Disusun oleh :
Ririn Sri Rahayu (135090107111018)
Dwie Zesta Viani (135090107111021)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan pelaksanaan PKL ini. PKL merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
ditempuh di Jurusan Biologi Universitas Brawijaya. Laporan PKL disusun
sebagai pelengkap kegiatan yang telah dilaksanakan di lingkungan PT.
Petrokimia Gresik, khususnya departemen Perencanaan dan Pengendalian
Produksi 1. PKL juga merupakan sarana bagi mahasiswa untuk mempersiapkan
diri sebelum memasuki dunia kerja nyata yang sebenarnya.
Penyeselesaian laporan PKL ini melibatkan banyak pihak yang membantu
dan memberikan banyak masukan dan dukungan bagi penulis dalam penyelesaian
laporan. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih
kepada pihak – pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan,
antara lain kepada yang terhormat :
Kami menyadari bahwa penulisan laporan PKL ini masih memiliki banyak
kekurangan, baik dari segi materi maupun dari segi teknik penyajiannya
mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga
laporan PKL ini dapat bermanfaat dan memberikan masukan bagi perusahaan.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................................. 23
4.1. Analisa Hasil....................................................................................................................... 23
4.1.1. Nilai Rata – Rata Air Baku ................................................................................................. 23
4.2. Analisa Air Limbah............................................................................................................. 25
4.2.1. Amonia dan TKN (Total Kjeldahl Nitrogen)...................................................................... 25
4.2.2. Nilai Flour, COD dan pH.................................................................................................... 26
4.2.3. Minyak atau Lemak dan TSS (Total Suspended Solid) ...................................................... 27
BAB V .................................................................................................................................................. 29
PENUTUP ............................................................................................................................................ 29
5.1. Kesimpulan ......................................................................................................................... 29
5.2. Saran ................................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam Praktik Kerja Lapang (PKL) adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menerapkan ilmu secara langsung yang diperoleh selama kuliah?
2. Bagaimana cara menerapkan hubungan teori dengan praktik di lapang?
3. Bagaimana cara memberikan umpan balik kepada perguruan tinggi tentang penerapan
ilmu pengetahuan yang diperoleh di lapang?
1
4. Bagaimana kadar kualitas air sesudah dan sebelum produksi di PT. Petrokimia Gresik
berdasarkan parameter fisika dan kimia?
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari Praktik Kerja Lapang (PKL) adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mendapatkan pelajaran baru terkait dengan pengalaman – pengalaman yang
belum didapatkan selama di dalam dunia perkuliahan.
2. Mahasiswa akan lebih siap menghadapi dunia nyata terutama dunia kerja.
3. Mahasiswa dapat menerapkan secara langsung teori yang didapatkan dengan real
system yang ada.
4. Memberikan informasi kualitas perairan terbaru kepada PT. Petrokimia Gresik.
2
BAB II
TINJAUAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)
PT. Petrokimia Gresik adalah peusahaan yang berusaha di bidang produksi pupuk,
bahan kimia, dan jasa lainnya yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam
lingkup Departemen Perindustrian dan Pertambangan RI. Awalnya, proyek pembangunan
pabrik pupuk di Kota Gresik – Jawa Timur. Nama Petrokimia berasal dari kata “Petroleum
Chemical”, kemudian disingkat menjadi “Petrochemical” yang memiliki arti bahan-bahan
kimia yang dibuat dari minyak bumi dan gas alam.
Tahapan perkembangan Petrokimia dari pertama kali didirikan hingga sampai saat ini
adalah :
1. Tahun 1960
PT. Petrokimia Gresik didirikan dengan dasar hukum TAP MPRS No. II/MPRS/ 1960
dan Keppres RI No. 260 Tahun 1960. Pada masa ini dengan nama proyek Petrokimia
Surabaya.
2. Tahun 1964
Perkembangan tahap pertama proyek Petrokimia Surabaya didasarkan pada Inpres RI
No. 1/Instr/1963 yang dilaksanakan oleh Considit Sp. A dari Italia.
3. Tahun 1968
Proyek pengembangan sempat berhenti karena terjadi krisis politik dan ekonomi yang
buruk.
4. Tahun 1972
Proyek Petrokimia Surabaya diresmikan oleh Presiden Soeharto sebagai badan usaha
berbentuk perusahaan umum dengan nama “Perum Petrokimia Gresik”. Sstiap tanggal
10 Juli diperingati sebagai hari ulang tahun PT. Petrokimia Gresik.
5. Tahun 1975
Bentuk perusahaan berubah menjadi PT. Petrokimia Gresik (Persero).
6. Tahun 1997 – sekarang
PT. Petrokimia Gresik telah berubah status menjadi holding company bersama PT.
Pusri Palembang.
3
2.2.Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Candal)
Hal-hal yang harus diperhatikan agar perencanaan dapat berjalan dengan baik adalah :
1. Man (manusia)
Masalah yang berkaitan dengan ketrampilan tenaga kerja. Ketrampilan kerja perlu
mendapatkan perhatian untuk menghindari kendala-kendala yang mungkin timbul
karena adanya kesalahan operasi, kessalahan perbaikan alat dan keterlambatan start-up
pada saat pengembangan pabrik.
2. Materials (material)
Tingkat kualitas dan kuantitas yang harus ditangani oleh Departemen Pengadaan.
3. Method (metode)
4. Machine (mesin)
Hal-hal yang akan mempengaruhi kemampuan produksi adalah jam kerja mesin efektif
(umur mesin, kualitas mesin) dan kapasitas mesin.
5. Money (modal)
Pengendalian produksi dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, meliputi
3 unsur yakni :
1. Kualitas
Kualitas produk sangat penting dalam penjualan pasar, penyimangan kualitas dapat
diketahui dari hasil monitor yang dikerjakan oleh bagian proses lapangan dan
laboratorium.
