Anda di halaman 1dari 57

SISTEM PENGAMAN PADA KOMPRESOR

12-K-502 B
DI PT. PERTAMINA (PERSERO)
UP VI BALONGAN

KERTAS KERJA WAJIB

Oleh :

Nama : Bobby Tahar


NIM : 420708 / A
Program Study : Instrument & Elektronika
Diploma : I ( Satu )

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI-STEM
PTK AKAMIGAS STEM

Cepu, Mei 2008


Judul : Sistem Pengaman Pada Kompresor 12-K-502 B
di PT. PERTAMINA (PERSERO) UP VI BALONGAN
Oleh : Bobby Tahar
Nim : 420708 / A
Program study : Instrument & Elektronika
Diploma : I ( Satu )

MENYETUJUI
Pembimbing Kertas Kerja Wajib

Agus Heriyanto, S.T., M.T.


NIP. 100004116

MENGETAHUI
Ka. Program Studi Teknik Instrument & Elektronika

Royke Rudolf Roring, S.T., M.T.


NIP. 100003918
PEMBIMBING PRAKTEK KERJA LAPANGAN

MENGETAHUI
KA. PENGEMBANGAN – RENBANG
SDM UP IV BALONGAN

SWASANA EDI NUGROHO

MENGETAHUI MENYETUJUI
KA. JASA PEMELIHARAAN PEMBIMBING PRAKTEK
KILANG ( JPK ) II KERJA LAPANGAN

H. BUDI SETIAWAN AGUS YOGASWARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di PT. Pertamina UP VI Balongan yang berlangsung dari tanggal 03 Maret
2008 s/d 31 april 2008.
Bersamaan dengan selesainya PKL tersebut, penulis juga dapat
menyelesaikan Kertas Kerja Wajib dengan judul : “Sistem Pengaman Pada
Kompresor 12-K-502 B di PT. Pertamina (Persero) UP VI Balongan”.
Kertas Kerja Wajib ini disusun berdasarkan data – data yang diperoleh
penulis selama mengikuti PKL di Pertamina UP IV Balongan, dan dari buku –
buku referensi serta materi – materi pelajaran selama perkuliahan.
Dengan selesainya PKL dan Kertas Kerja Wajib ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang setulus – tulusnya kepada :

1. Bapak Ir.Hermadi Sayono, M.M. selaku Direktur PTK. AKAMIGAS-


STEM
2. Bapak Royke Rudolf Roring, S.T., M.T. selaku Ka. Program Studi Teknik
Instrument & Elektronika
3. Bapak Agus Heriyanto, S.T., M.T. selaku Pembimbing Kertas Kerja Wajib
4. Bapak Pimpinan PT.Pertamina (Persero) UP VI Balongan
5. Bapak Pimpinan PEM JPK II beserta Pembimbing Praktek Lapangan
(PKL), dan seluruh stafnya.
6. Bapak dan Ibu dosen PTK. AKAMIGAS – STEM. khususnya jurusan
instrument.
7. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayangi dan cintai.
8. Seluruh rekan-rekan baik di lapangan maupun di PTK AKAMIGAS yang
telah membantu dalam mencari data serta dukungan moral dalam
penulisan kertas kerja wajib.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini
masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran masih sangat dibutuhkan.
Namun demikian penulis berharap semoga Kertas Kerja Wajib (KKW) ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Cepu, Mei 2008

Bobby Tahar
NIM. 420708 / A

i
INTISARI

Didalam industri perminyakan sangat dibutuhkan segala sesuatu yang


dapat bekerja 24 jam untuk memonitor kegiatan proses kilang. Hal ini disebabkan
karena operasi kilang yang tidak selalu beroperasi normal sesuai dengan yang
diinginkan. Oleh karena itulah dibutuhkan suatu peralatan yang dapat memonitor
segala kegiatan proses sekaligus dapat mengamankan peralatan – peralatan serta
proses dari segala gangguan yang terjadi.
Kompresor 12-K-502 B merupakan kompresor yang beropersi dikilang
Pertamina UP VI Balongan tepatnya di unit 12 & 13 (ARHDM). Unit ARHDM
(Atmospheric Residue HydroDemetallization) merupakan unit yang mengolah
Atmospheric Residue (AR) dari CDU menjadi produk yang disiapkan sebagai
umpan RCC. Selain mengolah residu, unit ini juga berfungsi mengurangi
kandungan logam nikel (Ni), vanadium (V) dan karbon (C) yang dibawa oleh
residu dari unit CDU.
Kompresor 12-K-502 B adalah kompresor jenis reciprocating atau jenis
torak bolak – balik yang digerakkan dengan motor listrik. Mengingat kondisi
proses yang tidak selalu berjalan dengan baik maka kompresor 12-K-502 B ini
dilengkapi dengan sistem pengaman yang maksudnya adalah untuk melindungi
peralatan – peralatan proses pada kompresor agar tidak mengalami kerusakan
yang fatal akibat gangguan proses. Peralatan pengaman yang digunakan pada
kompresor 12-K-502 B ini terdiri dari Switch dan relay, dimana fungsi dari kedua
alat ini adalah sebagai penghubung dan pemutus sistem pengaman.

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


RINGKASAN ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan ........................................................................... 3

II. ORIENTASI UMUM ................................................................................... 4


2.1 Sejarah Singkat Pertamina UP VI Balongan ........................................ 6
2.2 Tugas dan Fungsi Pertamina UP VI Balongan ..................................... 9
2.3 Struktur Organisasi Pertamina UP VI Balongan .................................. 10
2.4 Sarana Dan Fasilitas ............................................................................. 11

III. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 12


3.1 Tinjauan Umum Tentang Instrumentasi ............................................... 12
3.2 Pengertian Umum Kompresor .............................................................. 13
3.2.1 Keunggulan dan Kelemahan Reciprocating Kompresor .......... 14
3.3 Sistem Pengaman .................................................................................. 14
3.3.1 Sifat Umum Sistem Pengaman ................................................. 15
3.4 Peralatan Sistem Pengaman .................................................................. 17
3.4.1 Relay ......................................................................................... 17
3.4.2 Switch / Saklar .......................................................................... 18
3.5 Rangkaian Logika ................................................................................. 19
3.5.1 Gerbang Logika AND .............................................................. 19
3.5.2 Gerbang Logika OR ................................................................. 20
3.5.3 Gerbang Logika NOT ............................................................... 20

IV. PEMBAHASAN ........................................................................................... 21


4.1 Kompresor 12-K-502 B ........................................................................ 21
4.1.1 Fungsi Kompresor 12-K-502 B ................................................ 22
4.2 Starting Operasi Kompresor ................................................................. 23
4.3 Cara Kerja Sistem Pengaman Kompresor 12-K-502 B ........................ 24
4.4 Sistem Pengaman Kompresor 12-K-502 B .......................................... 25
4.4.1 Sistem Pengaman LSHH (Level Switch High High) 744 …… 26

iii
4.4.2 Sistem Pengaman LSHH (Level Switch High High) 451 …… 27
4.4.3 Sistem Pengaman PSLL (Pressure Switch Low Low) 457 ….. 27
4.4.4 Sistem Pengaman VSHH (Vibrati Switch High High) 401 ….. 28
4.4.5 Sistem Pengaman LSLL (Level Switch Low Low) 401/402 … 29
4.4.6 Sistem Pengaman XA 401 / 402 (Main Motor) ……………… 30
4.4.7 Sistem Pengaman XA 405 / 406 (Excessive Time Unloading) 31
4.4.8 HS 411 / 412 (Emergency) …………………………………... 32

