Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN OBSERVASI / PRAKTEK

UJI SERTIFIKASI
BIDANG PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
PELAKSANA MADYA PENGOPERASIAN PLTD

PERIODE : 1 – 3 Maret 2021


LAPORAN OBSERVASI / PRAKTEK
UJI SERTIFIKASI BIDANG PEMBANGKIT TENAGA
LISTRIK PELAKSANA MADYA PENGOPRASIAN PLTD

KODE OKUPASI : D.35.114.KUALIFIKASI.2.KITLTD


JUDUL OKUPASI JABATAN : Pelaksana Madya Pengoprasian PLTD
KODE UNIT INTI 1 : D.35.114.07.065.1
JUDUL UNIT 1 : Mengoperasikan Peralatan Bantu PLTD Kecil
bagi Pelaksana Madya
KODE UNIT PILIHAN 1 : D.35.114.00.012.1
JUDUL UNIT 1 : Mengoperasikan Sistem Bahan Bakar Minyak
dan Gas Bagi Pelaksana
Madya KODE UNIT PILIHAN 2: D.35.114.00.015.1
JUDUL UNIT 2 : Mengoperasikan Sistem Limbah Bagi Pelaksana
Madya

NAMA : Karolus Antonius Assan

DAFTAR ISI LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN / OBSERVASI


DAFTAR ISI LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN / OBSERVASI.................................1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................2
BAB II FAKTOR K2/K3.................................................................................................3
BAB III DAFTAR ALAT KERJA / ALAT UJI / BAHAN..................................................9
BAB IV KAJIAN TEORI..............................................................................................10
BAB V LANGKAH KERJA..........................................................................................12
DATA HASIL OBSERVASI.........................................................................................13
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................14
LAMPIRAN JSA..........................................................................................................15
FOTO PELAKSANAAN/PRAKTEK............................................................................16

Halaman 1 dari 21
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam era pembangunan ini berbagai usaha telah dilakukan untuk mewujudkan
program pemerintah menuju cita-cita nasional yaitu meningkatkan taraf hidup rakyat
yang adil dan makmur materil maupun spiritual yang berdasarkan kepada Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Salah satu kebutuhan hakiki masyarakat Indonesia dewasa ini adalah kebutuhan
akan tenaga listrik yang memadai dan handal, sesuai dengan peningkatan jumlah
penduduk dan pertumbuhan industri, yang salah satunya adalah Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD).
Perlu diketahui bahwa dalam PLTD terdapat beberapa komponen penunjang
untuk kehandalan penyaluran tenaga listrik. Adapun komponen penunjang yang
dimaksud secara umum antara lain:
1. Mesin Diesel
2. Generator
3. Peralatan Instrument dan Kontrol
4. Auxilliary atau alat bantu.
Untuk itu, sesuai dengan Undang-undang no. 30 tahun 2009 tentang ketenaga
listrikan, guna menunjang kehandalan dan keberlangsungan pembangkitan energi
listrik sampai kepada konsumen diperlukan pemeliharaan sistem pembangkitan
listrik, dalam hal ini PLTD.

Halaman 2 dari 21
BAB II

FAKTOR K2/K3

2.1. HUBUNGAN ANTARA K2 DAN K3


Bagaimana hubungan antara K2 dan K3 ?
Hubungan antara K2 dan K3 dapat dijelaskan sebagai berikut :
K3 = Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K2 = Keselamatan Ketenagalistrikan
2.2. PENGERTIAN KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN (K2)
Definisi / Pengertian :
Keselamatan Ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-angkah
pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik
untuk mewujudkan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi
manusia, serta kondisi akrab lingkungan (ramah lingkungan), dalam arti tidak
merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik.
Upaya untuk mewujudkan “ A 3“ dapat dilakukan dengan ;
a. Standarisasi
b. Penerapan 4 pilar K2
c. Sertifikasi
d. Penerapan SOP / IK
e. Adanya pengawas pekerjaan

2.3. LANDASAN HUKUM / DASAR HUKUM


a. UU No.1 / 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU No.30 / 2009 tentang Ketenagalistrikan
Berdasarkan Undang-undang NO 30 tahun 2009 tentang
ketenagalistrikan, Keselamatan Ketenagalistrikan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan
keselamatan ketenagalistrikan
b. Keselamatan ketenagalistrikan meliputi :
 Standarisasi
 Pengamanan instalasi dan pemanfaat TL untuk
mewujudkan kondisi:
i. Andal dan aman bagi instalasi ( Keselamatan Instalasi ).
ii. Aman dari bahaya bagi manusia:
I. Tenaga Kerja ( Keselamatan Kerja ).
II. Masyarakat Umum ( Keselamatan Umum ).
iii. Akrab lingkungan ( Keselamatan Lingkungan ).

