Oleh:
STEM Akamigas
Segala puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Kertas Kerja Wajib dengan judul “PERENCANAAN POMPA ANGGUK
UNTUK OPTIMASI PRODUKSI SUMUR TS-X1 DAN TS-X2 LAPANGAN
SANGATTA PT. PERTAMINA EP. ASSET 5” yang dilaksanakan dengan baik.
Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai syarat kelulusan program Diploma
IV pada Program Studi Teknik Produksi Migas di STEM “Akamigas” Cepu.
Kertas Kerja Wajib ini dapat diselesaikan berkat dorongan, saran, serta
bantuan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Ir. Toegas S. Soegiarto, MT, selaku Ketua STEM “Akamigas”
2. Bapak Eko Budi Santosa, S.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Produksi Migas STEM “Akamigas”
3. Bapak Ir. Sukarno AS. MM., Selaku Dosen Pembimbing.
4. Ibu Diyah Rosiani S.S.i, M.T., selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapak Abdul Muhar, selaku Field Menager Lapangan Sangatta.
6. Bapak Hendro Pratomo selaku Assisten Manager Production
Operation Lapangan Sangatta.
7. Bapak Yeni Kuswanto, selaku Production Operation Group Leader
Lapangan sangatta.
8. Ibu Rahmi Ciptaningshi, selaku pembimbing Lapangan.
9. Seluruh Pegawai Lapangan Sangatta.
10. Orang Tua saya, yang telah mendukung saya dengan doa.
11. Saudara-saudara seperjuangan Produksi Diploma IV.
Jika ada kata yang kurang berkenan dalam penulisan SKRIPSI ini harap
dimaafkan. Terima kasih.
Nicodemus Walten
NIM. 14412052/D
i
INTISARI
ii
DAFTAR ISI
Halaman
INTISARI ..................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................... v
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
iii
III. PERENCANAAN ULANG SUCKER ROD SUMUR ST-X1 DAN ST-X2
DAN ST-X3 LAPANGAN SANGATTA PT. PERTAMINA EP. ASSET 5 ... 69
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Grafik IPR Untuk Aliran Satu Fasa ..................................................13
2.2 Grafik IPR Untuk Aliran Dua Fasa ...................................................14
2.3 Grafik IPR untuk PR > Pb > Pwf ......................................................................... 15
2.4 Peralatan Sucker Rod Pump Di Atas Permukaan .............................18
2.5 Peralatan Pompa Angguk di atas dan di Bawah Permukaan ...........21
2.6 Tubing Pump dan Rod Pump ............................................................28
2.7 Mekanisme Kerja Pompa Angguk ....................................................29
2.8 System Gerakan Suker Rod ..............................................................32
2.9 Bentuk Dasar Dynagraph Secara Ideal ............................................54
2.10 Bentuk Dynagraph Normal ..............................................................56
2.11 Peralatan Untuk Pengujian Sumur ...................................................57
2.12 Konfigurasi Peralatan Digital Well Analyzer ..................................58
2.13 Hasil Rekaman Sonolog ...................................................................60
2.14 Penentuan Level Cairan Dengan Sonolog ......................................64
2.15 Gambar Pay Of Time ........................................................................66
3.1 Grafik IPR Sumur ST-X1 .................................................................72
3.2 Grafik IPR Sumur ST-X2 .................................................................74
3.3 Kurva IPR vs Pump Intek Untuk Setiap Harga N
Sumur ST-X1 ....................................................................................77
3.4 IPR vs Pump Intek Untuk Setiap Harga S Sumur ST-X1 .................78
3.5 Kurva N & S vs Ql Sumur ST-X1 ....................................................80
3.6 Kurva IPR vs Pump Intek Untuk Setiap Harga N
Sumur ST-X2 ....................................................................................86
3.7 IPR vs Pump Intek Untuk Setiap Harga S Sumur ST-X1 .................87
3.8 Kurva N & S vs Ql Sumur ST-X1 ....................................................88
3.9 Grafik Penurunan Produksi Sumur ST-X2 .....................................111
3.10 Pay Out Time Sumur ST-X2 ..........................................................113
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
vii
I. PENDAHULUAN
pengangkatan buatan yang paling umum digunakan karena jarang rusak dan dan
mudah untuk diperbaiki, serta toleran terhadap fluktuasi laju produksi. Proses
kerja pompa angguk menggunakan gerak perpaduan antara peralatan yang ada di
digunakan adalah sucker rod pump. Sebagian besar sumur sucker rod pump di
Sehingga pada penulisan ini penulis akan melakukan perencanaan ulang pada
sumur suker rod pump yang beroperasi dengan effisiensi volumetris yang rendah.
Oleh karena itu penulis judul perencanaan ulang sucker rod pump di Lapangan
Sangatta.
perhitungan dapat di analisa dan di tentukan besarnya laju produksi suatu sumur
yang optimum. Untuk itu dalam pengoperasiannya di perlukan jenis pompa yang
1
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan Masalah dari “Perencaan ulang sucker rod pump pada sumur
pompa?
pump.
Akamigas.
parameter panjang langkah (S) dan jumlah stroke per menit (N).
2
1.4 Batasan Masalah
Rod Pump pada Sumur ST-X1, Sumur ST-X2 dan sumur ST-X3.
1.5 Metodologi
Metodologi yang akan dilakukan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
pump.
4. Menetukan waktu kembali modal dari hasil perencaan ulang sucker rod
pump.
sebagai berikut:
❖ Observasi Lapangan
❖ Melakukan Wawancara
3
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Membahas teori tentang sucker rod pump diantaranya kelakuan aliran fluida
dalam media berpori, teori tentang mengubah parameter panjang langkah (S) dan
jumlah struke per menit (N) dan teori tentang perencaan ulang sucker rod pump.
Menbahas hasil perencanaan ulang sucker rod pump dengan parameter panjang
langkah (S) dan jumalah stroke per menit (N) dan perencanaan ulang sucker rod
pump dengan mengubah ukuran pompa dan kedalaman pompa sumur kajian.
BAB IV PENUTUP
Memberikan kesimpulan dari hasil perencanaan ulang sumur Sucker rod pump,
kerja lapangan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pompa angguk atau succer rod pump merupakan salah satu teknik
penurunan energi alami yang dimiliki reservoir. Pompa angguk paling umum
dilapangan dan toleran terhadap fluktuasi laju produksi. Pompa angguk bekerja
Pada jangka waktu tertentu, pompa angguk yang terpasang pada suatu
sumur adalah semua jenis pekerjaan yang berhubungan dengan aktifitas pompa
angguk, perlu dipahami tentang kemampuan produksi dari formasi produktif suatu
teori. Metode perhitungannya dilakukan dengan metode analisis dan dari hasil
5
2.1 Karakteristik Reservoir
1) Porositas (Ø)
dengan volume bulk batuan (volume keseluruhan fisik batuan) yang dinyatakan
Vb−Vg Vp
Ø= = Vb ........................................................................................... (2.1)
Vb
Keterangan
2) Permeabilitas (k)
6
Q μ⁄
A
k = dP ………………………………………………………………… (2.2)
⁄dL
Keterangan
k : permeabilitas, Darcy
µ : viskositas, cp
3) Saturasi
yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori-pori total pada suatu
sebagai berikut :
Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi. Perubahan
7
mengakibatkan perubahan fasa serta karakteristik fluida reservoir lain sebagai
berikut :
1) Densitas Minyak
suatu zat terhadap volume zat tersebut. Dalam industri minyak dan gas bumi,
ρoil
γo = ρ ................................................................................................... (2.3)
water
Keterangan;
minyak termasuk gas yang terlarut pada kondisi reservoir dengan volume minyak
pada kondisi standar (14,7 psi, 60 F). Penentuan Bo didasari dari beberapa
γg 0.5
F = Rs (γo) + 1.25 T .............................................................................. (2.5)
8
Keterangan:
g : specificgravity gas
T : temperatur, oF.
beberapa korelasi yang digunakan dalam menentukan viskositas jenis dead oil,
Apabila jenis minyak merupakan dead oil, maka korelasi yang umum
digunakan adalah Beggs & Robinson correlation sebagai berikut : (1, 110)
Dimana ;
T : temperatur (OR)
986
X = 3.5 + + 0.01M…. .......................................................................... (2.7)
T
9
Y = 2.4 − 0.2X ............................................................................................ (2.8)
Bubble point pressure adalah tekanan dimana gelembung gas pertama kali
lepas dari minyak. Penentuan Pb dapat dilakukan dengan korelasi Vasques &
C2
C1 Rs
Pb = [( ) (10)a ] ................................................................................ (2.9)
γg
Keterangan:
a : konstanta eksperimen,
a = - C3 OAPI /T
T : temperatur, OR
O O
Koefisien API 30 API > 30
C1 27.624 56.18
C2 0.914328 0.84246
C3 11.172 10.393
10
2.2 Kelakuan Aliran Fluida Dalam Media Berpori
fluida yang terkandung didalam reservoir pada tekanan tertentu, yang biasanya
tertentu, yaitu merupakan perbandingan antara laju produksi yang dihasilkan suatu
sumur terhadap pressure drow down (Ps – Pwf). Secara matematis dapat
q
PI = ............................................................................(3.10)
(Ps − Pwf )
0.007082 k h
PI = .........................................................................(3.12)
μ o B o ln (re − rw )
Keterangan :
11
Ps : tekanan statik reservoir, Psi
k : permeabilitas, mD
𝜇 : viscositas minyak, cp
𝑟𝑤 : jari-jari sumur, ft
𝑟𝑒 : jari-jari pengurasan, ft
suatu sumur ataupun melihat kelakuan suatu sumur selama berproduksi karena
Untuk aliran fluida dimana tekanan alir lebih besar dari tekanan titik
qo
Pwf = P R − .........................................................................................(2.13)
PI
12
GRAFIK IPR SATU FASA
3000
PR
2980 θ
2960
PI = tg θ
Pwf, psi
2940
2920
2900
2880
2860
0 500 1000 1500 2000 qo max
qo, STB/D
Titik A adalah harga pada saat qo = 0 dan sesuai dengan persamaan di atas pada
_
keadaan tersebut tekanan pada dasar sumur (Pws) adalah P R , sedang titik B
Apabila sudut OAB adalah θ , maka tan θ = PI. Dengan demikian harga
Vogel melalui simulasi numerik memberikan suatu persamaan IPR dua fasa
khusus untuk reservoir jenuh dengan tenaga pendorong gas terlarut untuk kondisi
13
P 2
− 0.8 wf .........................................................(2.14)
qo P
= 1 − 0.2 wf
q omax P PR
R
Grafik IPR akan membentuk garis lengkung, karena kemiringan IPR akan
P2000
R
1500
dq
PI = −
Pwf, psi
dP
1000
500
0
015000 20000 25000
qo max
qo. STB/D
Untuk aliran fluida dua fasa dimana P R > Pb maka kurva IPR akan terbagi
1. Kurva IPR satu fasa/linier, saat tekanan alir dasar sumur masih lebih
besar dari tekanan gelembung (Pwf > Pb). maka akan digunakan
(
q b = PI P R − Pb ).........................................................................(2.15)
2. Kurva IPR dua fasa/non linier, saat tekanan alir dasar sumur sudah lebih
kecil daripada tekanan gelembung (Pwf < Pb). maka akan digunakan
14
PI x Pb
q o max = q b + ...............................................................(2.16)
1.8
2
qo − qb P P
= 1 − 0.2 wf − 0.8 wf ..................................(2.17)
q o max − q b Pb Pb
GRAFIK IPR
PR
3000
Pb
PI = tg θ
2500
2000
dq
PI = −
Pwf, psi
dP
1500
1000
500
0
00 qb 5000 10000 15000 20000 25000 qo max30000
qo, STB/D
cairan dalam tubing, dalam hal ini metode pompa angguk dapat digunakan
15
pada sumur dengan tinggi kolom cairan di atas atau di bawah 1/3 dari
kedalaman perforasinya.
yang diperlukan untuk pengangkatan buatan, dalam hal ini pompa angguk
• pasir : sedang
• Parafin : buruk
• scale : baik
• korosi : baik
• Emulsi : baik
16
Jenis ini kurang ekonomis karena mesin yang digunakan sebagai
c. Motor listrik
kerja yaitu mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi suatu gerak naik
turun pada sucker rod pump. Susunan peralatan di atas permukaan untuk jenis
permukaan adalah :
1) Gear Reducer
dengan menggunakan V-belt, yang dipasang pada enggine shave prime mover
dan unit shave gear reducer. Biasanya perbandingan putaran prime mover
prime mover sebersar 600 rpm maka stroke pompa kecepatannya 20 spm
17
Gambar 2.4 Peralatan Sucker Rod Pump Di Atas Permukaan
2) Crank
3) Crank shaft
Merupakan poros dari crank, gerak putar yang telah diperlambat oleh gear
4) Counter weight
5) Pitman
18
Sebuah tangkai yang dapat merubah gertak putar crank menjadi gerak naik
6) Walking beam
Suatu batang besi profil tempat horse head duduk di sangga oleh sampson
post serta bergerak naik turun dengan bantuan pitman. Gerak ini diteruskan
7) Horse head
9) Carrier bar
Tempat gantungan polished rod dengan bantuan polished rod clamp yang
ditahan briddle.
Tempat kedudukan dari walking beam pada sampson post bagian atas.
19
14) Equalizer
Bagian atas pitman yang bergerak menurut kebutuhan pada saat pemompaan.
15) Brake
Mencegah minyak agar tidak keluar bersama naik turunnya polished rod.
untuk menaikkan fluida dari formasi ke dalam tubing dan mengangkat fluida
bawah permukaan.
