SEPTIANTO WIBISONO
NIM 1918480
ANALISIS KIMIA
Oleh
SEPTIANTO WIBISONO
NIM: 1918480
Menyetujui,
ii
PRAKARTA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktik kerja industri (prakerin) yang berjudul “Verifikasi Metode
Penetapan Kadar Tembaga (Cu) Dalam Air Minum Secara Spektrofotometri
Serapan Atom Nyala (SSA-nyala)”. Laporan praktik kerja industri (prakerin) ini
di susun dalam rangka memenuhi tugas akhir Program Studi Analisis Kimia
Politeknik AKA Bogor.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKARTA..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Manfaat.....................................................................................................2
1.3.1 Penulis..............................................................................................2
1.3.2 Perusahaan.......................................................................................2
1.3.3 Pembaca...........................................................................................3
2.2.1 Bahan...............................................................................................4
2.2.2 Alat...................................................................................................4
3.1 Linearitas.................................................................................................16
iv
3.2 Presisi......................................................................................................17
3.3 Akurasi....................................................................................................18
BAB IV SIMPULAN........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
LAMPIRAN..........................................................................................................26
v
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 1. Hasil Verifikasi Metode Uji Tembaga (Cu) dalam Air Minum secara
SSA-nyala...............................................................................................15
Tabel 2. Hasil Uji Presisi Metode Kadar Cu dalam Air Minum secara SSA-nyala
.................................................................................................................18
Tabel 3. Hasil Uji Akurasi Cu dalam Air Minum secara SSA-nyala.....................19
Tabel 4. Hasil Uji Teoritis LK dan LDI Cu pada Kurva Kalibrasi........................20
Tabel 5. Hasil Uji Konfirmasi LK Cu 0,18 mg/L dalam Air Minum secara SSA-
nyala........................................................................................................21
Tabel 6. Hasil Uji Konfirmasi LDI Cu 0,02 mg/L dalam Air Minum secara SSA-
nyala........................................................................................................22
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 1. Diagram Fish Bone Penetapan Kadar Cu dalam Air Minum secara
SSA-nyala ...........................................................................................11
Gambar 2. Kurva Deret Uji Linearitas Standar Cu................................................16
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu kebutuhan primer bagi setiap makhluk hidup
yang harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memenuhi syarat. Seluruh
aktivitas manusia tidak pernah lepas dari air mulai masak, mandi, membersihkan
rumah dan aktivitas lainnya. Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial
yang mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai pelarut, alat angkut, sebagai
katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, dan pengatur suhu tubuh
(BUANASITA dkk, 2015).
Sumber air minum adalah tempat atau lokasi dari mana air minum
berasal. Sumber air minum dapat dibedakan menjadi air permukaan (seperti
sungai, danau, waduk) dan air tanah (seperti sumur, mata air) (DJOKO,
2016). Sumber air minum harus memenuhi standar kesehatan dan kualitas agar
aman dan layak dikonsumsi oleh manusia. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas sumber air minum adalah cuaca, lingkungan, polusi, dan
human error.
Laboratorium Uji Politeknik AKA Bogor (LU-AKA) merupakan salah
satu unit di bawah Teaching Factory (TEFA) Politeknik AKA Bogor. Pada
Laboratorium Uji-AKA menyediakan pengujian sampel berupa matriks yaitu air
minum, air bersih, dan air limbah. Berdasarkan LU-AKA terdapat Ruang Lingkup
dan Non Ruang Lingkup. Dalam Ruang Lingkup meliputi parameter metode uji
secara resmi yang mengacu oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) dan telah
terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), sedangkan Non Ruang
Lingkup meliputi parameter metode uji secara tidak resmi dari standar nasional
maupun internasional dan tidak termasuk dalam lingkup Komite Akreditasi
Nasional (KAN).
Verifikasi metode uji adalah untuk mengetahui apakah suatu metode
standar yang digunakan untuk pengujian dapat memberikan hasil yang valid dan
sesuai dengan tujuan pengujian (SUKARYONO dkk, 2017). Verifikasi metode uji
1
2
1.2 Tujuan :
1.3 Manfaat
1.3.1 Penulis
Laporan prakerin kerja industri ini bermanfaat bagi penulis sebagai
syarat dalam menyelesaikan pendidikan diploma tiga program studi analisis
kimia di Politeknik AKA Bogor. Laporan prakerin ini juga bermanfaat sebagai
sarana dalam menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam
bidang pengembangan metode uji.
