Anda di halaman 1dari 26

KD 3.17.

Menerapkan Prosedur Pemeliharaan Lighting Arrester


KD 4.17. Memelihara Lighting Arrester

PEDOMAN PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER

Lightning Arrester seperti peralatan di gardu induk lainnya, juga memerlukan


pemeliharaan agar tetap mampu berfungsi baik. Sekalipun nilai asetnya tidak mahal,
namun bila arrester tidak bekerja dengan baik, maka kerusakan peralatan lain yang
seharusnya terlindung dari surja tidak dapat terhindarkan. Dalam IEC 60099-5 , section
6, disebutkan beragam metode untuk mendiagnosa kondisi arrester, khususnya metal
oksida. Standar ini dijadikan salah satu acuan dalam melaksanakan kegiatan
pemeliharaan Arrester.
Kegiatan pemeliharaan pada Lightning Arrester dapat dikategorikan seperti dalam bagan
sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Metode Pemeliharaan

A. PEMELIHARAAN PREVENTIF (PREVENTIVE MAINTENANCE)


Merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya
kerusakan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja yang optimal
sesuai umur teknisnya, melalui inspeksi secara periodic dan pengujian fungsi atau
melakukan pengujian dan pengukuran untuk mendiagnosa kondisi peralatan.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan berpedoman kepada : instruction manual dari
pabrik, standar-standar yang ada ( IEC, IEEE, CIGRE, ANSI, dll ) dan pengalaman
serta observasi / pengamatan operasi di lapangan.
Lightning arrester yang dipelihara secara umum dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1. Arrester Gardu Induk


2. Arrester di Saluran Transmisi
Pemeliharaan LA di Gardu Induk memiliki poin pengujian/ pemeliharaan yang lebih
banyak daripada LA di Saluran Transmisi, hal ini terutama karena factor kemudahan
pelaksanaan. Sebagai contoh pengukuran arus bocor resistif dalam kondisi
bertegangan akan sulit dilaksanakan pada Arrester di SUTT, SUTET.

Pemeliharaan preventif ini dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Pemeliharaan Rutin
2. Pemeliharaan Prediktif
Penjelasan dan implementasi lebih lanjut akan dijelaskan dalam sub bab
berikutnya.

B. PEMELIHARAAN RUTIN (ROUTINE MAINTENANCE)


Merupakan kegiatan pemeliharaan secara periodik/ berkala dengan melakukan
inspeksi dan pengujian fungsi untuk mendeteksi adanya potensi kelainan atau
kegagalan pada peralatan dan mempertahankan unjuk kerjanya. Berdasarkan
periodenya, pemeliharaan rutin pada Arrester terdiri dari:

1. Pemeliharaan Harian

2. Pemeliharaan Mingguan

3. Pemeliharaan Bulanan

4. Pemeliharaan Tahunan atau Bersamaan dengan padam Bay T/R atau T/L

In Service Visual Inspection


Merupakan pekerjaan pemantauan/ pemeriksaan secara berkala/ periodik
kondisi peralatan saat operasi dengan hanya memanfaatkan 4 (empat) indera
dan alat ukur bantu sederhana sebagai pendeteksi (termasuk thermo visi dan
thermogun).

Tujuan In Service Visual Inspection untuk mendapatkan indikasi awal


ketidaknormalan peralatan (anomali) sebagai bahan untuk melakukan Evaluasi
Level 1 dan data yang dapat diolah secara statistik sebagai informasi bagi
pengembangan atau tindakan pemeliharaan.

Tabel 1. JADWAL PEMELIHARAAN HARIAN LIGHTNING ARRESTER TIPE


GARDU INDUK

Kondisi : OPERASI (In service Visual Inspection)

NO PERALATAN YANG SASARAN PEMERIKSAAN PELAKSANA


DIPERIKSA
I SUBSISTEM
PEMOTONG SURJA
-
II SUBSISTEM ISOLASI
Kebersihan dari debu/
Kompartemen/ Petugas GI/ GITET
pengotor
Housing
Ada/ tidak retak Petugas GI/ GITET
Insulating Feet Retak/ Berlumut Petugas GI/ GITET
III SUBSISTEM
MONITORING
Cek struktur counter
tidak boleh menyentuh Petugas GI/ GITET
flange/ support arrester
Kondisi meter, kaca
Counter Jumlah Petugas GI/ GITET
buram/ pecah
Kerja
Angka penunjukan Petugas GI/ GITET
Cek struktur counter
tidak boleh menyentuh Petugas GI/ GITET
flange/ support arrester
Kondisi meter, kaca Petugas GI/ GITET
Meter Arus Bocor buram/ pecah
Total Petugas GI/ GITET
Angka penunjukan

