Disusun Oleh :
YOSEP SOPAR P
21080112130053
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja
praktek yang berjudul “Pemantauan Kualitas Udara Emisi Dan Ambien di unit
Produksi Urea dan ZA I-III PT. Petrokimia Gresik”. Selama penyusunan laporan
ini, penulis mendapatkan bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak.
Maka dalam kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Syafrudin, CES, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Diponegoro.
2. Pertiwi Andarani, ST, M.Eng selaku koordinator Kerja Praktek.
3. Ir. Endro Sutrisno, MS. selaku dosen pembimbing Kerja Praktek.
4. Mas Bagus Eka Saputra selaku pembimbing lapangan Kerja Praktek di PT.
Petrokimia Gresik
5. Mbak Vero, Mbak Anin, Mbak Meri, Pak Bambang, dan seluruh karyawan
departemen Lingkungan dan K3. Terimakasih atas penerimaan, ilmu, cerita
dan motivasi dalam proses pelaksanaan kerja praktek dan proses
penyusunan laporan.
6. Bapak, Ibu dan Kakak serta keluarga besar atas doa, dukungan, dan
semangatnya.
7. Bapak Mulyono, Ayah dari teman saya Windy yang telah menyediakan
tempat tinggal selama saya melaksanakan kerja praktek di PT. Petrokimia
Gresik
8. Windy, trisna, Wafa, Iyus, Adit, Nita, dan Elba, teman-teman seperjuangan
selama Kerja Praktek di Departemen LK3 PT. Petrokimia Gresik
9. Teman-teman angkatan 2012 atas semua bantuan dan kerjasamanya.
iii
Dalam laporan ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat berbagai
kekurangan. Penulis mengharapkan masukan dari berbagai pihak berupa saran dan
kritik yang membangun dalam usaha perbaikan di masa mendatang.
iv
DAFTAR ISI
v
Pemantauan Kualitas Udara ........................................................... II-14
Pemantauan Kualitas Udara Emisi ................................... II-15
Pemantauan Kualitas Udara Ambien ............................... II-16
Hubungan Kualitas Udara Emisi dengan Udara Ambien II-18
Titik Pemantauan ............................................................. II-19
Periode dan Frekuensi Sampling...................................... II-19
Peraturan Pemantauan Kualitas Udara ............................. II-20
Alat-alat Yang Berpotensi Mengemisikan Pencemar .................... II-22
High Speed Diesel (HSD) .............................................................. II-23
Industri Pupuk ................................................................................ II-24
vi
Perluasan Keenam (25 Agustus 2000) .............................. IV-7
Perluasan Ketujuh ............................................................. IV-7
Perluasan Kedelapan (2000) ............................................. IV-7
Perluasan Kesembilan ....................................................... IV-8
Perluasan Kesepuluh ......................................................... IV-8
Makna Logo dan Arti PT. Petrokimia Gresik ................................. IV-9
Kerbau berwarna kuning emas .......................................... IV-9
Kelopak daun hijau berujung lima .................................... IV-9
Huruf PG berwarna putih .................................................. IV-9
Warna hitam penulisan nama perusahaan ....................... IV-10
Struktur Organisasi PT. Petrokimia Gresik ................................... IV-10
Departemen Lingkungan dan K3 .................................................. IV-12
Struktur Organisasi Departemen LK3............................. IV-12
Tanggung Jawab dan Wewenang Departemen LK3 ....... IV-12
Produk-Produk Yang Dihasilkan PT. Petrokimia Gresik ............. IV-16
Bidang Usaha Barang atau Produk Fisik: ....................... IV-16
Bidang Jasa ..................................................................... IV-16
Unit Produksi Urea dan ZA I-III PT. Petrokimia Gresik .............. IV-20
Unit Produksi Urea.......................................................... IV-20
Unit Produksi ZA I-III .................................................... IV-21
Unit Sarana dan Prasarana di PT. Petrokimia Gresik.................... IV-22
Dermaga dan Fasilitasnya ............................................... IV-22
Unit Pembangkit Tenaga Listrik ..................................... IV-23
Unit Pengolahan Air Bersih ............................................ IV-24
Unit Utilitas Batubara ..................................................... IV-25
Sarana Jalan Kereta Api .................................................. IV-25
Unit Pengolahan Limbah ................................................ IV-26
Penghargaan dan Prestasi Yang Diraih PT. Petrokimia Gresik .... IV-27
vii
Parameter Yang Dipantau ................................................................ V-1
Lokasi dan Jangka Waktu Pemantauan ............................................ V-2
Lokasi ................................................................................. V-2
Jangka Waktu Pemantauan ................................................ V-5
Hasil Pemantauan Kualitas Udara PT Petrokimia Gresik ................ V-5
Emisi .................................................................................. V-5
Sumber Emisi ..................................................................... V-5
Ambien ............................................................................... V-8
Kesimpulan...................................................................................... VI-1
Saran ................................................................................................ VI-2
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Tingkat antara Udara Bersih dengan Udara Tercemar. II-6
Tabel 2.2 Efek NOx terhadap Makhluk Hidup ................................................... II-9
Tabel 2.3 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak PLTGU ......................... II-21
Tabel 2.4 Baku Mutu Udara Ambien ................................................................ II-21
Tabel 3.1 Tujuan Operasional Kerja Praktek ..................................................... III-1
Tabel 3.2 Kegiatan Mingguan Kerja Praktek ..................................................... III-3
Tabel 3.3 Metode Pengumpulan Data di PT Petrokimia Gresik Jakarta............ III-4
Tabel 4.1 Kapasitas Produksi Pupuk Per Tahun .............................................. IV-18
Tabel 4.2 Kapasitas Produksi Non-Pupuk Per Tahun ...................................... IV-19
Tabel 5.1 Hasil Pemantauan Prilling Tower produksi urea Tahun 2014-2015 .. V-7
Tabel 5.2 Hasil Pemantauan Stack Drier produksi ZA I Tahun 2014-2015 ...... V-7
Tabel 5.3 Metode Pengukuran Kualitas Udara ................................................... V-8
Tabel 5.4 Hasil Pemantauan Kualiatas Udara Ambien PT. Petrokimia Gresik V-10
ix
DAFTAR GAMBAR
x
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia. Kriteria utama dari pembangunan adalah kenaikan pendapatan per kapita
yang sebagian besar disebabkan oleh adanya industrialisasi. Proses Industrialisasi
dan pembangunan industri ini sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk
meningkat kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun
taraf hidup yang lebih bermutu. Industrial tidak terlepas dari usaha untuk
meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan kemampuannya memanfaatkan
secara optimal sumber daya alam dan sumberdaya lainnya (Anonim, 2009).
