yang dihasilkan oleh alat SSA-nyala
mengalami noise atau gangguan pada sampel terjadinya tidak stabil saat
22

mengukur dengan SSA-nyala sehingga hasilnya kurang presisi dan akurasi yang
baik pada melakukan uji LK maka pengujian perlu dievaluasi metode uji ulang.

Tabel 6. Hasil Konfirmasi Uji LDI Cu 0,02 mg/L dalam Air Minum secara SSA-
nyala

Konsentrasi
Pengulangan Absorbansi
Terukur (mg/L)
1 0,0038 0,0623
Syarat Keberterimaan :
2 0,0023 0,0518
Respon Positif
3 0,0021 0,0504
Konsentrasi Cu
4 0,0028 0,0553
Terukur
5 0,0051 0,0713
6 0,0032 0,0581
7 0,0033 0,0588

Pada Tabel 6. Hasil konfirmasi uji LDI menghasilkan konsentrasi Cu 0,02


mg/L dengan syarat respon positif konsentrasi yang terukur oleh alat dinyatakan
memenuhi syarat keberterimaan. Hal ini menunjukkan batas terendah tembaga
(Cu) pada sampel air minum yang dapat diukur oleh SSA-nyala dengan
menerapkan kesuluruhan metode pada sampel sebesar 0,02 mg/L.

3.5 Estimasi Ketidakpastian

Estimasi Ketidakpastian
BAB IV
SIMPULAN

23
DAFTAR PUSTAKA

BADAN STANDARDISASI NASIONAL. (2009). Air dan air limbah - Bagian 6 :


Cara Uji Tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) -
nyala. Standar Nasional Indonesia (SNI), 6989.6:2009.

BUANASITA, A., YANTO, A., & SULISTYOWANTI, I. (2015). Perbedaan


Tingkat Konsumsi Energi, Lemak, Cairan, dan Status Hidrasi Mahasiswa
Obesitas dan Non Obesitas. Indonesian Journal of Human Nutrition, Vol.
2(1): 11-22.

DJOKO. (2016). Sumber Air Baku Untuk Air Minum. Diambil kembali dari
Research and Community Engagement (Faculty of Engineering
Universitas Indonesia): http://research.eng.ui.ac.id/news/read/47/sumber-
air-baku-untuk-air-minum

EURACHEM. (2000). Quantifying Uncertainty in Analytical Measurement (2


ed.). (S. L. ELLISON, M. ROSSLEIN, & A. WILLIAMS, Penyunt.)
Europe: CITAC Guide.

HADI, A. (2010). Verifikasi Metode Pengujian Parameter Kualitas Lingkungan.


Jakarta: BSN.

HADI, A. (2020). Ketidakpastian Pengujian (Mendukung Penerapan ISO/IEC


17025: 2017) (4 ed.). Bogor, Indonesia: IPB Press.

HADI, A., & ASIAH. (2018). Statistika Pengendalian Mutu Internal (Mendukung
Penerapan ISO/IEC 17025: 2017) (1 ed.). (A. Prajanti, Penyunt.) Bogor,
Indonesia: IPB Press.

MILLER, J. N., & MILLER, J. C. (2010). Statistics and Chemometrics for


Analytic Chemistry (6 ed.). Harlow, England, UK: Pearson Education
Limited.

24
25

RIYANTO. (2014). Validasi & Verifikasi Metode Uji (Sesuai dengan ISO/IEC
17025 Laboratorium Penguji dan Kalibrasi) (1 ed.). Yogyakarta:
Deepublish.

SA'ADAH, E., & WINATA, A. S. (2010). Validasi Metode Pengujian Logam


Tembaga pada Produk Air Minum dalam Kemasan secara
Spektrofotometri Serapan Atom Nyala. Biopropal Industri.

SUKARYONO, I. D., HADINOTO, S., & FASA, L. R. (2017). Verifikasi Metode


Pengujian Cemaran Logam Pada Air Minum dalam Kemasan (AMDK)
dengan Metode AAS-GFA. Jurnal Kementerian Perindustrian.

SUPRIYONO, & ZAKARIA, A. (2021). Analisis Spektrofotometri. Dalam


Penuntun Praktik. Bogor: Politeknik AKA Bogor.