1.3.2 Perusahaan
Laporan praktik kerja industri ini bermanfaat bagi perusahaan sebagai
acuan untuk pemastian kinerja penguji mengenai verifikasi metode uji yang
sesuai dapat digunakan sebagai analisis rutin di LU-AKA apabila semua
parameter verifikasi memenuhi syarat keberterimaan yang telah ditetapkan.
3
1.3.3 Pembaca
Laporan praktik kerja industri ini bermanfaat bagi pembaca sebagai
sarana untuk menambah wawasan dalam bidang pengembangan metode uji.
Laporan praktik kerja industri ini juga dapat dijadikan sebagai literatur dan
rujukan penulisan ilmiah mengenai verifikasi metode menggunakan
spektrofotometri serapan atom.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
2.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi bahan uji dan
bahan kimia. Bahan uji yang digunakan berupa air minum, sedangkan bahan
kimia yang digunakan meliputi larutan standar tembaga (Cu) 1000 mg/L,
asam nitrat pekat (HNO3) 65%(v/v), dan aquabidest.
2.2.2 Alat
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini terdiri dari peralatan
utama dan peralatan penunjang. Peralatan utama berupa spektrofotometer
serapan atom nyala (SSA-nyala) yang bermerek shimadzu AA7000. Peralatan
penunjang meliputi airpump, batang pengaduk, gelas piala, kertas saring
whatman 42, kertas saring membran berpori 0,45 µm, labu penyaringan kaca
1000 mL, labu semprot, labu takar 50 mL & 100 mL, pipet mohr, pipet tetes,
dan pipet volumetrik 10 mL.
4
5
pelarut HNO3 0,05 M, pembuatan larutan baku standar Cu, dan pembuatan
larutan uji (linearitas, presisi serta akurasi, dan limit kuantitasi serta limit
deteksi instrumen). Tahap pengujian meliputi linearitas, presisi dan akurasi,
serta Limit Kuantitasi dan Limit Deteksi Instrumen. Dan tahap pengolahan
data dilakukan secara statistika dengan menggunakan software microsoft excel
menghitung nilai persamaan regresi, koefisien korelasi (r), intersept (a), slope
(b), rata-rata (x̄), simpangan baku (SD), %RSD, persentase perolehan kembali
(%Recovery), kadar Cu (mg/L), dan estimasi ketidakpastian pengukuran
(mg/L).
2.3.1 Tahap Persiapan
2.3.1.1 Pembuatan Pelarut HNO3 0,05 M
Larutan HNO3 65% sebanyak 6,92 mL dituangkan ke dalam gelas
piala 2 L yang telah berisi aquabidest, kemudian ditera dengan
aquabidest. Larutan tersebut dihomogenkan. Perhitungan pembuatan
pelarut HNO3 0,05 M dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.3.1.2 Pembuatan Larutan Standar Cu 100 mg/L
Larutan baku standar Cu 1000 mg/L dipipet 10,00 mL ke dalam
labu takar 100 mL. Kemudian ditambahkan dengan pelarut HNO3 0,05
M hingga tanda tera dan dihomogenkan. Perhitungan pembuatan larutan
standar Cu 100 mg/L dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.3.1.3 Pembuatan Larutan Standar Cu 10 mg/L
Larutan baku standar Cu 100 mg/L dipipet 10,00 mL ke dalam
labu takar 100 mL. Kemudian ditambahkan dengan pelarut HNO3 0,05
M hingga tanda tera dan dihomogenkan. Perhitungan pembuatan larutan
standar Cu 10 mg/L dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.3.1.4 Pembuatan Larutan Deret Standar Cu (0,00 ; 0,20 ; 0,60 ;
1,00 ; 1,50 ; 2,00 ; 3,00) mg/L
Larutan baku standar Cu 10 mg/L dipipet masing-masing (0,00 ;
1,00 ; 3,00 ; 5,00 ; 7,50 ; 10,00 ; 15,00) mL ke labu takar 50 mL.
Kemudian ditambahkan dengan pelarut HNO3 0,05 M hingga tanda tera
dan dihomogenkan. Perhitungan pembuatan larutan deret standar Cu
6
(0,00 ; 0,20 ; 0,60 ; 1,00 ; 1,50 ; 2,00 ; 3,00) mg/L dapat dilihat pada
Lampiran 3.