Indonesia merupakan Negara agraris yang berarti Negara yang yang
terdapat banyak pertanian dan perkebunan baik untuk menghasilkan pendapatan
bagi negara maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dalam dunia
pertanian dan perkebuanan, pupuk merupakan suatu bagian yang sangat penting
dan tidak adapat dipisahkan. Pupuk berguna untuk memberikan unsur hara bagi
tanah yang kemudian akan dibutuhkan oleh tanaman untuk hidup dan memberikan
hasil. Dengan menggunakan pupuk yang berkualitas tepat, maka pertumbuhan
tanaman akan baik dan akan lebih cepat adripada hanya mengandalkan unsur hara
yang terdapat dalam tanah. Pupuk ini juga menunjang hasil tani yang lebih baik
karena didalam pupuk juga terdapat bahan-bahan yang dapat merangsang
pertumbuhan hasil produksi tani tersebut.
PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu penghasil pupuk terbesar di
Indonesia. PT. Petrokimia Gresik ini bertugas untuk mensuplai seluruh kebutuhan
pupuk di Jawa Timur. Sebagai salah satu produsen terbesar, PT. Petrikimia Gresik
selalu meningkatkan kualitas produknya sehingga diminati oleh para konsumen
yang hampir kesemuannya adalah petani yang tersebar di seluruh Jawa Timur.
Selain itu PT. Petrokimia Gresik ini juga memproduksi bahan-bahan non pupuk
I-I-1
I-2
sebagai hasil sampingan dari proses produksi pupuk untuk dijual sebagai sumber
profit.
Studi ini khususnya mengenai penanganan dan pengelolaan udara emisi dan
ambien di PT. Petrokimia Gresik. Udara emisi dan ambien merupakan salah satu
faktor yang harus mendapat perhatian khusus karena dapat berdampak pada
kesehatan, tidak hanya kesehatan pekerja, melainkan juga kesehatan warga
masyarakat di sekitar pabrik.
Dalam hal kegiatannya industri berpotensi untuk menghasilkan limbah, baik
limbah cair, padat dan gas. Apabila sumber pencemar dan bahan pencemar ini tidak
ditangani dengan baik, maka dapat merugikan pelaksanaan kegiatan industri itu
sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dari kegiatan kerja praktik adalah:
1. Pemantauan kualitas udara emisi dan ambien yang meliputi jenis dan sumber
pencemaran udara, parameter pemantauan, lokasi pengukuran, periode
pengukuran, pelaporan serta hasil pemantauan kualitas udara di Unit Produksi
Urea dan ZA I-III PT Petrokimia Gresik
2. Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan baku mutu pencemaran udara
dari Pabrik Pupuk
Pembatasan Masalah
Batasan masalah pada kerja praktik ini adalah kegiatan pemantauan
kualitas udara di Unit Produksi Urea dan ZA I-III PT Petrokimia Gresik yang
berkaitan dengan:
1. Jenis dan sumber pencemaran udara, parameter pemantauan, lokasi
pengukuran, periode pengukuran, pelaporan serta hasil pemantauan kualitas
udara emisi dan ambien di Unit Produksi Urea dan ZA I-III PT Petrokimia
Gresik.
2. Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan baku mutu pencemaran udara
dari Unit Produksi Urea dan ZA I-III PT Petrokimia Gresik.
I-3
Rumusan Masalah
Sehubungan dengan identifikasi dan batasan masalah yang telah
dikemukakan, maka penulis merumuskan masalah:
1. Apa saja jenis dan sumber pencemaran udara di Unit Produksi Urea dan ZA I-
III PT Petrokimia Gresik?
2. Bagaimana kegiatan pemantauan kualitas udara emisi dan ambien di Unit
Produksi Urea dan ZA I-III PT Petrokimia Gresik?
3. Bagaimana perbandingan hasil pemantauan kualitas udara emisi dan ambien
terhadap baku mutu?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sulfur Dioksida
Sulfur oksida merupakan pencemar yang paling umum, terutama yang
ditimbulkan akibat pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur tinggi
dalam bentuk sulfur organik dan anorganik. Pembakaran bahan bakar fosil akan
menghasilkan kira–kira 30 bagian sulfur dioksida untuk setiap bagian sulfur
trioksida. Oksida–oksida sulfur biasanya terdiri dari sulfur dioksida, sulfur
trioksida, asam sulfat, dan asam sulfit. Sulfur dioksida merupakan bagian yang
paling dominan sehingga oksida–oksida sulfur biasanya diukur sebagai sulfur
dioksida (Soedomo, 2001).