1) Pompa
a) Working Barrel
Working barrel merupakan tempat agar plunger dapat bergerak naik turun
sesuai dengan langkah pemompaan dan menampung minyak yang terisap oleh
macam, yaitu :
− Full Barrel
20
− Liner Barrel
b) Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat didalam barrel dan dapat
bergerak naik turun yang berfungsi sebagai penghisap minyak dari formasi masuk
21
21
Tabel 2.2 Data Plunger Pompa
Diameter Luas, Ap Konstanta Pompa
1½ 0,785 0,117
1¼ 1,227 0,182
1½ 1,767 0,262
1¾ 2,405 0,357
2 3,142 0,466
2¼ 3,976 0,590
2½ 4,909 0,728
2¾ 5,940 0,881
3¾ 11,045 1,640
4¾ 17,721 2,630
c) Valve
Ada dua macam valve yang bekerja pada pompa yaitu : standing valve dan
traveling valve.
• Standing valve
masuk ke working barrel dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke
22
agar tidak dapat keluar dari working barrel pada saat plunger bergerak ke
• Traveling valve
dari plunger dan ikut bergerak ke atas dan ke bawah menurut gerakan
membuka).
valve menutup).
2). Tubing
dalam pengoperasian suatu sumur. Pada sumur pompa, tubing juga dipakai untuk
mengikatkan pompa atau rumah pompa seperti working barrel. Pada Tabel 2.3.
23
Tabel 2.3 Data Ukuran Tubing
Outside Inside Elastic
Tubing Metal Area
Diameter Diameter constant,
Size (in2)
(Inch) (inch) in. per lb ft
1.900 1.900 1.610 0.800 0.500 x 10-6
2 3/8 2.375 1.995 1.304 0.307 x 10-6
2 7/8 2.875 2.441 1.812 0.221 x 10-6
3½ 3.500 2.992 2.590 0.154 x 10-6
4 4.000 3.476 3.077 0.130 x 10-6
10-6
4½ 4.500 3.958 3.601
permukaan ke plunger hingga dapat bekerja turun naik sebagai suatu pemompaan
dari sebuah sistem. Sucker rod string atau rangkaian tangkai pompa terbagi atas :
a. Sucker rod
(horse head). Untuk menghubungkan dua buah sucker rod digantikan sucker
rod coupling dengan panjang satu single rod string berkisar 25 dan 30 ft.
Kombinasi dari beberapa ukuran rod string disebut Tappered rod string, yang
ditunjukkan pada Tabel 2-4. Pada saat pompa bekerja, maka yang menerima
beban secara langsung adalah sucker rod, sehingga kegagalan pada sucker
rod dapat berakibat fatal. Untuk mengatasi hal ini, maka sucker rod string
dibuat dengan bahan utama dari besi ditambah dengan bahan-bahan lain
24
panas. Tabel 2.4 menunjukkan lima macam ukuran rod string, luas serta berat
persatuan panjang.
R1 = 0,786 – 0,0566 Ap
¾ - 7/8
R2 = 0,214 + 0,0566 Ap
R1 = 0,814 – 0,0375 Ap
7/8 – 1
R2 = 0,186 + 0,0375 Ap
R1 = 0,627 – 0,1393 Ap
R3 = 0,175 – 0,0655 Ap
R1 = 0,644 – 0,0894 Ap
R3 = 0,155 – 0,0146 Ap
R1 = 0,582 – 0,1110 Ap
R2 = 0,158 + 0,0421 Ap
¾ - 7/8 – 1 – 1 1/8
R3 = 0,137 – 0,0366 Ap
R4 = 0,123 + 0,0325 Ap
25
Tabel 2.5 Data Sucker Rod
¾ 0,447 1,63
1 0,785 2,88
b. Pony Rod
Pony rod merupakan rod yang lebih pendek dari panjang rod pada umumnya.
Berfungsi untuk melengkapi panjang dari sucker rod apabila tidak mencapai
c. Polished Rod
bar (wire line hanger pada horse head) yang naik turun dalam stuffing box.
Diameter stuffing box lebih besar dari pada diameter sucker rod, yaitu 11/8 in,
1 ¼ in, 1 ½ in, 1 ¾ in. Sedangkan panjang polished rod adalah 8, 11, 16, 22
ft.
26
4) Gas anchor
Berfungsi untuk memisahkan gas dengan minyak sebelum diisap oleh pompa
karena bila gas masuk ke dalam pompa akan menyebabkan turunnya efisiensi
pompa. Hal ini sering disebut dengan gas locking yaitu gas di dalam pompa
5) Mud anchor
Berfungsi sebagai penampung partikel berat lainnya seperti lumpur atau pasir
sebelum masuk kedalam pompa akan terpisah sehingga hanya fluida yang
masuk dalam pompa dan partikel lain akan jatuh masuk ke mud anchor.
Jenis unit pompa bawah permukaan pada dasarnya terdiri dari dua
golongan besar, yaitu rod pump dan tubing pump. Seperti yang ditunjukkan oleh
gambar (2.6).
1) Tubing Pump
Pada pompa jenis ini, unit pompa secara keselurhan dimasukkan ke dalam
sumur bersama-sama dengan tubing, yaitu barrel langsung dikaitkan pada ujung
bawah sucker rod string. Apabila pompa hendak dicabut maka baik rod maupun
tubing harus bersama-sama. Pompa tipe tubing pump dipakai pada sumur yang
dangkal dan produktivitasnya kecil. Untuk suatu tubing dengan ukuran tertentu
27
dengan volume tubing pump lebih besar dari pada rod pump maka diameter
working barrel pada rod pump lebih kecil dari pada diameter dalam tubing.
2) Rod Pump
ke dalam tubing, sehingga apabila terjadi kerusakan dan pompa akan diservis atau
diganti tidak perlu mencabut tubing, tetapi cukup mencabut rod string-nya saja.
Oleh karena itu untuk menghemat waktu dan biaya, jenis pompa semacam
ini banyak dipakai terutama pada sumur-sumur yang dalam. Panjang pompa
28
2.3.6 Mekanisme Kerja Pompa Angguk
Gerakan putar berasal dari prime mover diteruskan oleh gear reducer ke
pumping unit. Kemudian oleh pumping unit, gerak putar diubah menjadi gerak
naik turun yang oleh sucker rod diteruskan ke sub surface pump. Sucker rod
29
Keterangan :
Fluida bergerak ke atas melalui traveling valve yang terbuka, sedangkan berat
kolom fluida di tubing ditahan oleh standing valve yang tertutup. Apabila
tekanan aliran dasar sumur lebih besar daripada berat kolom fluidanya maka
standing valve akan terbuka walaupun plunger berada dekat dasar langkah
Traveling valve tertutup, sehingga berat kolom fluida akan dipindahkan dari
tubing ke rod string. Standing valve akan terbuka segera setelah tekanan
dasar sumur lebih besar dari pada tekanan yang terdapat antara standing valve
dan traveling valve. Jadi hal ini tergantung pump spacing yaitu volume yang
ada pada standing valve dan traveling valve pada dasar stroke dan prosentase
Jika ada produksi karena pemompaan maka standing valve akan terbuka
sehingga fluida formasi dapat masuk ke tubing. Pada saat ini traveling valve
tertutup.
Karena tekanan yang diakibatkan oleh kompresi fluida yang ada dalam ruang
antara standing valve dan traveling valve, maka standing valve tertutup,
30
traveling valve tergantung dari prosentase gas yang berada di fluida yang
terjebak, sebab tekanan di bawah valve harus lebih besar dari yang di atasnya
Setelah plunger mencapai dasar stroke maka langkah (a) sampai (d)
Apabila rod string digantungkan pada polished rod atau bergerak naik
turun dengan kecepatan konstan maka gaya yang bekerja pada polished rod adalah
berat dari rod string (Wr). Dalam hal ini rod string mengalami percepatan, maka
polished rod akan mengalami beban tambahan, yaitu beban percepatan sebesar :
Faktor percepatan atau faktor bobot mati rod string adalah besarnya
α = a / g………………………………….....…………………………..(2.19)
Keterangan :
g = percepatan graviatsi
Dari hasil studi terhadap gerakan yang dtransmisikan dari prime mover ke
rod string menunjukan bahwa rod string hampir merupakan gerka beraturan
31
Gambar 2.8 System Gerakan Suker Rod
Gerakan benturan ini dapat dinyatakan sebagai proyeksi suatu partikel yang
bergerak melingkar pada garis tengah lingkaran tersebut. Apabiala hal ini
- Waktu untuk satu kali putaran dari pertikel sama dengan waktu satu kali siklus
pemompaan.
Percepatan maksimum dari sistem rod string terjadi pada awal up stoke
dan pada awal down sroke, yaitu pada saat titik proyeksi mempunyai jarak yang
melingkar yaitu :
A = Vp2 / re…………………......………………...……………………(2.20)
Keterangan :
Vp = kecepatan partikel
Re = jari-jari lingkaran
Vp = ( 2 π re ) / τ…………......………………………..…………...…..(2.21)
32
Dan apabila N adalah jumlah putaran persatuan waktu, maka :
Vp = 2 π re N ................………………………..…………………(2.22)
didapatkan persamaan :
Keterangan :
N = kecepatan pemompaan
Re = S / 2
α = ( 2 π2 S N2 ) / g………........………………………………………..(2.24)
S N2
α= ......………………………………………………….……..(2.25)
70500
perpanjangan akibat beban yang diderita oleh string, dimana besarnya plunger
overtravel, adalah :
33
Persamaan (3.26) digunakan untuk untappered rod string sedangkan untuk
32,8.L2 .α
ep = .............…………………………………………..(2.27)
E
Keterangan :
α = faktor percepatan.
sebagai berikut :
5,20.G.D.Ap.L
et = ......…………..…………………………………(2.28)
E.At
5,20.G.D.Ap.L
er = .....………………….....…………………….(2.29)
E.Ar
Keterangan :
34
Bila dipasang anchor pada tubing, maka L / At dapat diabaikan.
stroke dikurangi dengan rod dan tubing strecth ditambah dengan plunger
overtravel atau :
Sp = S + ep – ( et + er )........……………….…………………………..(2.30)
Untuk besaran-besaran Ar, At dan Ap dapat dilihat pada tabel 2.2, 2.3, 2.4
dan 2.5.
beban bersih (net load) dari polished rod, yaitu : beban fluida, berat mati rod
string, beban percepatan sucker rod, gaya keatas pada sucker rod yang tercelup
dalam fluida dan gaya gesekan diabaikan sehubungan dengan fluida yang
diangkat.
Beban fluida yang hanya terjadi pada saat up stroke yang diderita oleh
Wf = 0,433.G(L.Ap – 0,294.Wr)........……………….………………..(2.31)
Wr = M x L.........……………………………………………..……… (2.33)
35
Keterangan :
Wf = beban fluida,lb.
Untuk menghitung beban polished rod maksimum yang terjadi pada saat
Wmax = Wf + Wr (1 + α )........……………………………..…………..(2.34)
1440(menit / hari )
V = Ap (inchi)2 x Sp (inchi/stroke) x N (stroke/menit)x
9702inchi 2 / bbl
36
V = K Sp N..........……………………..……………………………..(2.37)
Q = V x Ev .................…………………………………………(2.38)
Keterangan :
70 – 100%
Atau :
q
Ev = x100% ..............………..…………………………………..(2.39)
v
c. Kedalaman pompa.
e. Pengaruh gas.
37
Tabel 2.6 Efisiensi Pompa Angguk Pada Bermacam Kondisi Sumur
Efisiensi
Kondisi Sumur
Volumetris (%)
1. Sumur dalam dengan aras dalam
60 – 70
2. Sumur menghasilkan gas dan separator bekerja baik
1. Sumur normal
70 – 85
2 Aras Cairan dangkal dan pompa dipasang dangkal
angguk adalah :
1. Karakteristik Fluida
• Viskositas
efesiensi pompa akan menurun. Jika viskositas cairan tinggi, lebih besar dari
• Temperatur
Makin tinggi temperatur, maka viskositas dan spesific grafity makin rendah
38
juga akan mempengaruhi terhadap pembebasan gas dan panas yang
2. Kondisi Operasi
tinggi akan menyebabkan kerja valve kurang baik sehingga barrel pompa
tidak terisi penuh dengan cairan. Hal ini jelas mengakibatkan menurunnya
efesiensi pompa. Akibat lian karena kecepatan pompa terlalu tinggi, dapat
237000
N= ................…………………………………………..(2.40)
nL
Keterangan :
39
3. Karakteristik Sumur
barrel. Bila displacement pompa lebih besar dari kemampuan formasi, maka
barrel pompa hanya terisi sebagain saja. Hal ini dapat menyebabkan fluid
• Tekanan resevoir
pompa.
4. Pengaruh Gas
• Gas Pound
Gas pound sebagai akibat adanya gas yang mengisi sebagian working
barrel. Pada saat down stoke, travelling valve terlambat membuka karena
adanya sejumlah gas diruang kerja pompa yang terbawa cairan. Karena
adanya gas ini, maka pada saat plunger bergerkak turun travelling valve
dahulu, kemudian setelah tekanan didalam ruang kerja pompa cukup kuat
efessiensi pompa.