2. Kuantitas
Kuantitas dalam pengendalian yaitu bagaimana memproduksi dalam jumlah yang
banyak dan efisien, penyimpangan kuantitas dipengaruhi oleh kerusakan alat – alat,
keterlambatan perbaikan dan efisiensi alat yang rendah.
4
3. Waktu
Pengendalian waktu sangat penting dalam pabrik, karena jika pupuk tidak dihasilkan
tepat waktu dan tidak sampai ke konsumen tepat waktu maka akan terjadi kelangkaan
pupuk dan naiknya pupuk.
4. Bagian Utilitas I
Utilitas adalah bagian yang mengelola bahan-bahan pendukung produksi yakni :
Air
Air yang digunakan pada bagian utilitas diperoleh dari sumber sungai Brantas
(Gunung Sari) dan Bengawan Solo (Babat). Unit penyediaan air terdiri dari
cooling water, process water, drinking water, hydrant water dan demin water.
Steam
Bahan yang digunakan dalam proses pada steam adalah demin water yang
berfungsi untuk menghindari scalling atau pengerakan. Unit penyediaan steam
terdiri dari boiler (water tube dan fire tube) dan WHB (Waste Heat Boiler).
Water tube memperoleh steam dengan tekanan tinggi, sedangkan fire tube
memperoleh steam dengan tekanan yang medium.
5
Listrik
Pembangkit listrik diperoleh dari gas turbin generator (GTG). Secara umum
kebutuhan listrik yang digunakan pada kondisi normal adalah 22 - 23 mW. GTG
memanfaatkan gas hasil pembakaran gas alam untuk menggerakkan turbin.
Instrumen IA / PA.
Instrumen IA / PA pada umumnya digunakan untuk menggerakkan instrumen
dengan udara.
5. Bagian Pengantongan dan Produk Sampingan
Bagian pengantongan melakukan kegiatan pengantongan Urea dan ZA. Produk
sampingan yang dihasilkan di Petrokimia adalah CO2.
2.3.Unit Produksi I
Sumber daya air merupakan komponen penting dalam suatu industri. Berbagai parameter
digunakan untuk pemurnian serta menentukan kualitas air guna melancarkan proses produksi.
PT. Petrokimia Gresik melakukan beberapa upaya pengolahan air sesudah produksi. Manfaat
air pada industri umumnya digunakan untuk sistem pembangkit steam, sistem pendingin
(coolong water), air proses, pemadam kebakaran dan air minum. Baku mutu kualitas air yang
digunakan PT. Petrokimia Gresik disesuaikan dengan tujuan penggunaan yang berdasarkan
standar Kementrian Lingkungan Hidup. Parameter kualitas air dibagi menjadi tiga kelompok
yakni kualitas biologi, kualitas kimia dan kualitas fisik. Kualitas air secara biologi umumnya
ditentukan melalui mikroorganisme yang ada di dalam perairan tersebut, diantaranya adalah
bakteri, alga dan jamur. Parameter kualitas air secara kimia diantaranya adalah COD (Chemical
Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen Demand), gas terlarut, padatan terlarut (dissolved
solid), padatan tersuspensi (suspended solid), kesadahan (hardness) dan alkalinitas (alkalinity).
Kualitas air secara fisik umumnya ditentukan oleh temperature, kekeruhan (turbidity), rasa,
warna dan bau.
Kualitas air dari alam umumnya belum memenuhi standar yang diinginkan untuk industri
sehingga perlu dilakukan pengolahan. Zat pengotor (impurities) yang umum ditemukan dalam
air adalah padatan tersuspensi (contoh : lumpur), padatan terlarut (CaCO3, MgCO3, CaSO4,
MgSO4, NaCl, Na2SO4, SiO2) dan gas terlarut (CO2, O2, N2, NH3, NO2, dan H2S). Pengolahan
air di PT. Petrokimia Gresik dilakukan melalui dua tahapan yakni internal treatment dan
eksternal treatment. Internal treatment dilakukan di titik penggunaan air. Internal treatment
6
bertujuan untuk menyesuaikan air pada kualitas yang diinginkan. Internal treatment khusus
digunakan untuk boiler dan cooling water. Pada eksternal treatment dilakukan di luar titik
penggunaan air. Eksternal treatment bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan
impurities. Jenis-jenis proses dalam eksternal treatment adalah sedimentasi, filtrasi, pelunakan
(softening), demineralisasi dan deaerasi. Proses sedimentasi biasanya dilakukan sebelum
proses klarifikasi dengan memanfaatkan gaya gravitasi yang melewatkan air ke sebuah bak.
Kecepatan pengendapan tergantung pada berat jenis, bentuk dan ukuran partikel, viskositas air
dan kecepatan aliran dalam bak pengendap.
7
menukarkan ion negatif dari resin dengan ion negatif air. Resin penukar anion digolongkan
menjadi resin penukar anion basa kuat dan resin penukar anion basa lemah. Contoh resin
penukar anion basa kuat adalah gugus fungsional amonium kuartener dan ROH. Sedangkan
resin penukar anion basa lemah adalah gugus fungsional RNH2.
8
Unit yang digunakan pada proses ini adalah :
1. Intake sungai Brantas
2. Settling pit
3. Clariffier
4. Sand filter
5. Filter water basin
6. Pompa dan Boster pump (Kandangan)
7. Pembangkit tenaga diesel (dioperasikan bila PLN mati)
Langkah pertama adalah air dari sungai Brantas dialirkan menuju bak pengendapan
(settling pit) dengan cara gravitasi yang berfungsi untuk mengendapkan lumpurnya. Kemudian
air dipompa masuk menuju bak penjernihan air (clarifier). Air dalam bak penjernihan
diinjeksikan bahan-bahan kimia untuk penjernihan yakni kapur, tawas, kapurit dan
polyelectrolyte. Proses penjernihan air tersebut berfungsi untuk mengikat kotoran-kotoran
dalam air menjadi lumpur serta mengendap ke dasar clarifier. Lumpur-lumpur yang terkumpul
didasar clarifier dialirkan dan dibuang keluar secara teratur. Sedangkan air hasil proses
penjernihan dialirkan ke sand filter, lalu ditampung di filtered water basin. Kemudian air
dipompa ke pabrik Petrokimia.