V. PENUTUP ………………………………………………………………..... 33
5.1 Simpulan ……………………………………………………………... 33
5.2 Saran ………………………………………………............................. 34
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 35
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pertamina UP VI Balongan 10


Gambar 3.1 Bagian-Bagian Relay 18
Gambar 3.2 Gerbang Logika AND dan Tabel Kebenaran 19
Gambar 3.3 Gerbang Logika OR dan Tabel kebenaran 20
Gambar 3.4 Gerbang Logika NOT dan Tabel kebenaran 20
Gambar 4.1 Kompresor 12-K-502 B 21
Gambar 4.2 Fungsi kompresor 12-K-502 B di unit ARHDM 23
UP VI Balongan
Gambar 4.3 Gerbang Logika Sistem Pengaman Kompresor 12-K-502 B 25

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi JPK PERTAMINA UP-IV Balongan


Lampiran 2 Common Shut Down
Lampiran 3 Interface Relay Shut Down
Lampiran 4 P & ID kompresor 12-K-502 B di unit 12 & 13 (ARHDM)

vi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kebanyakan industri terutama industri migas, sangat dibutuhkan

suatu alat yang dapat menggantikan peranan manusia, karena pada industri migas

risiko yang dihadapi sangat besar. Fungsi dari peralatan – peralatan ini adalah

sebagai pengukur, pengontrol, pengaman dan analisa jalannya suatu proses.

Namun peralatan – peralatan yang berfungsi sebagai pengganti peranan

manusia tersebut tidak akan selalu dapat berjalan / berfungsi dengan baik, sering

juga terjadi suatu error atau keadaan diluar kendali. Oleh karena itulah pada

peralatan - peralatan tadi diperlukan suatu pengaman yang berfungsi untuk

memberikan tanda kepada operator bahwa keadaan tidak normal, sekaligus

menjaga peralatan – peralatan tersebut agar bekerja sesuai batas kemampuannya.

Dapat kita ambil sebuah contoh, sesuai dengan judul KKW penulis yaitu

” Sistem Pengaman Pada Kompresor ”, misalkan kompresor mengalami suatu

gangguan berupa PSLL ( Pressure Switch Low Low ) pada lube oilnya maka

dengan terjadinya hal ini dapat mengakibatkan kompresor tidak bekerja secara

normal karena pelumas tidak dapat melumasi kompresor, sehingga akan

mengakibatkan aus pada bagian – bagian yang bergerak (Piston) dan yang

bersinggungan / bergesekan pada kompresor. Maka dengan sistem pengamanlah

kondisi ini dapat ditangani yaitu dengan cara membuat sistem pengaman pada

kompresor. Adapun sistem pengaman yang dibuat sebenarnya adalah untuk

mendeteksi tekanan pada lube oil / pelumas, namun secara tidak langsung

1
pengaman PSLL ini juga berfungsi untuk mengamankan kompresor. Karena

apabila tekanan lube oil atau pelumas rendah (telah menyentuh batas PSLL) maka

sistem pengaman akan membuat mati / trip kompresor. Hal ini dimaksudkan

untuk melindungi peralatan – peralatan pada kompresor dari kerusakan, juga

untuk melindungi lingkungan kerja dan pekerja (operator).

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan Kertas Kerja Wajib ini adalah :

 Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan di bidang

instrumentasi.

 Untuk memahami sistem pengaman pada kompresor 12-K-502 B di

Pertamina UP VI Balongan.

 Untuk mengetahui pengaman apa saja yang digunakan pada sistem

pengaman Kompresor 12-K-502 B di Pertamina UP VI Balongan.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini, akan dibatasi mengenai

Sistem Pengaman Pada Kompresor 12-K-502 B. Dimana pembahasan ini diawali

dari kompresor 12-K-502 B, Starting Operasi Kompresor 12-K-502 B dan cara

kerja sistem pengaman pada kompresor 12-K-502 B serta sistem pengaman

kompresor 12-K-502 B. Penulis tidak membahas tentang set point untuk tiap –

tiap pengaman / yang diamankan.

2
1.4 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini penulis membagi dalam lima bab,

dimana tiap – tiap bab dibagi lagi kedalam beberapa sub bab.

Adapun isi dan pembahasan dari masing - masing bab dan sub bab adalah

sebagai berikut :

I Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah,

dan sistematika penulisan.

II Orientasi Umum

Pada bab ini diuraikan tentang sejarah singkat Pertamina UP VI Balongan,

Tugas dan fungsi Pertamina UP VI Balongan, struktur organisasi UP VI

Balongan, serta sarana dan fasilitas.

III Tinjauan Pustaka

Pada bab ini diuraikan tentang tinjauan umum instrumentasi, Pengertian

Umum Kompresor, sistem pengaman, peralatan sistem pengaman dan gerbang

logika.

IV Pembahasan

Pada bab ini diuraikan tentang kompresor 12-K-502 B, kondisi normal

operasi kompresor 12-K-502 B dan cara kerja sistem pengaman pada kompresor

12-K-502 B serta sistem pengaman kompresor 12-K-502 B.

V Penutup

Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran, selama penulis

mengikuti Praktek Kerja Lapangan ( PKL ).

3
II. ORIENTASI UMUM

2.1 Sejarah singkat

Kilang Minyak balongan mulai dibangun pada awal bulan September

1990 didesa Balongan, kabupaten Indramayu Jawa barat. Ada beberapa hal lain

yang mendukung dipilihnya Balongan sebagai lokasi kilang adalah :

 Relatif dekat dengan konsumen BBM terbesar yaitu DKI Jakarta dan Jawa

barat.

 Telah tersedianya sarana penunjang yaitu : UPPDN III Terminal UEP III,

Conventional Bouy Moring (CBM) dan Single Bouy Moring (SBM).

 Dekat dengan sumber gas alam yaitu UEP III.

 Searah dengan proyek pipanisasi BBM di Pulau jawa.

 Tersedianya lahan yang dibutuhkan yaitu bekas sawah yang kurang

produktif.

 Tersedianya sarana infrastruktur dan sumber air relatif dekat.

Pada saat membangun proyek kilang ini diberi nama EXOR I (Export

Oriental refenery) dengan tujuan produk–produk yang dihasikan di fokuskan

untuk ekspor. Sesuai perkembangan di Indonesia maka kilang ini beralih fungsi

yaitu untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri.

Kilang Pertamina (persero) UP-VI Balongan dibangun dengan tujuan

utama untuk memecahkan masalah pengolahan minyak mentah berat yang berasal

dari lapangan Duri dan minas. Kapasitas kilang Pertamina UP-VI balongan adalah

125.000 BPSD dengan perbandingan 50% Duri dan Minas 50%. Kilang yang

dibangun pada tahun 1990 ini mulai beroperasi pada bulan Mei 1994 sehingga

4
konfigurasi kilang dititk beratkan pada pengubahan kandungan residu yang

dominan pada minyak mentah berat tersebut, menjadi produk – produk yang

berharga melalui proses perengkahan yang di bantu oleh katalis yaitu terdapat

pada unit RCC (Residue Catalytic Cracking).

