12-K-502 B
DI PT. PERTAMINA (PERSERO)
UP VI BALONGAN
Oleh :
MENYETUJUI
Pembimbing Kertas Kerja Wajib
MENGETAHUI
Ka. Program Studi Teknik Instrument & Elektronika
MENGETAHUI
KA. PENGEMBANGAN – RENBANG
SDM UP IV BALONGAN
MENGETAHUI MENYETUJUI
KA. JASA PEMELIHARAAN PEMBIMBING PRAKTEK
KILANG ( JPK ) II KERJA LAPANGAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di PT. Pertamina UP VI Balongan yang berlangsung dari tanggal 03 Maret
2008 s/d 31 april 2008.
Bersamaan dengan selesainya PKL tersebut, penulis juga dapat
menyelesaikan Kertas Kerja Wajib dengan judul : “Sistem Pengaman Pada
Kompresor 12-K-502 B di PT. Pertamina (Persero) UP VI Balongan”.
Kertas Kerja Wajib ini disusun berdasarkan data – data yang diperoleh
penulis selama mengikuti PKL di Pertamina UP IV Balongan, dan dari buku –
buku referensi serta materi – materi pelajaran selama perkuliahan.
Dengan selesainya PKL dan Kertas Kerja Wajib ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang setulus – tulusnya kepada :
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini
masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran masih sangat dibutuhkan.
Namun demikian penulis berharap semoga Kertas Kerja Wajib (KKW) ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bobby Tahar
NIM. 420708 / A
i
INTISARI
ii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan ........................................................................... 3
iii
4.4.2 Sistem Pengaman LSHH (Level Switch High High) 451 …… 27
4.4.3 Sistem Pengaman PSLL (Pressure Switch Low Low) 457 ….. 27
4.4.4 Sistem Pengaman VSHH (Vibrati Switch High High) 401 ….. 28
4.4.5 Sistem Pengaman LSLL (Level Switch Low Low) 401/402 … 29
4.4.6 Sistem Pengaman XA 401 / 402 (Main Motor) ……………… 30
4.4.7 Sistem Pengaman XA 405 / 406 (Excessive Time Unloading) 31
4.4.8 HS 411 / 412 (Emergency) …………………………………... 32
V. PENUTUP ………………………………………………………………..... 33
5.1 Simpulan ……………………………………………………………... 33
5.2 Saran ………………………………………………............................. 34
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 35
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
I. PENDAHULUAN
suatu alat yang dapat menggantikan peranan manusia, karena pada industri migas
risiko yang dihadapi sangat besar. Fungsi dari peralatan – peralatan ini adalah
manusia tersebut tidak akan selalu dapat berjalan / berfungsi dengan baik, sering
juga terjadi suatu error atau keadaan diluar kendali. Oleh karena itulah pada
Dapat kita ambil sebuah contoh, sesuai dengan judul KKW penulis yaitu
gangguan berupa PSLL ( Pressure Switch Low Low ) pada lube oilnya maka
dengan terjadinya hal ini dapat mengakibatkan kompresor tidak bekerja secara
mengakibatkan aus pada bagian – bagian yang bergerak (Piston) dan yang
kondisi ini dapat ditangani yaitu dengan cara membuat sistem pengaman pada
mendeteksi tekanan pada lube oil / pelumas, namun secara tidak langsung
1
pengaman PSLL ini juga berfungsi untuk mengamankan kompresor. Karena
apabila tekanan lube oil atau pelumas rendah (telah menyentuh batas PSLL) maka
sistem pengaman akan membuat mati / trip kompresor. Hal ini dimaksudkan
1.2 Tujuan
instrumentasi.
Pertamina UP VI Balongan.
Dalam penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini, akan dibatasi mengenai
kompresor 12-K-502 B. Penulis tidak membahas tentang set point untuk tiap –
2
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini penulis membagi dalam lima bab,
dimana tiap – tiap bab dibagi lagi kedalam beberapa sub bab.