Spesifikasi water intake Babat terdiri dari :
- Jenis : hard water
- pH : 7,5-8,5
- Total hardness : max 200 ppm sebagai CaCO3
- Jarak : 60 km
- Kapasitas : 2.050 m3/jam
9
9. Pompa dan Boster pump (Lamongan)
10. Pembangkit tenaga diesel (dioperasikan bila PLN mati)
Air dari sungai Bengawan Solo dialirkan menuju bak pengendapan (settling pit) secara
gravitasi. Kemudian air dimasukkan ke dalam bak penjernihan air distribution structure I
dengan injeksi polyelectrolyte dan chlorine, lalu ditampung dalam pre settling tank. Air yang
lebih jernih diperoleh dengan penambahan injeksi bahan-bahan kimia yakni kapur (lime).
Proses ini berfungsi untuk mengikat kotoran-kotoran dalam air menjadi lumpur serta
mengendap ke dalam pulsator clarifier. Lumpur yang terkumpul di dasar clarifier dialirkan
dan dibuang keluar secara teratur. Sedangkan air hasil proses penjernihan di pulsator clarifier
dialirkan ke sand filter untuk ditampung dalam filtered water storage tank, kemudian dipompa
ke pabrik.
Proses yang berfungsi sebagai penurunan konsentrasi kalsium, magnesium, dan ion
lainnya di dalam kategori air keras (hard water). Hard-ions dapat menyebabkan berbagai efek
yang tidak diinginkan seperti membentuk limescale (kerak putih), yang umumnya ditemukan
dalam pipa air panas boiler. Namun, air keras juga dapat memberikan beberapa manfaat untuk
kesehatan dengan menyediakan kalsium dan magnesium. Metode Water Softening, umumnya
menghapus Ca2+ dan Mg2+ dari larutan. Penghapusan ini dicapai dengan pertukaran ion dan
metode presipitasi. Unit LSU memiliki peranan dalam menurunkan kesadahan (hardness) air
dengan cara mengikat garam-garam Mg dan Ca oleh larutan kapur (lime) serta polielektrolit.
10
Unit ini berfungsi untuk mengolah hard water (pH 7-8/ TH 200 ppm) menjadi soft water (pH
9-10/ TH <100 ppm). Jumlah sirkulator pada unit ini adalah 3 buah dengan kapasitas 150 M3/h
dengan dilengkapi 8 buah sand filter dan pompa kimia. TK 951 berperan sebagai tangka bahan
baku dengan kapasitas 15.000 m3. TK 10 atau TK 1201 berperan sebagai penampung produk
dengan kapasitas 20.000 m3.
Air dari TK-951 dan TK-1103 dipompa dengan menggunakan pompa P-2201 ABC,
sehingga masuk ke dalam circulator clarifier, kemudian terjadi proses pengikatan garam-
garam Ca dan Mg yang terlarut dalam raw water dengan menginjeksikan lime. Over flow dari
circulator clarifier dilewatkan ke aquazur T filter. Filter ini di back wash dengan udara dari
kompresor C-2202 AB yang dikeluarkan dari bagia bawah filter sehingga kotoran yang
menutupi filter akan mengalir secara over flow ke saluran pembuangan. Air produk sebagian
ditampung di reservoir R-2201, kemudian dialirkan ke unit demineralisasi dengan P-2206 ke
tangka T-1201 untuk dialirkan ke demin plant I dan ke tangka TK-10 untuk dialirkan ke demin
plant II.
11
2.6. Cooling Tower I dan II
Cooling tower secara umum dapat dikategorikan sebagai pendingin evaporatif yang
digunakan untuk mendinginkan air atau media kerja lainnya sampai memiliki temperatur
mendekati temperatur bola basah udara sekitar. Kegunaan utama dari cooling tower adalah
untuk membuang panas yang diserap akibat sirkulasi air sistem pendingin yang digunakan pada
pembangkit daya, kilang petroleum, pabrik petrokimia, pabrik pemrosesan gas alam, pabrik
makanan, pabrik semi konduktor, dan fasilitas-fasilitas industri lainnya. Jika suatu pabrik tidak
dilengkapi dengan cooling tower dan hanya menggunakan sirkulasi air pendingin sekali pakai,
air pendingin yang telah digunakan akan mengalami kenaikkan temperatur selanjutnya dibuang
ke laut, danau atau sungai yang ditentukan. Pembuangan sejumlah air hangat tersebut dapat
meningkatkan temperatur sungai atau danau tersebut sehingga dapat merusak ekosistem
lokal.Cooling tower dapat digunakan untuk membuang panas ke atmosfir sebagai pengganti
angin serta difusi udara yang menyebarkan panas ke area yang lebih luas.
Kapasitas produksi keseluruhan adalah 20.000 m3 dan diolah dalam dua cooling water
yakni T 1201 A dan T 2211 AB. Permasalahan pengerakan (scalling), korosi, pertumbuhan
lumut dan adanya kotoran dapat diatasi dengan injeksi beberapa bahan kimia, diantaranya
adalah :
- H2SO4 untuk menjaga pH 7,5-8,5
- Cl2 sebanyak 0,2-0,5 ppm sebagai desinfektan untuk membunuh lumut
- Nalco 7342 untuk mengendalikan kadar PO4 agar tetap terjaga yaitu antara 5-7 ppm
Cooling tower T-1201 A terdiri dari 6 sel. Sel ABCD diinterkoneksikan dengan cooling
tower T-2211 A menggunakan pompa P-1216 untuk membantu penurunan suhu cooling tower.