IV SUBSISTEM
PENTANAHAN
-
V SUBSISTEM
PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
Flag Pressure Relief Kondisi Flag, terpasang Petugas GI/ GITET
Device baik atau tidak atau
bahkan sudah terlepas
VI SUBSISTEM
KONSTRUKSI DAN
PONDASI
-
VII SUBSISTEM
KONEKTOR
-
VIII SUBSISTEM
GRADING RING/
CORONA RING
-

Tabel 2. JADWAL PEMELIHARAAN MINGGUAN LIGHTNING ARRESTER TIPE


GARDU INDUK

Kondisi : OPERASI (In service Visual Inspection)


NO PERALATAN YANG SASARAN PELAKSANA
DIPERIKSA PEMERIKSAAN
I SUBSISTEM
PEMOTONG SURJA
-
II SUBSISTEM ISOLASI
-
III SUBSISTEM
MONITORING
-
IV SUBSISTEM
PENTANAHAN
Kawat Grounding Terdapat rantas atau Petugas GI/ GITET
tidak.
Ditumbuhi lumut atau
tidak
Koneksi dari dan ke
konstruksi penyangga
(longgar/ atau tidak)
V SUBSISTEM
PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
-
VI SUBSISTEM
KONSTRUKSI DAN
PONDASI
-

VII SUBSISTEM
KONEKTOR
Koneksi ke Bubar Terpasang baik/ ada Petugas GI/ GITET
korosi atau tidak
Koneksi ke Kawat Terpasang baik/ ada Petugas GI/ GITET
Grounding korosi atau tidak
VIII SUBSISTEM GRADING
RING/ CORONA RING
Grading Ring Posisi pemasangan, Petugas Har di GI/GITET
kondisi grading ring
(bengkok/tidak)
Tabel 3. JADWAL PEMELIHARAAN MINGGUAN LIGHTNING ARRESTER TIPE
SALURAN TRANSMISI (DI TOWER)

Kondisi : OPERASI (In service Visual Inspection)


NO PERALATAN YANG SASARAN PELAKSANA
DIPERIKSA PEMERIKSAAN
I SUBSISTEM PEMOTONG
SURJA
-
II SUBSISTEM ISOLASI
-
III SUBSISTEM MONITORING
-
IV SUBSISTEM PENTANAHAN
Kawat Grounding Terpasang/ sudah Petugas Ground Patrol
lepas

V SUBSISTEM PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
-
VI SUBSISTEM KONSTRUKSI
DAN PONDASI
-
VII SUBSISTEM KONEKTOR
Disconnector Switch Terpasang/ sudah Petugas Ground Patrol
lepas
VIII SUBSISTEM GRADING
RING/ CORONA RING
-
Tabel 4. JADWAL PEMELIHARAAN BULANAN LIGHTNING ARRESTER TIPE
GARDU INDUK

Kondisi : OPERASI (In service Visual Inspection)


NO PERALATAN YANG SASARAN PELAKSANA
DIPERIKSA PEMERIKSAAN
I SUBSISTEM PEMOTONG
SURJA
-
II SUBSISTEM ISOLASI
-
III SUBSISTEM MONITORING
-
IV SUBSISTEM PENTANAHAN
-
V SUBSISTEM PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
-
VI SUBSISTEM KONSTRUKSI
DAN PONDASI
Konstruksi Kondisi besi member, Petugas GI/ GITET
bengkok atau tidak.
Tingkat korosi.
Kondisi baud-baud
Pondasi Temuan Retak atau Petugas GI/ GITET
tidak. Masih baik atau
tidak.
VII SUBSISTEM KONEKTOR
-
VIII SUBSISTEM GRADING RING/
CORONA RING
-
Tabel 5. JADWAL PEMELIHARAAN 6 BULANAN LIGHTNING ARRESTER TIPE
GARDU INDUK

Kondisi : OPERASI (In service Visual Inspection)


NO PERALATAN YANG SASARAN PEMERIKSAAN PELAKSANA
DIPERIKSA
I SUBSISTEM PEMOTONG
SURJA
-
II SUBSISTEM ISOLASI
-
III SUBSISTEM MONITORING
-
IV SUBSISTEM PENTANAHAN
Pengukuran Pentanahan Mengetahui nilai
tahanan pentanahan Petugas GI/ GITET
baik di musim hujan
maupun di musim
kemarau
V SUBSISTEM PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
-
VI SUBSISTEM KONSTRUKSI
DAN PONDASI
-
VII SUBSISTEM KONEKTOR
-
VIII SUBSISTEM GRADING
RING/ CORONA RING
-
Tabel 6. JADWAL PEMELIHARAAN BULANAN LIGHTNING ARRESTER TIPE
SALURAN TRANSMISI (DI TOWER)