Adapun isi dan pembahasan dari masing - masing bab dan sub bab adalah
sebagai berikut :
I Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah,
II Orientasi Umum
logika.
IV Pembahasan
operasi kompresor 12-K-502 B dan cara kerja sistem pengaman pada kompresor
V Penutup
Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran, selama penulis
3
II. ORIENTASI UMUM
1990 didesa Balongan, kabupaten Indramayu Jawa barat. Ada beberapa hal lain
Relatif dekat dengan konsumen BBM terbesar yaitu DKI Jakarta dan Jawa
barat.
Telah tersedianya sarana penunjang yaitu : UPPDN III Terminal UEP III,
produktif.
Pada saat membangun proyek kilang ini diberi nama EXOR I (Export
untuk ekspor. Sesuai perkembangan di Indonesia maka kilang ini beralih fungsi
utama untuk memecahkan masalah pengolahan minyak mentah berat yang berasal
dari lapangan Duri dan minas. Kapasitas kilang Pertamina UP-VI balongan adalah
125.000 BPSD dengan perbandingan 50% Duri dan Minas 50%. Kilang yang
dibangun pada tahun 1990 ini mulai beroperasi pada bulan Mei 1994 sehingga
4
konfigurasi kilang dititk beratkan pada pengubahan kandungan residu yang
dominan pada minyak mentah berat tersebut, menjadi produk – produk yang
berharga melalui proses perengkahan yang di bantu oleh katalis yaitu terdapat
bakar minyak di pasaran Asia dan Afrika Menjelang tahun 2000. minyak mentah
dari Duri dan Minas tergolong minyak yang nilai ekonomisnya rendah karena
proses pengolahan. Kedua hal di atas menyebabkan minyak mentah Duri dan
Duri dan Minas akan menghasilkan residu sekitar 80% yang murah harganya.
yang memiliki nilai yang lebih tinggi, hal inilah yang membuat kilang UP-VI
(persero) UP-VI Balongan memiliki komposisi 50% untuk Crude Minas dan 50%
untuk Crude duri. Selain itu UP-VI juga mengembangkan proyek PLLB (Proyek
Langit Biru Balongan), proyek yang direalisasikan pada bulan Juni tahun 2005.
Unit ini bermaksud untuk mewujudkan bahan bakar bensin yang ramah
5
Platforming dan Phenex untuk menghasilkan gasoline yang memiliki kandungan
memiliki 6 bagian produksi yang saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian
Bagian HSC terdiri atas sub bagian / area fasilitas sebagai berikut ;
6
2. Distilation and Hydrotreating Complex (DHC)
4. Utilities
7
• Cooling Water (Unit 56)
5. Laboratorium
• Seksi Teknologi
• Seksi Pengamatan
• IPAL cair
• Produk Utama
8
Mogas Componen) dengan perbandingan tertentu. Produk utama yang dihasilkan
• Produk Samping
menerangkan hubungan kerja antara bagian yang satu dengan yang lainnya dan
juga mengatur hak dan kewajiban masing – masing bagian. Tujuan dibentuknya
direncanakan.
9
S TRUKTUR ORGANISASI Lampiran I Surat Keputusan
UNIT PENGOLAHAN VI Nomor : Kpts - /E16000/2005-S0
(SK Dir. P No. Kpts-001/E00000/2004- S0) Tanggal : Mei 2005
DIR.PE NGOLAHAN
G M UP VI
PERENCANAAN DAN
ENG. BANG LKKK SIK KEUANGAN UMUM SDM JASRUM
KEEKONOMIAN
PROSES P ERENCANAAN
PK, LAT & ADM OPS TEL JAR KONTROLLER HKP P &B PENGADAAN
ENJINERING PRODUKSI
PROYEK LINDUNGAN
PERBENDAHARAAN S EKURITI HIK FASUM
ENJINERING LINGKUNGAN
O& P MARINE
JASA PEMELIHARAAN
KILANG
KILANG
10
KES SDM
SHIFT SUPERINTENDE NT
PERTAMINA
Pertamina UP VI Balongan memiliki sebuah badan organisasi yang
- Bagian Engineering
- Bagian Relibility
- Bagian Pemeliharaan
- Bagian bengkel
- Bagian Logistik
- Bagian keuangan
fasilitas seperti : Rumah Sakit, perumahan dinas, Sarana Pendidikan, sarana olah
11
III. TINJAUAN PUSTAKA
suatu variable proses sesuai dengan yang diinginkan. Adapun fungsi dari suatu
tentang besaran nilai proses variable yang diukur. Misalnya: Pressure, Level,
Temperatur,dan Flow.