Sasaran dari pembangunan kilang ini adalah pemenuhan kebutuhan bahan

bakar minyak di pasaran Asia dan Afrika Menjelang tahun 2000. minyak mentah

dari Duri dan Minas tergolong minyak yang nilai ekonomisnya rendah karena

banyak mengandung Sulphur dan Logam. Kandungan Sulphur tidak diharapkan

karena sifatnya kerosif. Sedangkan Logam menurunkan keaktifan katalis selama

proses pengolahan. Kedua hal di atas menyebabkan minyak mentah Duri dan

Minas sulit bersaing sehingga harga di pasar Internasioal menjadi rendah.

Bila diolah dengan teknologi pengolahan minyak biasa,minyak mentah

Duri dan Minas akan menghasilkan residu sekitar 80% yang murah harganya.

Apabila dilakukan proses perengkahan (Cracking) akan menghasilkan produk

yang memiliki nilai yang lebih tinggi, hal inilah yang membuat kilang UP-VI

Balongan menjadi kilang yang memiliki kontribusi terbesar pada pertamina.

Pada perkembangannya umpan (feed) yang diolah di kilang Pertamina

(persero) UP-VI Balongan memiliki komposisi 50% untuk Crude Minas dan 50%

untuk Crude duri. Selain itu UP-VI juga mengembangkan proyek PLLB (Proyek

Langit Biru Balongan), proyek yang direalisasikan pada bulan Juni tahun 2005.

Unit ini bermaksud untuk mewujudkan bahan bakar bensin yang ramah

lingkungan hal itu diwujudkan dengan dibangunnya unit Napta Hydrotreating,

5
Platforming dan Phenex untuk menghasilkan gasoline yang memiliki kandungan

logam yang rendah.

2.2 Tugas dan fungsi UP VI Balongan

Kilang PT.Pertamina UP VI Balongan dibangun dengan tujuan untuk

memecahkan permasalahan pengolahan minyak berat yang berasal dari daerah

Duri dan Minas.

Pada pengubah kandungan residu yang dominan pada minyak mentah

berat tersebut menjadi produk-produk yang berharga melalui proses perengkahan

yang dibantu oleh Katalis (Residu Catalytik Cracking).

Untuk melaksanakan tugas tersebut maka PERTAMINA UP-VI Balongan

memiliki 6 bagian produksi yang saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian

tersebut antara lain :

1. Hydro Skimming Complex (HSC).

Bagian HSC terdiri atas sub bagian / area fasilitas sebagai berikut ;

A. Seksi Distilation and Treating Unit (DTU)

1. Crude Distilation Unit (CDU) Unit 11

2. Amine Treatment (Unit 23)

3. Sour Water Stipper (Unit 24)

4. Sulfur Plant (Unit 25)

B. Seksi Naphta Prosesing Unit (NPU)

1. Naphta Hydrotreating Unit (NPU/ Unit 31)

2. Phenex (Unit 33)

3. Platforming (Unit 32)

6
2. Distilation and Hydrotreating Complex (DHC)

A. Atmospheric Hydrotreater Unit (AHU)

 Atmospheric Residue Hydrodemetalizer (Unit 12 dan 13)

B. Hydro Treater Unit (HTU)

• Gas Oil Hydro Treater Unit (GO HTU/Unit 14)

• Light Cycle Oil Hydro Treater Unit (LCO HTU/Unit 21)

• Hidrogen Plant (Unit 22)

3. Residue Catalytic Cracking (RCC)

1. Residue Catalitic Unit (RCU/Unit 15)

2. Light End unit (LEU)

• Unsaturated Gas Concentrasion (UGC/Unit 16)

• LPG Treatment Unit (Unit 17)

• HGO Treatment Unit (Unit 18)

• Propylene Recovery Unit (Unit 19)

• Catalitic Condensation Unit (Unit 20)

4. Utilities

Utilities kilang UP-VI balongan terdiri dari beberapa unit diantaranya

adalah sebagai berikut :

• Steam Turbine Generator (STG/Unit 51)

• Boiler unit (Unit 52)

• Water Treatment Unit Plant Salam Darma (Unit 53)

• Demineralization Water Unit (Unit 53)

7
• Cooling Water (Unit 56)

• Air Supply (Unit 52 dan 58)

• Nitrogen Plant (Unit 59)

• Fuel System (Unit 62)

5. Laboratorium

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya laboratorium dibagi menjadi 3 seksi yaitu :

• Seksi Teknologi

• Seksi Analitika dan Gas

• Seksi Pengamatan

6. Intalasi Tangki dan Pengapalan (ITP)

Bagian dari ITP terdiri atas 2 seksi yaitu :

A. Seksi TBM (Tangki Blending Metering)

B. Automatic Tank Gauging (ATG)

• Manual Tank Gauging (MTG)

• Seksi Loading Effluent Watter Treatment Jetty

• IPAL cair

• Singgle Boing Mooring (SBM)

• Loading LPG Ke Tank Cair.

 Produk-Produk Pertamina UP-VI Balongan

• Produk Utama

Produk utama seperti premium TT, Pertamax TT dan super TT diperoleh

dari pemblendingan LOMC(Light Oil Mogas Componen) dan HOMC(Heavy Oil

8
Mogas Componen) dengan perbandingan tertentu. Produk utama yang dihasilkan

adalah sebagai berikut :

1. Premium TT, Premix TT, dan Super TT 59.000 BPSD

2. Kerosine 12.000 BPSD

3. Gas Oil 27.000 BPSD

4. Industrial Diesel Fuel 16.000 BPS

• Produk Samping

Produk samping yang dihasilkan oleh PT. Pertamina UP-VI Balongan

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. LPG 5.700 BPSD

2. Propylene 7.050 BPSD

3. Decan Oil 5.750 BPSD

4. Sulfur 27 Ton / Hari

2.3 Struktur Organisasi Pertamina UP VI Balongan

Pertamina UP VI Balongan mempunyai struktur organisasi yang

menerangkan hubungan kerja antara bagian yang satu dengan yang lainnya dan

juga mengatur hak dan kewajiban masing – masing bagian. Tujuan dibentuknya

struktur organisasi adalah untuk mempertegas kedudukan suatu bagian dalam

menjalankan tugas sehingga mempermudah untuk mencapai tujuan yang telah

direncanakan.

9
S TRUKTUR ORGANISASI Lampiran I Surat Keputusan
UNIT PENGOLAHAN VI Nomor : Kpts - /E16000/2005-S0
(SK Dir. P No. Kpts-001/E00000/2004- S0) Tanggal : Mei 2005

DIR.PE NGOLAHAN

G M UP VI

PERENCANAAN DAN
ENG. BANG LKKK SIK KEUANGAN UMUM SDM JASRUM
KEEKONOMIAN

PROSES P ERENCANAAN
PK, LAT & ADM OPS TEL JAR KONTROLLER HKP P &B PENGADAAN
ENJINERING PRODUKSI

FASILITAS P ENJADWALAN KESELAMATAN DAN


BANG INFO AKT KILANG HUPMAS RENBANG KONTRAK
ENJINERING PRODUKSI KES EHATAN KERJA

PROYEK LINDUNGAN
PERBENDAHARAAN S EKURITI HIK FASUM
ENJINERING LINGKUNGAN

O& P MARINE
JASA PEMELIHARAAN
KILANG
KILANG
10

KES SDM

PERENCANAAN PEM I UNIT RELIABILITAS UNIT PRODUKSI PLM

BENGKEL PEM II DHC UTILITIES RSPB PKBL


REN. REL.