Kondisi : OPERASI (In service Visual Inspection)


NO PERALATAN YANG SASARAN PELAKSANA
DIPERIKSA PEMERIKSAAN
I SUBSISTEM PEMOTONG
SURJA
-
II SUBSISTEM ISOLASI
-
III SUBSISTEM MONITORING
Petugas Climb Up/
Counter Arrester Jumlah kerja Arrester
Petugas Har Unit
IV SUBSISTEM PENTANAHAN
-
V SUBSISTEM PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
-
VI SUBSISTEM KONSTRUKSI
DAN PONDASI
-
VII SUBSISTEM KONEKTOR
-
VIII SUBSISTEM GRADING RING/
CORONA RING
-

Shutdown Function Check


Adalah pengujian secara berkala/ periodik yang dilaksanakan pada peralatan
listrik saat padam (tidak operasi) untuk mengetahui kerja peralatan apakah
sesuai fungsinya berdasarkan spesifikasi atau standar yang diijinkan. Kegiatan
ini dilaksanakan tahunan.
Pada Lightning Arrester pemadaman rutin dilaksanakan bersamaan dengan
pemadaman rutin bay peralatan yang dilindungi oleh arrester. Kegiatan ini
dilaksanakan pada Lightning Arrester Tipe Gardu Induk, khususnya pengecekan
fungsi counter dari arrester menggunakan alat bantu tertentu.
Tabel 7. JADWAL PEMELIHARAAN TAHUNAN/ BERSAMAAN RUTIN PADAM
BAY LIGHTNING ARRESTER TIPE GARDU INDUK

Kondisi : PADAM
NO PERALATAN YANG SASARAN PELAKSANA
DIPERIKSA PEMERIKSAAN
I SUBSISTEM PEMOTONG
SURJA
-
II SUBSISTEM ISOLASI
Dilaksanakan
pembersihan
Kompartemen/ Housing Petugas Har Unit
kompartemen
Arrester
III SUBSISTEM MONITORING
Fungsi dari Counter
Petugas Har Unit
Arrester, masih
Counter Arrester Menggunakan alat
bekerja baik atau
bantu injeksi impulse
tidak
IV SUBSISTEM PENTANAHAN
-
V SUBSISTEM PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
-
VI SUBSISTEM KONSTRUKSI
DAN PONDASI
-
VII SUBSISTEM KONEKTOR
-
VIII SUBSISTEM GRADING
RING/ CORONA RING
-

C. PREDICTIVE MAINTENANCE
Disebut juga dengan Pemeliharaan Berbasis Kondisi (Condition Based
Maintenance). Adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara melakukan
monitor dan membuat analisa trend terhadap hasil pemeliharaan untuk dapat
memprediksi kondisi dan gejala kerusakan secara dini. Hasil monitor dan analisa
trend hasil Predictitive Maintenance merupakan input yang dijadikan sebagai acuan
tindak lanjut untuk Planned Corrective Maintenance.
Ruang lingkup Predictive Maintenance meliputi :

IN SERVICE MEASUREMENT
Adalah pengujian yang dilakukan saat peralatan operasi (bertegangan) untuk
dapat memprediksi kondisi dan gejala kerusakan peralatan secara dini yang
waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi peralatan. Pada lightning
arrester, kegiatan in service measurement yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut:

a. Pengukuran thermovisi
b. Pengukuran korona
c. Pengukuran arus bocor resistif dengan LCM
d. Pengukuran arus bocor total pada LA tanpa penunjuk meter arus bocor
Kegiatan pengukuran in service ini dilaksanakan pada Arrester yang berada di
Gardu Induk.

a. Pengukuran thermovisi
Titik-titik yang menjadi objek pengamatan Thermovisi pada Lightning
Arrester adalah sebagai berikut :
1) Koneksi Arrester ke Busbar
2) Kompartemen/ Housing dari Arrester
3) Koneksi Arrester ke kawat grounding
Thermovisi dilaksanakan untuk tujuan prediktif yang dilaksanakan satu
minggu sekali, intervalnya dapat disesuaikan dengan kondisi peralatan.
Sebagai contoh, bila peralatan LA sudah diduga bermasalah, namun
menunggu penggantian, maka intensitas pengamatan dapat dinaikkan
menjadi setiap hari.
Penjelasan lebih lanjut tentang pengukuran thermovisi akan dijelaskan lebih
lanjut dalam paragraph berikut ini.
Gambar 2. Contoh Hasil Pengukuran Hot Spot Thermovisi pada LA