Halaman 3 dari 21
 Sertifikasi :
i. Sertifikasi laik operasi bagi instalasi penyediaan TL,
ii. Sertifikasi kesesuaian dengan standar PUIL untuk instalasi
pemanfaatan TL (instalasi pelanggan),
iii. Tanda keselamatan bagi pemanfaat TL (alat kerja/rumah
tangga)
iv. Sertifikasi kompetensi bagi tenaga teknik ketenagalistrikan

2.4. LINGKUP K2
Pegangan awal dalam melaksanakan kegiatan yang mempunyai potensi bahaya :
a. Standarisasi Proses ( Pemasangan dsb)
b. Standarisasi Uji (Performance Test, Komisioning dsb)
c. Standarisasi Produk (Spesifikasi
dsb) Beberapa pengertian / definisi :
Keselamatan kerja adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman bagi
pekerja dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan Instalasi dan kegiatan
ketenagalistrikan lainnya dari Perusahaan, dengan memberikan perlindungan,
pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
yang timbul karena hubungan kerja yang menimpa pekerja.
Keselamatan umum adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman bagi
masyarakat umum dari bahaya yang diakibatkan oleh kegiatan Instalasi dan
kegiatan ketenagalistrikan lainnya dari Perusahaan, dengan memberikan
perlindungan, pencegahan dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan
masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan Perusahaan.
Keselamatan lingkungan adalah upaya untuk mewujudkan kondisi akrab
lingkungan dari Instalasi, dengan memberikan perlindungan terhadap terjadinya
pencemaran dan / atau pencegahan terhadap terjadinya kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh kegiatan Instalasi.
Keselamatan instalasi adalah upaya untuk mewujudkan kondisi andal dan
aman bagi Instalasi, dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan
pengamanan terhadap terjadinya gangguan dan kerusakan yang mengakibatkan
Instalasi tidak dapat berfungsi secara normal dan atau tidak dapat beroperasi.

Halaman 4 dari 21
2.5. 4 (EMPAT) PILAR K2
Empat Pilar K2 terdiri dari :
Pilar 1 : Keselamatan Kerja
Pilar 2 : Keselamatan Umum
Pilar 3 : Keselamatan Lingkungan
Pilar 4 : Keselamatan Instalasi
2.6. PENGERTIAN K3
Keselamatan kerja adalah suatu usaha pencegahan terhadap kecelakaan
kerja yang dapat menimbulkan berbagai kerugian, baik kerugian harta benda
(rusaknya peralatan), maupun kerugian jiwa manusia (luka ringan, luka berat, /
cacat bahkan tewas).
Pengertian Kecelakaan
Kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga /tiba-tiba yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

2.7. UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG: KESELAMATAN


KERJA
Diundangkan tanggal: 12 januari 1970
Tujuan / sasaran dari undang – undang ini adalah :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada ditempat kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
b. Agar sumber – sumber produksi dapat dipakai dan digunakan
secara aman dan efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara aman dan efisien.
Undang – undang ini diberlakukan untuk setiap tempat kerja yang di dalamnya
terdapat tiga unsur, yaitu :
a. Adanya suatu usaha, baik usaha yang bersifat ekonomi maupun sosial
b. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus
menerus atau hanya sewaktu-waktu
c. Adanya sumber bahaya
2.8. HAK DAN KEWAJIBAN SETIAP TENAGA KERJA DALAM K3 (BAB VIII,
PASAL 12 ,UU NO : 1 TAHUN 1970)
a. Memberikan keterangan yang benar tentang k3, bila diminta oleh pengawas /
ahli k3
b. Memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan
c. Mematuhi dan mentaati semua syarat k3
d. Minta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat k3 yang di wajibkan

Halaman 5 dari 21
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat k3 dan alat
pelindung diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal
khusus yang ditentukan oleh pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat di pertanggung jawabkan

2.9. FILOSOPI DASAR PENGELOLAAN K2/K3


Filosofi dasar dalam mengelola kegiatan K2/K3 dapat dijelaskan sebagai berikut ;
a. Mengelola kegiatan K3 dibaratkan dengan orang naik sepeda di jalan
tanjakan, bila berhenti mengayuh,maka sepedanya akan terjatuh.
b. Harus selalu ada aktivitas K3 agar tidak terjadi kecelakaan kerja
c. K3 harus melibatkan seluruh unsur yang ada diperusahaan tanpa kecuali
(Safety By All)