operasi agar variable proses yang di dikendalikan dapat sesuai dengan nilai ( set
mengalami gangguan yaitu dengan menggunakan alarm dan lampu dan akan
mematikan suatu proses apabila gangguan yang terjadi tidak dapat ditangani.
dikelola, apakah sudah memenuhi persyaratan yang diinginkan. Baik dari segi
12
jumlah produksi maupun untuk mengetahui polusi dari hasil buangan sisa
produksi.
Pressure ( Tekanan )
Flow ( Aliran )
mekanik menjadi energi kinetik ( gas / udara ). Kompresor ini banyak jenisnya,
namun pada unit 12 (ARHDM) ini jenis kompresor yang digunakan adalah jenis
reciprocating / torak.
itulah dalam pemilihan jenis kompresor kita harus dapat memilih jenis apa yang
13
cocok dipakai sesuai dengan apa yang dikompres pada unit tempat dimana
Keunggulan :
4. Lebih murah dan efisien ( untuk range kapasitas dan tekanan tertentu ).
Kelemahan :
4. Kurang Releable.
pengamanan baik bagi peralatan produksi dari suatu proses maupun bagi
pekerjanya.
14
Suatu sistem pengaman biasanya terdiri dari :
Peralatan Input
Flow switch, Level switch, Temperatur switch, Tombol Push button, Selector
switch, Dll.
Sistem logika
Sistem Logika dapat berupa : Gerbang logika. Sistem ini biasanya terdiri
dari gerbang logika dasar misalnya, gerbang logika AND, OR dan NOT.
Sistem Alarm
kepada operator tentang kondisi proses yang berjalan tidak normal, peralatan yang
Peralatan Output
Shutdown
sebagian peralatan proses. Kejadian ini terjadi apabila kondisi aman sudah
dilampaui / dilewati, dan kondisi alarm gagal dikoreksi sehingga variable proses
suatu proses produksi haruslah dirancang dengan sebaik mungkin hal ini
15
dimaksudkan untuk mempermudah perbaikan sehingga operator tidak akan
berikut :
operator, karena bila sistem dibuat rumit maka operator akan cenderung
B. Dokumentasi harus dibuat jelas dan mudah dimengerti oeh operator dan
sistem bekerja.
F. Sistem dibuat mudah sehingga operator tidak akan melakukan by pass, dan
diperlukan untuk star up atau tombol – tombol tertentu saja seperti : star,
G. Sistem alarm dan interlock dibuat untuk menghasilkan Failsafe ( bila ada
gangguan listrik ).
16
I. Sumber daya / power supply untuk sistem shutdown, logika dan
J. Bila diperlukan by pass, misalnya untuk star up maka by pass harus dapat
dilakukan.2.7)
dengan yang diinginkan, di butuhkan juga suatu sistem pengaman yang berfungsi
untuk mengantisipasi apa bila terjadi kegagalan pada sistem pengendali. Sistem
menimbulkan kondisi yang tidak aman akan dimonitor dan diperiksa terhadap
batas aman yang telah ditentukan secara terus menerus. Sedangkan peratan yang
3.4.1 RELAY
Relay adalah salah satu alat pada sistem pengaman yang bekerja
dan NC. Kontak – kontak dari relay ini dipergunakan pada sistem pengaman
17
Prinsip kerja dari relay adalah pada tegangan terpasang (energize),
kontak – kontak akan saling berpindah posisi dari NO menjadi Close atau dari NC
menjadi Open. Pada saat operasi normal relay – relay tersebut dalam keadaan
terpasang (energized), agar pada saat terjadi gangguan maka relay – relay tersebut
akan terputus tegangannya (de- energized). Gambar dari bagian – bagian relay ini
yang digunakan. Adapun alat ini hanya memiliki dua posisi switch kontak yaitu
Kata normal berarti keadaan saklar atau kontak dalam kondisi tidak
18
Normally Closed (N.C.)