Sulfur Dioksida dan Sulfur Trioksida membentuk asam ketika
berhidrolisis dengan air. Asam dapat menyebabkan efek yang merusak
lingkungan, dan juga SO2 menyebabkan masalah kesehatan pada manusia,
merusak tumbuhan dengan menyebabkan chlorosis atau berkurangnya klorofil
serta dapat menyebabkan plasmolysis (runtuhnya jaringan dari sel daun) dan
binatang, serta asap dan kabut dan menciptakan kabut asam serta berkaratnya
material. Pada manusia dan hewan dampaknya tak jauh berbeda hanya saja hewan
lebih sedikit sensitif, konsentrasi di atas 1 ppm menyebabkan bronchoconstriction
di atas 10 ppm mulai memperlihatkan iritasi mata, hidung dan tenggorokan. SO2
juga menstimulasi proses yang menyebabkan ingus dan mencirikan bronchitis
yang sudah kronis (Cooper dan Alley, 1994).
Dampak yang ditimbulkan dapat dicegah dan dikendalikan dengan
menggunakan beberapa metoda alternatif
Carbon Monoksida
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon
monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon
II-8
Nitrogen Dioksida
Nitrogen yang paling banyak dihasilkan pada kota–kota besar adalah
Nitrogen Monoksida yang juga diemisikan dalam jumlah besar ke atmosfer. NOx
biasanya digunakan sebagai satuan komposit oksida–oksida nitrogen di
lingkungan. NOx diemisikan dari pembakaran pada temperatur tinggi, sebagai
hasil dari reaksi Nitrogen dan Oksigen. Dengan adanya hidrokarbon, pada siang
II-9
hari akibat adanya radiasi foton ultra violet, senyawa ini akan membentuk ozon
fotokimia (photochemical smog)
Aktifitas–aktifitas yang menimbulkan Nitrogen Oksida adalah kegiatan
industri, kendaraan bermotor, PLTU dan industri perminyakan merupakan
aktifitas–aktifitas utama yang mengemisikan senyawa Nitrogen Oksida,
sedangkan aktifitas alam yang menghasilkan Nitrogen Oksida adalah
metabolisme bakteri, rawa, hutan, dan lainnya (Soedomo, 2001).
Nitrogen Oksida berkontribusi terhadap kabut asap yang menyebabkan
kerusakan pada tumbuhan, hewan dan berakibat buruk pada kesehatan manusia,
Konsentarasi NOx yang berlebih di udara menghasilkan warna kecoklatan karena
gas dengan kuat terabsorb ke area biru – hijau dari Visible Spectrum. Penjelasan
mengenai nitrogen oksida dapat menimbulkan efek terhadap makhluk hidup
disajikan pada tabel 2.2.
Hidrokarbon
Struktur Hidrokarbon (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan karbon. Sifat
fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC. HC
adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan.
Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk padatan.
Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara 1-4 atom karbon akan berbentuk
gas pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk
cairan dan padatan.
HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan
lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam kabut
minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya
menggumpal menjadi debu.
Partikel Debu
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM)
merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan
anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari <
1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Selain dapat berpengaruh negatif
terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang
mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM
pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan
berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber
emisinya.
Karena komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya
ukuran partikulat dalam menentukan cahaya, banyak istilah yang digunakan
untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan dengan
mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti: Suspended Particulate
Matter (SPM) dan Total Suspended Particulate (TSP). Selama bertahun-tahun,
SPM telah diukur sebagai TSP. TSP merupakan istilah spesifik yang digunakan
untuk menentukan tingkat SPM ambien berdasarkan metode sampling untuk
II-11
Sulfur Dioksida
Efek jangka pendek dari SO2 pada hewan sama dengan efek yang
ditimbulkan pada manusia, kecuali hewan yang memiliki sensitivitas rendah. SO2
merupakan zat yang mudah larut dan dapat terabsorpsi pada saluran pernafasan
bagian atas. Pada manusia, efek yang ditimbulkan memiliki level yang berbeda
untuk efek rasa dan bau yaitu 0,3 ppm dan 0,5 ppm. Untuk konsentrasi dibawah
1 ppm dapat mengakibatkan bronchitis. Di bawah 10 ppm, dapat menyebabkan
iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan (Cooper dan Alley, 1986).
II-12
Carbon Monoksida
Efek beracun dari karbon monoksida pada manusia terjadi karena
interaksi antara CO dengan Hemoglobin. Ketika udara dan CO bercampur dan
terhirup oleh manusia, baik oksigen maupun CO masuk ke dalam paru-paru
menuju ke darah dan akan terbentuk HbCO. Akibatnya, kemampuan paru-paru
dan darah untuk mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh menjadi berkurang
(Cooper dan Alley, 1986).
Nitrogen Oksida
Nitrogen Oksida dapat menimbulkan kabut yang dapat mengganggu
tanaman dan hewan, serta dapat berakibat pada kesehatan manusia. Nitrogen
Oksida juga dapat menyebabkan deposisi asam. Dampak NO2 terhadap manusia
yaitu terjadinya iritasi pada mata dan hidung, pulmonary edema, bronkitis, dan
pneumonia (Cooper dan Alley, 1986).