2.10. POLA PENERAPAN K2 / K3 DI PT PLN (PERSERO)


Pola pelaksanaan K3 di PT PLN (Persero) dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pola penerapannya sesuai dengan Budaya Perusahaan
b. K2/K3 didefinisikan dan dipahami dengan jelas oleh segenap karyawan
c. Adanya komitmen yang jelas dari Top Manajemen dari setiap unit – unit
kerja PLN
d. Pengorganisasian K2 / K3 ditangani dengan jelas oleh;
Pejabat yang bertanggung jawab terhadap program K2/K3
a. Ahli K3
b. P2K3 (Panitia Pembina K3)
Disusunnya rencana kerja K2/K3 yang meliputi kegiatan / program –
program sebagai berikut:
a. Program teknis Operasional,meliputi ;
 Perlindungan dan pencegahan kecelakaan
 Pendidikan dan Pelatihan
 Pencegahan dan penaggulangan bahaya kebakaran
 Kesehatan kerja
 Investigasi,pelaporan dan tindak lanjut kecelakaan
 Pemeliharaan dan peningkatan K2 / K3
b. Program Manajemen meliputi;
 Zero Accident ( Kecelakaan Nihil)
 SMK3 (Sistem Manajemen K3)
Hasil penerapan program K2 / K3 dapat dilihat pada Statistik dan kinerja
unit – unit PLN khususnya dalam kinerja K2 / K3 serta adanya penghargaan
prestasi K2 / K3 dari pihak / institusi yang berwenang.

Halaman 6 dari 21
2.11. PENGARUH “K 2” TERHADAP PENILAIAN TINGKAT KINERJA UNIT- UNIT
PT PLN (PERSERO).
Dituangkan dalam Keputusan Direksi PT PLN (Persero) yang mengatur
tentang Sistem penilaian tingkat kinerja PT PLN (Persero) Pembangkit,
Wilayah, Distribusi, Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban serta Jasa
Penunjang.
Dalam Keputusan Direksi tersebut :
a. K2 Merupakan salah satu indikator kinerja yang dinilai pada “ Perspektif
Bisnis Internal ”
b. K2 adalah indikator yang digunakan untuk mengukur ketaatan unit – unit
PLN untuk melaksanakan kewajiban :
 Keselamatan kerja
 Keselamatan Instalasi
 Keselamatan Umum
 Keselamatan Lingkungan
Jika K2 ini tidak dilaksanakan, maka akan menjadi “ Salah satu faktor
pengurang” penilaian tingkat kinerja unit -unit PLN.
2.12. SANKSI – SANKSI PADA KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN
Berdasarkan Undang-undang NO 30 tahun 2009 pasal 50 dan 51,
sanksi-sanksi (Ketentuan Pidana) yang berkaitan dengan Keselamatan
Ketenagalistrikan adalah sebagai berikut:
Pasal 50:
(1) Setiap orang yang tidak memenuhi keselamatan ketenagalistrikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) yang mengakibatkan
matinya seseorang karena tenaga listrik dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik atau pemegang izin operasi
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
(3) Selain pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemegang izin
usaha penyediaan tenaga listrik atau pemegang izin operasi juga
diwajibkan untuk memberi ganti rugi kepada korban.
(4) Penetapan dan tata cara pembayaran ganti rugi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 51:
(1) Setiap orang yang tidak memenuhi keselamatan ketenagalistrikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) sehingga mempengaruhi
kelangsungan penyediaan tenaga listrik dipidana dengan pidana penjara

Halaman 7 dari 21
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
(2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
terputusnya aliran listrik sehingga merugikan masyarakat, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

Halaman 8 dari 21
BAB III

DAFTAR ALAT KERJA / ALAT UJI / BAHAN

No. Deskripsi Fungsi

1 Alat Pelindung Diri (APD) Untuk melindungi diri dari bahaya


- Safety shoes pada saat pekerjaan dilaksanakan.
- Helm
- Rompi
- Sarung Tangan
- Kacamata Safety
- Ear Plug

Halaman 9 dari 21
BAB IV

KAJIAN TEORI

PT. PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan
Perseroan (Persero) berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik bagi
kepentingan umum. Salah satu pembangkit listrik yang dimiliki PLN ialah
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Mesin diesel ini berfungsi untuk
menghasilkan energi mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor generator. PT.
PLN berusaha agar mesin – mesin pembangkit listrik tetap beroperasi normal.
Kelancaran dari pelaksanaan proses produksi merupakan suatu hal pokok yang
harus dicapai.