Seperti sudah disebut di atas, kata normal berarti keadaan suatu saklar atau
switch dalam kondisi tidak dioperasikan. Artinya pada kondisi normal sakelar
prinsip kerja dari suatu sistem pengaman. Berikut ini akan diuraikan secara
pengaman yang menggunakan sistem logika, disertai dengan prinsip kerjanya dan
table kebenarannya.
Prinsip kerja dari gerbang logika AND ini adalah: outputnya akan
berlogika 1 ( satu ) apabila ke dua - dua inputnya atau lebih mempunyai logika 1
( satu ). Dan akan berlogika 0 ( nol ), apabila salah satu atau lebih input berlogika
0 ( nol ).
19
3.5.2 Gerbang logika OR
Prinsip kerja dari gerbang logika OR ini adalah: outputnya akan berlogika
1 ( satu ) apabila salah satu input nya atau lebih mempunyai logika 1 ( satu ). Dan
akan berlogika 0 ( nol ), apabila ke dua input atau lebih berlogika 0 ( nol ).
dengan persamaan Y = A + B.
INPUT OUTPUT
A B A+B=F
A
0 0 0
F
0 1 1
B
1 0 1
1 1 1
Gerbang logika NOT bisa juga disebut sebagai Inverter. Gerbang ini
hanya mempunyai satu input dan satu output, gerbang ini merupakan rangkaian
logika yang akan selalu memberikan output yang berlawanan dengan input.
A B
A B
1 0
0 1
20
IV. PEMBAHASAN
”reciprocating” atau jenis torak bolak - balik yang digerakkan dengan motor
perbedaannya sehingga pada saat pengoperasian hanya satu kompresor saja yang
dioperasikan sedangkan yang satunya lagi sebagai cadangan dan dalam keadaan
21
stand by ( siap beroperasi), jika kompresor yang sedang running mengalami
gangguan sehingga mati / shut down maka kompresor yang menjadi cadangan
tadilah yang akan dihidupkan menggantikan fungsi dari kompresor yang trip tadi.
Adapun fungsi dari kompresor ini adalah mengkompres off gas yang
terdapat pada vessel 12-V-505 yang berasal dari top kolom fraksinator 12-C-501,
ke vessel 506 dan 507. Sebelum masuk ke dalam vessel 505 off gas melewati 12-
Setelah off gas berada pada vessel 505 kompresor 12-K-502 B ini bekerja
untuk mengkompres gas menuju vessel 506, kompresor ini mengkompres gas
dengan dua tahap yaitu 1st stage (first stage) dan 2nd stage (second stage). Dimana
pada tahap pertama gas akan dikompres ke vessel 506 untuk menjebak air yang
terkandung pada off gas, kemudian off gas dikompres kembali pada stage kedua
dari vessel 506 menuju ke vessel 507. Sebelum masuk ke vessel 507 off gas
sehingga gas yang masuk kedalam vessel 507 sudah berupa light naphta dan
sudah bisa dipisahkan antara light naphta dan off gas. Sedangkan gas sisa dari
vessel 507 ini sudah tidak untuk diolah lagi melainkan langsung disalurkan ke
22
Untuk lebih jelasnya fungsi dari kompresor 12-K-502 B dapat di lihat pada
gambar 4.2.