ENG. PEM PEM III RCC LAB.


PEN. REL

LOGISTIK ITP HSC

SHIFT SUPERINTENDE NT

PERTAMINA
Pertamina UP VI Balongan memiliki sebuah badan organisasi yang

memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung kelancaran

pengoperasian kilang, badan organisasi ini bernama JPK (Jasa Pemeliharaan

Kilang ). JPK memiliki bagian – bagian sebagai berikut :

- Bagian Personalia dan SDM

- Bagian Engineering

- Bagian Relibility

- Bagian Pemeliharaan

- Bagian bengkel

- Bagian Logistik

- Bagian keuangan

2.4 Sarana dan Fasilitas

Untuk menunjang kelancaran pengoperasian kilang UP VI Balongan harus

memperhatikan beberapa aspek kesejahteraan bagi pekerja dan keluarganya.Untuk

itulah PT. Pertamina UP VI Balonagan telah menyediakan beberapa sarana dan

fasilitas seperti : Rumah Sakit, perumahan dinas, Sarana Pendidikan, sarana olah

raga, sarana tempat ibadah dan lain – lain.

11
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tinjauan Umum Tentang Instrumentasi

Instrumentasi adalah seperangkat peralatan instrument - instrument yang

digunakan untuk mengontrol, memanipulasi, mengukur serta menghitung nilai

suatu variable proses sesuai dengan yang diinginkan. Adapun fungsi dari suatu

instrumentasi dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu sebagai berikut :

 Sebagai alat ukur :

Instrument yang berfungsi untuk mendeteksi dan memberi informasi

tentang besaran nilai proses variable yang diukur. Misalnya: Pressure, Level,

Temperatur,dan Flow.

 Sebagai alat control :

Instrument yang berfungsi untuk mengendalikan jalannya suatu proses

operasi agar variable proses yang di dikendalikan dapat sesuai dengan nilai ( set

point ) yang diinginkan.

 Sebagai alat safety :

Instrumen yang berfungsi untuk memberikan tanda / peringatan kepada

operator tentang keadaan suatu proses variable yang dikendalikan, ketika

mengalami gangguan yaitu dengan menggunakan alarm dan lampu dan akan

mematikan suatu proses apabila gangguan yang terjadi tidak dapat ditangani.

 Sebagai alat analisa

Instrument yang berfungsi sebagai alat untuk menganalisa produk yang

dikelola, apakah sudah memenuhi persyaratan yang diinginkan. Baik dari segi

12
jumlah produksi maupun untuk mengetahui polusi dari hasil buangan sisa

produksi.

Beberapa contoh peralatan instrument berdasarkan fungsinya yaitu :

 Sebagai alat ukur : Pressure transmitter, Level transmitter, Pressure

indicator, Level Indikator.

 Sebagai alat control : Flow Controller, Control Valve, dsb.

 Sebagai alat safety : PSLL, LSHH, Dll.

 Sebagai alat analisa : Oksigen analizer, Chromatograp, Dll.

Ada 4 macam besaran proses yang dikendalikan pada suatu proses

pengolahan industri minyak dan gas bumi, yaitu :

 Pressure ( Tekanan )

 Level ( Tinggi Permukaan )

 Flow ( Aliran )

 Temperature ( suhu )5.1)

3.2 Pengertian Umum Kompresor

Kompresor merupakan suatu mesin konversi yang berfungsi untuk

memampatkan gas / udara secara kontinyu. Kompresor ini merubah energi

mekanik menjadi energi kinetik ( gas / udara ). Kompresor ini banyak jenisnya,

namun pada unit 12 (ARHDM) ini jenis kompresor yang digunakan adalah jenis

reciprocating / torak.

Setiap jenis kompresor memiliki keunggulan dan kelemahan oleh karena

itulah dalam pemilihan jenis kompresor kita harus dapat memilih jenis apa yang

13
cocok dipakai sesuai dengan apa yang dikompres pada unit tempat dimana

kompresor tersebut beroperasi.

3.2.1 Keunggulan dan Kelemahan Reciprocating Kompresor

Keunggulan :

1. Cocok untuk tekanan tinggi.

2. Tidak peka terhadap karakteristik udara / gas yang dihandle.

3. Mampu menghandle beban operasi yang tidak kontinyu.

4. Lebih murah dan efisien ( untuk range kapasitas dan tekanan tertentu ).

5. Pengaturan loading dan unloading lebih sederhana.

Kelemahan :

1. Kapasitas lebih rendah.

2. Bobot relatif lebih berat dibanding kapasitas yang dikeluarkan.

3. Memerlukan ruangan yang besar untuk pemasangannya.

4. Kurang Releable.

5. Getaran yang tinggi.

6. Aliran tidak uniform.4.23)

3.3 Sistem Pengaman

Sistem pengaman dimaksudkan untuk memberikan perlindungan atau

pengamanan baik bagi peralatan produksi dari suatu proses maupun bagi

pekerjanya.

14
Suatu sistem pengaman biasanya terdiri dari :

 Peralatan Input

Peralatan Input dapat berupa : Saklar / Switch, misalnya Pressure switch,

Flow switch, Level switch, Temperatur switch, Tombol Push button, Selector

switch, Dll.

 Sistem logika

Sistem Logika dapat berupa : Gerbang logika. Sistem ini biasanya terdiri

dari gerbang logika dasar misalnya, gerbang logika AND, OR dan NOT.

 Sistem Alarm

Sistem Alarm diinginkan untuk memberikan peringatan atau petunjuk

kepada operator tentang kondisi proses yang berjalan tidak normal, peralatan yang

digunakan untuk system ini disebut “ Annunciator “.

 Peralatan Output

Peralatan output Berfungsi untuk menggerakkan peralatan yang langsung

berhubungan dengan proses. Misalnya : Selenoid valve, dll.

 Shutdown

Shutdown adalah suatu proses penghentian darurat untuk seluruh atau

sebagian peralatan proses. Kejadian ini terjadi apabila kondisi aman sudah

dilampaui / dilewati, dan kondisi alarm gagal dikoreksi sehingga variable proses

terus bergerak menuju ke arah kondisi berbahaya.4.15)

3.3.1 Sifat umum sistem pengaman

Suatu sistem pengaman yang akan digunakan sebagai pengaman pada

suatu proses produksi haruslah dirancang dengan sebaik mungkin hal ini

15
dimaksudkan untuk mempermudah perbaikan sehingga operator tidak akan

melakukan kesalahan pada saat perbaikan. Tetapi dalam perancangan dan

pembuatannya biasanya masih berpedoman pada sifat – sifat umum sebagai

berikut :

A. Sistem shutdown dibuat cukup sederhana agar mudah dimengerti oleh

operator, karena bila sistem dibuat rumit maka operator akan cenderung

melakukan ‘’ by pass ‘’.

B. Dokumentasi harus dibuat jelas dan mudah dimengerti oeh operator dan

teknisi untuk mempermudah perbaikan system (maintenance).