Selama beroperasi, peralatan yang menyalurkan arus listrik akan mengalami


pemanasan karena adanya I2R. Bagian yang sering mengalami pemanasan
dan harus diperhatikan adalah terminal dan sambungan, terutama antara
dua metal yang berbeda serta penampang konduktor yang mengecil karena
korosi atau rantas. Kenaikan I2R, disamping meningkatkan rugi-rugi juga
dapat berakibat buruk karena bila panas meningkat, kekuatan mekanis dari
konduktor melemah, konduktor bertambah panjang, penampang mengecil,
panas bertambah besar, demikian seterusnya, sehingga konduktor putus
ataupun menyebabkan pemanasan internal di dalam kompartemen
arrester. Deteksi panas secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik sinar infra merah.
Sinar infra merah atau infrared (disingkat IR) sebenarnya adalah bagian dari
spektrum radiasi gelombang elektromagnetik. IR mempunyai panjang
gelombang antara 750 nm hingga 100 µm (lihat grafik spektrum).
Gambar 3. Spektrum Gelombang Elektromagnetik
Detektor infra merah
Adalah photo detector yang sensitif terhadap radiasi sinar infra merah. Dua
jenis utama detektor ini adalah jenis thermal dan photonic. Sebagai contoh
sbb :
Tabel 8. Beragam Detektor

TIPE SPECTRAL RANGE (ΜM)


Indium gallium arsenide (InGaAs) 0,7 – 2,6
photodiodes
Germanium photodiodes 0,8 – 1,7
Lead sulfide (PbS) photoconductive 1 – 3,2
detectors
Lead selenide (PbSe) photoconductive 1,5 - 5,2 dll
detectors
Sebagai contoh, kamera yang menggunakan sensor HgCdTe (mercury,
cadmium, telurium) yang mempunyai lebar bidang 8 s/d 12 micro meter,
dan mempunyai kepekaan suhu 0,10 oF

Jenis detektor panas


Dalam prakteknya ada 2 macam detektor panas yang digunakan yaitu :

 Scanning yaitu pengukuran secara menyeluruh disekitar obyek.


Metode ini juga sering disebut thermography.
 Spotting yaitu pengukuran pada satu titik obyek penunjukkannya
langsung suhu obyek tersebut (lihat gambar)

Gambar 6. Contoh ThermoGun

Thermography
Radiasi sinar infra merah dapat digunakan bermacam-macam, antara lain
melihat didalam kegelapan dan menentukan suhu dari suatu benda dari
jarak jauh. Teknik melihat suhu dari jauh ini dikenal dengan thermography.
Dengan cara ini maka dapat diketahui bagian-bagian yang mengalami panas
berlebih, diluar kebiasaan.
Tingginya suhu dapat dilihat pada skala warna. Bila suhu tertinggi yang
terekam masih dibawah yang diijinkan, maka evaluasi foto dianggap
normal. Namun bila terjadi pemanasan lebih setempat, sehingga terdapat
perbedaan suhu yang signifikan (dari gradasi warna) antar bagian peralatan,
berapapun besarnya maka keadaan ini harus segera ditangani, karena pasti
terjadi penyimpangan.

b. Pengujian Korona
Pengujian korona dilaksanakan pada Lighnting Arrester untuk mengecek
kondisi konektor pada bagian yang bertegangan, juga kondisi arrester di
sekitar flange dan kompartemen. Korona dilaksanakan untuk mendeteksi
lebih dini kualitas dari konektor arrester, dari pengaruh korosi ataupun
pemasangan yang tidak sempurna. Interval pengujian dapat disesuaikan,
minimal 1 tahun satu kali. Penjelasan lebih lanjut tentang korona akan
dijelaskan dalam paragraf berikutya.

Partial Discharge, korona, sparkover, flashover, breakdown adalah rumpun


kejadian luahan listrik secara berurutan yang dapat terjadi pada isolasi.

Partial discharge (PD) adalah kejadian breakdown listrik pada suatu bagian
kecil dari sistim isolasi listrik yang berbentuk cair atau padat, akibat stres
tegangan listrik. Selama kejadian PD, tidak ada jembatan langsung antara 2
elektroda. Sedangkan korona, dalam astronomi adalah plasma
"atmosphere" dari matahari atau benda angkasa. Dalam ilmu listrik, korona
adalah partial discharge yang bersinar dari konduktor dan isolator, karena
ionisasi dari udara, ketika medan listrik melewati batas kritis (24-30 kV/cm).