From Fraksinator
Top Vapor 12-C-501
12-E-505
Light Naphtha
To Pump
12-P-509 A & B
1 st 2 nd
Stage Stage
12-K-502 B 12-K-502 B
First Stage Second Stage
relay pengaman tersebut. Sehingga kontak dari relay akan terpasang (terhubung),
41. Relay 41 ini yang menjadi perantara untuk meng-energizedkan relay 40.
23
Kaki dari relay 40 ini terhubung ke 4 bagian dimana salah satu kakinya
kompresor mulai starting maka relay – relay pengaman harus terus berada dalam
keadaan energized (terhubung), dan hanya akan de- energized (terputus) dan
mengakibatkan kompresor mati apabila terjadi gangguan pada salah satu sistem
dan relay sebagai media yang akan menghubungkan atau memutuskan sistem
pengaman . Switch / sakelar yang digunakan pada pengaman tergantung dari apa
Pressure (tekanan) dan lain-lain. Sistem pengaman ini juga menggunakan relay
dimana setiap pengaman memiliki satu buah relay dan setiap relay memiliki
sambungan kaki relay tadi ada satu kaki relay yang terhubung ke kaki relay
dapat diambil satu kesimpulan, bahwa sistem pengaman kompresor ini terhubung
seri, atau menggunakan gerbang logika AND (output akan berlogika 1 apabila
seluruh inputnya berlogika 1). Sehingga apabila salah satu sistem pengaman ada
24
Dibawah ini adalah gambar gerbang logika Sistem pengaman kompresor 12-K-
502 B
Relay 26 Spare
Relay 27 Spare
kesetabilan proses agar dapat berjalan sesuai kemampuan peralatan serta hasil
proses sesuai dengan keinginan operasi yang mengacu pada specifikasi peralatan
proses. Disamping itu, sistem pengaman ini juga berfungsi untuk menjaga
25
4. Sistem Pengaman VSHH (Vibration Switch High High) 401 / 402
dalam vessel 12-V-505, karena pada vessel 12-V-505 jumlah liquid yang
terkandung dibatasi hanya 1,1 % karena jika di dalam vessel terdapat liquid lebih
dari 1,1 % akan sangat berpengaruh terhadap kerja kompresor, karena akan sangat
Kompresor akan mati apabila level liquid telah sampai pada batas LSHH.
Peralatan yang digunakan pada sistem pengaman LSHH ini adalah level switch,
level switch ini mempunyai sensor berupa floater. Pada saat proses operasi
berjalan normal, level switch ini dalam keadaan NC (Normally Close). Level
switch ini terhubung ke relay yang berfungsi sebagai pengaman yaitu relay 20,
keadaan relay pada saat sebelum mendapatkan tegangan adalah (Normally Open).
Sehingga dengan adanya tegangan dari level switch akan membuat kontak kaki
Prinsip kerja dari pengaman ini adalah pada saat terjadi gangguan / level
liquid telah menyentuh batas LSHH maka kontak level switch akan berpindah dari
posisi NC (terhubung) menjadi open (terputus). Hal ini disebabkan karena floater
yang berfungsi sebagai sensor dari level switch berhubungan langsung dengan
26
media yang dideteksi. Dan sifat dari floater adalah ia akan selalu mengikuti level
dari cairan / liquid, dan dengan terputusnya level switch akan membuat
terputusnya tegangan pada relay 20, akibatnya kontak kaki relay 20 akan kembali
ke relay 40 juga akan de- energized (terputus) sehingga kompresor akan mati.