2.3.1.5 Pembuatan Larutan Uji Presisi dan Akurasi
Sampel disaring menggunakan kertas saring whatman 42,
kemudian disaring lagi menggunakan airpump pada kertas saring
membran berpori 0,45 µm. Hasil penyaringan sampel siap digunakan
untuk melakukan metode uji.
Larutan uji presisi pada sampel ke labu takar 50 mL, kemudian
ditambahkan 2 tetes HNO3 65% (v/v) dan ditera dengan larutan sampel
kemudian dihomogenkan. Larutan uji presisi dilakukan tujuh kali
pengulangan.
Larutan uji akurasi pada larutan Cu 10 mg/L dipipet 2,50 mL ke
labu takar 50 mL (Cu 0,5 mg/L), kemudian ditera dengan sampel yang
telah diketahui konsentrasinya dan dihomogenkan. Larutan uji akurasi
dilakukan tujuh kali pengulangan. Perhitungan pembuatan larutan
konsentrasi spike Cu 0,50 mg/L dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.3.1.6 Pembuatan Larutan Konfirmasi Uji Limit Kuantitasi Cu 1
mg/L
Larutan baku standar Cu 10 mg/L dipipet 10,00 mL ke labu takar
100 mL. Kemudian ditambahkan dengan pelarut HNO3 0,05 M hingga
tanda tera dan dihomogenkan. Larutan konfirmasi uji limit kuantitasi
dibuat dilakukan tujuh kali pengulangan. Perhitungan pembuatan larutan
standar Cu 1 mg/L dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.3.1.7 Pembuatan Larutan Konfirmasi Uji Limit Deteksi Instrumen
Cu 0,1 mg/L
Larutan baku standar Cu 1 mg/L dipipet 10,00 mL ke labu takar
100 mL, kemudian ditambahkan dengan pelarut HNO3 0,05 M hingga
tanda tera dan dihomogenkan. Larutan konfirmasi uji limit deteksi
instrument dibuat dilakukan tujuh kali pengulangan. Perhitungan
pembuatan larutan baku standar Cu 0,1 mg/L dapat dilihat pada
Lampiran 3.
7
∑ (x i−x )( y i− y )
i=1
r=
√∑
n n
2
( x i−x )
2
∑ ( y i− y )
i=1 i=1
∑ (x i−x )( y i− y )
i=1
b= n
∑ ( x i−x )2
i=1
a= y−b x
(HADI & ASIAH, 2018)
Keterangan :
r = koefisien korelasi
b = slope ( absorbansi
mg/ L )
a = intersep (absorbansi)
xi = konsentrasi Cu deret standar larutan kerja ke-i (mg/L)
9
∑ x1
x= i=1
n
√
n
∑ ( xi −x )2
i=1
sd=
n−1
sd
%RSD= x 100 %
x
C 3−C 1
%Recovery=
C2
(HADI & ASIAH, 2018)
Keterangan :
x = rerata konsentrasi Cu pada sampel air minum (mg/L)
xi = konsentrasi Cu deret standar larutan kerja ke-i (mg/L)
x1 = konsentrasi Cu ke-1 pada sampel air minum (mg/L)
n = jumlah pengulangan
sd = simpangan baku konsentrasi Cu pada sampel air minum
(mg/L)
%RSD = simpangan baku relatif konsentrasi Cu pada sampel air
minum (%)
%Recovery = perolehan kembali (%)
10
√
n
∑ ( y i− ^yi ) 2
i=1
Sy=
x
n−2
10 × S y
x
LK Teoritis=
b
1×Sy
x
LDI Teoritis=
b
(RIYANTO, 2014)
Keterangan :
b = slope ( absorbansi
mg / L )
n = jumlah konsentrasi Cu deret standar (mg/L)
yi = hasil pengukuran Cu deret standar ke-i (abs)
^y i = hasil perhitungan berdasarkan persamaan kurva kalibrasi
2.3.3.4 Kadar Cu
11
Cu ( mgL )=C x fp
Keterangan :
C = konsentrasi terukur Cu hasil pembacaan absorbansi dalam larutan
uji air minum (mg/L)
Fp = faktor pengenceran
2.3.3.5 Estimasi Ketidakpastian
Estimasi ketidakpastian adalah proses penentuan nilai
ketidakpastian pengukuran yang merupakan tingkat kesalahan yang tidak
diketahui yang tersisa dalam pengukuran. Estimasi ketidakpastian
meliputi tahapan menentukan ketidakpastian baku, ketidakpastian
gabungan dan ketidakpastian diperluas dengan tingkat kepercayaan
tertentu. Nilai ketidakpastian ditentukan untuk mengetahui nilai
keberterimaan yang masih dapat memenuhi persyaratan kualitas
(RIYANTO, 2014).
