1. Pemeliharaan Rutin
2. Pemeliharaan Prediktif
Penjelasan dan implementasi lebih lanjut akan dijelaskan dalam sub bab
berikutnya.
1. Pemeliharaan Harian
2. Pemeliharaan Mingguan
3. Pemeliharaan Bulanan
4. Pemeliharaan Tahunan atau Bersamaan dengan padam Bay T/R atau T/L
IV SUBSISTEM
PENTANAHAN
-
V SUBSISTEM
PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
Flag Pressure Relief Kondisi Flag, terpasang Petugas GI/ GITET
Device baik atau tidak atau
bahkan sudah terlepas
VI SUBSISTEM
KONSTRUKSI DAN
PONDASI
-
VII SUBSISTEM
KONEKTOR
-
VIII SUBSISTEM
GRADING RING/
CORONA RING
-
VII SUBSISTEM
KONEKTOR
Koneksi ke Bubar Terpasang baik/ ada Petugas GI/ GITET
korosi atau tidak
Koneksi ke Kawat Terpasang baik/ ada Petugas GI/ GITET
Grounding korosi atau tidak
VIII SUBSISTEM GRADING
RING/ CORONA RING
Grading Ring Posisi pemasangan, Petugas Har di GI/GITET
kondisi grading ring
(bengkok/tidak)
Tabel 3. JADWAL PEMELIHARAAN MINGGUAN LIGHTNING ARRESTER TIPE
SALURAN TRANSMISI (DI TOWER)
V SUBSISTEM PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
-
VI SUBSISTEM KONSTRUKSI
DAN PONDASI
-
VII SUBSISTEM KONEKTOR
Disconnector Switch Terpasang/ sudah Petugas Ground Patrol
lepas
VIII SUBSISTEM GRADING
RING/ CORONA RING
-
Tabel 4. JADWAL PEMELIHARAAN BULANAN LIGHTNING ARRESTER TIPE
GARDU INDUK
Kondisi : PADAM
NO PERALATAN YANG SASARAN PELAKSANA
DIPERIKSA PEMERIKSAAN
I SUBSISTEM PEMOTONG
SURJA
-
II SUBSISTEM ISOLASI
Dilaksanakan
pembersihan
Kompartemen/ Housing Petugas Har Unit
kompartemen
Arrester
III SUBSISTEM MONITORING
Fungsi dari Counter
Petugas Har Unit
Arrester, masih
Counter Arrester Menggunakan alat
bekerja baik atau
bantu injeksi impulse
tidak
IV SUBSISTEM PENTANAHAN
-
V SUBSISTEM PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
-
VI SUBSISTEM KONSTRUKSI
DAN PONDASI
-
VII SUBSISTEM KONEKTOR
-
VIII SUBSISTEM GRADING
RING/ CORONA RING
-
C. PREDICTIVE MAINTENANCE
Disebut juga dengan Pemeliharaan Berbasis Kondisi (Condition Based
Maintenance). Adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara melakukan
monitor dan membuat analisa trend terhadap hasil pemeliharaan untuk dapat
memprediksi kondisi dan gejala kerusakan secara dini. Hasil monitor dan analisa
trend hasil Predictitive Maintenance merupakan input yang dijadikan sebagai acuan
tindak lanjut untuk Planned Corrective Maintenance.
Ruang lingkup Predictive Maintenance meliputi :
IN SERVICE MEASUREMENT
Adalah pengujian yang dilakukan saat peralatan operasi (bertegangan) untuk
dapat memprediksi kondisi dan gejala kerusakan peralatan secara dini yang
waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi peralatan. Pada lightning
arrester, kegiatan in service measurement yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
a. Pengukuran thermovisi
b. Pengukuran korona
c. Pengukuran arus bocor resistif dengan LCM
d. Pengukuran arus bocor total pada LA tanpa penunjuk meter arus bocor
Kegiatan pengukuran in service ini dilaksanakan pada Arrester yang berada di
Gardu Induk.
a. Pengukuran thermovisi
Titik-titik yang menjadi objek pengamatan Thermovisi pada Lightning
Arrester adalah sebagai berikut :
1) Koneksi Arrester ke Busbar
2) Kompartemen/ Housing dari Arrester
3) Koneksi Arrester ke kawat grounding
Thermovisi dilaksanakan untuk tujuan prediktif yang dilaksanakan satu
minggu sekali, intervalnya dapat disesuaikan dengan kondisi peralatan.