Pada dasarnya prinsip kerja dari pengaman LSHH 451 ini sama dengan
pengaman pada LSHH 744, namun perbedaannya terdapat dari letak pengaman,
karena pengaman LSHH 451 ini berfungsi untuk mendeteksi level liquid pada
vessel 12-V-506, selain itu perbedaan juga terdapat pada relay karena pada
pengaman LSHH 451 ini menggunakan relay 21, namun kaki relay ini terhubung
seri dengan kaki relay 20 milik pengaman LSHH 744 dan relay lainnya yang juga
4.4.3 Sistem Pengaman PSLL (Pressure Switch Low Low) 457 / 470
Pengaman Pressure Switch Low Low 457 / 470 ini berfungsi untuk
melumasi bagian - bagian peralatan dari kompresor terutama pada bagian yang
Kompresor akan mati apabila tekanan pada lube oil rendah dan tekanan
shutdown. Peralatan yang digunakan pada sistem pengaman PSLL ini adalah
27
pressure switch, dimana pressure switch ini bekerja berdasarkan tekanan. Pada
saat proses operasi berjalan normal (tekanan terpenuhi) pressure switch ini dalam
berfungsi sebagai pengaman yaitu relay 22, keadaan relay pada waktu normal
switch akan membuat kontak kaki relay berpindah dari open menjadi close
(terhubung).
Prinsip kerja dari pengaman ini adalah pada saat tekanan lube oil rendah
dan telah sampai pada batas PSLL maka kontak pressure switch akan berpindah
pressure switch akan membuat terputusnya tegangan pada relay 22, akibatnya
kontak kaki relay 22 akan kembali ke posisi NO (terputus). Bersamaan dengan itu
relay 41 yang menjadi perantara ke relay 40 juga akan de- energized (terputus)
4.4.4 Sistem Pengaman VSHH (Vibrasi Swich High High) 401 / 402
Pengaman Vibrasi Swich High High 401 / 402 ini dipasang / digunakan
untuk mendeteksi maksimum vibrasi atau getaran yang terjadi pada kompresor.
Baik gangguan vibrasi yang berasal dari komponen kompresor itu sendiri maupun
vibrasi yang berasal dari kompresor itu sendiri misalnya : adanya getaran yang
terjadi pada piston, Miss Aligment (Tidak lurusnya poros penggerak dengan poros
yang digerakkan). Sedangkan gangguan vibrasi yang berasal dari luar / gangguan
28
Kompresor akan trip / mati apabila vibrasi atau getaran yang terjadi pada
kompresor telah melebihi batas normal yang telah ditentukan. Pada sistem
pengaman ini digunakan Vibration switch, pada saat proses operasi berjalan
switch ini terhubung ke relay yang berfungsi sebagai pengaman yaitu relay 23,
dialiri arus listrik dari Vibration switch akan membuat kontak kaki relay
Prinsip kerja dari pengaman ini adalah pada saat getaran yang terjadi
tinggi dan telah sampai pada batas VSHH maka kontak Vibration switch akan
terputusnnya Vibration switch akan membuat terputusnya tegangan pada relay 23,
dengan itu relay 41 yang menjadi pengantar ke relay 40 juga akan kembali ke
4.4.5 Sistem Pengaman LSLL (Level Swich Low Low) 401 / 402
Pengaman Level Swich Low Low 401 / 402 ini berfungsi untuk mendeteksi
29
kelancaran operasi tersebut, karena jika kebutuhan akan pelumas tidak terpenuhi /
tercukupi maka pada bagian - bagian yang bergerak akan Aus terutama pada
bagian yang bergesekan. Oleh sebab itulah diperlukan suatu sistem pengaman
yang mampu mendeteksi kebutuhan pelumas yang diperlukan oleh kompresor 12-
Kompresor akan trip / mati apabila level lubricator telah menyentuh batas
LSLL, peralatan yangdigunakan pada sistem pengaman LSLL ini adalah level
switch. Pada saat level lubricator masih normal (memenuhi batas set point), level
switch dalam keadaan NC (Normally Close), Level switch ini terhubung ke relay
yang berfungsi sebagai pengaman yaitu relay 24, keadaan relay pada waktu
level switch akan membuat kontak kaki relay berpindah dari open menjadi close.