Hidrokarbon
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan
membentuk ikatan baru yang disebut Plycyclic Aromatic Hidrocarbon (PAH)
yang banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalu lintas. Bila PAH ini
masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya
sel-sel kanker (Cooper dan Alley, 1986).
Partikel Debu
Efek-efek yang muncul akibat pencemaran udara oleh partikulat antara
lain terganggunya penglihatan karena kabut partikulat, mengotori bangunan,
mengakibatkan korosi dan erosi pada material, perubahan cuaca local,
mengganggu kesehatan manusia dan hewan, serta menghambat pertumbuhan
tanaman. Paparan partikulat bisa mempengaruhi pernafasan, memperparah
penyakit pernafasan dan kardiovaskular, mengubah sistem kekebalan tubuh
dalam melawan zat asing, merusak jaringan paru-paru, dan menyebabkan
kanker.
II-13
Titik Pemantauan
Titik pemantauan pencemaran udara ditempatkan sesuai dengan maksud
dan tujuannya. Untuk pengamatan suatu sumber pencemaran tertentu, baik yang
berbentuk titik diam, garis, maupun area, umumnya selalu diperlukan suatu
konfigurasi titik sebagai berikut :
1. Pemantauan titik sumber, langsung mengukur kadar emisi pencemar yang
dikeluarkan oleh titik sumber seperti dalam sampling emisi. Faktor emisi
sumber akan dapat diamati dari titik pemantauan sumber ini.
2. Pemantauan daerah dampak, merupakan pemantauan di sebelah hilir angin
(Down Wind) yang menerima secara langsung pengaruh emisi sumber.
Pemantauan daerah dampak diutamakan dilakukan di atas permukaan tanah,
meskipun pemantauan dalam arah vertikal mungkin diperlukan untuk
maksud-maksud penelitian yang lebih akademis, misalnya mengenai
penyebarannya. Metode transeksional umum diterapkan dalam pemantauan
daerah dampak, untuk mengetahui penyebaran horisontal dan jangkauan
daerah pengaruh.
3. Pemantauan daerah referensi, untuk mengetahui keadaan latar belakang
kualitas udara, yang umumnya dilakukan di daerah yang tidak terpengaruhi
sumber, yaitu daerah di sebelah hulu (Up Wind Area). Kualitas latar belakang
akan mencerminkan keadaan yang tidak terpengaruh kegiatan sumber yang
diamati, namun dapat memberikan informasi mengenai kontribusi sumber-
sumber pencemar lokal yang telah ada dan keadaan alaminya.
4. Pemantauan pengaruh sumber lain, khusus untuk mengetahui pengaruh yang
ditimbulkan oleh sumber-sumber pencemar utama lain, selain sumber yang
diamati. Informasi ini diperlukan terutama untuk mengetahui secara tepat
hingga sejauh mana pengaruh-pengaruh sumber lain terhadap konsentrasi
pencemar udara yang diamati di daerah pengaruh (Soedomo, 2001).
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Minyak Dan Gas Bumi No. : 002 / P / D.M. /
Migas / 1979 Tentang Spesifikasi Bahan Bakar Minyak
Industri Pupuk
Industri Pupuk menurut keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
133 Tahun 2004 adalah Industri Pupuk Kimia (sintetis) yang memproduksi
Pupuk : Amonium Sulfat (ZA), Urea, Fosfat (SP-36, TSP), Asam Fosfat dan
Hasil Samping, dan Majemuk-NPK.
III-1
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK
Tujuan Operasional
Tujuan operasional sangat diperlukan, karena mencakup data-data yang
III-1
III-2
tentang aturan-aturan terkait, juga dilakukan pada tahap ini sebagai dasar
Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan ini, hal yang dilakukan adalah mengamati dan
memahami proses kerja Unit Produksi Urea dan ZA I-III di PT Petrokimia Gresik
udara emisi dan ambien pada PT Petrokimia Gresik Jakarta. Setelah itu
primer maupun data sekunder. Pelaksanaan kegiatan kerja praktek dari tanggal 3
4. - Data tentang emisi dan ambien yang Staff LK3 PT Petrokimia Gresik Dokumen RKL - Flash disk
dihasilkan PT. Petrokimia Gresik & RPL Soft copy
III-5
Metode
No. Data yang Dibutuhkan Sumber Data Pengumpulan Alat
Data
5. - Cara pemantauan kualitas udara Ambien Staff LK3 PT Petrokimia Gresik dan Pengukuran - Dust Sampler
staff PT.Sucofindo langsung - impinger
Wawancara
6. - Cara pemantauan kualitas udara Emisi Staff LK3 PT Petrokimia Gresik dan Wawancara - Buku Catatan
staff PT.Sucofindo - Alat Tulis
- Flash disk
III-6
mengenai proses kerja Unit Produksi Urea dan ZA I-III Blok 1 di PT Petrokimia
Gresik, mengetahui kualitas udara emisi dan udara ambien lalu dibandingkan
dengan Kepmen LH No. 133 tahun 2004 (selengkapnya bisa dilihat pada
lampiran) untuk emisi dan Pergub Jawa Timur No. 10 Tahun 2009 (selengkapnya
bisa dilihat pada lampiran) untuk ambien. Pengamatan didukung dengan data-
data di lapangan yang di dapatkan selama kerja praktek dan teori yang didapatkan
Tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan kerja praktik pada PT. PJB UP
Muara Karang digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
Mulai
TAHAP
PERSIAPAN Proses Administrasi
Studi Literatur
PELAKSANAAN
Pengolahan Data
Selesai
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
PT. Petrokimia Gresik adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dalam lingkup Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI yang
bernaung di bawah Holding Company PT. Pupuk Sriwijaya (Persero) Palembang.