40
• Gas Lock
Gas lock adalah keadaan barrel pompa terisi oleh gas. Hal ini disebabkan
saat down stoke gas dimampatkan dan pada saat up stoke terjadi
pompa .Pada permulaan dari down stoke, travelling valve tidak membuka
sampai plunger mengkompresi gas pada pompa dengan tekanan yang sama
dengan head dari hidrostatik fluida dalam tubing. Hal ini yang terjadi
adalah standing valve yang tidak membuka pada saat permulaan up stoke
dan baru terbuka bila tekanan dasar sumur melebihi tekanan barrel dalam
pompa.
sehingga prime mover akan membawa beban rata-rata yang sama besarnya baik
counterbalance. Pumping unit yang bekerja harus sesuai dengan puntiran yang
diijinkan pada gear reducer, yaitu dalam setiap pumping unit telah diberikan
maksimum puntiran yang diijinkan oleh pabrik pembuatnya. Besarnya torsi yang
dijinkan adalah :
41
T = W (S / 2) sin θ – C (S / 2) sinθ
T = (W – C) (S / 2) sin θ........................................................................(2.42)
adalah Wmax dan sin θ = 1 atau θ = 900, dengan demikian puntiran maksimum
Dalam perhitungan peak torque, (C) diasumsikan 95% dari harga idealnya
untuk menggerakan fluida dengan laju aliran sebesar q barrel per hari, dengan
specific grafity G, dari kedalaman L feet, dan tenaga untuk mengatasi gesekan.
Keterangan :
yang diproduksi.
LN = L – (L – D) + Pt / 0,433 G)
LN = D + (2,31 Pt / G)...................……………..…………………..(2.46)
42
D adalah working fluid level (ft) dan Pt adalah tekanan pada tubing (psi).
hydraulic & fricition horse power dengan safety factor 1,5 atau secara matematis :
Setelah didapatkan kurva IPR, maka langkah awal dari optimasi adalah
1 T Wr.S.N2
P= Wf + (0,9 − 0,5063SF)Wr SF Atr + (1 + 0,5625 SF 0,5625SF) C
Ap P
4 70500 Ap
.........………………………………………………….……..………….(2.49)
N
S.N 2 = .v ...............................................................………….(2.50)
0,8.K
P = a + b . v .................…………………..…………………….…….(2.51)
Keterangan :
1 T
a= Wf + (0,9 − 0,5063. SF) Wr − SF.Atr ..................………….(2.52)
Ap 4
Wr.S.N 2
b= 1 + 0,5625 (1 − 0,5625.SF) c ........…….….…….(2.53)
56400.K.Ap p
43
Harga S.N2 dapat juga dituliskan sebagai berikut :
v
S.N 2 = ..........………………………………..……………(2.54)
(0,8.K) 2 .S
P = a + c.v2.........………………………………………………….....(2.55)
c= Wr 1 + 0,5625.SF (1 − 0,5625.SF) c
45120. K . Ap.S
2 p …….……..(2.56)
Berdasarkan Persamaan (2.51) dan (2.55) kita dapat membuat kurva pump
intake. Pada kedua persamaan ini harga a adalah konstan , sdengkan harga b dan c
akan menghasilkan satu harga b, begitu pula pada harga S akan menghasilkan
Kurva pump intake ini didapatkan dengan mengasumsikan satu harga S atau
sehingga didapatkan pasangan data (q,P). Pasangan data ini diplot pada kurva
IPR, dan didapatkan kurva pump intake untuk satu harga S atau harga N.
Antara kurva pump intake dengan kurva IPR akan saling berpotongan.
Dengan mengambil harga laju produksi tempat perpotongan ini akan didapatkan
kembali pasangan titik (S,q) dan (n,q). Pasangan titik ini kemudian diplot pada
yang masih memenuhi dapat ditentukan dari tegangan maksimum yang diijinkan
pada rod.
44
PPRL
σ max = σ a ….........…………………………………………….(2.57)
Atr
atau
Keterangan :
S.N 2 c
σ1 = 1 p ...............………………………........………(2.60)
70500
Unit, sedangkan tanda negatif untuk Air Balance dan Mark II. Besaran c/p adalah
crank-pitman ratio.
Sedangkan berat kolom fluida (Wf) yang mengisi tubing secara penuh jika
62,4.G.L.Ap
Wf = = 0,433.G.L. Ap …………...…………………(2.61)
144
sedangkan standing valve terbuka. Pada saat ini berat fluida ditopang oleh rod
string, sedangkan percepatan yang dialami plunger mencapai harga makimal saat
S.N 2 c
σ2 = 1 p ...............………………………….……….(2.62)
70500
45
Jika pada saat plunger bergerak ke atas diasumsikan bahwa travelling valve
dalam keadaan terbuka dan standing valve dalam keadaan tertutup, maka beban
pada rod mencapai minimum, yang disebut dengan “Minimum Polished Rod Load
(MPRL)”, yang harganya terdiri dari berat rod ditambah berat plunger ditambah
maksimum dan minimum pada top rod. Beban maksimum akan menghasilkan
berikut :
PPRL
σ max = .................……………………………………………(2.64)
Atr
MPRL
σ min = ................…………………………………………...(2.65)
Atr
T
σ max = + 0,5625.σ min SF ..................……………………………(2.66)
4
Dimana T adalah tensile strength minimum dari rod yang tergantung pada
API Grade rod. Untuk API grade C, harga T adalah 90000 psi, sedangkan API
grade D harga T adalah 115000 psi. SF merupakan service factor yang tergantung
pada tipe rod dan kondisi opersai pompa, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
46
Tabel 2.7 Service Factors
Service API C API D
Non Corrosive 1,00 1,00
Salt Water 0,65 0,90
Hidrogen Sulfid 0,50 0,70
Harga tegangan minimum dan tegagnan maksimum pada rod tidak boleh
70500 T
S.N 2 SF − σ a Atr + 0,5625.SF. Wr …………(2.67)
0,5625..SF.Wr(1 c/p) 4
1. Mencari besarnya harga Ap, Ar, At, K, dan M, dari Tabel 2.2, 2.3, 2.4, dan
2.5.
47
PIP − Pc
L = D+ ............................................................... (2.68)
0,433 x G
untuk tappered rod string dan persamaan (2-34) untuk untappered rod string.
1 T
a = Wf + (0,9 − 0,5063 SF) Wr − SF A tr …................. (2.70)
Ap 4
b =
Wr N 1 − 0,5625 SF + (1 − 0,5625 SF) c ............. (2.71)
56400 K A p p
c =
Wr 1 − 0,5625 SF + (1 − 0,5625 SF) c …....... (2.72)
56400 K A p S
2 p
Pi = a + bq ...................................................................................... (2.73)
sehingga diperoleh harga Pi, kemudian mengeplot pasangan data (q , Pi) untuk
satu harga N pada kurva IPR sumur. Selanjutnya menentukan satu harga S dan
48
10. Dari perpotongan kedua kurva Pump Intake Pressure dengan kurva IPR sumur
11. Menentukan Peak Polished Road Load (PPRL) dan Minimum Polished Rod
Load (MPRL) :
Keterangan :
S N2
α = 1 + c ................................................................. (2.77)
p
70500
PPRL
Smax= ..................................................................................... (2.78)
A tr
MPRL
Smin= ...................................................................................... (2.79)
A tr
13. Memeriksa apakah desain sudah cukup aman untuk menahan stress
T
SA = + 0,5625 . S min . SF .............................................................. (2.80)
4
Harga SA harus lebih besar atau sama dengan Smin, apabila harga SA ≥ Smin
49
Keterangan :
Tabel 2.8
Data Tensile Strengh
Grade Tensile Strength
C 90.000
D 115.000
PPRL + MPRL
Ci = ......................................................................... (2.81)
2
Tp = (PPRL − 0,95 C i )
S
............................................................. (2.82)
2
Pwf
LN = L − ............................................................. (2.83)
0,433 x G
S. N 2
α = ............................................................................ (2.84)
70500
50
• Panjang stroke plunger efektif
Keterangan :
40,8 x L2 x α
ep = (untuk untappered rod string).............. (2.86)
E
32,8 x L2 x α
ep = (untuk tappered rod string)……........... (2-80)
E
5,20 x G x D x Ap
et = .................................................... (2.87)
E x At
5,20 x G x D x Ap
er = .................................................... (2.88)
E x Ar
• Pump displacement :
V = K x Sp x N ............................................................... (2.89)
• Efisiensi volumetris :
q
Ev = x 100 % .............................................................. (2.90)
v
51
2.6 Dynamometer
informasi mengenai kondisi dan problem yang dialami pompa angguk. Evaluasi
kemampuan produksi sumur dan mekanik pompa agar tetap memiliki efisiensi
volumetris yang diinginkan. Peralatan ini dipasang dibawah polished rod clamp
dan bekerja menurut sistem elektris atau hidroulis mekanis. Grafik hasil
pencatatan alat ini disebut Dynagraph. Dari data dan interpretasi pengukuran alat-
alat tersebut dapat dijadikan sebagai parameter atau asumsi dalam perhitungan
gaya yaitu : gaya rangkaian, fluida, gerak getar harmonis dan gesekan. Semua
gaya tersebut bekerja secara serentak dan beban pada polished rod merupakan
resultan dari gaya tersebut diatas yang akan mempengaruhi besaran pump
sebagai alat evaluasi kinerja system pompa angguk memerlukan keahlian khusus
52
dalam interpretasi rekaman dan mengerti tentang mekanik pompa. Dasar
interpretasi perekaman adalah bentuk kurva selama satu siklus pemompaan, berat
statik rod dan berat statik rod ditambah berat fluida perhitungan, berat rod
didalam fluida pada standing valve test dan berat rod didalam fluida ditambah
beban peralatan permukaan dari rod string ke prime mover, beban rod dan kondisi
pompa bawah permukaan. Apabila pengukuran dilakukan pada sumur baru atau
selesai re-instal maka didapatkan informasi mengenai beban yang bekerja seperti :
beban maksikum rod, counter balance effect, polished rod horse power dan torsi
serta panjang langkah pemompaan sebenarnya dengan tujuan setting beban antara
kondisi terpasang terhadap design. Untuk sumur pompa lama cukup dengan
diketahui secara tepat dan cepat alasan yang menyebabkan rendahnya effisiensi
pemompaan, serta saran dan tindakan yang perlu segera dilakukan untuk
pada adanya penyimpangan terhadap beban baik lebih besar atau lebih kecil dari
seharusnya yang diderita oleh polish rod, dapat juga digunakan untuk mengetehui
beban-beban yang bekerja pada batang hisap selama satu siklus pemompaan.
53
beban selama satu siklus pemompaan. Pada kartu tersebut juga akan tercatat garis
nol (zero line), yang merupakan garis dasar perhitungan besarnya beban pada
setiap saat.
polished rod clamp dan pencatatan beban dilakukan pada kartu yang terletak pada
drum yang berputar bersamaan dengan langkah pompa (upstroke dan down
stroke). Secara ideal bentuk dasar hasil pencataatan beban oleh dynamometer
Keterangan gambar:
Titik a : Permulaan upstroke, tidak ada gaya getar dan tidak ada gaya gesek.
tertutup.
54
a–b : Rod string mengambil alih beban dari tubing, dimana beban yang dicatat
pada beban polished rod adalah meliputi beban fluida ditambah beban
b–c : Beban pada rod string tetap hingga akhir dari up stroke (titik C).
Titik c : Akhir upstroke, travelling valve terbuka dan standing valve tertutup.
valve
d–a : Beban pada rod string tetap hingga akhir dari down stroke, dimana beban
hanya mencatat dua macam beban saja, yaitu beban fluida dan beban rod didalam
fluida.
downstroke
55
6. Tidak terjadi perubahan panjang pada rod yang disebabkan pemindahan
beban fluida.
diatas tidak mungkin dipenuhi. Untuk suatu pemompaan yang normal, bentuk
berikut 7) :
1. Komputer Laptop
Tranducer (PRT)
56
5. Rod Clamp (minimal 2 untuk Pengukuran Counter Balance Effect
dengan HST)
7. Meteran.
8. Peralatan lain seperti kunci pipa, kunci pas, lap pembersih dan lain-
lain.
57
Floppy disk Master
WELL ANALYZER
Sumber Listrik DC-DC
Converter Perangkat
Analog to Digital Converter
Keras
110 Volt AC
Arus
dan elektronik yang lain
Lis
Perangkat Perangkat trik
& Tenaga
Keras Keras Listrik
Akustik Dinamometer
2.7 Sonolog
hampa (blank cartridge) atau pengaliran gas bertekanan secara cepat dan dalam
waktu yang sangat singkat (hanya sesaat). Untuk sumur-sumur dengan tekanan
gas di casing sangat rendah, digunakan sumber gas N2 atau gas CO2 yang berasal
dari tabung gas bertekanan tinggi. Tetapi bila tekanan gas di casing cukup tinggi,
maka dengan mengablas gas tersebut dengan cepat dan singkat, akan diperoleh
antara tubing dan production casing, dan merambat melalul tubing ke bawah
58
di rubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang kemudian diperkuat oleh amplifier dan
direkam di recorder. Selama merambat melalui tubing, setiap kali suara sampai ke
cairan, pantulan suara oleh permukaan cairan akan dipantulkan lagi kepermukaan
dan menghasilkan efek yang sama dengan pancaran suara yang pertama, dengan
berapa jumlah tubing yang tidak tercelup di dalam cairan yaitu jumlah pantulan
suara oleh collar tubing dari permukaan sampai mencapai pantulan oleh
permukaan cairan. Jika pantulan collar-collar dan permukaan cairan dapat dibaca
dengan jelas, untuk dapat menghitung panjang total tubing yang tidak tercelup
recorder (internal battery), atau luar (external battery). Amplifier menerima pulsa-
59
Gambar 2.13 Hasil Rekaman Sonolog
simpangan pena tergantung pada besarnya pantulan getaran yang diterima oleh
microphone.
dalam annulus antara casing produksi dengan tubing dari permukaan tanah.