µReg µPM
Kadar Cu
(mg/L)
µEfek T
µKal
µLT
Sy
µReg=
b
x
√
1 ( y o− y )
x 1+ + 2
n b ∑¿¿¿
¿
√
n
∑ ( y i− ^yi ) 2
i=1
Sy=
x
n−2
(MILLER & MILLER, 2010)
Keterangan :
S y = simpangan baku relatif kurva regresi (abs)
x
b = slope ( absorbansi
mg / L )
n = jumlah konsentrasi Cu deret standar (mg/L)
xi = konsentrasi Cu deret standar ke-i (mg/L)
x = rata-rata konsentrasi Cu deret standar (mg/L)
yo = rata-rata hasil pengukuran Cu sampel (abs)
y = rata-rata hasil pengukuran Cu deret standar (abs)
yi = hasil pengukuran Cu deret standar ke-i (abs)
^y i = hasil perhitungan berdasarkan persamaan kurva kalibrasi
yang diperoleh (abs)
2.3.3.5.2 Ketidakpastian Asal Presisi Metode
Ketidakpastian asal presisi metode dinyatakan nilai
simpangan baku dari peroleh pengujian dan %SBR tingkat
ketelitian presisi metode, nilai ketidakpastian asal presisi metode
didapatkan rumus sebagai berikut.
√
n
∑ ( x i−x )2
i=1
µPM atau sd =
n−1
(SUPRIYONO & ZAKARIA, 2021)
Keterangan :
n = jumlah pengulangan
2.3.3.5.3 Ketidakpastian Asal Labu Takar
Ketidakpastian asal labu takar didapatkan melalui data
spesifikasi dari pabrik yang tertera di alat labu takar dan
dibandingkan dengan suhu di laboratorium pada saat
pengukuran. Berikut rumus ketidakpastian Asal Labu Takar
sebagai berikut.
µ<¿ √ (µ kalibrasi) +(µ efek T )
2 2
√( ) ( ) ( )
2 2 2
µ reg µ PM µ rec
µGab=Csx × + + + ¿¿ ¿
reg PM rec
(SUPRIYONO & ZAKARIA, 2021)
Ketidakpastian diperluas adalah ketidakpastian gabungan
dikali dengan faktor pencakupan. Menurut HADI (2020), faktor
cakupan adalah sebuah kisaran ketidakpastian diperluas hasil
pengujian yang diharapkan mencakup tingkat kepercayaan dari
nilai-nilai distribusi yang dapat berhubungan dengan sesuatu
14
Verifikasi metode penetapan kadar tembaga (Cu) dalam air minum secara
secara spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA-nyala) yang dilakukan di LU-
AKA yaitu meliputi beberapa parameter linearitas, presisi, akurasi, limit
kuantitasi, limit deteksi instrumen, dan estimasi ketidakpastian pengukuran.
Pengujian ini mengacu pada SNI 6989.6:2009 Air dan Air Limbah-Bagian 6:
Cara Uji Tembaga (Cu) secara spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA-nyala)
dan dibandingkan dengan syarat keberterimaan sesuai SNI 6989.6:2009 yang
telah ditetapkan di LU-AKA. Verifikasi metode uji dilakukan mengkonfirmasi
metode pengujian tembaga secara SSA-nyala yang dilakukan secara rutin. Berikut
hasil verifikasi metode penetapan kadar tembaga dalam air minum secara
spektrofotometri serapan atom-nyala pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Verifikasi Metode Uji Tembaga (Cu) dalam Air Minum secara
SSA-nyala.