Sedangkan sel EF dipompa dengan pompa P-1212 untuk keperluan Unit Produksi I (ZA I/III
dan CO2). Cooling tower T-2211 A terdiri dari 5 sel DEFGH yang dipompa menggunakan P-
2211 untuk proses ammonia. Cooling tower T-2211 B terdiri dari 2 sel yang dipompa dengan
pompa T-2211 B digunakan khusus untuk proses urea.
2.7.Demineralization Plant
Penggunaan air bebas mineral (Demineral Water) merupakan kebutuhan pokok yang
berfugsi sebagai umpan ke boiler dalam menghasilkan steam sebagai penggerak pompa turbin.
Air demin memiliki peranan vital, karena steam dihasilkan melalui proses perubahan fase air
menjadi vapour atau uap air. Air merupakan salah satu senyawa yang bersifat korosif terhadap
unsur logam tertentu, karena air pada alam bebas banyak mengandung mineral-mineral dari
12
yang sedang hingga mineral berat, antara. Kandungan kalsium dan magnesium yang tinggi
dalam air berpengaruh pada nilai kesadahan air dimana kesadahan ini bisa menyebabkan kerak
di ketel uap (boiler) dan akhirnya efisiensi energi akan rendah. Mineral-mineral tersebut adalah
racun yang harus di buang, jika air akan di gunakan sebagai umpan boiler untuk menghasilkan
steam guna mencegah korosi pada peralatan. Air demin dihasilkan dengan membuang mineral
tersebut melalui beberapa tahapan. Bahan baku air demin sendiri adalah air suling atau biasa
di sebut Filter Water di dunia industri.
Proses adsorpsi terdiri dari empat tahapan yakni :
- Adsorpsi Carbon Filter yang memiliki fungsi antara lain :
1. Menghilangkan bau, rasa, dan warna
2. Menjernihkan air
3. Membunuh bakteri-bakteri serta mikroba
4. Menyerap H2S (Sulfida) dan NH4
- Adsorpsi Cation Exchanger ( Penukar ion positif dengan ion H+ )
Ion-ion positif atau ion berat akan diserap dengan bantuan Resin Cation Exchanger.
Ion-ion yang akan di hilangkan pada proses ini antara lain kapur (CaCO3), Magnesium (Mg)
dan Calsium (Ca). Resin kation biasa digunakan untuk softener (pelembut) terhadap air dengan
tingkat kesadahan tinggi (total hardness). Air dengan kesadahan tinggi akan menyebabkan
fungsi air untuk proses pencucian atau pembersihan menjadi terganggu.
- Adsorpsi Anion Exchanger
Air yang keluar dari Cation Exchanger selanjutnya melalui Anion Exchanger untuk
menukar ion Negatif OH-. Karakter utama dari resin adalah cepat terjadi kejenuhan dalam
hitungan hari atau minggu yang bergantung dari tingkat kesadahan air bakunya. Jika resin
tersebut sudah jenuh maka perlu dilakukan regenerasi menggunakan larutan HCl encer (33%)
untuk resin kation yang difungsikan sebagai kation exchanger (menukar semua kation dengan
ion H+) atau menggunakan larutan H2SO4 encer jika resin kation difungsikan sebagai softener
yang hanya menukar ion Ca dan Mg dengan ion Na+.
- Adsorpsi Mix bed Exchanger
Mix bed Exchanger merupakan gabungan antara Cation Exchanger dan Anion
Exchanger dalam satu vessel yang terdiri dari dua tingkat, yaitu Cation Exchanger pada tingkat
atas dan Anion Exchanger pada tingkat bawah. Proses ini berfungsi untuk menghasilkan air
dengan tingkat mineral sangat minim yang selanjutnya disebut dengan Air Demin. Beberapa
pabrik dalam industri Petrokimia memiliki kriteria, sehingga air demin bisa di pakai sesuai
13
standard, yaitu nilai Conductivity < 25 PPM (part per million), dan nilai kandungan Silica
(SiO2) < 0.5 PPM.
Air dari TK 1201 melalui pompa P 1203 ABC disaring di filter F 1202 ABCD, kemudian
dialirkan ke cation exchanger D 1208 ABCD. Setelah keluar dari cation exchanger, air
dialirkan ke bagian atas degasifier D 1221. Lalu air dipompa oleh P 1241 ABC ke bagian atas
anion exchanger D 1209 ABCD. Kemudian air dialirkan ke mixbed exchanger D 1210 ABCD.
Produknya sebagian besar digunakan sebagai air umpan di TK 1102 dan sebagian lagi
ditampung di TK 1206 serta TK 1209 untuk air proses.
2.8.Steam
Kebutuhan steam di Departemen Produksi I disediakan oleh boiler utilitas I (B 1102) dan
waste heat boiler ( WHB B 2220). Unit boiler B 1102 menyediakan steam untuk keperluan
proses di plant ammonia, ZA, utilitas I, CO2 dan air separator plant (ASP). Spesifikasi boiler
B-1102 adalah :
- Tipe : boiler (tahun pembuatan 2007)
- Sumber panas : ketel uap
- Bahan bakar : gas alam
- Economizer : ada
- Superheater : ada
- Desuperheater : ada
- Desain kapasitas : 125 ton/ jam
14
- Superheater out pressure : 50 kg/cm2
- Temperatur steam : 410 ºC
- Manufacture : Daekyung Machinery (Korea)
Bahan utama pada unit boiler B 1102 berasal dari demin plant yang ditampung pada TK-
1102, kemudian dipompa menggunakan pompa P-1108 AB. Lalu masuk pada bagian D-1105,
pada bagian ini terjadi injeksi hidrasi dan hasilnya dipompa dengan pompa P-1103 ABC.