Apabila kedalaman tubing dicatat berdasarkan tinggi lantai bor, maka kedalaman
hasil pengukuran tersebut dapat disesuaikan, sepanjang data ketinggian lantai bor
60
atau pompa, supaya gas dari annulus tidak masuk ke dalam tubing atau pompa
yang dapat menyebabkan produksi minyak tidak optimum. Berapa meter tubing
dengan jalan mengurangi kedalaman kaki tubing atau pompa dengan kedalaman
permukaan cairan.
kedalaman pompa. Untuk menentukan letak kedalaman pompa dalam suatu sumur
yang menentukannya, yaitu static fluid level (SFL) dan working fluid level (WFL)
untuk menentukannya digunakan alat sonolog atau dengan operasi wireline, bila
Ps Pc
SFL = D mid perf - + , feet …….............................(2.94)
Gf Gf
Pwf Pc
WFL = D mid perf - + , feet ....................................(2.95)
Gf Gf
Keterangan:
61
Pc = Casing head pressure, psi
dimana :
Di annulus, cairan hanya berupa minyak yang mengandung gas, baik gas
yang larut maupun gas bebas yang sedang mengalir keatas menerobos kolom
minyak. Di bawah kaki tubing atau pompa, sumur berisi air. Kondisi ini tetap
berlaku meskipun kadar air dalam cairan yang diproduksi oleh sumur berbeda-
beda. Bahkan pada sumur yang memproduksi dengan kadar air sampai 95%, di
dalam annulus hanya berisi minyak. Meskipun ada hubungan antara tekanan
hidrostatik cairan dengan tinggi kolomnya, tetapi pada sumur-sumur minyak yang
mengandung gas, hubungan tersebut sulit ditentukan, karena berat jenis minyak di
annulus sangat tergantung pada berapa banyak gas yang bercampur dengan
62
cairan didalam ruang annulus maka dapat dihitung tekanan alir dasar sumur
(FBHP atau sering disebut juga PBHP). FBHP dapat dihitung dengan
kolom gas dan tekanan statis kolom minyak. Apabila SBHP dan Produktiviti
Index (PI) telah diketahui, maka rate produksi dapat dihitung. Dengan demikian
maka dapat dihitung efisiensi produksinya. Gambar 2.15 (a) adalah skema
penentuan level cairan dengan sonolog pada sumur pompa, pola dan hasil
pengukuran diperlihatkan pada Gambar 2.15 (b). Dari pola hasil pengukuran
refleksi pencatatan karena adanya collar atau coupling dan tubing, dan pantulan
dari permukaan cairan. Dengan mengetahui panjang dari tiap joint tubing, panjang
grafik tiap 10 batang tubing diukur dengan menggunakan sisir pengukur yang
terdiri dari 10 jarak antara collar yang satu dengaan yang lain, serta panjang total
dari grafik, maka kedalaman cairan permukaan cairan dapat dihitung dengan
persamaan:
Keterangan
L = panjang grafik, mm
63
Gambar 2.14 Penentuan Level Cairan Dengan Sonolog
Bab ini akan dibicarakan beberapa parameter ekonomi yang sering digunakan
64
Suatu indikator ekonomi dikatakan baik apabila mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
perusahaan
(probabilitas)
Besarnya nilai uang yang akan dieroleh pada waktu yang akan datang bila
dibawa kenilai sekarang maka disebut sebagai Nilai Uang Sekarang (Present
Value), artinya besarnya nilai uang akan tergantung pada waktu kapan uang itu
1. Discounting
Pada konsep ini semua nilai uang yang diterima pada waktu yang akan datang
(Future Value / FV) dibawa ke nilai sekarang (Present Value / PV). Persamaan
1 𝐹𝑉
PVn = FV.((1+𝑟)𝑛) = (1+𝑟)𝑛
Keterangan:
1
(1+𝑟)𝑛
= discount factor
65
r = discount rate, %
2. Compounding
Pada konsep ini semua nilai uang yang sekarang di bawa ke nilai uang ke
FVn = PV.(1+r)n
66
2.8.4 Present value (NPV)
Yaitu jumlah aljabar dan semua Net Cash Flow yang dibawa ke nilai
Setelah didapat r maka hitung lagi discount factor dan NPVnya pada r
yang didapat dari grafik, jika harganya (-) maka r terlalu besar maka cari lagi
harga r sehingga NPV = 0. Harga ROR tidak bisa dihitung apabila harga NCF
67
semuanya (+). Harga ROR dalam suatu proyek bisa mempunyai harga 2 ROR.
Hal ini terjadi apabila pada tengah waktu umur proyek ada investasi lagi.
Pada DPR nilai uang belum dibawa ke nilai sekarang. Secara matematis :
𝑁𝑃𝑉
DPR = 𝑖𝑛𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖………………………………………..……………..(2.100)
68
III. PERENCANAAN ULANG SUCKER ROD SUMUR ST-X1
DAN ST-X2 DAN ST-X3 LAPANGAN SANGATTA PT.
PERTAMINA EP. ASSET 5
Dengan kata lain tujuan dari perencanaan ulang ini adalah untuk meningkatkan
laju produksi.
Untuk mendapatkan hasil produksi yang optimum dari pompa angguk ini
maka perlu dilakukan perencanaan ulang pada pompa terpasang. Sedangkan dari
besar kemampuan berproduksi dari suatu sumur atau potensi sumur yang dapat
1 Analisa nodal, yaitu dengan membuat cross plot antara kurva IPR dengan
kurva pump intake dengan mengubah harga panjang struke (S) dan jumlah
ST-X2 beroperasi dengan efisiensi volumetris 24%. Oleh karena itu sumur ST-X1
69
3.1 Data Sumur ST-X1 Dan ST-X2
Efficiency volumetric, % 13 24
70
3.2 Inflow Perfomance Relationship
Pembuatan grafik IPR pada sembur alam ST-X1 dan ST-X2 dapat
bahwa nilai Flow Efisiensi adalah 1 dan dengan mengabaikan faktor skin (S’= 0).
Untuk aliran dua fasa dimana PR Pb maka akan digunakan metode Vogel
persamaan 2.14.
laju produksi Ql pada setiap Pwf assumsi. Hasil perhitungan tersebut kemudian
Data untuk membuat kurva IPR dengan menggunakan Voge Equation adalah
sebagai berikut:
menghitung Ql untuk berbagai harga Pwf assumsi dengan persamaan 2.14 Hasil
perhitungan Ql pada setiap harga Pwf assumsi dapat dilihat pada table 3.1.
71
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan
Ql Pada Pwf assumsi Sumur ST-X1
grafik IPR sumur ST-X1 seperti pada gambar 4.1. Kemiringan grafik IPR
50
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ql, BPD
72
3.2.2 Kurva IPR Sumur ST-X2
menghitung Ql untuk berbagai harga Pwf assumsi dengan persamaan 2.4. Hasil
perhitungan Ql pada setiap harga Pwf assumsi dapat dilihat pada table 3.3
0 168.29
50 162.54
100 153.13
150 140.06
200 123.34
250 102.96
300 78.92
350 51.22
375 36.00
400 19.86
429 0.00
73
Hasil Perhitungan pada tabel 3.3 kemudian diplot unutk memperoleh
grafik IPR sumur ST-X2 seperti pada gambar 3.2. Kemiringan grafik IPR
400
300
Pwf, Psig
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Ql, BPD
optimum. Pada perencanaan pompa ini dilakukan dengan membuat dua kurva
pump intake, yaitu kurva pump intake yang dibuat berdasarkan kecepatan pompa
(N) dan yang dibuat berdasarkan panjang langkah (S). Dalam perencanaan ini
tanpa mengubah ukuran planger (planger size) dan pump setting depth (PSD),
Sangatta.
74
3.3.1 Perhitungan Kurva Pump Intake dan Efisiensi Volumetris Hasil
Data :
• SG Fluida = 0,88
efisiensi vlumteris sumur ST-X1, Langkah 1-17 dapat dilihat pada lampiaran 3.
• Diameter rod 7/8” dan 3/4” dari tabel dan perhitungan didapatkan :
M1 = 1,630 ln/ft
M2 = 2,16 lb/ft
R1 = 0,561
R2 = 0,439
75
L1 = 1951,238 ft
L2 = 1527,162 ft
Ap = 3,976 in2
K = 0,590 bpd/in/spm
Wr = 6479,188 lb
3. Menentukan besarnya Wf :
Wf = 4544 lb
Pi = a + bq Pi = a + cq2
a = - 137,483
b = 0,187 N
c = 0,446/ S
Pi = - 137,48 + (0,189 N) q
Pi = - 137,48 + (0,446/ S) q2
sehingga di peroleh harga Pi. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.4
7. Kemudian mengeplot pasangan data (q, pi) untuk satu harga N pada kurva IPR
76
Tabel 3.4 Harga PIP untuk Berbagai Harga N dan q Sumur ST-X1
Pwf Ql Pi @ N (Psig)
(Psig) (bbl/day) 6 7 8 9 10
0.0 154.0 35.2 64.0 92.8 121.6 150.4
10.0 149.3 30.0 57.9 85.8 113.7 141.6
20.0 141.8 21.6 48.1 74.6 101.1 127.6
30.0 131.6 10.0 34.6 59.2 83.8 108.4
40.0 118.5 -4.6 17.5 39.7 61.8 83.9
50.0 102.6 -22.4 -3.3 15.9 35.1 54.2
60.0 83.9 -43.4 -27.7 -12.0 3.6 19.3
70.0 62.4 -67.5 -55.8 -44.2 -32.5 -20.8
80.0 38.1 -94.7 -87.6 -80.5 -73.4 -66.2
90.0 11.0 -125.1 -123.1 -121.0 -118.9 -116.9
93.8 0.0 -137.5 -137.5 -137.5 -137.5 -137.5
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
Ql, bbl/day
Gambar 3.3 Kurva IPR vs Pump Intek Untuk Setiap Harga N Sumur ST-X1
77
Tabel 3.5 Harga PIP untuk Berbagai Harga S dan q Sumur ST-X1
Pwf Ql Pi @ S (Psia)
(Psia) (bbl/day) 20 30 40 50 60
0.0 154.0 391.8 215.4 127.2 74.2 39.0
10.0 149.3 360.1 194.3 111.3 61.6 28.4
20.0 141.8 311.5 161.8 87.0 42.1 12.2
30.0 131.6 248.7 120.0 55.6 17.0 -8.7
40.0 118.5 175.7 71.3 19.1 -12.2 -33.1
50.0 102.6 97.4 19.1 -20.1 -43.5 -59.2
60.0 83.9 19.6 -32.8 -58.9 -74.7 -85.1
70.0 62.4 -50.6 -79.5 -94.0 -102.7 -108.5
80.0 38.1 -105.1 -115.9 -121.3 -124.5 -126.7
90.0 11.0 -134.8 -135.7 -136.1 -136.4 -136.6
93.8 0.0 -137.5 -137.5 -137.5 -137.5 -137.5
70 S=40
60
s=50
50
40
30 S=60
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
Ql (bbl/day)
Gambar 3.4 IPR vs Pump Intek Untuk Setiap Harga S Sumur ST-X1
78
8. Demikian juga untuk harga S, hasilnya dapat di lihat pada tabel 3.4, dan hasil
plot pasangan data (q, Pi) untuk satu harga S dapat dilihat pada gambar (3.4).
9. Dari perpotongan kedua kurva tersebut didapatkan pasangan data (N, q) dan
(S, q) pada tabel 3.5. Plot pasangan data (N,q) dan (S,q) menjadi satu kurva
pada skala yang sama sehingga diperoleh kurva hubungan N dan S terhadap q.
Ql (bbl/day) N (spm)
141 6
129 7
119 8
109 9
101 10
Ql (bbl/day) S (inchi)
92 20
111 30
124 40
135.5 50
144 60
79
KURVA N DAN S VS Q SUMUR X1
70 14
60 12
50 10
S (inchi)
40 8
30 6
N,
20 4
10 2
0 0
90 100 110 120 130 140 150
Ql (bbl/day)
10. Dari kurva langkah (7) di peroleh data-data hasil optimasi sebagai berikut :
• N = 7,7 SPM
• S = 48 in
• q = 122 bbl/d
• Pwf = 48 psi
11. Menentukan peak polished rod load (PPRL) dan minimum polished rod load
(MPRL) :
a. α1 = 0,054
α2 = 0,028
b. PPRL = 10532,275 lb
MPRL = 5808,22 lb
80
SA = 18613,22 psi
Ci = 8091,86 lb
Tp = 68280,13 in-lb.
LN = 3352,43 ft
α = 0,045
ep = 0,797 in.
et = 4,034 in.
er = 14,5 in.
Sp = S + ep - (et + er)
= 30,25 in.
V =K x Sp x N
=141 bbl
81
q
Ev = x 100 %
V
122
= x 100 % =86,5 %
144
Hh =(7,36 x 10-6) x q x L x G
=2,749 Hp
Hf =(6,31 x 10-7) x Wr x S x N
=1,7 Hp
=6,673 Hp
Data :
82
• Tensile Strength Minimum (T)= 90000
• SG Fluida= 0,8762
• M1 = 1,630 ln/ft
• M2 = 2,16 lb/ft
• R1 = 0,561
• R2 = 0,439
• L1 = 1695,5 ft
• L2 = 1641,1 ft
Ap = 4,909 in2
K = 0,728 bpd/in/spm
83
2. Menentukan berat rod (wr) :
Wr = M1 x L1 + M2 x L1
= 6308,443 lb
3. Menentukan besarnya Wf :
= 5510,588 lb
Pi = a + bq Pi = a + cq2
1 T
a = Wf + (0,9 − 0,5063 x SF) Wr − x SFx Ar
Ap 4
= 65,69
b =
Wr x N
54600
(
1 + 0,5625 x SF + (1− 0,5625 x SF) C
P
)
= 0,182 N
c =
Wr
2
45120 x K x Ap x S
(
1 + 0,5625 x SF + (1 − 0,5625 x SF) C
P
)
= 0,352/ S
Pi = 65,69 + (0,182 N) q
Pi = 65,69 + (0,352/ S) q
sehingga di peroleh harga Pi. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.7.