C. Sistem pengaman dibuat sedemikian rupa agar perubahan proses variable

yang mempengaruhi sistem interlock dapat dengan mudah menyebabkan

sistem bekerja.

D. Peralatan sistem pengaman dibuat terpisah dengan sistem pengendali.

E. Sistem dibuat dengan alarm peringatan agar operator mempunyai waktu

untuk melakukan perbaikan sebelum kondisi shutdown.

F. Sistem dibuat mudah sehingga operator tidak akan melakukan by pass, dan

fungsi operator dibatasi hanya untuk mempersiapkan peralatan yang

diperlukan untuk star up atau tombol – tombol tertentu saja seperti : star,

stop, reset, dan acknowledge.

G. Sistem alarm dan interlock dibuat untuk menghasilkan Failsafe ( bila ada

gangguan listrik ).

H. Sakelar manual untuk motor sebaiknya tidak dibuat by pass sistem

interlock, kecuali untuk keperluan maintenance.

16
I. Sumber daya / power supply untuk sistem shutdown, logika dan

annunciator perlu diberikan melalui rangkaian sekering yang terpisah dari

peralatan input maupun output.

J. Bila diperlukan by pass, misalnya untuk star up maka by pass harus dapat

di reset kembali dan diberikan alarm penunjuk bahwa by pass sedang

dilakukan.2.7)

3.4 Peralatan Sistem Pengaman

Untuk meningkatkan keamanan dari suatu proses industri, selain terpasang

sistem pengendalian yang berfungsi untuk menghasilkan variable yang sesuai

dengan yang diinginkan, di butuhkan juga suatu sistem pengaman yang berfungsi

untuk mengantisipasi apa bila terjadi kegagalan pada sistem pengendali. Sistem

pengaman terutama dibuat untuk menjaga keselamatan pekerja dan peralatan-

peralatan pabrik. Di dalam sistem pengaman semua variable yang dapat

menimbulkan kondisi yang tidak aman akan dimonitor dan diperiksa terhadap

batas aman yang telah ditentukan secara terus menerus. Sedangkan peratan yang

digunakan pada sistem pengaman diantaranya adalah relay dan switch.

3.4.1 RELAY

Relay adalah salah satu alat pada sistem pengaman yang bekerja

berdasarkan elektomagnetik yang mempunyai beberapa fasilitas kontak untuk NO

dan NC. Kontak – kontak dari relay ini dipergunakan pada sistem pengaman

sesuai dengan yang dibutuhkan.

17
Prinsip kerja dari relay adalah pada tegangan terpasang (energize),

kontak – kontak akan saling berpindah posisi dari NO menjadi Close atau dari NC

menjadi Open. Pada saat operasi normal relay – relay tersebut dalam keadaan

terpasang (energized), agar pada saat terjadi gangguan maka relay – relay tersebut

akan terputus tegangannya (de- energized). Gambar dari bagian – bagian relay ini

dapat kita lihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1 Bagian-Bagian Relay 2.19)

3.4.2 SWITCH / SAKLAR

Switch / sakelar juga merupakan salah satu peralatan sistem pengaman

yang digunakan. Adapun alat ini hanya memiliki dua posisi switch kontak yaitu

Normally Open ( NO ) dan Normally Close ( NC ).

Normally Open (N.O.)

Kata normal berarti keadaan saklar atau kontak dalam kondisi tidak

dioperasikan (de-energized). Artinya pada kondisi normal sakelar atau switch

dalam keadaan open atau tidak terhubung.

18
Normally Closed (N.C.)

Seperti sudah disebut di atas, kata normal berarti keadaan suatu saklar atau

switch dalam kondisi tidak dioperasikan. Artinya pada kondisi normal sakelar

atau switch dalam keadaan close atau terhubung.2.10)

3.5 Rangkaian Logika

Rangkaian logika digunakan untuk mempermudah membaca / mengetahui

prinsip kerja dari suatu sistem pengaman. Berikut ini akan diuraikan secara

singkat simbol-simbol logika yang biasanya digunakan didalam suatu sistem

pengaman yang menggunakan sistem logika, disertai dengan prinsip kerjanya dan

table kebenarannya.

3.5.1 Gerbang logika AND

Prinsip kerja dari gerbang logika AND ini adalah: outputnya akan

berlogika 1 ( satu ) apabila ke dua - dua inputnya atau lebih mempunyai logika 1

( satu ). Dan akan berlogika 0 ( nol ), apabila salah satu atau lebih input berlogika

0 ( nol ).

Berdasarkan aljabar Boolean fungsi gerbang logika AND ini dinyatakan

dengan persamaan Y = A x B. INPUT OUTPUT


A B AXB=F
A 0
0 0
F
0 1 0
B
1 0 0
1 1 1

Gambar 3.2 Gerbang Logika AND dan Tabel Kebenaran

19
3.5.2 Gerbang logika OR

Prinsip kerja dari gerbang logika OR ini adalah: outputnya akan berlogika

1 ( satu ) apabila salah satu input nya atau lebih mempunyai logika 1 ( satu ). Dan

akan berlogika 0 ( nol ), apabila ke dua input atau lebih berlogika 0 ( nol ).

Berdasarkan aljabar Boolean fungsi gerbang logika OR ini dinyatakan

dengan persamaan Y = A + B.
INPUT OUTPUT
A B A+B=F
A
0 0 0
F
0 1 1
B
1 0 1
1 1 1

Gambar 3.3 Gerbang Logika OR dan Tabel kebenaran

3.5.3 Gerbang logika NOT

Gerbang logika NOT bisa juga disebut sebagai Inverter. Gerbang ini

hanya mempunyai satu input dan satu output, gerbang ini merupakan rangkaian

logika yang akan selalu memberikan output yang berlawanan dengan input.

Berdasarkan aljabar Boolean fungsi dari gerbang NOT ini dinyatakan

dengan persamaan Y = A2.20)


Input Output

A B
A B
1 0

0 1

Gambar 3.4 Gerbang Logika NOT dan Tabel kebenaran

20
IV. PEMBAHASAN

4.1 Kompresor 12-K-502 B

Gambar dibawah ini merupakan gambar kompresor 12-K-502 B yang

beroperasi di unit ARHDM (Atmospheric Residue HydroDemetallization).

Gambar 4.1 Kompresor 12-K-502 B6.-)

kompresor ini terdiri dari 2 kompresor yaitu A dan B dengan jenis

”reciprocating” atau jenis torak bolak - balik yang digerakkan dengan motor

listrik. Antara kompresor 12-K-502 A dengan kompresor 12-K-502 B tidak ada

perbedaannya sehingga pada saat pengoperasian hanya satu kompresor saja yang

dioperasikan sedangkan yang satunya lagi sebagai cadangan dan dalam keadaan

21
stand by ( siap beroperasi), jika kompresor yang sedang running mengalami

gangguan sehingga mati / shut down maka kompresor yang menjadi cadangan

tadilah yang akan dihidupkan menggantikan fungsi dari kompresor yang trip tadi.

Sehingga gangguan yang terjadi tidak akan mengganggu atau menghambat

kelancaran operasi kilang.

4.1.1 Fungsi Kompresor 12-K-502 B

Adapun fungsi dari kompresor ini adalah mengkompres off gas yang

terdapat pada vessel 12-V-505 yang berasal dari top kolom fraksinator 12-C-501,

ke vessel 506 dan 507. Sebelum masuk ke dalam vessel 505 off gas melewati 12-

E-505 yang fungsinya untuk penukaran panas.