Kemudian dikirim ke economizer E-11021, lalu dikirim ke D-110211 yang berfungsi untuk
dikeringkan dengan menggunakan firing yang berasal dari pembakaran natural gas. Gas yang
bertekanan tinggi akan naik ke atas dan menuju ke super heater E-11022 dan menjadi produk
steam. Gas yang bertekanan rendah akan turun ke D-10212, kemudian dipanaskan
menggunakan firing. Lalu masuk stack gas, bahan yang tidak terpakai dibuang, sedangkan
yang masih dapat digunakan dikembalikan ke D-110211 dan berulang seperti proses
sebelumnya.
Unit waste heat boiler menghasilkan steam dengan kapasitas 70 ton/ jam dengan tekanan
65 kg/ cm2 dan memiliki temperature sebesar 465ºC. Sebagian besar steam digunakan untuk
proses ammonia, urea, ZA I/III.
15
Gambar 6. Waste Heat Boiler B-2221
Produk utama pada waste heat boiler berasal dari condensate urea dan demin plant II.
Produk condensate ditampung di TK-2221 dan dipompa menggunakan P-2221 AB. Kemudian
masuk ke bagian D-2221 LP untuk injeksi hidrasin. Lalu dipanaskan di evaporator dan kembali
lagi ke D-2221 LP serta dipompa menuju economizer menggunakan P-2222 AB. Kemudian
dikirim ke bagian D-2223 HP dan masuk ke evaporator untuk dipanaskan. Lalu hasil yang
didapatkan dikirim ke S1 dan S2 untuk di firing dengan menggunakan GTG serta
menghasilkan produk steam.
2.9.Parameter Penelitian
Amonia (NH3) merupakan senyawa alkali yang berupa gas tidak berwarna dan dapat
larut dalam air. Amonia berasal dari reduksi zat organis (HOCNS) secara mikrobiologis. Kadar
NH3 yang tinggi di dalam air selalu menunjukkan adanya pencemaran dari segi estetika NH3
mempunyai rasa kurang enak dan bau sangat menyengat, sehingga kadar NH3 harus rendah,
pada air minum kadar NH3 harus nol dan pada kadar air permukaan harus dibawah 0,5 mg/l N.
Efe kesehatan dapat terjadi apabila NH3 telah berubah menjadi nitrat (NO3) dan nitrit (NO2)
yang dapat membahayakan kesehatan (Safitri, 2009).
16
2.9.2.TKN (Total Kjeldahl Nitrogen)
Analisa air limbah berhubungan dengan lima kelompok yang berbeda – beda yaitu
ammonia bebas, ammonia albuminoida, nitrogen organik, nitrit dan nitrat. Hubungan yang
timbul adalah berbagai bentuk campuran nitrogen dan perubahan – perubahan yang terjadi di
alam. Di dalam air limbah kebanyakan dari nitrogen pada dasarnya terdapat dalam bentuk
organik atau nitrogen protein dan ammonia. Semua nitrogen terdapat didalam campuran
organik dapat dianggap sebagai nitrogen organik. Dalam limbah domestik, kebanyakan dari
nitrogen organik berada dalam bentuk protein – protein yang diakibatkan oleh degradasi.
Nitrogen menjadi ammonia dalam pembusukan anaerobik, sedangkan nitrit dan nitrat dalam
pembusukan aerobik (Nainggolan, 2012).
2.9.3. Fluor
Senyawa halida, klorida dan fluorida merupakan senyawa – senyawa umum yang
terdapat pada perairan alami. Senyawa – senyawa tersebut mengalami proses disosiasi dalam
air membentuk ion – ionnya. Ion klorida pada tingkat sedang relative mempunyai pengaruh
kecil terhadap sifat – sifat kimia dan biologi perairan. Kation dari garam – garam klorida dalam
air terdapat dalam keadaan mudah larut, dan ion klorida secara umum tidak membentuk
senyawa kompleks yang kuat dengan ion – ion logam. Ion fluorida jauh lebih penting dalam
air daripada ion klorida. Fluor adalah salah satu unsur halogen yang keletronegatifannya paling
tinggi dibandingkan unsur – unsur halogennya (Nainggolan, 2012).
Chemical Oxygen Demand (COD) menggunakan oksidan kimia dalam larutan asam
dan panas untuk mengoksidasi karbon organik menjadi CO2 dan H2O. Menurut definisi, kimia
kebutuhan oksigen adalah ukuran setara oksigen dari kandungan bahan organik dari sampel
yang rentan oksidasi oleh oksidan kimia yang kuat, ditentukan dengan mengukur jumlah
oksidan. Hasil tes COD juga dapat digunakan untuk memperkirakan hasil pada sampel yang
diberikan. Hubungan empiris terdapat antara BOD, COD dan TOC. Namun, hubungan khusus
harus ditetapkan untuk setiap sampel (Boyles, 1997).
17
Nilai COD berhungan dengan kadar oksigen terlarut dan oksigen terlarut merupakan
parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan massa air serta
merupakan indikator yang peka bagi proses – proses kimia dan biologi (Widyaningsih, 2011).
TSS (Total Suspended Solid) merupakan hasil dari penyaringan padatan terlarut yang
biasanya merupakan partikel solid yang pengendapannya dilakukan dengan gravitasi (Safitri,
2009).
Kekeruhan air mempunyai hubungan yang erat dengan nilai TSS karena kekeruhan
pada air salah satunya disebabkan oleh adanya kandungan zat padat tersuspensi. Zat tersuspensi
yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya pasir halus, tanah liat dan lumpur
alami yang merupakan bahan – bahan anorganik atau dapat pula berupa bahan – bahan organik
yang melayang – layang di dalam air. Bahan – bahan organik yang tersuspensi terdiri dari
berbagai jenis senyawa seperti seluosa, lemak, protein yang melayang – layang dalam air atau
dapat juga berupa mikroorganisme seperti bakteri, algae, dan sebagainya (Widyaningsih,
2011).