84
7. Kemudian mengeplot pasangan data (q, pi) untuk satu harga N pada kurva IPR
8. Demikian juga untuk harga S, hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.8 dan hasil
plot pasangan data (q, Pi) untuk satu harga S dapat dilihat pada gambar (3.7).
9. Dari perpotongan kedua kurva tersebut didapatkan pasangan data (N, q) dan
(S, q) pada tabel 3.9. Plot pasangan data (N,q) dan (S,q) menjadi satu kurva
pada skala yang sama sehingga diperoleh kurva hubungan N dan S terhadap q.
Tabel 3.7 Harga PIP untuk Berbagai Harga N dan q Sumur ST-X2
Pwf Ql Pi @ N (Psia)
(Psia) (bbl/day) 2 4 6 8 10
0.00 168.29 126.94 188.19 249.44 310.69 371.93
50.00 162.54 124.85 184.00 243.16 302.31 361.47
100.00 153.13 121.42 177.15 232.88 288.61 344.34
150.00 140.06 116.67 167.64 218.62 269.59 320.57
200.00 123.34 110.58 155.47 200.36 245.24 290.13
250.00 102.96 103.16 140.63 178.10 215.57 253.04
300.00 78.92 94.41 123.13 151.85 180.58 209.30
350.00 51.22 84.33 102.97 121.61 140.25 158.89
375.00 36.00 78.79 91.89 105.00 118.10 131.20
400.00 19.86 72.92 80.15 87.38 94.61 101.84
429.00 0.00 65.69 65.69 65.69 65.69 65.69
85
KURVA IPR VS PUMP INTEK UNTUK BERBAGAI
HARGA N SUMUR ST-X2
450
400
350
300 N=10
Pwf (Psia)
N=8
250
200 N=6
150 N=4
100
N=2
50
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Ql (bbl/day)
Gambar 3.6 Kurva IPR vs Pump Intek Untuk Setiap Harga N Sumur ST-X2
Tabel 3.8 Harga PIP untuk Berbagai Harga S dan q Sumur ST-X2
Pwf Ql Pi @ S (Psia)
(Psia) (bbl/day) 40 60 80 100 120
0.00 168.29 314.90 231.83 190.30 165.38 148.76
50.00 162.54 298.16 220.67 181.92 158.68 143.18
100.00 153.13 272.02 203.24 168.86 148.22 134.47
150.00 140.06 238.31 180.77 152.00 134.74 123.23
200.00 123.34 199.55 154.93 132.62 119.23 110.31
250.00 102.96 158.96 127.87 112.33 103.00 96.78
300.00 78.92 120.49 102.22 93.09 87.61 83.96
350.00 51.22 88.77 81.08 77.23 74.93 73.39
375.00 36.00 77.09 73.29 71.39 70.25 69.49
400.00 19.86 69.16 68.01 67.43 67.08 66.85
429.00 0.00 65.69 65.69 65.69 65.69 65.69
86
KURVA IPR VS PUMP INTEK UNTUK BERBAGAI
HARGA S SUMUR ST-X2
450
400
350
300
S=40
Pwf (Psia)
250
S=60
200
s=80 S=100
150
S=120
100
50
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Ql (bbl/day)
Gambar 3.7 IPR vs Pump Intek Untuk Setiap Harga S Sumur ST-X2
148 2 124 40
135.5 4 134 60
123 6 140 80
87
KURVA N DAN S VS Q
120 12
100 10
80 8
S (inchi)
N (spm)
60 6
40 4
20 2
0 0
100 110 120 130 140 150
Ql (bbl/day)
10. Dari kurva langkah (9) di peroleh data-data hasil optimasi sebagai berikut :
• N = 5 SPM
• S = 68 in
• q = 129 bbl/d
12. Menentukan peak polished rod load (PPRL) dan minimum polished rod load
(MPRL) :
a. α1 =
S xN2
(
70500 x 1 + P
C )
= 0,032
α2 =
S xN2
(
70500 x 1 − P
C )
= 0,0162
88
b. PPRL =Wf + 0,9 Wr + α1 Wr – Pwf Ap
=10531 lb
MPRL =0,9 Wr - α2 Wr
=5575,68 lb
PPRL
Stress max = = 17523,18 Psia
Ar
MPRL
Stress min = = 9277,34 Psia
Ar
T
SA = + 0,5625 x S min x SF
4
=18560 psi
PPRL + MPRL
Ci =
2
= 8053,56 lb
= 97938,79 in-lb.
89
a. Net Lift Pompa (LN)
Pwf
LN = L -
0,433 x G
= 2875,34 ft
S xN2
α =
70500
= 0,024
46,5 x L2 x α
ep =
30 x 10 6
= 0,294 in.
5,20 x G x D x Ap x L
et =
E x At
= 4 in.
𝐿1 𝐿2 5,20 x G x D x Ap x L
er = ( + )𝑥
𝐴𝑟1 𝐴𝑟2 E x Ar
= 14,12 in.
Sp = S + ep - (et + er)
= 50,169 in.
V = K x Sp x N
= 182,616
90
q
Ev = x 100 %
V
= 70,64 %
Hh = (7,36 x 10-6) x q x G x LN
= 2,39 Hp
Hf = (6,31 x 10-7) x Wr x S x N
= 1,353 Hp
= 5,618 Hp
dilakukan pemilihan pompa, rod string yang sesuai dengan kondisi lapangan.
➢ Pr = 93,8 Psig
91
➢ Mid Perforasi (H) = 3633,3 ft
1. Penentuan Qoptimum
Perencaan sucker rod pump didasarkan pada produktifitas sumur dalam hal
ini adalah kurva IPR, dari kurva IPR akan didapat laju produksi yang
optimum (Ql optimum) dari sumur X1 dimana Qoptimum = 0.8 Qmax laju
perencanaan ulang sumur ST-X1, hasil analisis grafik IPR dapat dilihat pada
2. Kedalaman Pomp
Pwf
L=H− + 100
0,433 ∗ SG
L = 3478,673 ft
Pemilihan ukuran planger dan rod string dapat dilihat pada lampiran, dari
92
Sehingga dperoleh harga Ap, Ar, At, M adalah sebagai berikut:
➢ Ap = 1,227 in2
➢ K = 0,182 bbl/day/in2
➢ M1 = 1,160 lb/ft
➢ M2 = 1,630 lb/ft
➢ At = 1,812 in2
Wr =M1 x L1 + M2 x L2
= 4248,94 lb
6. Menentukan besarnya Wf :
=1150,415 lb
7. Menentukan peak polished rod load (PPRL) dan minimum polished rod load
(MPRL) :
93
𝑆𝑥𝑁
𝛼=
70500
42 𝑥 21,01
𝛼= = 0,265
70500
PPRL =Wf + Wr x (1 + α )
=6526,13 lb
=2647,3 lb
PPRL
Stress max =
Atr2
=14779,63 Psi
MPRL
Stress min =
Atr1
= 5995,306 Psia
T
SA = + 0,6525 x Smin x SF
4
=17167,759 psi
PPRL + MPRL
Ci =
2
=4586,715 lb
94
11. Menentukan Torsi Maksimum (Tp) :
=45543,762 in-lb.
46,5 x L2 x α
ep =
30 x 10 6
= 4,974 in.
5,20 x G x D x Ap x L
et =
E x At
= 1,214 in.
L1 L2 5,20 x G x D x Ap
er = ( + )x
Ar1 Ar2 E
= 6,405 in.
Sp = S + ep - (er + et)
= 39,355 in.
V = K x Sp x N
= 151,12 in
q
Ev = x 100 %
V
= 74 %
95
16. Menentukan Horse Power Prime Mover :
Hh = (7,36 x 10-6) x q x G x LN
= 2,776 Hp
Hf = (6,31 x 10-7) x Wr x S x N
= 2,376 Hp
= 7,728 Hp
➢ Pr = 429 Psig
1. Penentuan Qoptimum
Perencaan sucker rod pump didasarkan pada produktifitas sumur dalam hal
ini adalah kurva IPR, dari kurva IPR akan didapat laju produksi yang
optimum (Ql optimum) dari sumur X2 dimana Qoptimum = 0.8 Qmax laju
96
perencanaan ulang sumur ST-X2, hasil analisis grafik IPR dapat dilihat pada
2. Kedalaman Pomp
Pwf
L=H− + 100
0,433 ∗ SG
L = 3332,955 ft
Pemilihan ukuran plunger dan rod string dapat dilihat pada lampiran, dari
➢ Ap = 1,767 in2
➢ K = 0,262 bbl/day/in2
➢ M1 = 1,160 lb/ft
➢ M2 = 1,630 lb/ft
➢ At = 1,812 in2
97
3. Perhitungan panjang setiap rod string.
Menghitung fraksi panjang dari table didapat
R1 = 0,759 – 0,0896 x Ap
= 0,601
R2 = 0,241 + 0,0896 x Ap
= 0,399
L1 = R1 x L
= 2002,03 ft
L2 = R2 x L
= 1330,93 ft
4. Menentukan berat rod (wr) :
Wr =M1 x L1 + M2 x L2
= 4491,76 lb
5. Menentukan besarnya Wf :
=1740,878 lb
6. Menentukan peak polished rod load (PPRL) dan minimum polished rod load
(MPRL) :
𝑆𝑥𝑁
𝛼=
70500
𝛼 = 0,195
PPRL =Wf + Wr x (1 + α )
=7106,83 lb
=3115,567 lb
98
PPRL
Stress max =
Atr2
=15898,97 Psi
MPRL
Stress min =
Atr1
= 6969,95 Psia
T
SA = + 0,6525 x Smin x SF
4
=17581,129 psi
PPRL + MPRL
Ci =
2
=4860,203 lb
=52282,555 in-lb.
45,6 x L2 x α
ep =
30 x 10 6
= 3,351 in.
5,20 x G x D x Ap x L
et =
E x At
99
= 0,226 in.
L1 L2 5,20 x G x D x Ap
er = ( + )x
Ar1 Ar2 E
= 7,364 in.
Sp = S + ep - (er + et)
= 37,761 in.
V = K x Sp x N
= 178,817 in
q
Ev = x 100 %
V
= 75 %
Hh = (7,36 x 10-6) x q x G x LN
= 2,893 Hp
Hf = (6,31 x 10-7) x Wr x S x N
= 2,152 Hp
= 7,566 Hp
100
3.5 Pembahasan
Bab ini akan membahas mengenai hasil perencanaan ulang sucker rod pump
berdasarkan potensi sumurnya. Pada pembahasan ini penulis akan membahas hasil
dalam keadaan baik (plunger, traveling valve, standing valve, rangkaian rod dan
tubing dalam keadaan baik serta tidak ada kebocoran). Optimasi yang dilakukan
adalah dengan merubah panjang langkah (S) dan kecepatan pompa (N) dendan
N untuk mendapatkan laju produksi optimum yang sesuai dengan potensi sumur
kajian, sehingga diperoleh efisiensi volumetris pompa yang lebih baik lagi tanpa
efisien secara teoritis apabila efisiensi volumetrs pompa besarnya kurang lebih
85%.
101
Sumur ST-X1 dan ST-X2 beroperasi dengan efisiensi 13% dan 24% secara
teoritis penggunaan pompa pada sumur ini kurang efisien, hal ini dikarenakan
harga efisiensi volumetris pompa pada kondisi terpasang masing masing sumur
volumetris ini dikarenakan panjang langkah (S) dan kecepatan pompa (N) sudah
tidak sesuai lagi dengan potensi sumurya (fluid level), sehingga menghasilkan laju
Efisiensi volumetris pompa yang rendah dapat diakibatkan oleh adanya fluid
pound, yaitu kondisi working barrel pompa terisi hanya terisi fluida sebagian saja
sehingga fluida yang masuk ke dalam plunger atau terangkat jumlahnya lebih
kecil daripada kapasitas pemompaannya, oleh karena itu untuk meningkatkan laju
Perencanaan ulang ini dilakukan dengan analisa nodal, yaitu membuat cross
relationship (IPR) dengan kurva pump intake (Pi) untuk panjang langkah (S) dan
untuk membuat kurva hubungan antara S, N versus laju produksi (Ql) untuk
menentukan harga S dan N serta laju produksi optimum (q) yang baru. Perpotonga
pada kedua kurva S dan N akan didapatkan suatu harga laju produksi optimum
102
yang sesuai dengan potensi sumurnya, sehingga akan diperoleh harga efisiensi
S, in 86 124 48 68
N, in 9 6,5 7,9 5
Ev, % 13 24 86,52 70
Parameter S dan N
bahwa sumur ST-X1 beroperasi pada 75 bbl/day laju produksi ini masih 48% dari
Qmax yaitu 154 bbl/day jadi sumur ST-X1 masih memiliki potensi untuk dinaikan
produksinya, jika diambil 80% dari Qmax maka produksi sumur ST-X1 masih
dapat dinaikan menjadi 124 bbl/day sehingga perlu dilakukan optimasi pada
sumur ini.