PT. Petrokimia Gresik bergerak dalam bidang usaha produksi pupuk, bahan-bahan
kimia, pestisida, dan produksi jasa lainnya. Nama Petrokimia itu sendiri berasal dari
kata “Petroleum Chemical” dan kemudian disingkat menjadi “Petrochemical”
yaitu bahan-bahan kimia yang terbuat dari bahan baku minyak dan gas bumi.
Karena bahan baku pertama yang digunakan untuk pembuatan pupuk.
di PT. Petrokimia Gresik ini berasal dari minyak bumi, maka nama Petrokimia
dipakai sebagai nama perusahaan.
Sebagai pabrik pupuk kedua yang dibangun setelah PT. Pusri Palembang,
pemerintah telah merancang keberadaannya sejak tahun 1965 melalui Biro
Perancangan Negara (BPN). Pada mulanya, pabrik pupuk yang hendak dibangun di
IV-1
IV-2
Jawa Timur ini disebut “Proyek Pendirian Surabaya” yang dibentuk berdasarkan
ketetapan MPRS No. 11 tahun 1960 yang dicantumkan sebagai proyek prioritas
dalam Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap I (1961-1969).
Pembangunan proyek ini berdasarkan instruksi Presiden No. 01/Instr/1963 dan
dinyatakan sebagai proyek vital sesuai dengan Surat Keputusan Presiden No. 225
Tahun 1963.
Kontrak pembangunan proyek ini ditandatangani pada tanggal 10 Agustus
1964 dan mulai berlaku pada tanggal 08 Desember 1964. Kontrak pembangunan
ini dilaksanakan oleh Considit Spa yaitu kontraktor dari Italia. Pembangunan
fisiknya dimulai pada awal tahun 1966 dengan berbagai hambatan yang dialami
terutama masalah kesulitan pembiayaan sehingga menyebabkan pembangunan
proyek tertunda. Kemudian pembangunan proyek ini dimulai kembali pada Maret
1970. Pabrik yang memproduksi pupuk ZA berkapasitas 150.000 ton/tahun dan
produksi Urea sebanyak 61.700 ton/tahun ini kemudian diresmikan penggunaannya
pada tanggal 10 Juli 1972 oleh Presiden Republik Indonesia yang kemudian tanggal
dan bulan tersebut diabadikan sebagai hari jadi PT. Petrokimia Gresik.
Dalam perjalanannya sebagai perusahaan BUMN, status PT. Petrokimia
Gresik mengalami beberapa kali perubahan antara lain:
- Proyek Petrokimia Surabaya (1963-1971)
Sampai saat ini PT. Petrokimia Gresik menempati lahan kompleks seluas
450 Ha, memiliki berbagai bidang usaha dan fasilitas pabrik terpadu. Ada yang
dikelola sendiri ataupun melalui anak perusahaan antara lain:
- Industri Kimia.
- Pestisida.
IV-3
- Peralatan Pabrik.
- Jasa Rancang Bangun dan Rekayasa Industri.
- jasa-jasa lain.
Dalam rangka memenangkan persaingan usaha pada era globalisasi, PT.
Petrokimia Gresik melakukan langkah-langkah penyempurnaan yang dilakukan
secara konsisten dan berkesinambungan baik untuk internal maupun eksternal yang
mengarah pada pengembangan usaha dan tuntutan pasar. Salah satu langkah konkrit
yang dilakukan adalah dengan mendapatkan sertifikat ISO 19001, ISO 14001, dan
berhasilnya pengembangan pupuk majemuk Phonska.
Agung.
Dipilihnya daerah Gresik sebagai lokasi pabrik pupuk merupakan hasil studi
kelayakan pada tahun 1962 oleh Badan Persiapan Proyek-Proyek Industri (BP3I)
yang dikoordinir oleh Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan. Pada
saat itu, daerah Gresik dinilai ideal dengan pertimbangan sebagai berikut:
Cukup tersediannya lahan yang kurang produktif.
Cukup tersediannya sumber air dan aliran Sungai Brantas dan sungai
Bengawan Solo.
Berdekatan dengan daerah konsumen pupuk terbesar, yaitu perkebunan dan
petani tebu.
Berdekatan dengan pelabuhan sehingga memudahkan untuk mengangkut
peralatan pabrik selama masa konstruksi, pengadaan bahan baku, maupun
pendistribusian hasil produksi melalui angkutan laut.
Berdekatan dengan Surabaya yang memiliki kelengkapan yang memadai,
antara lain tersediannya tenaga-tenaga terampil.
Akan tetapi pada akhir tahun 1990 an penduduk sekitar mulai mendekat
dengan lokasi pabrik, sehingga saat ini pabrik pupuk ini terlihat berada ditengah-
tengah pemukiman. Hal tersebut merupakan salah satu masalah bagi perusahaan
karena pabrik pupuk dapat menghasilkan bau-bau menyengat yang sampai pada
pemukiman sekitar dan mengganggu penduduk.
IV-5
Perluasan Ketujuh
Saat ini telah berlangsung proses pembangunan proyek pupuk jenis
terbaru yaitu pupuk ZK (Kalium Sulfat). Selain itu juga masih dalam
perencanaan yaitu pembangunan pabrik pupuk Urea II pada tahun 2005-
2006 dan pabrik pupuk Phonska II. Diharapkan nantinya produk pupuk
yang dihasilkan PT. Petrokimia Gresik semakin beragam dan berkualitas
serta meningkatkan pula dari segi kuantitas.