2.9.6. Minyak/Lemak
Minyak dan lemak merupakan bahan utama yang banyak di dapatkan di dalam air
limbah. Kandungan zat minyak dan lemak dapat ditentukan melalui contoh air limbah dengan
heksana. Minyak dan lemak membentuk ester dan alkohol. Lemak tergolong pada bahan
organik yang tetap dan tidak mudah untuk diuraikan oleh bakteri. Minyak dan lemak dapat
mempengaruhi aktifitas mikroba dan merupakan pelapisan permukaan cairan limbah sehingga
menghambat proses oksidasi pada kondisiaerobik. Minyak tersebut dapat dihilangkan saat
proses netralisasi dengan penambahan NaOH dan membentuk sabun berbusa (scum) yang
sering mengapung dipermukaan dan bercampur dengan benda-benda lain pada permukaan
limbah (Pratiwi, 2011).
18
(H2O) yang membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan masalah
pencemaran air dimana sumber ion hidrogen tidak pernah habis. H+ tidak hanya unsur molekul
H2O saja tetapi juga merupakan unsur banyak senyawa lain, hingga jumlah reaksi tanpa H+
dapat dikatakan hanya sedikit saja (Wisyaningsih, 2011).
19
BAB III
METODOLOGI
Pengambilan sampel air di ambil di saluran pembuangan limbah PT. Petrokimia Gresik,
pengukuran parameter kualitas air limbah dilakukan secara kimia, dengan data yang didapatkan
yaitu data sekunder hasil analisis buangan limbah PT. Petrokimia Gresik 2015 selama 1 tahun,
buangan air limbah pada bulan Februari 2016, dan data air baku pada bulan Februari 2016.
Pengukuran parameter uji kualitas air secara kimia dilakukan di Laboratorium Uji Analisa
Kimia Air Buangan PT. Petrokimia Gresik, dilaksanakan pada selasa, 16 Februari 2016, pukul
11.00 – 15.30 WIB.
3.2.Cara Kerja
Praktek kerja lapangan (PKL) di Petrokimia Gresik memiliki tiga program utama,
diantaranya adalah minggu pertama mahasiswa dan mahasiswi wajib mengikuti diklat.
Kemudian pada minggu kedua dan ketiga prakerin wajib mengikuti meeting class dan tinjau
lapangan pada masing-masing unit di Departemen Produksi I. Lalu pada minggu yang terakhir
prakerin mendapatkan tugas khusus dari pembimbing masing-masing, akan tetapi jika prakerin
telah mendapatkan tugas khusus dari dosen pembimbing di Universitas, maka prakerin tersebut
tidak diberikan tugas khusus dari Petrokimia.
Tugas khusus tim kami adalah menguji kualitas perairan di PT. Petrokimia Gresik
berdasarkan parameter fisika dan Kimia. Langkah yang harus ditempuh untuk mendapatkan
data sekunder analisis kualitas perairan adalah mencari data peninjauan kualitas air selama
setahun terakhir di Unit Utilitas. Selanjutnya mencari data sekunder pengelolaan limbah cair
yang dilakukan Petrokimia di Departemen K3 dan Lingkungan. Tahapan terakhir adalah
menguji secara langsung berbagai perlakuan untuk pengelolaan limbah di Laboratorium Uji
Analisa Kimia Air Buangan.
Ion ammonia dalam keadaan basa akan bereaksi dengan larutan Nessler membentuk
senyawa komplek berwarna kuning sampai coklat. Diukur dengan spektrofotometri pada λ400-
425 nm. 50ml sampel air di tambahkan znSO4 10% 5ml, di atur pH 10-11 ditambahkan dengan
NaOH atau Hcl, selanjutnya ditambahkan aquades 100 ml, ditambahkan 0,5ml K-na tartrate
20
dan 1 ml larutan Nessler, selanjutnya kocok dan diamkan selama 10 menit selanjutnya dibaca
pada λ420 nm.
Semua unsur organik dan anorganik yang ada dalam air di oksidasi oleh larutan standar
K2Cr2O7 dalam H2SO4 dan kelebihan K2Cr2O7 ditritasi dengan larutan standar FAS dengan
menggunakan O-phenatraline untuk air yang mengandung nilai COD >900 mg/L di encerkan
dengan aquades sampai nilai COD 50 – 800 mg/L, dimasukkan 5ml HgSO4, 5 ml H2SO4 termis
dan ditambahkan 5ml K2Cr2O7 0,25 N, selanjutnya Refluks selama ±1jam – 1,5jam. Dibilas
dengan air suling ditambahkan ind.ferroin 8-10 tetes. Fas 0,1 N.
Di ambil 25ml contoh air dan di masukkan ke dalam gelas ukur, di saring dengan K.S
wh 40, selanjutnya filtrat di tampung di cawan TDS dan di uapkan sampai kering. Perhitungan
mg/L = Bobot cawan + contoh – Bobot cawan kosong di bagi N contoh air yang telah di uap
kan selanjutnya di kalikan 10t.
Air didestruksi H2SO4, K2SO4 dan HgSO4 sampai terjadi asap putih dari SO3 dan
larutan menjadi jernih atau kuning pucat kemudian didestilasi dalam suasana basa. Di ambil
25ml sampel air, tambahkan 15 – 25ml asam sulfat ke dalam labu ukur, di diamkan selama
1jam, selanjutnya ditambahkan aquades dan di homogenkan (jika larutan keruh disaring
terlebih dahulu), pipet larutan dan dipindahkan ke gelas piala 100/125ml tambahkan ZnSO4
10% 5ml dan aquadest ±40ml, selanjutnya atur pH dengan menambahkan NaOH atau Hcl,
pipet 1 ml nitrat di tambahkan 1ml Nessler, 0,5 tartrat dan aquades. Selanjutnya dibaca pada
spektro λ420nm.
21
asap putih kemudian di dinginkan. Ditambahkan 5ml Molybdat S, 5,l amino dan aquades
hingga 100 ml selanjutnya di baca pada λ650 nm.