Setelah off gas berada pada vessel 505 kompresor 12-K-502 B ini bekerja

untuk mengkompres gas menuju vessel 506, kompresor ini mengkompres gas

dengan dua tahap yaitu 1st stage (first stage) dan 2nd stage (second stage). Dimana

pada tahap pertama gas akan dikompres ke vessel 506 untuk menjebak air yang

terkandung pada off gas, kemudian off gas dikompres kembali pada stage kedua

dari vessel 506 menuju ke vessel 507. Sebelum masuk ke vessel 507 off gas

tersebut juga melewati 12-E-507 untuk kembali dilakukan penukaran panas,

sehingga gas yang masuk kedalam vessel 507 sudah berupa light naphta dan

sudah bisa dipisahkan antara light naphta dan off gas. Sedangkan gas sisa dari

vessel 507 ini sudah tidak untuk diolah lagi melainkan langsung disalurkan ke

saluran Flare untuk dibakar.

22
Untuk lebih jelasnya fungsi dari kompresor 12-K-502 B dapat di lihat pada

gambar 4.2.

From Fraksinator
Top Vapor 12-C-501

12-E-505

Light Naphtha

To Pump
12-P-509 A & B

12-E-506 12-E-507 Sour Water


To 12-V-502

1 st 2 nd
Stage Stage

12-K-502 B 12-K-502 B
First Stage Second Stage

Gambar 4.2 Fungsi kompresor 12-K-502 B


di unit ARHDM UP VI Balongan

4.2 Starting Operasi Kompresor

Kompresor 12-K-502 B akan mulai dioperasikan apabila semua relay yang

berfungsi sebagai sistem pengaman pada kompresor sudah mendapatkan

tegangan, sehingga dengan adanya tegangan akan meng-energizedkan relay –

relay pengaman tersebut. Sehingga kontak dari relay akan terpasang (terhubung),

dan dengan terhubungnya relay – relay tersebut akan meng-energizedkan relay

41. Relay 41 ini yang menjadi perantara untuk meng-energizedkan relay 40.

23
Kaki dari relay 40 ini terhubung ke 4 bagian dimana salah satu kakinya

terhubung ke tombol starting kompresor yang berada di lokal panel. Ketika

kompresor mulai starting maka relay – relay pengaman harus terus berada dalam

keadaan energized (terhubung), dan hanya akan de- energized (terputus) dan

mengakibatkan kompresor mati apabila terjadi gangguan pada salah satu sistem

pengamannya. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran 2 dan lampiran 3 lanjutan.

4.3 Cara Kerja Sistem Pengaman Kompresor 12-K-502 B

Sistem pengaman pada kompresor 12-K-502 B ini memiliki cara kerja

yang cukup sederhana, dimana sistem pengaman menggunakan switch / sakelar

dan relay sebagai media yang akan menghubungkan atau memutuskan sistem

pengaman . Switch / sakelar yang digunakan pada pengaman tergantung dari apa

yang diamankan, misalnya level switch digunakan untuk pengaman yang

mendeteksi level, pressure switch digunakan untuk pengaman yang mendeteksi

Pressure (tekanan) dan lain-lain. Sistem pengaman ini juga menggunakan relay

dimana setiap pengaman memiliki satu buah relay dan setiap relay memiliki

banyak kaki dan saling berhubungan (bersambungan), dan diantara sambungan -

sambungan kaki relay tadi ada satu kaki relay yang terhubung ke kaki relay

lainnya yang juga berfungsi sebagai pengaman kompresor 12-K-502 B. Sehingga

dapat diambil satu kesimpulan, bahwa sistem pengaman kompresor ini terhubung

seri, atau menggunakan gerbang logika AND (output akan berlogika 1 apabila

seluruh inputnya berlogika 1). Sehingga apabila salah satu sistem pengaman ada

yang mengalami gangguan maka kompresor akan mati.

24
Dibawah ini adalah gambar gerbang logika Sistem pengaman kompresor 12-K-

502 B

Relay 20 (LSHH) 744

Relay 21 (LSHH) 451

Relay 22 (PSLL) 457 / 450

Relay 23 (VSHH) 401 / 402

Relay 24 (LSLL) 401 / 402


RELAY 41
Relay 25 (XA) 401 / 402

Relay 26 Spare

Relay 27 Spare

Relay 29 (XA) 405 / 406

Relay 30 (HS) 411 / 412

Gambar 4.3 Gerbang Logika Sistem Pengaman Kompresor 12-K-502 B

4.4 Sistem Pengaman Kompresor 12-K- 502 B

Pengaman pada kompresor 12-K-502 B bertujuan untuk menjaga

kesetabilan proses agar dapat berjalan sesuai kemampuan peralatan serta hasil

proses sesuai dengan keinginan operasi yang mengacu pada specifikasi peralatan

proses. Disamping itu, sistem pengaman ini juga berfungsi untuk menjaga

keamanan lingkungan kerja dan pekerja (operator).

Adapun sistem pengaman yang terdapat pada kompresor 12-K-502 B ini

adalah sebagai berikut :

1. Sistem Pengaman LSHH (Level Switch High High) 744

2. Sistem Pengaman LSHH (Level Switch High High) 451

3. Sistem Pengaman PSLL (Pressure Switch Low Low) 457 / 470

25
4. Sistem Pengaman VSHH (Vibration Switch High High) 401 / 402

5. Sistem Pengaman LSLL (Level Switch Low Low) 401 / 402

6. Sistem Pengaman XA 401 / 402

7. Sistem Pengaman XA 405 / 406

8. HS (Hand Switch) 412

4.4.1 Sistem Pengaman LSHH ( Level Switch High High) 744

Pengaman ini berfungsi untuk mendeteksi level liquid yang terkandung di

dalam vessel 12-V-505, karena pada vessel 12-V-505 jumlah liquid yang

terkandung dibatasi hanya 1,1 % karena jika di dalam vessel terdapat liquid lebih

dari 1,1 % akan sangat berpengaruh terhadap kerja kompresor, karena akan sangat

memungkinkan liquid akan ikut terhisap pada saat pengompresan.

Kompresor akan mati apabila level liquid telah sampai pada batas LSHH.

Peralatan yang digunakan pada sistem pengaman LSHH ini adalah level switch,

level switch ini mempunyai sensor berupa floater. Pada saat proses operasi

berjalan normal, level switch ini dalam keadaan NC (Normally Close). Level

switch ini terhubung ke relay yang berfungsi sebagai pengaman yaitu relay 20,

keadaan relay pada saat sebelum mendapatkan tegangan adalah (Normally Open).

Sehingga dengan adanya tegangan dari level switch akan membuat kontak kaki

relay berpindah dari open menjadi close (terhubung).

Prinsip kerja dari pengaman ini adalah pada saat terjadi gangguan / level

liquid telah menyentuh batas LSHH maka kontak level switch akan berpindah dari

posisi NC (terhubung) menjadi open (terputus). Hal ini disebabkan karena floater

yang berfungsi sebagai sensor dari level switch berhubungan langsung dengan

26
media yang dideteksi. Dan sifat dari floater adalah ia akan selalu mengikuti level

dari cairan / liquid, dan dengan terputusnya level switch akan membuat

terputusnya tegangan pada relay 20, akibatnya kontak kaki relay 20 akan kembali

ke posisi NO (terputus). Bersamaan dengan itu relay 41 yang menjadi perantara

ke relay 40 juga akan de- energized (terputus) sehingga kompresor akan mati.