Gambar 7. Korona di Arrester


Corona discharge memancar pada gelombang antara 280-405 nm yaitu
daerah sinar ultraviolet (UV) karena itu tidak terlihat oleh mata kita.
Meskipun sangat lemah, pada gelombang sekitar 400 nm, korona dapat
terlihat pada kondisi gelap malam. Korona tidak bisa dilihat siang hari
karena tertutup oleh pancaran radiasi matahari. Panas yang ditimbulkan
oleh korona juga sangat kecil, sehingga tidak dapat ditangkap oleh infrared
thermal cameras.
Faktor-faktor yang mempengaruhi korona :
1) Tekanan udara
Tekanan udara rendah -> Nilai Ekritis menjadi rendah -> Lebih banyak
korona
2) Kelembaban
Kelembaban yang tinggi mengakibatkan lebih banyak korona
3) Suhu
Suhu yang tinggi -> Tekanan udara rendah -> Nilai Ekritis menjadi rendah
-> Lebih banyak korona
Sifat buruk korona terhadap lingkungan :
1) Membangkitkan material korosif seperti ozone dan nitrogen oxides
yang menjadi nitric acid pada kondisi kelembaban tinggi.
2) Korona menyebabkan kerusakan pada isolator, terutama non-ceramic
insulators (NCI).
3) Radio interference (RI/RFI) terutama pada gelombang AM.
4) Audio noise
Efek dari timbulnya korona :
1) Penurunan kualitas isolator polimer
2) Menimbulkan kerusakan fisik pada komponen
3) Menyebabkan interferensi radio
4) Menimbulkan audio noise
5) Indikasi akan kemungkinan kerusakan
6) Indikasi akan pemasangan peralatan yang tidak sesuai
7) Indikasi dari efektifitas pembersihan
8) Indikasi kemungkinan terjadinya flashover atau trip
Sumber dari korona pada sistim kelistrikan:
Cacat pada isolator keramik yang dapat mengakibatkan korona :
1) Kontaminasi
2) Short antara pin dan socket
3) Retak pada bagian semen di sekitar pin
4) Karat pada sambungan ball-socket
5) Positive feedback loop :
Semen yang tergerus menyebabkan korona
1) Korona menyebabkan semen tergerus
2) Korosi menyebabkan korona
3) Korona menyebabkan korosi
Cacat pada isolator polimer yang dapat mengakibatkan korona :
1) Kontaminasi dan tracking pada lapisan permukaan
2) Korona ring yang rusak, hilang atau pemasangannya yang tidak sesuai
3) Batang yang terbuka dan terkarbonasi
4) Sambungan yang rusak
5) Lubang yang menembus lapisan
Cacat pada konduktor yang dapat mengakibatkan korona :
1) Urat kawat yang putus
2) Urat kawat yang terbuka
3) Kontaminasi
4) Armour rod yang rusak
5) Spacer yang rusak atau kendor
Prinsip kerja Peralatan deteksi korona
UV beam splitter

light Visible Visible


lens camera
Final
image
Image
Solar blind mixer
filter

UV lens UV camera

CCD camera

Visible camera UV camera Kombinasi

Gambar 8. Skema Kerja Alat Uji Korona

c. Pengukuran Arus Bocor Resistif dengan LCM


Komponen kritis dari Lightning Arrester tipe Metal Oksida adalah pada
komponen Resistor Non Linearnya. Degradasi pada komponen non linear
tersebut dapat dideteksi melalui pengukuran arus bocor resistif dari
arrester. Hasil pengukuran ini sangat sensitive terhadap suhu dan level
tegangan operasi dari arrester, oleh karenanya pencatatan kondisi saat
pengukuran perlu dilaksanakan.
Pelaksanaan pengukuran arus bocor ini dilaksanakan minimal 1 kali dalam
satu tahun, untuk kebutuhan data trending, intervalnya dapat lebih singkat,
disesuaikan dengan rekomendasi pabrikan bila diketahui kondisi arrester
telah mengalami degradasi.
Beragam metode telah dikembangkan untuk mendiagnosa kondisi MOSA.
Working Group 10 IEC TC 37 telah mendefinisikan 6 metode, yakni :
1) Pemasangan Fault Indicator
2) Pemasangan Disconnector Switch
3) Counter Arrester
4) Monitoring Spark Gaps
5) Pengukuran Temperatur
6) Pengukuran Arus Bocor MOSA.
Dari keenam metode di atas, pengukuran yang paling praktis (dapat
dilangsungkan dalam kondisi online), dan representatif adalah metode
Pengukuran Arus Bocor MOSA yang diukur pada kawat pentanahan dari
MOSA.