Syarat
Parameter Nilai Acuan Kesimpulan
Keberterimaan
Linearitas Cu
r = 1,0000 r ≥ 0,9950 SNI MS
(0,00; 0,20-3,00) mg/L
Presisi
%RSD = 8,61 %RSD ≤ 10% SNI MS
x Cu = 0,12 mg/L
Respon Positif
LDI Cu Respon Positif
Konsentrasi
Teoritis ≈ 0,01 mg/L Konsentrasi Cu LU-AKA MS
Larutan standar
(0,02 mg/L) 0,02mg/L
Cu
EURACHEM
U = 0,03 mg/L U < Hasil Uji MS
Ketidakpastian (2000)
Pengukuran (U)
Nilai Pelaporan Kadar Cu (0,12 ± 0,03)mg/L
15
16
Keterangan :
LU-AKA = Laboratorium Uji-AKA
MS = Memenuhi Syarat
SNI = Standar Nasional Indonesia (SNI) 6989.6:2009
3.1 Linearitas
0.2500 0.2111
0.2000
0.1389
0.1500
0.0797
0.1000
0.0500 0.0238
-0.0059
0.0000
0.0000
-0.0500 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000
Konsentrasi (mg/L)
17
3.2 Presisi
Tabel 2. Hasil Uji Presisi Metode Kadar Cu dalam Air Minum secara SSA-nyala
Kadar Cu
Ulangan Absorbansi
(mg/L)
1 0,0140 0,1333
2 0,0118 0,1180
3 0,0128 0,1250
Syarat Keberterimaan
4 0,0130 0,1264
RSD < 10%
5 0,0126 0,1236
6 0,0096 0,1027
7 0,0108 0,1110
SD 0,0103
Rerata Kadar Cu (mg/L) 0,1200
%RSD 8,61
3.3 Akurasi
lampiran . Berikut hasil uji akurasi Cu dalam air minum pada Tabel 3. sebagai
berikut.
Konsentrasi
Pengulangan Absorbansi Recovery (%)
Terukur (mg/L)
1 0,0823 0,6093 97,87
2 0,0832 0,6156 99,12
3 0,0868 0,6407 104,14
4 0,0835 0,6177 99,54
5 0,0843 0,6233 100,66
6 0,0841 0,6219 100,38
7 0,0830 0,6142 98,85
Rerata %Recovery 100,08 %
Rentang %Recovery (97,87-104,14)%
Limit kuantitasi (LK) atau biasa disebut juga limit pelaporan (limit of
reporting) adalah konsentrasi terendah dari analit dalam contoh yang dapat
ditentukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang dapat diterima, di bawah
kondisi pengujian yang disepakati. Sedangkan Limit deteksi instrumen (LDI)
adalah konsentrasi analit terendah yang dapat terdeteksi oleh instrumen dan secara
statistik berbeda dengan respon yang didapat dengan respon dari sinyal latar
belakang (RIYANTO, 2014). Pengujian limit kuantitasi dan limit deteksi
instrument dilakukan membuat konsentrasi yang ditentukan dari perhitungan uji
20
teoritis LK dan LDI pada kurva kalibrasi didapatkan meliputi LK sebesar ≈ 0,10
mg/L dan LDI sebesar ≈ 0,01 mg/L. Hasil uji teoritis LK dan LDI pada kurva
kalibrasi perhitungan dapat dilihat pada Lampiran . Berikut data hasil uji teoritis
LK dan LDI pada kurva kalibrasi pada Tabel 4. sebagai berikut.
Pada hasil konfirmasi uji LK diperoleh nilai sebesar 0,18 mg/L dibuat
menggunakan konsentrasi larutan standar Cu yang ditentukan kemudian ditera
dengan larutan sampel dilakukan sebanyak tujuh kali pengulangan. Sedangkan uji
konfirmasi LDI diperoleh nilai sebesar 0,02 mg/L dibuat konsentrasi larutan
standar Cu yang ditentukan dilakukan sebanyak tujuh kali pengulangan. Hasil
penguji pada LK dievaluasi dengan hasil presisi dan akurasi serta dibandingkan
dengan syarat keberterimaan, sedangkan pada LDI dievaluasi dengan hasil tidak
presisi dan akurasi serta respon positif pada alat yang mampu terbaca. Perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran . Berikut hasil konfirmasi uji LK dan LDI dalam uji
Cu dalam air minum pada Tabel 5. dan Tabel 6. sebagai berikut.
21
Tabel 5. Hasil Konfirmasi Uji LK Cu 0,18 mg/L dalam Air Minum secara SSA-
nyala
Syarat Keberterimaan :
%RSD≤10%
%Recovery (85-115)%
mengukur dengan SSA-nyala sehingga hasilnya kurang presisi dan akurasi yang
baik pada melakukan uji LK maka pengujian perlu dievaluasi metode uji ulang.