Perluasan Kesembilan
Pada tahun 2010-2013, PT Petrokimia Gresik akan membangun
tangki amoniak dengan kapasitas 10.000 ton. Pabrik DAP akan ditambah
lagi satu unit dengan kapasitas produksi 120.000 ton/tahun. Pabrik pupuk
ZK II juga akan dibangun untuk memenuhi kebutuhan pupuk disektor
hortikultura dengan kapasitas produksi 20.000 ton/tahun. PT Petrokimia
Gresik akan melakukan joint venture dengan Jordane Phospate Mining Co
(JPMC) untuk membangun pabrik Phosporic Acid (PA JVC) dengan
kapasitas sebesar 200.000 ton/tahun. Selain itu akan dibangun pabrik
amoniak II dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun dan Urea II
dengan kapasitas produksi 570.000 ton/tahun. Pada akhir pengembangan
akan dibangun satu unit pabrik pupuk ZA IV dengan kapasitas 250.000
ton/tahun.
Perluasan Kesepuluh
1) Pembangunan pabrik RFO PF II dengan kapasitas 480.000 ton per
tahun;
2) Pembangunan pabrik ROP granul I dan II masing-masing dengan
kapasitas 500.000 ton per tahun;
3) Pembangunan Pembangkit energi batubara.
Jadi sampai saat ini PT. Petrokimia Gresik telah memiliki 3 unit produksi, yaitu:
1) Unit Produksi I (Pabrik Pupuk Nitrogen): terdiri dari 2 Pabrik ZA, I Pabrik
Urea dan I Pabrik Amonia;
2) Unit Produksi II (Pabrik Pupuk fosfat dan Nitrogen): terdiri dari 2 pabrik
Pupuk Fosfat, & Pabrik Pupuk NPK dan 1 Pabrik Pupuk ZK;
3) Unit Produksi III (Pabrik Asam Fosfat): terdiri dari 1 Pabrik Asam Fosfat,
1 Pabrik Cement Retarder, 1 Pabrik ALF3 dan 1 Pabrik Pupuk ZA.
IV-9
PT. Petrokimia Gresik memiliki lambang atau logo yaitu Seekor kerbau
berwarna kuning emas dan daun berwarna hijau berujung lima dengan huruf PG
berwarna putih yang terletak di tengah-tengahnya. Sedangkan makna dan arti dari
logo tersebut sebagai berikut:
Dibawah Kepala Kompartemen terdapat Kepala Biro atau yang sederajat yang
berjumlah 46.
Bagian Lingkungan
Terdiri dari pengendalian lingkungan dan teknologi lingkungan yang
berfungsi sebagai penanggung jawab, pelaksana, pemantauan, dan
pengawas kualitas lingkungan. Tanggung jawab dari bagian lingkungan
adalah:
1) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas yang diberikan oleh
atasan langsung dibidang lingkungan, pembinaan atau pengawasan
atas norma K3 perusahaan, serta penanggulangan terhadap bahaya
kebakaran guna mencegah dan mengendalikan dampak negatif
yang akan terjadi;
2) Bertanggung jawab untuk menyusun dan mengimplementasikan
programkerja Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) serta
mengelola limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) untuk
mewujudkan perusahaan yang ramah lingkungan;
3) Bertanggung jawab melakukan pengendalian dan pemantauan
buangan cair, emisi gas, udara ambien dan buangan padat dari
aktivitas produksi agar memenuhi persyaratan peraturan baku mutu
dan perundangan yang berlaku sesuai dengan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) Kompleks Industri PT. Petrokimia Gresik;
4) Bertanggung jawab menyusun dan mengembangkan Sistem
Manajemen Lingkungan (SML) di PT. Petrokimia Gresik untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan;
5) Bertanggung jawab melaksanakan pembinaan lingkungan bagi
karyawan PT. Petrokimia Gresik dan masyarakat sekitarnya guna
untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap
lingkungan melalui ceramah, seminar, maupun pelatihan.
Bidang Jasa
Ada beberapa bidang jasa, yaitu jasa pelatihan (balai diklat), jasa transportasi
(bagiantransport), kontruksi bangunan (bagian cangun), jasa maintenance, dan lain-
lain.
IV-17
Gambar 4.7 Produk yang dihasilkan pada tiap pabrik PT. Petrokimia
Gresik
(Sumber : Arsip Dokumentasi PT. Petrokimia Gresik Tahun 2015).
Tahun
Non-Pupuk Pabrik Kapasitas (ton/tahun)
beroperasi
Amoniak 1 445000 1994
Produksi urea yang dilakukan di PT. Petrokimia Gresik adalan dengan cara
mereaksikan CO2 dan amoniak (NH3). Setelah kedua zat tersebut direaksikan, akan
terbentuk ammonium carbamat. Ammonium carbamat yang tidak terkonveksi
menjadi larutan urea akan dipisahkan pada tahap stripper. Lalu konsentrasi larutan
urea akan ditingkatkan pada tahap consentrator. Kemudian, larutan urea akan
dikristalkan pada priling tower.