D. SHUTDOWN MEASUREMENT
Adalah pengujian yang dilakukan saat peralatan padam untuk mengetahui kondisi
peralatan yang waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi peralatan,
namun dapat juga dijadwalkan secara rutin untuk mendapatkan informasi yang
berguna untuk proses analisa data.
Pada lightning arrester, kegiatan shutdown measurement yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1. Pengukuran Wattloss menggunakan Alat Uji Tan Delta
2. Pengukuran Megger/ Tahanan Isolasi
Penjelasan sebagai berikut:

Pengukuran Wattloss menggunakan Tan Delta


Dilaksanakan bersamaan dengan pemadaman bay peralatan yang dilindungi oleh
arrester, atau secara khusus bila ditemukan kasus tertentu. Perubahan nilai arus
bocor yang terukur serta watt loss bila dibandingkan dengan hasil pengukuran
sebelumnya dapat dijadikan dasar investigasi lebih lanjut untuk menemukan
fenomena yang telah terjadi pada lightning arrester.
Teknologi surge arresters berkembang dalam 100 tahun terakhir. Di awal tahun
1900-an, hanya spark gap yang digunakan untuk memotong tegangan lebih. Pada
tahun 1930 Silicon Carbide Arrester menggantikan fungsi spark gap. Pada
pertengahan tahun 1970 diperkenalan Zinc Oxide Arrester yang memiliki karakter
pengamanan lebih baik daripada Silikon Karbida.
Silikon Karbida dipasang seri dengan Spark Gap. Fungsi Gap ini adalah melakukan
blok resistor Silikon Carbide pada tegangan normal (steady state). Perlu dicatat
bahwa komponen tembaga yang meleleh pada bagian spark gap dapat menurunkan
tegangan breakdown pada bagian tersebut. Sejalan dengan waktu, arrester
mungkin untuk bekerja pada tegangan overvoltage lebih rendah atau bahkan pada
tegangan normal.

Moisture ingress pada Silicon Carbide merupakan penyebab utama terjadinya


kegagalan Arrester jenis ini, krn menurunkan tegangan Spark Over, selain juga yang
diakibatkan oleh kontaminasi internal. Sejalan dengan waktu, akibat discharge
energi yang berlebih, blok Silicon Carbide jg mungkindapat rusak, menurunkan
kemampuan dalam memadamkan Follow Current.

Untuk mendeteksi apakah sebuah Arrester Silikon Karbide. Pengujian yang paling
baik, namun tidak praktis adalah menggunakan impulse generator.

Berbeda dengan desain arrester yang menggunakan Silikon Carbide, Arester yang
menggunakan Metal Oksida (ZnO) tidak diseri dengan gap, atau dikenal dengan
istilah gapless. Desain tanpa gap ini meniadakan pemanasan yang diakibatkan
peristiwa discharge arching. MOV memiliki 2 rating, yaitu duty cycle dan maksimum
continuos operating voltage, tidak seperti Silikon Karbid yang hanya memiliki duty
cycle rating. Arus bocor bagaimanapun masih ada pada tegangan operasional.

Satu hal yang perlu diperhatikan oleh personnel pemeliharaan ketika hendak
melakukan pengukuran terhadap arrester, bahwa setelah arrester disconnected
dari sistem, masih tersisa sebagian kecil muatan statis masih tersimpan di dalam
arrester. Demi keamanan, arrester perlu di-ground terlebih dahulu sebelum
dilaksanakan pengukuran.

Duty cycle rating: Baik Arrester Silikon Karbid dan arrester MOV memiliki rating
duty cycle dalam kV, yang didefinisikan melalui duty cycle test. Test duty cycle
dilakukan dengan memberikan arrester pada tegangan AC RMS yang besarnya sama
dengan rating selama 24 menit. Dalam rentang tersebut, arestar harus mampu
bertahan terhadap surja petir yang diberikan dalam interval 1 menit. Untuk arester
station class, magnitud dari surja adalah 10 kA. Untuk Intermediate dan Distribution
Class arrester, besar surja adalah 5kA. Bentuk gelombang surja adalah 8/20, artinya,
gelombang mencapai nilai puncak dalam 8 mikro sekond dan mencapai nilai
setengah nilai puncak dalam 20 mikro sekon.
Maximum continuous operating voltage rating – MCOV. The MCOV bersarnya 80 to
90% dari duty cycle rating.
ANSI/ IEEE C62.1 dan C62.11 membedakan lightning arrester ke dalam 4 kelas:
station, intermediate, distribusi dan secondary.
Setiap level memiliki perbedaan level proteksi dan kapasitas energi yang diterima.
Arrester dengan class station memiliki level proteksi yang terbaik dan mampu
menerima energi dengan skala paling besar. Class intermediate pada urutan kedua.
Arrester kelas distribusi memiliki energi dengan level terendah. Arrester dengan
kelas secondary memiliki batasan tersendiri yang tidak dapat dibandingkan dengan
kelas lain.