Tabel 6. Hasil Konfirmasi Uji LDI Cu 0,02 mg/L dalam Air Minum secara SSA-
nyala
Konsentrasi
Pengulangan Absorbansi
Terukur (mg/L)
1 0,0038 0,0623
Syarat Keberterimaan :
2 0,0023 0,0518
Respon Positif
3 0,0021 0,0504
Konsentrasi Cu
4 0,0028 0,0553
Terukur
5 0,0051 0,0713
6 0,0032 0,0581
7 0,0033 0,0588
Estimasi Ketidakpastian
BAB IV
SIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
DJOKO. (2016). Sumber Air Baku Untuk Air Minum. Diambil kembali dari
Research and Community Engagement (Faculty of Engineering
Universitas Indonesia): http://research.eng.ui.ac.id/news/read/47/sumber-
air-baku-untuk-air-minum
HADI, A., & ASIAH. (2018). Statistika Pengendalian Mutu Internal (Mendukung
Penerapan ISO/IEC 17025: 2017) (1 ed.). (A. Prajanti, Penyunt.) Bogor,
Indonesia: IPB Press.
24
25
RIYANTO. (2014). Validasi & Verifikasi Metode Uji (Sesuai dengan ISO/IEC
17025 Laboratorium Penguji dan Kalibrasi) (1 ed.). Yogyakarta:
Deepublish.
UTAMI, A. R. (2017). Verifikasi Metode Pengujian Sulfat dalam Air dan Limbah
Sesuai SNI 6989: 2009. Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Ringkasan Kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin)
27
28
Lampiran 2. (Lanjutan)
30
Lampiran 2. (Lanjutan)
31
Lampiran 2. (Lanjutan)
32
Lampiran 2. (Lanjutan)
33
Lampiran 2. (Lanjutan)
34
Lampiran 2. (Lanjutan)
35
Lampiran 2. (Lanjutan)
36
Lampiran 2. (Lanjutan)
37
Lampiran 2. (Lanjutan)
38
Lampiran 2. (Lanjutan)
39
Lampiran 2. (Lanjutan)
40
Lampiran 2. (Lanjutan)
41
mg
100 mL ×10
L
V 1=
mg
100
L
V 2 × C2
V 1=
C1
V 1=10 mL
Lampiran 3. (Lanjutan)
4. Perhitungan Pembuatan Larutan Deret Standar Cu (0,00 ; 0,20 ; 0,60 ; 1,00 ;
1,50 ; 2,00 ; 3,00) mg/L
Cu 10 mg/L → Cu 0,00 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL ×0,00
L
V 1=
mg
10
L
V 1=0,00 mL
Cu 10 mg/L → Cu 0,20 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL ×0,20
L
V 1=
mg
10
L
V 1=1,00 mL
Cu 10 mg/L → Cu 0,60 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL ×0,60
L
V 1=
mg
10
L
43
V 1=3,00 mL
Cu 10 mg/L → Cu 1,00 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL×1,00
L
V 1=
mg
10
L
V 1=5,00 mL
Lampiran 3. (Lanjutan)
Cu 10 mg/L → Cu 1,50 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL×1,50
L
V 1=
mg
10
L
V 1=7,50 mL
Cu 10 mg/L → Cu 2,00 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL ×2,00
L
V 1=
mg
10
L
V 1=10,00 mL
Cu 10 mg/L → Cu 3,00 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
44
mg
50 mL ×3,00
L
V 1=
mg
10
L
V 1=15,00 mL
5. Perhitungan Pembuatan Konsentrasi Spike Cu 0,50 mg/L pada Uji Akurasi
Cu 10 mg/L → Cu 0,50 mg/L ke Labu Takar 50 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
50 mL×0,50
L
V 1=
mg
10
L
V 1=2,50 mL
Lampiran 3. (Lanjutan)
6. Perhitungan Pembuatan Larutan Konfirmasi Uji Limit Kuantitasi (LK) Cu 1
mg/L
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
100 mL ×1,00
L
V 1=
mg
10
L
V 1=10,00 mL
V 1 × C1 =V 2 × C2
V 2 × C2
V 1=
C1
mg
100 mL ×0,10
L
V 1=
mg
1
L
V 1=10,00 mL
46