Salah satu fungsi yang memegang peranan yang sangat penting dalam
menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan produksi adalah perawatan mesin.
Setiap mesin beroperasi dengan prosedur yang ada untuk berjalan dengan baik dan
aman. Hal tersebut juga berlaku pada mesin genset yang digunakan ketika listrik
yang bersumber dari PLN mengalami pemadaman. Dengan mengikuti prosedur
yang benar, mesin PLTD Kecil dapat digunakan dengan aman dan dalam waktu
yang sangat lama.
Dalam hal pengoperasian genset, lebih baik jika Anda mengikuti SOP (Standard
Operating Procedure). Sebelum mengetahui cara menyalakan genset yang benar,
sebaiknya Anda memperhatikan dan mengetahui cara sebelum menyalakan genset
sesuai SOP seperti berikut.
Prosedur Menghidupkan dan mematikan genset sesuai standart procedure
procedure (SOP)
1. Periksa terlebih dahulu bahan bakar dengan posisi kran pada daily tank pada
kondisi on atau tetap terbuka.
2. Lalu periksalah air radiator pada genset. Jika air radiator sudah terletak di bawah
takaran yang seharusnya maka segera tambahkan.
3. Periksa juga air ACCU dan tambahkan jika sudah berkurang.
4. Periksa oli mesin apakah masih dalam takaran atau sudah dibawah takaran yang
ada.
5. Jangan lupa untuk memeriksa kabel R-S-T-N apakah sudah terpasang dengan
benar.
6. Pasang kabel ACCU dengan benar dan pastikan sudah terpasang dengan kuat
dengan warna merah adalah positif (+) dan warna hitam adalah (-).
7. Pastikan Anda telah mematikan saklar utama sebelum Anda menghidupkan
mesin.
8. Setelah itu buka box panel, kemudian naikkan semua MCB.

Halaman 10 dari 21
Setelah Anda melakukan langkah-langkah di atas sebelum menyalakan mesin
genset, maka Anda bisa melakukan langkah selanjutnya yaitu menyalakan genset
seperti berikut.
 Cara menyalakan genset yang benar yaitu dengan menghidupkan mesin tanpa
beban atau warming up kurang lebih selama 10 menit. Tekan atau putar tuas
kunci secara perlahan-lahan untuk memastikan accu elektrik starter masih dapat
digunakan, kemudian putar secara penuh dan tahan sampai genset benar-benar
menyala. Jangan mengalirkan listrik langsung dari genset ke dalam instalansi,
sebaiknya tunggu hingga kondisi mesin lebih stabil.
 Saat beroperasi, tetap lakukan pemeriksaan pada oil meter, baterry charge, water
temperature, volt meter AC, frequency meter, dan hour counter meter) apakah
sudah dalam keadaan baik ketika mesin genset dalam keadaan menyala.
Setelah mengetahui cara menyalakan genset dan usai digunakan untuk pekerjaan
Anda, ketahui juga cara mematikan mesin genset berikut ini.
 Turunkan breaker atau matikan beban terlebih dahulu dan tunggu sekitar 5 menit
untuk pendinginan mesin (cooling down), setelah itu matikan mesin.

Pada saat Mesin Diesel beroperasi akan menghasilkan pencemaran.


Pencemaran tersebut yaitu adanya getaran, kebisingan, vibrasi, pencemaran air dan
pencemaran udara. Untuk mengelola dampak pada lingkungan yang ditimbulkan
karena pengoperasian mesin diesel tersebut maka diadakan upaya pengelolaan
lingkungan (UKL). Kegiatan – kegiatan dalam upaya Pengelolaan lingkungan adalah
sebagai berikut :

1. Getaran
Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah :
a. Memasang Mesin dengan dudukan yang sesuai
b. Mensosialisasikan kepada masyarakat sekitar dampak pengoperasian mesin
diesel akan kemungkinan terjadinya getaran pada waktu waktu tertentu.
 Tolok Ukur Pengelolaan
Tolok ukur pengelolaan dampak getaran adalah Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 tentang getaran dan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.
2. Kebisingan
Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah :
a. Melakukan penanaman pohon untuk meredam suara
b. Operator dan orang yang masuk ke area mesin diesel menggunakan ear
plug
c. Gedung pembangkit harus menggunakan peredam suara

Halaman 11 dari 21
BAB V

LANGKAH KERJA

I. Persiapan Kerja
1. Persiapan pembuatan JSA, Working Permit
2. Persiapan peralatan test
3. Persiapan form pengetesan
4. Persiapan APD