Polymer/Porcelain Arresters:

Arrester polimer lebih dikenal daripada porselin belakangan ini. Arrester polimer
memiliki keunggulan daripada pendahulunya porcelain, yaitu tidak membahayakan
bila arrester meledak karena overpressure internal, juga memiliki harga yang lebih
murah. Arrester jenis polimer memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap
moisture ingress.

Gambar 9. Contoh Kerusakan Arrester Polim


Testing:
Dua jenis pengujian yang umum dilakukan adalah pengukuran power factor dan
analisis Infra Merah (Thermovisi). Beberapa pabrikan arrester menyatakan bahwa
tidak ada single test yang mampu mengindikasikan seluruh karakteristik operasi
arrester secara komplit. Model dan pabrikan yang berbeda akan memberikan
pembacaan watt loss yang berbeda pula. Hasil pembacaan watt loss kemudian
dibandingkan dengan hasil pembacaan watt loss sebelumnya. Arrester harus
memiliki inspeksi visual untuk mendeteksi retak dalam porselin, abnormal jamur,
dan beragam abnormalitas fisik pada arrester.
Ketika melaksanakan tes Power Factor, setiap unit arrester harus diuji sebagai unit
terpisah. Pengujian berbarengan antar stack arrester baik secara serial maupun
paralel akan menghilangkan efektifitas dari tes.
Gambar 10. Diagram Pengujian Lightning Arrester menggunakan Tan Delta

E. Pengukuran Isolasi dengan Menggunakan Megger


Pengukuran tahanan isolasi ditujukan untuk mendapatkan kemampuan isolasi satu
peralatan ketika mengalami tegangan dengan beda potensial tertentu. Dalam hal
arrester, pengukuran dilaksanakan dari ujung terminal atas menuju ground, hal ini
untuk mengidentifikasikan kemampuan isolasi struktu arrester keseluruhan
terhadap bumi. Pelaksanaan dilaksanakan dalam kondisi padam, bersaamaan
dengan kegiatan pemeliharaan bay peralatan yang dilindungi.

Konsep pengukuran menggunakan arus dan tegangan dan meter terkalibrasi untuk
penunjukan nilai MegOhms. Alat megger ini memiliki built-in DC generator, yang
mampu membangkitkan tegangan DC yang tinggi, sehingga menyebabkan arus kecil
DC mengalir melalui dan di atas permukaan objek insulasi yang sedang diuji.

Total arus yang mengalir ini dapat dibedakan menjadi 3 komponen, yaitu:

1. Capacitance Charging Current


Arus yang dimulai dari high value dan menurun setelah insulasi (kapasitansi)
sudah terpenuhi oleh tegangan.

2. Dielectric Absorption Current


Komponen arus yang dihasilkan akibat absorpsi antar dielektrik yang tidak
sempurna yang disebabkan oleh beragam polarisasi, predominan yang utama
adalah tipe interfasial yang berasal dari efek barier pada interface material di
dalam struktur komposit.
Polarisasi dipol yang dihasilkan dari molekul polar dan molekul rantai juga
dapat ditemukan pada spectrum akhir dc pada beberapa tipe insulasi. Energi
inilah yang menyebabkan tegangan muncul kembali pada elektrode atau plat
dielektris setelah energi tersimpan pada kapasitansi telah didisipasikan melalui
short circuit dan short circuit dihilangkan.

Berdasarkan fakta ini, maka kegiatan men short circuit harus dilangsungkan
pada insulasi yang dites selama = waktu yang dibutuhkan untuk tes, atau lebih.

3. Leakage current
Merupakan komponen utama dalam mengevaluasi kondisi insulasi. Jalur arus
ini mungkin melalui volume insulasi atau melalui permukaan bocor. Tidak
seperti kedua jenis arus lainnya, arus ini merepresentasikan arus loss. Secara
teoritis, arus bocor bernilai konstan terhadap waktu, untuk setiap nilai
tegangan uji. Nilai konstan terhadap waktu ini memberikan indikasi yang baik
bahwa insulasi yang di tes tahan terhadap tegangan uji. Bila nilai arus ini
bertambah secara steady terhadap waktu, pada nilai tegangan yang tetap,
maka dapat diartikan bahwa mungkin telah terjadi kerusakan pada insulasi,
bila tes dilangsungkan berkelanjutan pada tegangan tersebut.
Nilai tahanan insulasi diterima secara umum sebagai indikator yang handal
terhadap adanya kontaminasi perusak atau degradasi. Namun demikian, hasil
pengujian ini dapat membingungkan karena sangat sensitif terhadap
perubahan kecil pada apparatus yang sedang diuji. Beragam varibel harus
masuk perhatian : pengaruh suhu, humidity, external leakage due to dirty
insulator and bushing, duration of test, etc.
TEMPERATUR memberikan pengaruh utama terhadap hasil pengukuran. Nilai
tahanan resistansi akan menurun sejalan dengan meningkatnya suhu. Sehingga
hasil pengujian dikoreksi ke suhu 20 drajat celsius