4.4.2 Sistem Pengaman LSHH (Level Switch High High) 451

Pada dasarnya prinsip kerja dari pengaman LSHH 451 ini sama dengan

pengaman pada LSHH 744, namun perbedaannya terdapat dari letak pengaman,

karena pengaman LSHH 451 ini berfungsi untuk mendeteksi level liquid pada

vessel 12-V-506, selain itu perbedaan juga terdapat pada relay karena pada

pengaman LSHH 451 ini menggunakan relay 21, namun kaki relay ini terhubung

seri dengan kaki relay 20 milik pengaman LSHH 744 dan relay lainnya yang juga

berfungsi sebagai pengaman kompresor 12-K-502 B. Sehingga kompresor akan

mati jika terjadi gangguan berupa level high high.

4.4.3 Sistem Pengaman PSLL (Pressure Switch Low Low) 457 / 470

Pengaman Pressure Switch Low Low 457 / 470 ini berfungsi untuk

mendeteksi tekanan minimum Lube Oil (Pelumas) yang digunakan untuk

melumasi bagian - bagian peralatan dari kompresor terutama pada bagian yang

saling bersinggungan / bergesekan pada kompresor 12-K-502 B.

Kompresor akan mati apabila tekanan pada lube oil rendah dan tekanan

tersebut telah sampai / menyentuh batas yang ditentukan untuk tejadinya

shutdown. Peralatan yang digunakan pada sistem pengaman PSLL ini adalah

27
pressure switch, dimana pressure switch ini bekerja berdasarkan tekanan. Pada

saat proses operasi berjalan normal (tekanan terpenuhi) pressure switch ini dalam

keadaan NC (Normally Close). Pressure switch ini terhubung ke relay yang

berfungsi sebagai pengaman yaitu relay 22, keadaan relay pada waktu normal

adalah NO (Normally Open). Sehingga dengan diberinya tegangan dari pressure

switch akan membuat kontak kaki relay berpindah dari open menjadi close

(terhubung).

Prinsip kerja dari pengaman ini adalah pada saat tekanan lube oil rendah

dan telah sampai pada batas PSLL maka kontak pressure switch akan berpindah

dari posisi NC (terhubung) menjadi open (terputus). Dan dengan terputusnnya

pressure switch akan membuat terputusnya tegangan pada relay 22, akibatnya

kontak kaki relay 22 akan kembali ke posisi NO (terputus). Bersamaan dengan itu

relay 41 yang menjadi perantara ke relay 40 juga akan de- energized (terputus)

sehingga kompresor akan mati.

4.4.4 Sistem Pengaman VSHH (Vibrasi Swich High High) 401 / 402

Pengaman Vibrasi Swich High High 401 / 402 ini dipasang / digunakan

untuk mendeteksi maksimum vibrasi atau getaran yang terjadi pada kompresor.

Baik gangguan vibrasi yang berasal dari komponen kompresor itu sendiri maupun

vibrasi yang disebabkan oleh terjadinya gangguan alam. Adapun gangguan

vibrasi yang berasal dari kompresor itu sendiri misalnya : adanya getaran yang

terjadi pada piston, Miss Aligment (Tidak lurusnya poros penggerak dengan poros

yang digerakkan). Sedangkan gangguan vibrasi yang berasal dari luar / gangguan

alam adalah pada saat terjadinya gempa bumi.

28
Kompresor akan trip / mati apabila vibrasi atau getaran yang terjadi pada

kompresor telah melebihi batas normal yang telah ditentukan. Pada sistem

pengaman ini digunakan Vibration switch, pada saat proses operasi berjalan

normal keadaan kontak dari Vibration switch adalah NC (terhubung). Vibration

switch ini terhubung ke relay yang berfungsi sebagai pengaman yaitu relay 23,

keadaan relay pada waktu normal adalah NO (Normally Open).Sehingga ketika

dialiri arus listrik dari Vibration switch akan membuat kontak kaki relay

berpindah dari NO menjadi close (terhubung).

Prinsip kerja dari pengaman ini adalah pada saat getaran yang terjadi

tinggi dan telah sampai pada batas VSHH maka kontak Vibration switch akan

berpindah dari posisi NC (terhubung) menjadi Open (terputus). Dan dengan

terputusnnya Vibration switch akan membuat terputusnya tegangan pada relay 23,

akibatnya kontak kaki relay 23 akan kembali ke posisi NO (terputus). Bersamaan

dengan itu relay 41 yang menjadi pengantar ke relay 40 juga akan kembali ke

posisi NO (putus) karena syaratnya relay 41 energize adalah semua relay

pengaman pada kompresor 12-K-502 B harus dalam keadaan energize

(terhubung). Akibat terputusnya relay 41 akan membuat relay 40 yang terhubung

ke juga tombol star up kompresor akan de- energized (terputus) sehingga

kompresor akan mati.

4.4.5 Sistem Pengaman LSLL (Level Swich Low Low) 401 / 402

Pengaman Level Swich Low Low 401 / 402 ini berfungsi untuk mendeteksi

level minimum lubricator / pelumas. Karena semua kompresor yang beroperasi

secara terus menerus pasti akan membutuhkan pelumas untuk mendukung

29
kelancaran operasi tersebut, karena jika kebutuhan akan pelumas tidak terpenuhi /

tercukupi maka pada bagian - bagian yang bergerak akan Aus terutama pada

bagian yang bergesekan. Oleh sebab itulah diperlukan suatu sistem pengaman

yang mampu mendeteksi kebutuhan pelumas yang diperlukan oleh kompresor 12-

K-502 B agar dapat berjalan normal.

Kompresor akan trip / mati apabila level lubricator telah menyentuh batas

LSLL, peralatan yangdigunakan pada sistem pengaman LSLL ini adalah level

switch. Pada saat level lubricator masih normal (memenuhi batas set point), level

switch dalam keadaan NC (Normally Close), Level switch ini terhubung ke relay

yang berfungsi sebagai pengaman yaitu relay 24, keadaan relay pada waktu

normal adalah NO (Normally Open).Sehingga ketika menerima tegangan dari

level switch akan membuat kontak kaki relay berpindah dari open menjadi close.

Adapun prinsip kerja dari LSLL 401 / 402 ini adalah apabila level

lubricator oil atau pelumas sudah sampai pada batas LSLL maka level switch

akan berpindah dari posisi NC (terhubung) menjadi open (terputus). Dan dengan

terputusnya level switch akan membuat terputusnya tegangan pada relay 24,

akibatnya kontak kaki relay 24 akan kembali ke posisi NO (terputus). Bersamaan

dengan itu relay 41 yang menjadi perantara ke relay 40 juga akan de- energized

(terputus) sehingga kompresor akan mati.