IV-21
Produksi ZA di unit I dan III yang dilakukan di PT. Petrokimia Gresik adalan
dengan cara mereaksikan Asam Sulfat (H2SO4) dan amoniak (NH3). Amoniak
dalam fase uap dan asam sulfat yang berfase cair disemprotkan ke dalam saturator
tank, dan akan membentuk kristal amonium sulfat. Amonium sulfat yang masih
berbentuk slurry, dipisahkan antara cairan dan kristalnya pada centrifuge.
Kemudian kristal ZA yang masih basah, dikeringkan pada rotary dryer. Kemudian
ZA siap dipasarkan.
IV-22
Agar dapat mengantisipasi kesulitan pasokan gas dan kenaikan harga energy
yang sulit untuk diprediksi serta melihat kekayaan bahan baku tambang batubara di
Indonesia, PT. Petrokimia Gresik membangun proyek konversi energy batubara
untuk utilitas yang berkapasitas 25 Megawatt Nett sebagai sumber
energinya.Proyek konversi energy batubara tersebut memiliki dua buah boiler
dengan kapasitas masing-masing 150 ton/jam. Boiler yang tersedia dapat
menggantikan boiler lainnya yang digunakan dalam pabrik yang saat ini masih
menggunakan BBM. Unit utilitas batubara dapat mensuplai kebutuhan listrik untuk
pabrik II serta menghemat penggunaan gas sebesar 6.3 MMSCFD.
Gambar 4.15 Fasilitas Pengendali Limbah Gas dan Debu PT. Petrokimia
Gresik
(Sumber : Arsip Dokumentasi PT. Petrokimia Gresik Tahun 2015)
IV-27
V-1
V-2
disekitar kawasan PT. Petrokimia Gresik. Parameter pencemar udara ambien yang
diukur di PT. Petrokimia Gresik berdasarkan Peraturan Gubernur Propinsi Jawa
Timur No.10 Tahun 2009 tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi
Sumber Tidak Bergerak di Jawa Timur (selengkapnya bisa dilihat pada lampiran).
Berikut ini adalah data hasil pemantauan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya antara lain :
a. SO2 (Sulfur Dioksida)
b. NOx (Nitrogen Oksida)
c. CO (Carbon Monoksida)
d. Debu (TSP)
e. O3 (Ozone)
f. HC (Hidrokarbon)
g. Pb (timbal)
h. PM10
i. PM2,5
Emisi
Pemantauan kualitas udara emisi di PT. Petrokimia Gresik unit produksi
urea dan ZA I-III dilakukan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya setiap 3 bulan sekali karena
cemaran yang dihasilkan dari cerobong setiap tahunnya selama pengoperasian
unit produksi urea dan ZA I-III serta produksi pupuk lainnya masih berada sangat
jauh dibawah baku mutu maka pemantauan dianggap cukup dilakukan 3 bulan
sekali (sistem triwulan). PT. Petrokimia Gresik hanya fokus pada 2 parameter
emisi, yaitu amoniak (NH3) dan Partikulat.
Sumber Emisi
Untuk mengidentifikasi sumber emisi dapat dilakukan dengan menganalisa
tiap proses di setiap unit yang memungkinan menghasilkan emisi. Contohnya
melakukan analisa proses reaksi amoniak dan asam sulfat yang terjadi di saturator
pada pembentukan ammonium sulfat pada produksi ZA I-III yang menghasilkan
gas emisi berupa amoniak yang tidak tereaksi. Sumber Emisi dari PT. Petrokimia
V-6
Gresik unit produksi urea dan ZA I-III berasal dari proses produksi, sebagaimana
telah di jelaskan di bab 2 sumber emisi tersebut termasuk dalam klasifikasi sumber
pencemar berdasar distribusi ruangnya yaitu sumber titik (Point Source) dimana
sumber pencemar berasal dari sumber stasioner dan dapat diidentifikasi
keberadaannya.
Sumber lain seperti emisi yang dihasilkan kendaraan yang beroperasi di
dalam site tidak diperhitungkan karena pekerja di site hanya diperbolehkan
menggunakan sepeda sebagai alat transportasi untuk berkeliling di dalam site,
penggunaan kendaraan seperti mobil dan motor roda tiga hanya digunakan untuk
mengangkut alat dan perlengkapan yang dibutuhkan, tidak sebagai kendaraan
operasional yang digunakan setiap saat.