103
diperhitungkan kebutuhan tenaga (horse power). Hasil optimasi sumur ST-X1
dapat dilihat pada tabel 3.1 yang menunjukkan bahwa panjang langkah (S) adalah
48 inchi, kecepatan pompa (N) yang diperoleh adalah 7,9 spm, tanpa mengubah
kedalaman pompa dan ukuran laju produksi yang diharapkan (q) sebesar 122 bpd
karena pada saat down stroke plunger akan terisi penuh oleh cairan sebelum
pompa tersebut naik (upstroke), dan akan terjadi keseimbangan antara fluida yang
masuk ke dalam working barrel dengan laju produksi sumurnya. Hasil perubahan
N dan S hasil optimasi diperoleh harga kapasitas pemompaan sebesar 141 bpd
dengan laju produksi yang diharapkan sebesar 122 bpd, akan menyebabkan
parameter S dan N
bahwa potensi sumur ST-X2 masih tinggi, yaitu laju produksi maksimumnya 168
bbl/day, sedangkan untuk kondisi saat ini laju produksinya 118 bbl/day yang
masih dibawah laju produksi optimum yaitu 134 bbl/day, dengan melihat potensi
sumur ini maka pada sumur ST-X2 masih memungkinkan untuk ditingkatkan laju
produksinya.
104
diperhitungkan kebutuhan tenaga (horse power). Hasil optimasi sumur ST-X2
dapat dilihat pada tabel 4.1 yang menunjukkan bahwa panjang langkah (S) adalah
68 inchi, kecepatan pompa (N) yang diperoleh adalah 5 spm, tanpa mengubah
kedalaman pompa dan ukuran pompa terpasang pada sumur ST-X2, laju produksi
yang diharapkan (q) sebesar 134,6 bbl/day dan efisiensi volumetris pompa (Ev)
adalah 70 %.
karena pada saat down stroke plunger akan terisi penuh oleh cairan sebelum
pompa tersebut naik (upstroke), sehingga akan terjadi keseimbangan antara fluida
yang masuk ke dalam working barrel dengan laju produksi sumurnya. Hasil
182,62 bpd dengan laju produksi yang diharapkan sebesar 134,6 bpd, sehingga
Penambahan panjang langkah (S) dan kecepatan pompa (N) secara teoritis
akan dapat meningkatkan laju produksi, dalam hal ini penambahan kecepatan
terlalu cepat akan mengakibat fluida tidak sempat masuk ke dalam planger pada
saat down stroke dan fluida tidak sempat keluar dari planger pada saat upstroke.
agar fluida masuk kedalam planger pada saat down stroke dan fluida keluar dari
pompa pada saat upstroke, sedangkan panjang langkah pemompaan yang besar
dan tidak sesuai dengan kecepatan pompa akan mengakibatkan terjadinya fluid
pound yaitu working barrel hanya terisi fluida sebagian saja sehingga pada saat
105
down stroke plunger hanya mengangkat sebagian cairan saja saat terjadi terjadi up
stroke, hal ini akan mengakibatkan laju produksinya kecil jika dibandingkan
pemompannya.
Seiring dengan berjalannya waktu potensi dari suatu sumur akan menurun,
hal ini menyebabkan ukuran pompa yang terpasang pada sumur ST-X1 dan ST-
X2 pada awal perencaan akan tidak sesuai lagi dengan kondisi dari sumur tersebut
sehingga mengubah efisiesi pompa dari sumur tersebut. Oleh karena itu pada
pompa kemudia memilih pompa yang sesuai dengan kondisi sumur saat ini. Tabel
106
3.5.2.1 Analisis Hasil Perencanaan Ulang Sumur ST-X1
Sumur ST-X1 pada saat ini beroperasi dengan pompa THM” 2,25” pada
efisiensi volemtris 13% hal ini dapat disebabkan karena kondisi sumur saat ini
tidak sesuai dengan pompa terpasang karena laju produksi (Ql) sumur yang terus
dari sumur mengalami penurunan. Oleh karena itu sumur ST-X1 perlu dilakukan
perencaan ulang dengan memilih ukuran pompa yang sesuai dengan kondisi
Dari hasil perencanaan ulang jika ukuran pompa terpasang pada sumur ST-
X1 diganti dengan ukuran pompa 1.25”, dengan panjang langkah (S) 42 inchi dan
jumlah stroke per menit (SPM) 21,01 SPM. Hasil perencanaan juga memberikan
efisiensi volumetris 81,5% dengan harapan laju produksi 123,2 bbl/day, laju
rangkaian rod string juga diubah sesuai dengan hasil perencanaan yaitu dari
Sumur ST-X2 pada saat ini beroperasi dengan pompa THM” 2,5” pada
efisiensi volemtris 24% hal ini dapat disebabkan karena kondisi sumur saat ini
tidak sesuai dengan pompa terpasang karena laju produksi (Ql) sumur yang terus
107
sehingga sumur ST-X2 perlu dilakukan perencaan ulang dengan memilih ukuran
Dari hasil perencanaan ulang jika ukuran pompa terpasang pada sumur ST-
X2 diganti dengan ukuran pompa 1.5”, dengan panjang langkah (S) 42 inchi dan
jumlah stroke per menit (SPM) 18 SPM. Hasil perencanaan juga memberikan
efisiensi volumetris 75% dengan harapan laju produksi 134 bbl/day, laju produksi
ini juga memperlihatkan adanya kenaikan produksi dari yang sebelumnya 118
bbl/day. Pada table 3.11 dapat dilihat bahwa rangkaian rod string juga dapat
diganti dari yang sebelumnya 3/4 “ dan 7/8” menjadi 5/8” dan ¾”.
kajian, penulis hanya membandingkan dari segi evisiensi volumtris dan laju
produksi yang diharapkan, karena dua parameter tersebut merupakan tujuan dari
evaluasi hasil optimasi dengan hasil perencanaan ulang sumur ST-X1 dan Sumur
ST-X2.
108
Dari tabel 3.12 terlihat bahwa sumur ST-X1 hanya perlu dilakukan perencanaan
ulang efisiensi volumtris adalah 81.5% dari kedua kedua perencanaan ini hanya
memiliki perbedaan laju produksi 1 bbl/day sehingga sumur ST-X1 tidak perlu
mengganti ukuran pompa hanya perlu mengubah panjang langkah (S) dan jumlah
stroke pompa per menit (N). Sumur ST-X2 dari hasil perencanaan ulang
memberikan efisiensi dan laju produksi yang lebih besar dari hasil optimasi yaitu
efisiensi 75% dan laju produksi 134 bbl/day, sehingga sumur ST-X2 perlu
ST-X2
Dalam sub bab ini penulis akan membahas biaya yang dibutuhkan untuk
melakukan perencanaan ulang, biaya yang dibutuhkan untuk lifting fluida sampai
ke permukaan dan waktu yang dibutuh agar biaya yang digunakan untuk
penggantian pompa dalam hal ini adalah well service. Dari pembahasa
sebelumnya yang perlu dilakukan penggantian pompa hanya pada sumur ST-X1.
perlu penggantian pada pompa ST-X2. Sumur ST-X1 hanya pengubahan panjang
109
Biaya yang diperlukan lapangan sangatta dalam melakukan perencanaan
dilakukan sendiri oleh PT. Pertamina Sangatta sehingga biaya yang keluar
hanyalah biaya sewah alat. Pada perawatan sumur di lapangan sangatta harga
sewa menara adalah Rp 60 juta per hari ( $ 4615,4 /day) waktu yang dibutuhkan
melakukan perawatan sumur adalah 2 hari sehingga biaya yang dibutuhkan untuk
berikut:
produksi lapangan sangatta khususnya pada sumur ST-X2. Dari data sejara
110
produksi sumur ST-X2 yang tersedia penulis melakukan peramalan penurunan
ini anggapan yang dibuat adalah harga minyak tidak mengalami perubahan, nilai
uang tidak mengalami perubahan artinya nilai uang sekarang sama dengan nilai
akan datang. Peramalan produksi akan datang dapat dilihat pada pada lamipiran 7.
Dari data ditas jika diplot Qo vs waktu akan didapat grafik seperti gambar 3.9
10
1
07/12/2012 06/05/2013 03/10/2013 02/03/2014 30/07/2014 27/12/2014 26/05/2015
time, tahun
Dari kurva pada gambar 3.9 dimabil dua titik kemudian duhintung harga
initial nominal decline rate (Di) kemudian menghitung Qo di waktu yang akan
–Di.t
datang dengan pesamaan q = qi x e . q yang didapat kemudian digunakan
111
Tabel 3.14 Peramalan Cumulative Income Untuk Waktu Akan Datang
Agar dapat menentukan pay out time diasumsikan bahwa pada 29 Mei
2015 dilakukan perencenaan ulang pompa pada sumur ST-X2 dan berakhir pada 6
Juni 2015. Oleh karena itu pada tanggal 29 Mei 2015 pendapatan = 0 dan karena
income pada 6 juni 2015 adalah - $ 9230,77, karena adanya perencanaan pada
112
Grafik Penentuan POT
100000
Komlatif Pendapatan
80000
Pay Out
60000
40000
20000
0
-20000
29/05/2015 28/06/2015 28/07/2015 27/08/2015
Waktu
digunakan dalam perencanaan ulang dari tanggal 29 Mei 2015 sampai 19 Juni
adalah 21 hari.
113
IV. PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari hasil pembahasan di bab sebelumnya pada sumur ST-X1 dan sumur
1). Sumur ST-X1 perlu mengubah panjang langkah dan jumlah stroke per menit
(N) menjadi 48” dan 6,9 SMP, akan menaikan efisiensi menjadi 86,5%
2). Sumur ST-X2 perlu mangganti ukuran pompa THM 2,5” menjadi THM
1,5” dengan panjang langkah 42”, stroke per menit 18,07 SPM, menaikan
evisiensi volumtris menjadi 75% dengan harapan laju produksi 134 BPD.
3). Biaya yang dibutuhkan untuk perencanaan ulang sumur ST-X2 adalah
sebesar $ 9230,77.
4.2 Saran
Dari hasil perencanaan ulang sucker rod saran yang dapat diberikan penulis
1. Pada sumur ST-X1 perlu diubah panjang langka dan jumlah stroke per
2. Ukuran pompa THM 2,5” pada sumur ST-X2 diganti menjadi ukuran
114
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia.
3. Brown, K, E., and Beggs, H.D., 1980 “The Technology of Artificial Lift
4. Brown, K, E., and Beggs, H.D., 1984, “The Technology of Artificial Lift
Indonesia.
6. Santosa, Eko, Budhi, 2000 “Teknik Produksi 1”, STEM Akamiga, Cepu,
Indonesia.
Indonesia.
115
Lampiran 1
116
Profile Sumur ST-X2
117
Lampiran 2
Data untuk membuat kurva IPR dengan menggunakan Voge Equation adalah
sebagai berikut:
Perhitungan Qmax:
qo P Pwf
2
= 1 − 0.2 wf − 0.8
q omax P
R P R
𝑄
𝑄𝑚𝑎𝑥 =
𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
1 − 0.2 ( 𝑃𝑟 ) − 0.8 ( )
𝑃𝑟 2
75
𝑄𝑚𝑎𝑥 =
64,3 64,32
1 − 0.2 (93,8) − 0.8 ( )
93,82
118
Tabel Perhitungan Ql Pada Pwf assumsi Sumur ST-X1
Pwf ass, Psig Pwf/Pr (Pwf/Pr)^2 Ql (Vogel), bbl/d
A B c = b2 d = 1-0.2b-0.8c
0 0 0 154.01
10 0.10661 0.011366 149.33
20 0.21322 0.045463 141.84
30 0.319829 0.102291 131.56
40 0.426439 0.18185 118.47
50 0.533049 0.284141 102.58
60 0.639659 0.409163 83.90
70 0.746269 0.556917 62.41
80 0.852878 0.727402 38.12
90 0.959488 0.920618 11.03
93.8 1 1 0.00
50
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ql, BPD
119
2. Membuat Kurva IPR Sumur ST-X2
Menghitung Qmax:
P 2
− 0.8 wf
qo P
= 1 − 0.2 wf
q omax P PR
R
𝑄
𝑄𝑚𝑎𝑥 =
𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
1 − 0.2 ( 𝑃𝑟 ) − 0.8 ( )
𝑃𝑟 2
118
𝑄𝑚𝑎𝑥 =
214 2142
1 − 0.2 ( ) − 0.8 ( )
512 5122
120
200 0.4662 0.217343 123.34
250 0.582751 0.339598 102.96
300 0.699301 0.489021 78.92
350 0.815851 0.665613 51.22
375 0.874126 0.764096 36.00
400 0.932401 0.869371 19.86
429 1 1 0.00
400
300
Pwf, Psig
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Ql, BPD
121
Lampiran 3
Data :
• SG Fluida = 0,88
• Diameter rod 7/8” dan 3/4” dari tabel dan perhitungan didapatkan :
M1 = 1,630 ln/ft
M2 = 2,16 lb/ft
122
L2 = 0.439 x L = 0,439 x 3478,4 = 1527,162 ft
Konstanta
Diameter Luas, Ap
Pompa
1½ 0.785 0.117
1 1/6 0.88 0.132
1¼ 1.227 0.182
1½ 1.767 0.262
1¾ 2.405 0.357
2 3.142 0.466
2¼ 3.976 0.59
2½ 4.909 0.728
2¾ 5.940 0.881
3¾ 11.045 1.640
4¾ 17.721 2.630
Ap = 3,976 in2
K = 0,590 bpd/in/spm
Wr = M1 x L1+ M2 x L2
= 6479,188 lb
3. Menentukan besarnya Wf :
Wf = 0,433 x G x L x Ap
123
= 0,433 x 0,88 x 3587.1 x 3,976
= 4544 lb
Pi = a + bq Pi = a + cq2
1 T
a = Wf + (0,9 − 0,5063 x SF) Wr − x SFx Ar
Ap 4
1 90000
= 4544 + (0,9 − 0,5063 x 0,65) 6479,2 − x 0,65 x 0,601
3,976 4
= - 137,483
b =
Wr x N
54600
(
1 + 0,5625 x SF + (1− 0,5625 x SF) C
P
)
=
6479,2 x N
(1 + 0,5625 x 0,65 + (1− 0,5625 x 0,65) x 0,33)
54600
= 0,187 N
c =
Wr
2
45120 x K x Ap x S
(
1+ 0,5625 x SF + (1− 0,5625 x SF ) C
P
)
=
6479,2
(1 + 0,5625 x 0,65 + (1 − 0,5625 x 0,65)0,33)
45120 x (0,590) 2 x 3,976 x S
= 0,446/ S
Pi = - 137,48 + (0,189 N) q
Pi = - 137,48 + (0,446/ S) q2
124
7. Kemudian mengeplot pasangan data (q, pi) untuk satu harga N pada kurva IPR
8. Demikian juga untuk harga S, hasilnya dapat di lihat pada tabel 3.4, dan hasil
plot pasangan data (q, Pi) untuk satu harga S dapat dilihat pada gambar.