4.4.6 Sistem Pengaman XA 401/402 (main Motor)

Sistem pengaman ini berfungsi untuk mentripkan kompresor 12-K-502 B

apabila terjadi gangguan pada main motor. Memang pada dasarnya apabila motor

penggerak mengalami gangguan / mati pasti juga akan mengakibatkan kompresor

30
mati, namun dengan menggunakan sistem pengaman ini akan membuat

terkontrolnya proses saat kompresor kembali di hidupkan, karena persyaratan

untuk dapat menghidupkan kembali kompresor adalah semua relay yang berfungsi

sebagai pengaman kompresor harus dalam keadaan terhubung (close). Pada sistem

pengaman XA 401 / 402 ini digunakan sebuah relay yaitu relay 25.

Prinsip kerja dari pengaman ini adalah pada saat motor penggerak berjalan

normal maka posisi kaki relay adalah terhubung (close), sehingga kompresor

dapat berjalan dengan normal. Kompresor akan mati pada saat terjadi kegagalan

pada motor, kegagalan ini juga akan mengakibatkan relay 25 yang berfungsi

sebagai pengaman kompresor terputus (open).

4.4.7 Sistem Pengaman XA 405/406 (Excessive Time unloading)

Pengaman ini digunakan untuk mentripkan kompresor jika kompresor

Unloading (tanpa beban) selama waktu yang ditentukan, karena jika kompresor

dibiarkan tetap bekerja sedangkan beban yang harus di kompres oleh kompresor

tidak terpenuhi. Hal ini jika dibiarkan dapat mengakibatkan getaran / vibrasi pada

kompresor dan dapat mengakibatkan kerusakan pada kompresor.

Pada sistem pengaman ini Peralatan yang digunakan adalah berupa limit

switch. Limit switch ini bekerja berdasarkan settingan waktu yang telah

ditentukan. Limit switch terhubung ke relay 29, dimana relay 29 ini merupakan

relay yang berfungsi sebagai sistem pengaman VSHH.

Prinsip kerja dari sistem pengaman XA 405 / 406 adalah pada saat

kompresor belum running maka limit switch ini juga masih belum akan mulai

bekerja, limit switch baru akan mulai bekerja pada saat kompresor mulai running.

31
Apabila terjadi unloading selama waktu yang sudah ditentukan maka limit switch

ini akan membuat relay 29 terputus (open), terputusnya kontak relay 29 inilah

yang menyebabkan kompresor mati.

4.4.8 HS 411 (412) / (Emergency)

Pada sistem pengaman kompresor 12-K-502 B ini terdapat sebuah

pengaman untuk keadaan emergency yang memang dibuat untuk mentripkan atau

mematikan kompresor secara manual atau dengan HS (Hand Switch). Peralatan

yang digunakan untuk Hand Switch ini adalah berupa switch atau sakelar push

button, keadaan push button pada saat proses operasi berjalan normal adalah close

(terhubung) sehigga apabila terjadi emergency maka switch push buton harus

menjadi open (putus).

Namun pengaman ini tetap menggunakan relay yang mana dari kaki

relay tersebut ada yang dihubungkan ke hand switch (lokal panel), dan sistem

DCS (control room). Sistem emergency ini dapat dilakukan di lokal panel maupun

di control room, dimana maksud dari sistem pengaman HS 411 (412) ini adalah

apabila terjadi suatu emergency yang memang mengharuskan kompresor untuk

dimatikan secara manual. Selain itu sistem emergency ini juga memungkinkan

operator dapat mematikan kompresor dari control room atau dari ruang DCS

(control room), apabila kompresor tidak dapat dimatikan melalui hand switch

yang berada dilokal panel.

32
V. PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Kompresor 12-K-502 B merupakan Kompresor yang beroperasi pada unit

ARHDM (Atmosferik Residue Hydro Demetalizer) dengan jenis

reciprocating, dan penggeraknya berupa motor listrik.

2. Peralatan instrument yang dipergunakan pada sistem pengaman kompresor

12-K-502 B ini cukup sederhana, namun memiliki manfaat yang sangat

besar.

3. Sistem pengaman kompresor ini dipasang dengan maksud untuk menjaga

kesetabilan proses agar dapat berjalan sesuai kemampuan peralatan dan

sesuai dengan keinginan operasi, serta menjaga keamanan lingkungan dan

pekerjanya.

4. Sistem pengaman yang digunakan pada kompresor ini terdiri dari :

1. LSHH 744 (Level Switch Hight Hight)

2. LSHH 451 (Level Switch Hight Hight)

3. PSLL 457 / 470 (Pressure Switch Low Low)

4. VSHH 401 / 402 (Vibration Switch High High)

5. LSLL 401 / 402 (Level Switch Low Low)

6. XA 401 / 402 (main Motor)

7. XA 405 / 406 (Excessive Time unloading)

8. HS 411 / 412 (Emergency)

33
5.2 Saran

1. Untuk mempermudah pengumpulan data diharapkan data – data

kompresor jangan ada yang hilang atau rusak, karena akan sangat

mempersulit pengumpulan data.

2. Pada saat pengambilan data dilapangan diharapkan anda haruslah dengan

pembimbing lapangan, hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh akan

lebih lengkap.

3. Untuk pemasangan instrumen di lapangan kalau sudah dimodifikasi

diharapkan disimpan juga diagram modifikasi tersebut, jangan sampai

mempersulit bila terjadi perbaikan terhadap instrumen yang telah

dimodifikasi tersebut.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Bramantya, Oscar A. A. 2006. ”Analisa Efisiensi Isontropik Turbin 15-K-


102” di Pertamina UP VI Balongan. Fakultas Teknik Mesin Universitas
Diponegoro. Semarang.
2. Budi, Suka Handaja. 2007. “Teknik Digital”. Sekolah Tinggi Energi dan
Mineral. Cepu.
3. Manual Book kompresor 12-K-502 di unit 12 & 13 ARHDM
(Atmospheric Residue Hydrodemetallization) Pertamina UP VI Balongan.
4. Marsono, 2003. ”Sistem Pengaman Kompresor Udara 56 K 102 Di Kilang
Pertamina UP IV cilacap”. Sekolah Tinggi Energi dan Mineral. Cepu.
5. Roring, Royke Rudolf. 2007. “Teknik Instrumen”. Sekolah Tinggi Energi
dan Mineral.Cepu.
6. Unit 12 & 13 ARHDM. 2008. Kilang UP VI Balongan.

35
Lampiran 1 : Struktur Organisasi JPK PERTAMINA UP-IV Balongan

STRUKTUR JABATAN
BIDANG JASA PEMELIHARAAN KILANG
UP VI BALONGAN

GM UP VI

MANAJER
JPK

SEKR

KA. BAG. KA BAG KA.BAG KA. BAG KA.BAG


REN 50 PEM I 30 PEM II 44 PEM. II 26 LOGISTIK 20

KA. BAG KA.BAG


ENG PEM 40 BENGKEL 85

PERTAMINA
Lampiran 2 : Common Shut-Downs
Lampiran 3 : (Lanjutan)
Lampiran 3 : (Lanjutan)
Lampiran 3 : (Lanjutan)
Lampiran 3 : (Lanjutan)
Lampiran 3 : (Lanjutan)
Lampiran 3 : Interface Relays – Shut Downs
Lampiran 3 : (Lanjutan)
Lampiran 4 : (Lanjutan)
Lampiran 4 : P & ID kompresor 12-K-502 B di unit 12 & 13 (ARHDM)
Lampiran 4 : (Lanjutan)
Lampiran 4 : (Lanjutan)

Anda mungkin juga menyukai