V-7
Tabel 5.1 Hasil Pemantauan Prilling Tower produksi urea Tahun 2014-2015
4 Opasitas 35 % 0 0 0 0 0
4 Opasitas 35 % 0 0 0 0 0
Ambien
Pengkuran kualitas udara yang dilakukan meliputi parameter CO, NOX ¸
SO2, Debu (TSP), HC, Pb, PM10, dan PM2,5 . Daerah yang diukur merupakan
daerah-daerah dengan kemungkinan terpapar pencemar udara dengan konsentrasi
tinggi terkena dampak dari proses produksi yang dilakukan oleh PT. Petrokimia
Gresik, daerah dengan kepadatan penduduk tinggi. Sehingga kawasan ini
diprioritaskan untuk diukur. Pengukuran parameter dilakukan dengan
menggunakan metode yang berbeda-beda seperti pada tabel di bawah ini :
Non
Griess
Metode Pengukuran Gravimetri Pararosaniline Dispersive
Saltzman
Infrared
Tabel 5.4 Hasil Pemantauan Kualiatas Udara Ambien PT. Petrokimia Gresik
Lokasi
BAKU MUTU
(Pengukuran 24 Halaman Depan Wisma Kebomas Depan PT Petrocentral Simpang Lima Sukorame Pertigaan tri darma- Randuagung
PARAMETER SATUAN
jam; KepGub
DKI 551/2001) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
SO2 260 μg/Nm3 11,18 26 29,51 30,31 11,11 26 31,17 30,83 - - 34,07 33,72 13,9 26 31,51 30,75
CO 9000 μg/Nm3 114,5 1191 1225,00 1340,00 114,52 1306 1351,00 1237,00 - - 1787 1672 229,04 1420 1466,00 1251,00
NO2 92,5 μg/Nm3 19,86 15 15,18 13,85 16,1 17 17,4 16,25 - - 18,58 17,43 22,57 15 15,6 14,64
O3 200 μg/Nm3 - - - - - - - - - - - - - - - -
HC 160 μg/Nm3 - - 12,31 13,85 - - 10,38 9,55 - - 12,09 11,17 - - 13,46 12,27
PM10 150 μg/Nm3 - - 41,08 30,31 - - 35,03 28,85 - - 54,63 45,18 - - 56,05 48,97
PM 2,5 65 μg/Nm3 - - 37,91 32,97 - - 32,14 20,61 - - 44,1 24,73 - - 47,39 24,48
Debu 230 μg/Nm3 165,8 128 136,14 126,98 165,3 115 116,69 101,73 - - 138,39 124,17 156,3 136 142,13 110,74
Timah hitam (Pb) 2 μg/Nm3 0,003 0,10 - - 0,003 0,10 - - - - - - 0,003 0,100 - -
dari tabel yang disajikan dapat dilihat bahwa kualitas udara ambien yang ada di
daerah sekitar PT. Pertokimia Gresik masih berada di bawah baku mutu yang
ditentukan dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 10 tahun 2009. Namun pada
kenyataannya selama saya melaksakan kerja praktek di PT Petrokimia, terkadang
tercium bau gas amoniak yag cukum menyengat, dan debu yang ada di sekitar
pabrik terkadang sangat mengganggu dalam melakukan aktivitas di pabrik maupun
kantor PT. Petrokimia.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, kesimpulan yang diperoleh adalah:
1. Jenis pencemar udara emisi dan ambien unit produksi Urea dan ZA I-III PT
Petrokimia Gresik berdasarkan ciri fisiknya berupa partikel dan gas yang
meliputi NH3, CO, NOx, SOx. Sumber pencemaran udara emisi unit produksi
Urea dan ZA I-III PT Petrokimia Gresik berasal dari unit Prilling Tower Urea,
Saturator tank ZA I dan III, dan Sack Dryer ZA I dan III, sedangkan sumber
pencemaran udara ambien berasal dari seluruh kegiatan produksi pupuk dan
non pupuk, pembangkit listrik, serta sumber bergerak (mobile source).
2. unit produksi Urea dan ZA I-III PT Petrokimia Gresik telah melakukan
pengukuran kualitas udara emisi yang dilakukan di stack Prilling Tower Urea,
Saturator tank ZA I dan III, dan Sack Dryer ZA I dan III dilakukan oleh Balai
Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP)
Surabaya dengan periode per caturwulan dan pengukuran secara kontinu
menggunakan alat CEMS. Pengukuran kualitas udara ambien dilakukan di 5
titik sampling yang dilakukan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya dengan periode per
semester.
3. Hasil pemantauan kualitas udara emisi menunjukkan bahwa konsentrasi
seluruh parameter masih berada di bawah baku mutu udara emisi sesuai
dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 133 Tahun 2004 tentang
Baku Mutu Emisi Bagi Industri Pupuk. Sedangkan hasil pemantauan kualitas
udara ambien menunjukkan bahwa konsentrasi seluruh parameter masih
berada di bawah baku mutu sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur
No. 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber
Tidak Bergerak di JawaTimur.
VI-1
VI-2
Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis berdasarkan hasil dan pembahasan di
atas adalah:
1. Menambahkan lebih banyak vegetasi di sekitar area Pabrik 1 untuk menahan
angin yang berhembus ke area tersebut.
2. Sebaiknya membuat model sebaran gas agar mengetahui pola sebaran gas ke
lingkungan dalam kurun waktu tertentu serta mengetahui area mana saja yang
kira kira terkena dampak dari gas buang PT Petrokimia Gresik dan dapat
ditangani secara cepat dan tepat.
3. Tetap menjaga kualitas udara emisi dan ambien serta melakukan pelaporan
terhadap hasil pemantauan kualitas udara.
4. Meningkatkan efisiensi alat pengendalian pencemaran udara yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, C. David., Alley, F.C. 1994. Air Pollution Control A Design Approach
2nd Edition. Illinois: Maveland Press Inc.
Huboyo, Haryono S. Dan Budihardjo, M.Arief. 2008. Buku Ajar Pencemaran
Udara Teknik Lingkungan. Universitas Diponegoro Semarang
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 205 Tahun
1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber
Tidak Bergerak
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 133 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu
Emisi Bagi Kegiatan Industri Pupuk
Peraturan Gubernur Jawa Timur No.10 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Udara
Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak di Jawa Timur
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
SNI-19-7117.2-2005 tentang Penentuan Lokasi dan Titik-Titik Lintas Pengambilan
Contoh Uji Partikel
SNI-19-7117.11-2005 tentang Cara Uji Opasitas Menggunakan Skala Ringelmann
Untuk Asap Hitam
SNI-19-7119.6-2005 tentang Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji
Pemantauan Kualitas Udara Ambien
SNI 19-7119.9-2005 tentang Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji
Pemantauan Kualitas Udara Roadside