9. Dari perpotongan kedua kurva tersebut didapatkan pasangan data (N, q) dan
(S, q) pada tabel 3.5. Plot pasangan data (N,q) dan (S,q) menjadi satu kurva
pada skala yang sama sehingga diperoleh kurva hubungan N dan S terhadap q.
Pwf Ql Pi @ N (Psig)
(Psig) (bbl/day) 6 7 8 9 10
0.0 154.0 35.2 64.0 92.8 121.6 150.4
10.0 149.3 30.0 57.9 85.8 113.7 141.6
20.0 141.8 21.6 48.1 74.6 101.1 127.6
30.0 131.6 10.0 34.6 59.2 83.8 108.4
40.0 118.5 -4.6 17.5 39.7 61.8 83.9
50.0 102.6 -22.4 -3.3 15.9 35.1 54.2
60.0 83.9 -43.4 -27.7 -12.0 3.6 19.3
70.0 62.4 -67.5 -55.8 -44.2 -32.5 -20.8
80.0 38.1 -94.7 -87.6 -80.5 -73.4 -66.2
90.0 11.0 -125.1 -123.1 -121.0 -118.9 -116.9
93.8 0.0 -137.5 -137.5 -137.5 -137.5 -137.5
125
KURVA IPR VS PUMP INTEK UNTUK SETIAP
HARGA N SUMUR ST-X1
100
90
80
70
Pump intek, Psig
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
Ql, bbl/day
Pwf Ql Pi @ S (Psia)
(Psia) (bbl/day) 20 30 40 50 60
0.0 154.0 391.8 215.4 127.2 74.2 39.0
10.0 149.3 360.1 194.3 111.3 61.6 28.4
20.0 141.8 311.5 161.8 87.0 42.1 12.2
30.0 131.6 248.7 120.0 55.6 17.0 -8.7
40.0 118.5 175.7 71.3 19.1 -12.2 -33.1
50.0 102.6 97.4 19.1 -20.1 -43.5 -59.2
60.0 83.9 19.6 -32.8 -58.9 -74.7 -85.1
70.0 62.4 -50.6 -79.5 -94.0 -102.7 -108.5
80.0 38.1 -105.1 -115.9 -121.3 -124.5 -126.7
90.0 11.0 -134.8 -135.7 -136.1 -136.4 -136.6
93.8 0.0 -137.5 -137.5 -137.5 -137.5 -137.5
126
KURVA IPR VS PUMP INTEK UNTUK BERBAGAI
HARGA S SUMUR ST-X1
100
90
S=20
80 S=30
Pump Intek (Psig)
70 S=40
60
s=50
50
40
30 S=60
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
Ql (bbl/day)
Ql (bbl/day) N (spm)
141 6
129 7
119 8
109 9
101 10
Ql (bbl/day) S (inchi)
92 20
111 30
124 40
135.5 50
144 60
127
KURVA N DAN S VS Q SUMUR X1
70 14
60 12
50 10
S (inchi)
40 8
N, SPM
30 6
20 4
10 2
0 0
90 100 110 120 130 140 150
Ql (bbl/day)
10. Dari kurva langkah (7) di peroleh data-data hasil optimasi sebagai berikut :
• N = 7,7 SPM
• S = 48 in
• q = 122 bbl/d
• Pwf = 48 psi
11. Menentukan peak polished rod load (PPRL) dan minimum polished rod load
(MPRL) :
a.
S xN2
α1 = (
x 1 + C
P
)
70500
48x 7,7 2
= x (1 + 0,33) = 0,054
70500
S xN2
α2 = x 1− C
(P
)
70500
48 x 7,7 2
= x (1 − 0,33) = 0,028
70500
128
b. PPRL =Wf + 0,9 Wr + α1 Wr – Pwf Ap
=10532,275 lb
MPRL =0,9 Wr - α2 Wr
=5808,22 lb
PPRL
Stress max =
Atr
10532,275
= = 17524,58 Psi
0,601
MPRL
Stress min =
Atr
5651
= = 9403,41 Psi
0,601
T
SA = + 0,5625 x S min x SF
4
90000
= + 0,5625 x 9403,41 x 0,65
4
= 18613,22 psi
129
PPRL + MPRL
Ci =
2
10532,275 + 5651,45
=
2
= 8091,86 lb
= 68280,13 in-lb.
Pwf
LN =L -
0,433 x G
64,3
= 3478,4 −
0,433 x 0,88
=3352,43 ft
S xN2
α =
70500
54 x 7,7 2
= = 0,045
70500
46,5 x L2 x α
ep =
30 x 10 6
130
46,5 x (3478,4) 2 x 0,045
=
30 x 10 6
=0,797 in.
5,20 x G x D x Ap x L
et =
E x At
=4,034 in.
𝐿1 𝐿2 5,20 x G x D x Ap x L
er =( + )𝑥
𝐴𝑟1 𝐴𝑟2 E x Ar
=14,5 in.
Sp =S + ep - (et + er)
=30,25 in.
V =K x Sp x N
=141 bbl
q
Ev = x 100 %
V
122
= x 100 % =86,5 %
144
131
17. Menentukan Horse Power Prime Mover :
Hh =(7,36 x 10-6) x q x L x G
=2,749 Hp
Hf =(6,31 x 10-7) x Wr x S x N
=1,7 Hp
=6,673 Hp
132
Lampiran 4
Data :
• SG Fluida= 0,8762
Perhitungan :
• Diameter rod ¾” dan 7/8” in, untuk menghitung panjang tiap rod kita
masing rod. Fraksi panjang dapat dihitung dengan persamaan pada tebel
133
Ukuran String, inch Harga R sebagai fungsi
dari Ap
R1 = 0,759 – 0,0896 Ap
5/8 – ¾
R2 = 0,241 + 0,0896 Ap
R1 = 0,786 – 0,0566 Ap
¾ - 7/8
R2 = 0,214 + 0,0566 Ap
R1 = 0,814 – 0,0375 Ap
7/8 – 1
R2 = 0,186 + 0,0375 Ap
R1 = 0,627 – 0,1393 Ap
5/8 – ¾ - 7/8 R2 = 0,199 + 0,0737 Ap
R3 = 0,175 – 0,0655 Ap
R1 = 0,644 – 0,0894 Ap
¾ - 7/8 – 1
R2 = 0,181 + 0,0478 Ap
R3 = 0,155 – 0,0146 Ap
R1 = 0,582 – 0,1110 Ap
R2 = 0,158 + 0,0421 Ap
¾ - 7/8 – 1 – 1 1/8
R3 = 0,137 – 0,0366 Ap
R4 = 0,123 + 0,0325 Ap
• M1 = 1,630 ln/ft
• M2 = 2,16 lb/ft
134
• L1 = 0,561 x L = 0,561 x 3336,9 = 1695,5 ft
Untuk harga At dan M terhiat pada tabel yang diberi arsir sebagai
berikut:
Konstanta
Diameter Luas, Ap
Pompa
(inch) (sq.in) (bbl/D/in./spm)
1½ 0.785 0.117
1 1/6 0.88 0.132
1¼ 1.227 0.182
1½ 1.767 0.262
1¾ 2.405 0.357
2 3.142 0.466
2¼ 3.976 0.59
2½ 4.909 0.728
2¾ 5.940 0.881
3¾ 11.045 1.640
4¾ 17.721 2.630
135
Ap = 4,909 in2
K = 0,728 bpd/in/spm
Wr = M1 x L1 + M2 x L1
= 6308,443 lb
= 5510,588 lb
Pi = a + bq Pi = a + cq2
1 T
a = Wf + (0,9 − 0,5063 x SF) Wr − x SFx Ar
Ap 4
1 90000
= 5510,6 + (0,9 − 0,5063 x 0,63) 6308,44 − x 0,65 x 0,601
4,909 4
= 65,69
b =
Wr x N
54600
(
1 + 0,5625 x SF + (1− 0,5625 x SF) C
P
)
=
6308,44 x N
(1 + 0,5625 x 0,65 + (1− 0,5625 x 0,65) x 0,33)
54600
= 0,182 N
c =
Wr
2
45120 x K x Ap x S
(
1 + 0,5625 x SF + (1 − 0,5625 x SF) C
P
)
136
=
6308,44
(1+ 0,5625 x 0,65 + (1− 0,5625 x 0,65)0,33)
45120 x (0,728) 2 x 4,909 x S
= 0,352/ S
Pi = 65,69 + (0,182 N) q
Pi = 65,69 + (0,352/ S) q
sehingga di peroleh harga Pi. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.7.
16. Kemudian mengeplot pasangan data (q, pi) untuk satu harga N pada kurva IPR
17. Demikian juga untuk harga S, hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.8 dan hasil
plot pasangan data (q, Pi) untuk satu harga S dapat dilihat pada gambar (3.7).
18. Dari perpotongan kedua kurva tersebut didapatkan pasangan data (N, q) dan
(S, q) pada tabel 3.9. Plot pasangan data (N,q) dan (S,q) menjadi satu kurva
pada skala yang sama sehingga diperoleh kurva hubungan N dan S terhadap q.
137
Harga PIP untuk Berbagai Harga N dan q Sumur ST-X2
Pwf Ql Pi @ N (Psia)
(Psia) (bbl/day) 2 4 6 8 10
0.00 168.29 126.94 188.19 249.44 310.69 371.93
50.00 162.54 124.85 184.00 243.16 302.31 361.47
100.00 153.13 121.42 177.15 232.88 288.61 344.34
150.00 140.06 116.67 167.64 218.62 269.59 320.57
200.00 123.34 110.58 155.47 200.36 245.24 290.13
250.00 102.96 103.16 140.63 178.10 215.57 253.04
300.00 78.92 94.41 123.13 151.85 180.58 209.30
350.00 51.22 84.33 102.97 121.61 140.25 158.89
375.00 36.00 78.79 91.89 105.00 118.10 131.20
400.00 19.86 72.92 80.15 87.38 94.61 101.84
429.00 0.00 65.69 65.69 65.69 65.69 65.69
Hasil Perehitungan Pada tabel jika diplot akan menghasilkan grafik seperti
gambar berikut:
N=8
250
N=6
200
N=4
150
N=2
100
50
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Ql (bbl/day)
138
Harga PIP untuk Berbagai Harga S dan q Sumur ST-X2
Pwf Ql Pi @ S (Psia)
(Psia) (bbl/day) 40 60 80 100 120
0.00 168.29 314.90 231.83 190.30 165.38 148.76
50.00 162.54 298.16 220.67 181.92 158.68 143.18
100.00 153.13 272.02 203.24 168.86 148.22 134.47
150.00 140.06 238.31 180.77 152.00 134.74 123.23
200.00 123.34 199.55 154.93 132.62 119.23 110.31
250.00 102.96 158.96 127.87 112.33 103.00 96.78
300.00 78.92 120.49 102.22 93.09 87.61 83.96
350.00 51.22 88.77 81.08 77.23 74.93 73.39
375.00 36.00 77.09 73.29 71.39 70.25 69.49
400.00 19.86 69.16 68.01 67.43 67.08 66.85
429.00 0.00 65.69 65.69 65.69 65.69 65.69
250
S=60
200
s=80 S=100
150
S=120
100
50
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Ql (bbl/day)
139
Hasil Perpotongan (N,q) dan (S,q) Sumur ST-X2
148 2 124 40
135.5 4 134 60
123 6 140 80
KURVA N DAN S VS Q
120 12
100 10
80 8
S (inchi)
N (spm)
60 6
40 4
20 2
0 0
100 110 120 130 140 150
Ql (bbl/day)
Dari Kurva pada gambar diatas jika dilihat harga S pada hasil pengeplotan
sedangkan sumur ST-X2 memiliki potensi sebesar 134.6 bbl/day sehingga dalam
140
19. Dari kurva langkah (9) di peroleh data-data hasil optimasi sebagai berikut :
• N = 5 SPM
• S = 68 in
• q = 129 bbl/d
18. Menentukan peak polished rod load (PPRL) dan minimum polished rod load
(MPRL) :
a. α1 =
S xN2
(
70500 x 1 + P
C )
68 x 5 2
= x (1 + 0,33)
70500
= 0,032
α2 =
S xN2
(
70500 x 1 − P
C )
68 x 5 2
= x (1 − 0,33)
70500
= 0,0162
=10531 lb
MPRL =0,9 Wr - α2 Wr
=5575,68 lb
141
19. Menentukan stress maksimum (Smax) dan stress minimum (Smin):
PPRL
Stress max =
Ar
10531
= = 17523,18 Psia
0,601
MPRL
Stress min =
Ar
5575,87
= = 9277,34 Psia
0,601
T
SA = + 0,5625 x S min x SF
4
90000
= + 0,5625 x 9277,34 x 0,65
4
= 18560 psi
PPRL + MPRL
Ci =
2
10531,43 + 5575,68
=
2
= 8053,56 lb
142
= (10531,43 – 0,95 x 8053,43) x 68 x 0,5
= 97938,79 in-lb.