Adapun prinsip kerja dari LSLL 401 / 402 ini adalah apabila level
lubricator oil atau pelumas sudah sampai pada batas LSLL maka level switch
akan berpindah dari posisi NC (terhubung) menjadi open (terputus). Dan dengan
terputusnya level switch akan membuat terputusnya tegangan pada relay 24,
dengan itu relay 41 yang menjadi perantara ke relay 40 juga akan de- energized
apabila terjadi gangguan pada main motor. Memang pada dasarnya apabila motor
30
mati, namun dengan menggunakan sistem pengaman ini akan membuat
untuk dapat menghidupkan kembali kompresor adalah semua relay yang berfungsi
sebagai pengaman kompresor harus dalam keadaan terhubung (close). Pada sistem
pengaman XA 401 / 402 ini digunakan sebuah relay yaitu relay 25.
Prinsip kerja dari pengaman ini adalah pada saat motor penggerak berjalan
normal maka posisi kaki relay adalah terhubung (close), sehingga kompresor
dapat berjalan dengan normal. Kompresor akan mati pada saat terjadi kegagalan
pada motor, kegagalan ini juga akan mengakibatkan relay 25 yang berfungsi
Unloading (tanpa beban) selama waktu yang ditentukan, karena jika kompresor
dibiarkan tetap bekerja sedangkan beban yang harus di kompres oleh kompresor
tidak terpenuhi. Hal ini jika dibiarkan dapat mengakibatkan getaran / vibrasi pada
Pada sistem pengaman ini Peralatan yang digunakan adalah berupa limit
switch. Limit switch ini bekerja berdasarkan settingan waktu yang telah
ditentukan. Limit switch terhubung ke relay 29, dimana relay 29 ini merupakan
Prinsip kerja dari sistem pengaman XA 405 / 406 adalah pada saat
kompresor belum running maka limit switch ini juga masih belum akan mulai
bekerja, limit switch baru akan mulai bekerja pada saat kompresor mulai running.
31
Apabila terjadi unloading selama waktu yang sudah ditentukan maka limit switch
ini akan membuat relay 29 terputus (open), terputusnya kontak relay 29 inilah
pengaman untuk keadaan emergency yang memang dibuat untuk mentripkan atau
yang digunakan untuk Hand Switch ini adalah berupa switch atau sakelar push
button, keadaan push button pada saat proses operasi berjalan normal adalah close
(terhubung) sehigga apabila terjadi emergency maka switch push buton harus
Namun pengaman ini tetap menggunakan relay yang mana dari kaki
relay tersebut ada yang dihubungkan ke hand switch (lokal panel), dan sistem
DCS (control room). Sistem emergency ini dapat dilakukan di lokal panel maupun
di control room, dimana maksud dari sistem pengaman HS 411 (412) ini adalah
dimatikan secara manual. Selain itu sistem emergency ini juga memungkinkan
operator dapat mematikan kompresor dari control room atau dari ruang DCS
(control room), apabila kompresor tidak dapat dimatikan melalui hand switch
32
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
besar.
pekerjanya.
33
5.2 Saran
kompresor jangan ada yang hilang atau rusak, karena akan sangat
pembimbing lapangan, hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh akan
lebih lengkap.
dimodifikasi tersebut.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
Lampiran 1 : Struktur Organisasi JPK PERTAMINA UP-IV Balongan
STRUKTUR JABATAN
BIDANG JASA PEMELIHARAAN KILANG
UP VI BALONGAN
GM UP VI
MANAJER
JPK
SEKR
PERTAMINA
Lampiran 2 : Common Shut-Downs
Lampiran 3 : (Lanjutan)
Lampiran 3 : (Lanjutan)
Lampiran 3 : (Lanjutan)
Lampiran 3 : (Lanjutan)
Lampiran 3 : (Lanjutan)
Lampiran 3 : Interface Relays – Shut Downs
Lampiran 3 : (Lanjutan)
Lampiran 4 : (Lanjutan)
Lampiran 4 : P & ID kompresor 12-K-502 B di unit 12 & 13 (ARHDM)
Lampiran 4 : (Lanjutan)
Lampiran 4 : (Lanjutan)