UTAMI, A. R. (2017). Verifikasi Metode Pengujian Sulfat dalam Air dan Limbah
Sesuai SNI 6989: 2009. Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Ringkasan Kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin)

27
28

Lampiran 2. SNI 6989.6:2009


29

Lampiran 2. (Lanjutan)
30

Lampiran 2. (Lanjutan)
31

Lampiran 2. (Lanjutan)
32

Lampiran 2. (Lanjutan)
33

Lampiran 2. (Lanjutan)
34

Lampiran 2. (Lanjutan)
35

Lampiran 2. (Lanjutan)
36

Lampiran 2. (Lanjutan)
37

Lampiran 2. (Lanjutan)
38

Lampiran 2. (Lanjutan)
39

Lampiran 2. (Lanjutan)
40

Lampiran 2. (Lanjutan)
41

Lampiran 3. Perhitungan Cara Kerja pada Tahap Persiapan

1. Perhitungan Pembuatan Larutan HNO3 0,05 M


HNO3 65% → HNO3 0,05 M ke Gelas Piala 2 L
ρ = 1,40 gr/mL
Mr HNO3 = 63,01gr/mol
10 × ρ× %
M HNO 3=
Mr
gr
10 × 1,40 ×65 %
mL
M HNO 3=
gr
63,01
mol
mol
M HNO 3=14,44
mL
M HNO 3=14,44 M
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
2000 mL ×0,05 M
V 1=
14,44 M
V 1=6,92 mL
2. Perhitungan Pembuatan Larutan Standar Cu 100 mg/L
Cu 1000 mg/L→ Cu 100 mg/L ke Labu Takar 100 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
100 mL ×100
L
V 1=
mg
1000
L
V 1=10 mL
3. Perhitungan Pembuatan Larutan Standar Cu 10 mg/L
Cu 100 mg/L→ Cu 10 mg/L ke Labu Takar 100 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
42

mg
100 mL ×10
L
V 1=
mg
100
L
V 2 × C2
V 1=
C1
V 1=10 mL
Lampiran 3. (Lanjutan)
4. Perhitungan Pembuatan Larutan Deret Standar Cu (0,00 ; 0,20 ; 0,60 ; 1,00 ;
1,50 ; 2,00 ; 3,00) mg/L
Cu 10 mg/L → Cu 0,00 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL ×0,00
L
V 1=
mg
10
L
V 1=0,00 mL
Cu 10 mg/L → Cu 0,20 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL ×0,20
L
V 1=
mg
10
L
V 1=1,00 mL
Cu 10 mg/L → Cu 0,60 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL ×0,60
L
V 1=
mg
10
L
43

V 1=3,00 mL
Cu 10 mg/L → Cu 1,00 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL×1,00
L
V 1=
mg
10
L
V 1=5,00 mL

Lampiran 3. (Lanjutan)
Cu 10 mg/L → Cu 1,50 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL×1,50
L
V 1=
mg
10
L
V 1=7,50 mL
Cu 10 mg/L → Cu 2,00 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL ×2,00
L
V 1=
mg
10
L
V 1=10,00 mL
Cu 10 mg/L → Cu 3,00 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
44

mg
50 mL ×3,00
L
V 1=
mg
10
L
V 1=15,00 mL
5. Perhitungan Pembuatan Konsentrasi Spike Cu 0,50 mg/L pada Uji Akurasi
Cu 10 mg/L → Cu 0,50 mg/L ke Labu Takar 50 mL

V 1 × C1 =V 2 × C2

V 2 × C2
V 1=
C1

mg
50 mL×0,50
L
V 1=
mg
10
L

V 1=2,50 mL

Lampiran 3. (Lanjutan)
6. Perhitungan Pembuatan Larutan Konfirmasi Uji Limit Kuantitasi (LK) Cu 1
mg/L

Cu 10 mg/L → Cu 1,00 mg/L ke Labu Takar 100 mL

V 1 × C1 =V 2 × C2

V 2 × C2
V 1=
C1

mg
100 mL ×1,00
L
V 1=
mg
10
L

V 1=10,00 mL

7. Perhitungan Pembuatan Larutan Konfirmasi Uji Limit Deteksi Instrumen (LDI)


Cu 0,1 mg/L

Cu 10 mg/L → Cu 0,10 mg/L ke Labu Takar 100 mL


45

V 1 × C1 =V 2 × C2

V 2 × C2
V 1=
C1

mg
100 mL ×0,10
L
V 1=
mg
1
L

V 1=10,00 mL
46

Lampiran 4. Perhitungan Hasil Pengukuran

Anda mungkin juga menyukai