Dipasang elektroda pada alat, di tekan tombol ON. Di pilih MODE pengukuran CH 1
untuk mengaktifkan mode pengukuran pH, CH 2 untuk mengaktifkan mode pengukuran ion.
Selanjutnya di kalibrasi larutan standar pH/ion, dengan cara tekan CAL kemudian di bilas
dengan menggunakan aquades dan di keringkan dengan kertas tissue. Di masukkan ujung
elektrode ke dalam larutan standar, di masukkan nilai larutan standar dengan menggunakan
tombol▲ atau ▼ (untuk memasukkan nilai desimal, titik desimal dapat digeser dengan
menekan tombol Enter). Selanjutnya di tekan CAL untuk memulai kalibrasi, ditunggu sampai
nilai stabil (Nilai pembacaan stabil bila tulisan Hold berhenti berkedip). Kalibrasi dua atau tga
titik yaitu di tekan CAL untuk menghilangkan tulisan Hold, sebanyak 2 kali untuk dua titik
atau tiga kali untuk tiga titik. Di tekan MEAS untuk kembali ke tampilan pengukuran ph/ion.
Data sekunder dari pihak PT. Petrokimia di rata – rata selama 1tahun, selanjutnya data
dibandingkan dengan hasil air buangan yang telah dilakukan pada bulan Februari 2016,
pembanding data dibentuk grafik dan di interpretasikan, selanjutnya data air baku yang
diperoleh di rata – rata, setelah di rata – rata dibentuk grafik dan dilakukan standar deviasi
untuk mempermudah membandingkan dengan parameter yang lain. Selanjutnya kedua data
tersebut di bandingkan dengan Baku Mutu Air Limbah yang ditetapkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.5.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Analisa Hasil
180
160
Konsentrasi (ppm CaCO3)
140
120
100
80
60
40
20
0
pH Alkalinity M Ca-Hardness Cl (ppm Cl2 sisa SiO2 (ppm)
(ppm CaCO3) (ppm CaCO3) CaCO3) (ppm)
Gambar 7. Grafik Nilai rata-rata pada Unit Inlet dan Unit Air Pendingin
Sistem pendingin adalah suatu rangkaian untuk mengatasi untuk terjadinya over heating
yaitu panas yang berlebihan pada mesin agar mesin dapat berjalan dengan stabil. Berdasarkan
gambar di atas, dapat diketahui nilai rata-rata pH unit inlet adalah 7,5 dan pH unit air pendingin
8,5. Penggunaan air baku menjadi air pendingin akan meningkatkan pH meskipun masih
memenuhi baku mutu, sehingga dapat dikatakan pH pada kedua unit tergolong baik.
Selanjutnya nilai rata-rata alkalinitas unit inlet adalah 96 ppm CaCO3 dan nilai alkalinitas unit
air pendingin adalah 97 ppm CaCO3. Nilai keduanya juga tidak berbeda jauh dan tergolong
dalam konsentrasi yang rendah, jika dibandingkan dengan nilai maksimum alkalinitas adalah
750 ppm CaCO3. Nilai rata-rata Ca-Hardness pada unit inlet adalah 97 ppm CaCO3 dan pada
unit air pendingin 159 ppm CaCO3. Perubahan kualitas air yang telah digunakan sebagai air
pendingain masih tergolong bagus, karena air pendingin yang telah panas kemudian
didinginkan di cooling tower untuk kemudian disirkulasikan kembali ke dalam pabrik.
23
Untuk menjaga kualitas air, misalnya agar tidak terdapat algae, bacteria dan pengendapan
maka perlu diinjeksikan beberapa jenis chemicals tertentu. Kualitas air juga dijaga
melalui mekanisme make-up dan blow-down.
Cooling tower dapat digunakan untuk membuang panas ke atmosfir sebagai pengganti
angin serta difusi udara yang menyebarkan panas ke area yang lebih luas, Kegunaan utama dari
cooling tower adalah untuk membuang panas yang diserap akibat sirkulasi air sistem pendingin
yang digunakan pada pembangkit daya, pabrik petrokimia, pabrik pemprosesan gas alam,
pabrik makanan, pabrik semi konduktor, dan fasilitas - fasilitas industri lainnya. Jika suatu
pabrik tidak dilengkapi dengan cooling tower dan hanya menggunakan sirkulasi air pendingin
sekali pakai, air pendingin yang telah digunakan akan mengalami kenaikkan temperatur dan
akan dibuang ke laut, danau atau sungai yang ditentukan. Pembuangan sejumlah air hangat
tersebut dapat meningkatkan temperatur sungai atau danau tersebut sehingga dapat merusak
ekosistem lingkungan.
Nilai pada unit inlet cukup tergolong baik jika dibandingkan dengan baku mutu adalah
maksimal 100 ppm CaCO3, tetapi nilai pada unit sistem pendingin kurang baik karena melewati
batas maksimum. Hal ini dapat diatasi dengan regenerasi anion dan kation dalam proses
tersebut. . Peningkatan suhu air dalam proses air pendingin akan menimbulkan perubahan
komponen kualitas air seperti menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air dan mengganggu
kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Nilai rata-rata Cl pada unit inlet adalah 25 ppm CaCO3
dan pada unit sistem pendingin 60 ppm CaCO3. Kedua nilai tergolong baik karena tidak
melebihi batas maksimum yakni 600 mg/L. Nilai rata-rata silika pada unit inlet adalah 19,1
ppm dan pada unit sistem pendingin 39,5 ppm, hal ini menunjukkan bahwa nilai silika yang
ada di PT. Petrokimia Gresik tidak melewati baku mutu yang ditetapkan yakni 150 ppm. Hal
ini umum terjadi pada industri-industri, karena SiO2 merupakan salah satu senyawa kimia yang
menyebabkan pembentukan kerak pada sistem pendingin.
24
4.2.Analisa Air Limbah
Hasil pengumpulan data sekunder dari PT. Petrokimia Gresik maka didapatkan hasil
jumlah Amonia dan TKN (Total Kjeldahl Nitrogen) dengan variasi yang sama.