Pwf
LN = L -
0,433 x G
175
= 3336,9 − = 2875,34 ft
0,433 x 0,8762
S xN2
α =
70500
68 x 5 2
= = 0,024
70500
46,5 x L2 x α
ep =
30 x 10 6
5,20 x G x D x Ap x L
et =
E x At
= 4 in.
𝐿1 𝐿2 5,20 x G x D x Ap x L
er = ( + )𝑥
𝐴𝑟1 𝐴𝑟2 E x Ar
143
1695,5 1641,1 5,20 x 0,8762 x 2917 x 4.909
= ( + )𝑥
0,447 0,601 30 .10 6
= 14,12 in.
Sp = S + ep - (et + er)
= 68 + 0,29 - (4 + 14,12)
= 50,169 in.
V = K x Sp x N
q
Ev = x 100 %
V
129
= x 100 % =70,64 %
182,616
Hh = (7,36 x 10-6) x q x G x LN
= 2,39 Hp
Hf = (6,31 x 10-7) x Wr x S x N
= 1,353 Hp
144
Hb = 1,5 (Hh + Hf)
= 5,618 Hp
145
Lampiran 5
ukuran pompa.
➢ Pr = 93,8 Psig
1. Penentuan Qoptimum
Perencaan sucker rod pump didasarkan pada produktifitas sumur dalam hal
ini adalah kurva IPR, dari kurva IPR akan didapat laju produksi yang
optimum (Ql optimum) dari sumur X1 dimana Qoptimum = 0.8 Qmax laju
146
IPR (Vogel) SUMUR ST-X1
100
90
80
70
Pwf design
60
Pwf, Psig
50
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ql, BPD
Pwf
L=H− + 100
0,433 ∗ SG
38
L = 3633,3 − + 100
0,433 ∗ SG
L = 3478,673 ft
147
Tabel Data Pompa dengan API size 57 dan Stroke 42 in
(Kelley & Willis)-B
148
➢ Rod String = 5/8” dan ¾”
Luas, Konstanta
Diameter
Ap Pompa
(inch) (sq.in) (bbl/D/in./spm)
1½ 0.785 0.117
1 1/6 0.88 0.132
1¼ 1.227 0.182
1½ 1.767 0.262
1¾ 2.405 0.357
2 3.142 0.466
2¼ 3.976 0.59
2½ 4.909 0.728
2¾ 5.940 0.881
3¾ 11.045 1.640
4¾ 17.721 2.630
149
➢ Ap = 1,227 in2
➢ K = 0,182 bbl/day/in2
➢ M1 = 1,160 lb/ft
➢ M2 = 1,630 lb/ft
➢ At = 1,812 in2
150
R2 = 0,241 + 0,0896 x Ap
= 0,241 +0,0896 x 1,227 = 0,351
L1 = R1 x L
= 0,649 x 3478,673 = 2257 ft
L2 = R2 x L
= 0,351 x 3478,673 = 1220,8 ft
5. Menentukan berat rod (wr) :
Wr =M1 x L1 + M2 x L2
= 4248,94 lb
6. Menentukan besarnya Wf :
=1150,415 lb
7. Menentukan peak polished rod load (PPRL) dan minimum polished rod load
(MPRL) :
𝑆𝑥𝑁
𝛼=
70500
42 𝑥 21,01
𝛼= = 0,265
70500
PPRL =Wf + Wr x (1 + α )
=6526,13 lb
=2647,3 lb
151
8. Menentukan stress maksimum (Smax) dan stress minimum (Smin):
PPRL
Stress max =
Atr2
6526,13
= =14779,63 Psi
0,442
MPRL
Stress min =
Atr1
2647,3
= = 5995,306 Psia
0,442
T
SA = + 0,6525 x Smin x SF
4
90000
= + 0,6525x 5995,306 x 0,65
4
=17167,759 psi
PPRL + MPRL
Ci =
2
6526,13 + 2647,3
=
2
=4586,715 lb
152
=(6526,13 – 0,95 x 4586,715) x 42 x 0,5
=45543,762 in-lb.
32,8 x L2 x α
ep =
30 x 10 6
5,20 x G x D x Ap x L
et =
E x At
= 1,214 in.
L1 L2 5,20 x G x D x Ap
er = ( + )x
Ar1 Ar2 E
= 6,405 in.
Sp = S + ep - (er + et)
= 39,355 in.
V = K x Sp x N
153
14. Efisiensi volumetris (Ev)
q
Ev = x 100 %
V
123,21
= x 100 % =74 %
151,12
Hh = (7,36 x 10-6) x q x G x LN
= 2,776 Hp
Hf = (6,31 x 10-7) x Wr x S x N
= 2,376 Hp
= 7,728 Hp
154
Lampiran 6
➢ Pr = 429 Psig
1. Penentuan Qoptimum
Perencaan sucker rod pump didasarkan pada produktifitas sumur dalam hal
ini adalah kurva IPR, dari kurva IPR akan didapat laju produksi yang
optimum (Ql optimum) dari sumur X2 dimana Qoptimum = 0.8 Qmax laju
400
Pwf, Psig
300
Pwf design
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Ql, BPD
155
2. Kedalaman Pomp
Pwf
L=H− + 100
0,433 ∗ SG
174
L = 3689,7 − + 100
0,433 ∗ SG
L = 3332,955 ft
156
Kedalaman Plunger Tubing Rod Kecepatan
1150 - 1300 2¾ 3 ⅞ 24 – 19
1300 - 1450 2½ 3 ⅞ 24 – 19
1450 - 1850 2¼ 2½ ¾ 24 – 19
1850 - 2200 2 2½ ¾ 24 – 19
2200 - 2500 1¾ 2½ ¾ 24 – 19
Pemilihan ukuran planger dan rod dari hasil pembacaan grafik dan table
didapat:
157
Tabel Penentuan Ar1 dan Ar2
¾ 0.447 1.63
1 0.785 2.88
➢ Ap = 1,767 in2
➢ K = 0,262 bbl/day/in2
➢ M1 = 1,160 lb/ft
158
➢ M2 = 1,630 lb/ft
➢ At = 1,812 in2
159
= 0,399 x 3332,955 = 1330,93 ft
5. Menentukan berat rod (wr) :
Wr =M1 x L1 + M2 x L2
= 4491,76 lb
6. Menentukan besarnya Wf :
=1740,878 lb
7. Menentukan peak polished rod load (PPRL) dan minimum polished rod load
(MPRL) :
𝑆𝑥𝑁
𝛼=
70500
42 𝑥 18,07
𝛼= = 0,195
70500
PPRL =Wf + Wr x (1 + α )
=7106,83 lb
=3115,567 lb
PPRL
Stress max =
Atr2
160
7106,83
= =15898,97 Psi
0,442
MPRL
Stress min =
Atr1
3115,567
= = 6969,95 Psia
0,442
T
SA = + 0,6525 x Smin x SF
4
90000
= + 0,6525x 6969,95 x 0,65
4
=17581,129 psi
PPRL + MPRL
Ci =
2
7106,84 + 3115,567
=
2
=4860,203 lb
=52282,555 in-lb.
161
45,6 x L2 x α
ep =
30 x 10 6
5,20 x G x D x Ap x L
et =
E x At
= 0,226 in.
L1 L2 5,20 x G x D x Ap
er = ( + )x
Ar1 Ar2 E
= 7,364 in.
Sp = S + ep - (er + et)
= 37,761 in.
V = K x Sp x N
q
Ev = x 100 %
V
134
= x 100% =75 %
178,817
162
16. Menentukan Horse Power Prime Mover :
Hh = (7,36 x 10-6) x q x G x LN
= 2,893 Hp
Hf = (6,31 x 10-7) x Wr x S x N
= 2,152 Hp
= 7,566 Hp
163
Lampiran 7
Lampiran 7: Perhitungan Keekonomian Sumur ST-X2
1. Peramalan Penurunan Produksi Sumur ST-X2
Data Produksi Sumur ST-X2:
164
GaraGrafi Ploting Qo vs Waktu Sumur
ST-X2
165
Dari Gambar diatas kemudian diambil dua titik untuk menetukan harga Di harga
Hasil Pembacaan:
3. T = 140 hari
𝑄
ln [ ]
𝑄𝑖
Di =
𝑡
18
ln [ ]
19
Di = 140
30.5
Di = -0.0812
Qt = Qi x e -0.0812t
Assumsi:
1. nilai uang sekarang sama dengan nilai uang di waktu yang akan
datang.
166
Hasil peramalan Q perhitungan harga produksi komulatif (Np) dan income
Misal : Misal pada tanggal 29 Mei 2015 dilakukan perawatan pada Sumur
ST-X2 dan berakhir pada tanggal 6 Juni 2015. Sehingga Pada 29 Mei 2015
produksi kita sama dengan 0 (Qo = 0), oleh karena itu Np dan income pada
Income setelah
Bulan t (day) Qo Np perencanaan
ulang
5/29/2015 7 0 0 0
6/6/2015 30 203.4486 203.4486 -9230.77
7/6/2015 31 202.8986 406.3472 13184.49
8/6/2015 30 202.3502 608.6974 25932.55
9/6/2015 31 201.8032 810.5005 38646.15
10/6/2015 30 201.2577 1011.758 51325.38
11/6/2015 31 200.7137 1212.472 63970.35
12/6/2015 30 200.1711 1412.643 76581.13
167
Hasil ploting tabel perhitungan pendapatan setelah melakukan perencanaan
ulang seperti pada gambar beriku:
Grafik Penetuan Pay Out Time
-20000
-40000
29/05/2015 28/06/2015 28/07/2015 27/08/2015
Waktu
168
Lampiran 8
Tabel API Grade A, Desain data untuk unit API 40 dengan 34-in
Plunger Tubing Rod Kecepatan
pompa Size Size Size pompa SPM
(ft) (in) (in) (in) (stroke/menit)
1000 – 1100 2¾ 3 ⅞ 24 – 19
1100 – 1250 2½ 3 ⅞ 24 – 19
1250 – 1650 2¼ 2½ ¾ 24 – 19
1650 – 1900 2 2½ ¾ 24 – 19
1900 – 2150 1¾ 2½ ¾ 24 – 19
2150 – 3000 1½ 2 ⅝-¾ 24 – 19
3000 – 3700 1¼ 2 ⅝-¾ 22 – 18
3700 – 4000 1 2 ⅝-¾ 21 – 18
Tabel API Grade B, Desain data untuk unit API 57 dengan 42-in
169
Tabel Grade C, Desain data untuk unit API 80 dengan 48-in
Tabel API Grade D, Desain data untuk unit API 114 dengan 54-in
Kedalaman Plunger Tubing Rod Kecepatan
pompa Size Size Size pompa SPM
(ft) (in) (in) (in) (stroke/menit)
1700 - 1900 2¾ 3 ⅞ 24 – 19
1900 - 2100 2½ 3 ⅞ 24 – 19
2100 - 2700 2¼ 2½ ¾ 24 – 19
2700 - 3300 2 2½ ¾ 23 – 18
3300 - 3900 1¾ 2½ ¾ 22 – 17
3900 - 5100 1½ 2 ⅝-¾ 21 – 17
5100 - 6300 1¼ 2 ⅝-¾ 19 – 16
6300 - 7000 1 2 ⅝-¾ 17 – 16
170
Tabel API GradeE, Desain data untuk unit API 160 dengan 64-in
Tabel API Grade F, Desain data untuk unit API 228 dengan 74-in
Kedalaman Plunger Tubing Rod Kecepatan
pompa Size Size Size pompa SPM
(ft) (in) (in) (in) (stroke/menit)
2400 - 2600 2¾ 3 ⅞ 24 – 20
2600 - 3000 2½ 3 ⅞ 23 – 18
3000 - 3700 2¼ 2½ ¾-⅞ 22 – 17
3700 - 4500 2 2½ ¾-⅞ 21 – 16
4500 - 5200 1¾ 2½ ¾-⅞ 19 – 15
5200 - 6800 1½ 2 ⅝-¾-⅞ 18 – 14
6800 - 8000 1¼ 2 ⅝-¾-⅞ 16 – 13
8000 - 8500 11⁄16 2 ⅝-¾-⅞ 14 – 13
171
Grade G, Desain data untuk unit API 320 dengan 84-in
Kedalaman Plunger Tubing Rod Kecepatan
pompa Size Size Size pompa SPM
(ft) (in) (in) (in) (stroke/menit)
2800 - 3200 2¾ 3 ⅞ 23 – 18
3200 - 3600 2½ 3 ⅞ 21 – 17
3600 - 4100 2¼ 2½ ¾-⅞-1 21 – 17
4100 - 4800 2 2½ ¾-⅞-1 20 – 16
4800 - 5600 1¾ 2½ ¾-⅞-1 19 – 16
5600 - 6700 1½ 2½ ¾-⅞-1 18 – 15
6700 - 8000 1¼ 2½ ¾-⅞-1 17 – 13
8000 - 9500 11⁄16 2½ ¾-⅞-1 14 – 11
172