II. Pelaksanaan
1. Melakukan Pemeriksaan sistem bahan bakar
2. Melakukan pemeriksaan Aki / Baterai
3. Melakukan pemeriksaan Air Radiator / Coolant
4. Melakukan Pemeriksaan panel PLTD Kecil
5. Melakukan Running PLTD
6. Melakukan Stop Running PLTD
7. Melakukan pemantauan terhadap limbah yang dihasilkan

III. Finishing
1. Merapihkan peralatan test
2. Pembuatan laporan

Halaman 12 dari 21
DATA HASIL OBSERVASI
TANGGAL : 1 – 3 MARET 2021
PO NO. : -
MERK MESIN : MAN
KAPASITAS : 500 Kva
TYPE : D2842
BAHAN BAKAR : Solar
LOKASI MESIN : PLTD Waiwerang Adonara Timur

OBSERVASI

1. PLTD dapat Beroperasi dengan baik pada saat ada beban maupun saat
tidak ada beban
2. Pengoperasian system bahan bakar dapat berfungsi dengan baik karena
tidak ada nya kebocoran pada pipa saluran bahan bakar yang mengarah ke
PLTD
3. Untuk gas buang masih baik / tidak berwarna hitam
4. Untuk pencemaran kebisingan tidak menggangu lingkungan sekitar karena
PLTD memiliki ruangan sendiri dan juga kedap suara
5. Untuk pencemaran getaran tidak mengganggu lingkungan sekitar karena
sudah ada pondasi mesin yang meredam getaran
6. Body PLTD Kecil sedikit berdebu dan berminyak

Pelaksana Adonara, 01 MARET 2021


Mengetahui,

(Karolus Antonius Asan) (.............................................)

Halaman 13 dari 21
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Dari hasil observasi maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengoperasikan
PLTD kecil harus sesuai dengan SOP yang berlaku agar PLTD dan memastikan
semua peralatan bantu PLTD kecil dalam keadaan baik sehingga dapat berfungsi
secara maksimal dalam melakukan back up ketika listrik padam.

6.2. Saran
Lakukan pembersihan body pada PLTD kecil serta peralatan bantu PLTD
kecil agar bersih dari debu atau hal-hal lain yang dapat mengakibatkan PLTD kecil
tidak berfungsi secara optimal.

Halaman 14 dari 21
LAMPIRAN JSA

Halaman 15 dari 21
FOTO PELAKSANAAN/ PRAKTEK

Halaman 16 dari 21
KODE OKUPASI : D.35.114.KUALIFIKASI.2.KITLTD
JUDUL OKUPASI JABATAN : Pelaksana Madya Pengoprasian PLTD
KODE UNIT INTI 1 : D.35.114.07.065.1
JUDUL UNIT 1 : Mengoperasikan Peralatan Bantu PLTD Kecil
bagi Pelaksana Madya
KODE UNIT PILIHAN 1 : D.35.114.00.012.1
JUDUL UNIT 1 : Mengoperasikan Sistem Bahan Bakar Minyak
dan Gas Bagi Pelaksana
Madya KODE UNIT PILIHAN 2: D.35.114.00.015.1
JUDUL UNIT 2 : Mengoperasikan Sistem Limbah Bagi Pelaksana
Madya

NAMA : Karolus Antonius Asan

Halaman 17 dari 21
Foto Penjelasan

Pemeriksaan level bahan bakar


sebelum melakukan running start
engine.

Pengecekan level oli sebelum


melakukan running start engine dan
memastikan level oli pada ukuran
yang di tentukan pada buku engine

Halaman 18 dari 21
Melakukan pemeriksaan air radiator
sesuai ukuran....
Apabila level air tdk pada ukuran yg di
tentukan maka bisa trjadi high
temperature

Foto Penjelasan
Pengecekan level air accu serta
tegangan accu agar saat running
start accu tdk mengallami lowbatt

Halaman 19 dari 21
Setelah selesai mengecek
semuanya maka mesin siap untuk
running start.....

Setelah mesin pada posisi running,


sesuaikan frekuensi dan tegangan
mesin harus sama dengan
frekuensi dan tyegangan dari
busbar agar bisa di shynchron...
Dan mengtur jarumshyncronscope
Berputar searah jarum jam...
Untuk menyinkron,atur pelan jarum
shyncronscope hingga jarum
menunjukan arah tepat jam 12.....
Dan mesin siap untuk dishyncron

Halaman 20 dari 21
Pencemaran getaran tidak
mengganggu lingkungan sekitar karena
ada dudukan pondasi mesin yang
meredam getaran dan suara bising
diredam oleh ruangan yang kedap
suara.

Halaman 21 dari 21

Anda mungkin juga menyukai