6000 7000
5000 6000
Ammonia (mg/L)
5000
4000
TKN (mg/L)
4000
3000
3000
2000
2000
1000 1000
0 0
Waktu Pantau
Amonia TKN
25
limbah yang dihasilkan relatif berkadar amonia dan nitrogen tinggi, begitu sebaliknya
rendahnya nilai ammonia dan TKN disebabkan jumlah air limbah yang dihasilkan kadar
amonia dan nitrogennya cukup rendah, nilai dari TKN telah memenuhi nilai baku mutu air
limbah hanya pada waktu tertentu yakni bulan Agustus – Oktober yaitu dibawah 180 mg/L.
Sedangkan pada bulan yang lain nilai TKN melebihi baku mutu yang ditetapkan. Dalam air
limbah domestik kebanyakan dari nitrogen organik yang berada dalam bentuk protein – protein
yang diakibatkan oleh degradasi. Nitrogen menjadi amonia dalam pembusukan anaerobik
sedangkan nitrit dan nitrat dalam pembusukan aerobik.
Senyawa halida, klorida dan fluorida merupakan senyawa – senyawa umum yang
terdapat pada perairan alami. Berdasarkan dari hasil pengumpulan data sekunder dan data PKL
(Praktik Kerja Lapang)
60 500
450
50
pH dan Flour (mg/L)
400
40 350
COD (mg/L)
300
30 250
200
20 150
10 100
50
0 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nop Des Peb
2015 2016
Waktu Pantau
Flour pH COD
26
melebihi baku mutu yang ditetapkan, sedangkan pada bulan November 2015 - Februari 2016
tidak melebihi baku mutu , selain itu nilai pada pH yang dihasilkan pada bulan Desember 2015
melebihi baku mutu yang ditetapkan, pada bulan Agustus – September nilai pada pH tidak
melebihi baku mutu yang di tetapkan, selanjutnya pada nilai Flour Februari 2016 dinyatakan
melebihi baku mutu yang ditetapkan, sedangkan pada bulan Juli nilai Flour yang dihasilkan
telah memenuhi nilai baku mutu yang telah ditetapkan.
Tinggi rendahnya nilai COD disebabkan karena kadar oksigen dalam air semakin
rendah, maka menyebabkan nilai COD semakin rendah sehingga tidak bisa mengoksidasi zat
– zat organis yang ada di dalamnya dan tingginya nilai COD di sebabkan antara lain oleh
tingginya kandungan bahan organik dan bahan kimia lainnya. Nilai pH berpengaruh dalam
proses pengolahan limbah, pengaruh yang terjadi apabila pH terlalu rendah disebabkan karena
adanya penurunan pada kadar oksigen terlarut.
Minyak dan lemak merupakan bahan utama yang banyak di dapatkan di dalam air
limbah. Berdasarkan dari hasil pengumpulan data sekunder dan data PKL (Praktik Kerja
Lapang) grafik yang diperoleh terdapat nilai minyak/lemak dan TSS (Total Suspended Solid)
14 7000
12 6000
Minyak/Lemak
10 5000
8 4000
TSS
6 3000
4 2000
2 1000
0 0
Okt
Jan
Apr
Nop
Peb
Mar
Peb
Sept
Jun
Jul
Des
Mei
Agust
2015 2016
Waktu Pantau
Minyak/Lemak TSS
27
Indonesia nilai minyak/lemak adalah 20 (mg/L) dan nilai TSS yang ditetapkan adalah 200
(mg/L), maka nilai minyak/lemak yang telah dihasilkan pada bulan Juni 2015 tidak melebihi
baku mutu yang telah ditetapkan, sedangkan nilai TSS yang dihasilkan pada Februari 2016
melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan, dan pada bulan Desember dan November 2015 nilai
TSS yang dihasilkan tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan, yaitu sesuai.
Tingginya kandungan minyak/lemak disebabkan karena proses degradasi yang relatif
lama, penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada
permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu
yang lama, sebab minyak dan lemak tahan lama terhadap perombakan secara aerob. Pada nilai
TSS mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena kekeruhan air memiliki hubungan yang
erat sekali dengan nilai TSS tingginya nilai TSS menunjukkan banyaknya padatan yang
terkandung dalam air pembuangan atau limbah, kekeruhan pada air salah satunya memang
disebabkan oleh adanya kandungan zat padat tersuspensi. Menurut (Wisyaningsih, 2011) Zat
tersuspensi yang ada di dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya pasir halus, tanah
liat dan lumpur alami.
28
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapatkan dalam Praktik Kerja Lapang (PKL) yaitu, bahwa rata-
rata nilai pada unit inlet dan unit air pendingin cukup tergolong baik, penggunaan air baku
menjadi air pendingin akan meningkatkan pH dan temperatur meskipun masih memenuhi baku
mutu. Beberapa parameter analisis air limbah belum memenuhi baku mutu Menteri
Lingkungan Hidup diantaranya adalah nilai TKN pada bulan Agustus – Oktober 2015, COD
pada bulan Juli 2015, Flour dan TSS pada bulan Februari. Sedangkan parameter pH dan nilai
minyak/lemak sudah memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia No.5 Tahun 2013.
5.2.Saran
Saran yang dapat kami berikan untuk Praktik Kerja Lapang (PKL) selanjutnya adalah
sebaiknya pengarahan yang diberikan bagi mahasiswa PKL di Departemen Pelatihan dan
Pendidikan di persingkat waktunya, sehingga waktu untuk terun langsung ke lapangan menjadi
lebih efektif., yang kedua sebaiknya air limbah buangan di olah secara maksimal agar tidak
mencemari lingkungan sekitar dan melebihi batas maksimal dari Baku Mutu yang ditetapkan
Menteri Lingkungan Hidup.
29
DAFTAR PUSTAKA
iv