4. POLARITATION INDEX (PI)


Melalui data Dielectric Absorption, nilai PI dapat ditemukan. PI, rasio antara
nilai 10 dan 1 menit, merupakan nilai tanpa satuan.
Jika nilai leakage current meningkat dengan kecepatan lebih tinggi daripada
arus absorption, maka nilai PI akan menurun, dan dapat disimpulkan bahwa
insulasi telah berada pada kondisi yang membutuk.
Selama variabel2 yang mempengaruhi kedua pengukuran ( 1 dan 10 menit)
adalah sama, maka informasi nilai sebenarnya dapat diperoleh melalui PI

5. STEP VOLTAGE TEST


Sangat berguna untuk menguji kehadiran excessive moisture dalam peralatan
insulasi. Pengujian dengan 2 level tegangan yang berbeda dapat memberikan
penunjukan tsb. Sebagai contoh, pengukuran 500 V dan 2500V, keduanya
dilaksanakan selama 1 menit. Bila nilainya menurun 25% < pada level tegangan
yang lebih tinggi, maka dapat disimpulkan telah terjadi excessive moisture.

Moisture dalam sistem insulasi merupakan polar positif dan akan tertarik ke
area dengan intensitas elektris negative yang tinggi. Oleh karenanya, ketika
Megger atau peralatan serupa menggukan negative lead tersambung ke
copper dan positive lead tersambung ke system ground.

Selama test, sejumlah besar moisture akan tertarik ke area dengan potensial
negative yang tinggi sepanjang converging field lines. Atau dengan kata lain,
resitansi akan terukur lebih rendah jika moisture hadir melalui pengujian
center conductor pada potensial negative.

Fenomena di atas disebut electro-end osmosis dan sering disebut juga sbg
evershed effect. Jika moisture dalam trafo tidak sedemikian banyak, maka
dapat dipastikan bahwa nilai insulasi akan tetap pada 2 level tegangan yang
berbeda.

F. CORRECTIVE MAINTENACE
Adalah pemeliharaan yang dilakukan ketika peralatan mengalami kelainan / unjuk
kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya atau kerusakan, dengan tujuan
untuk mengembalikan pada kondisi semula melalui perbaikan (repair) ataupun
penggantian (replace). Di dalam pelaksanaannya, Corrective Maintenance dapat
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. PLANNED
Adalah pemeliharaan yang dilakukan ketika peralatan mengalami kelainan /
unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya, dengan tujuan untuk
mengembalikan pada kondisi semula melalui perbaikan (repair) ataupun
penggantian (replace) secara terencana. Acuan tindak lanjut yang digunakan
pada Planned Corrective Maintenance berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas
Ground patrol (untuk Arrester di Line), Petugas Pemeliharaan GI dan pengujian
pada Predictive Maintenance.

2. UNPLANNED
Disebut juga dengan Pemeliharaan Breakdown. Adalah pemeliharaan yang
dilakukan ketika peralatan mengalami kerusakan secara tiba-tiba sehingga
menyebabkan pemadaman. Untuk mengembalikan pada kondisi semula perlu
dilakukan perbaikan besar (repair) atau penggantian (replace).

UJI Kompetensi

1. Mengapa harus dilakukan pemeliharaan pada arrester?


................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
2. Jenis pemeliharaan apa saja yang kamu ketahui pada arrester?
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
3. Saat peralatan sedang beroperasi (bertegangan), jelaskan kegiatan apa saja yang
dilakukan dalam pemeliharaan arrester?
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
4. Apa yang kamu ketahui tentang korona? Dan bahaya apa yang ditimbulkan jika
peralatan gardu induk mengalami korona?
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
5. Kenapa terjadi arus bocor? Dan bagaimana cara melakukan uji coba adanya arus
bocor pada peralatan sistem tenaga?
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................

Daftar Pustaka

……………..2014. Buku Pedoman Pemeliharaan Seandang dan Pentanahan GI: Jakarta

Amin, Mustaghfirin. 2013. Gardu Induk. Jakarta: Kemenrian Pendidikan dan kebudayaan
(BSE)

Anda mungkin juga menyukai