Sebagai contoh, bila peralatan LA sudah diduga bermasalah, namun
menunggu penggantian, maka intensitas pengamatan dapat dinaikkan
menjadi setiap hari.
Penjelasan lebih lanjut tentang pengukuran thermovisi akan dijelaskan lebih
lanjut dalam paragraph berikut ini.
Gambar 2. Contoh Hasil Pengukuran Hot Spot Thermovisi pada LA
Thermography
Radiasi sinar infra merah dapat digunakan bermacam-macam, antara lain
melihat didalam kegelapan dan menentukan suhu dari suatu benda dari
jarak jauh. Teknik melihat suhu dari jauh ini dikenal dengan thermography.
Dengan cara ini maka dapat diketahui bagian-bagian yang mengalami panas
berlebih, diluar kebiasaan.
Tingginya suhu dapat dilihat pada skala warna. Bila suhu tertinggi yang
terekam masih dibawah yang diijinkan, maka evaluasi foto dianggap
normal. Namun bila terjadi pemanasan lebih setempat, sehingga terdapat
perbedaan suhu yang signifikan (dari gradasi warna) antar bagian peralatan,
berapapun besarnya maka keadaan ini harus segera ditangani, karena pasti
terjadi penyimpangan.
b. Pengujian Korona
Pengujian korona dilaksanakan pada Lighnting Arrester untuk mengecek
kondisi konektor pada bagian yang bertegangan, juga kondisi arrester di
sekitar flange dan kompartemen. Korona dilaksanakan untuk mendeteksi
lebih dini kualitas dari konektor arrester, dari pengaruh korosi ataupun
pemasangan yang tidak sempurna. Interval pengujian dapat disesuaikan,
minimal 1 tahun satu kali. Penjelasan lebih lanjut tentang korona akan
dijelaskan dalam paragraf berikutya.
Partial discharge (PD) adalah kejadian breakdown listrik pada suatu bagian
kecil dari sistim isolasi listrik yang berbentuk cair atau padat, akibat stres
tegangan listrik. Selama kejadian PD, tidak ada jembatan langsung antara 2
elektroda. Sedangkan korona, dalam astronomi adalah plasma
"atmosphere" dari matahari atau benda angkasa. Dalam ilmu listrik, korona
adalah partial discharge yang bersinar dari konduktor dan isolator, karena
ionisasi dari udara, ketika medan listrik melewati batas kritis (24-30 kV/cm).
UV lens UV camera
CCD camera
D. SHUTDOWN MEASUREMENT
Adalah pengujian yang dilakukan saat peralatan padam untuk mengetahui kondisi
peralatan yang waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi peralatan,
namun dapat juga dijadwalkan secara rutin untuk mendapatkan informasi yang
berguna untuk proses analisa data.
Pada lightning arrester, kegiatan shutdown measurement yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1. Pengukuran Wattloss menggunakan Alat Uji Tan Delta
2. Pengukuran Megger/ Tahanan Isolasi
Penjelasan sebagai berikut:
Untuk mendeteksi apakah sebuah Arrester Silikon Karbide. Pengujian yang paling
baik, namun tidak praktis adalah menggunakan impulse generator.
Berbeda dengan desain arrester yang menggunakan Silikon Carbide, Arester yang
menggunakan Metal Oksida (ZnO) tidak diseri dengan gap, atau dikenal dengan
istilah gapless. Desain tanpa gap ini meniadakan pemanasan yang diakibatkan
peristiwa discharge arching. MOV memiliki 2 rating, yaitu duty cycle dan maksimum
continuos operating voltage, tidak seperti Silikon Karbid yang hanya memiliki duty
cycle rating. Arus bocor bagaimanapun masih ada pada tegangan operasional.
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh personnel pemeliharaan ketika hendak
melakukan pengukuran terhadap arrester, bahwa setelah arrester disconnected
dari sistem, masih tersisa sebagian kecil muatan statis masih tersimpan di dalam
arrester. Demi keamanan, arrester perlu di-ground terlebih dahulu sebelum
dilaksanakan pengukuran.
Duty cycle rating: Baik Arrester Silikon Karbid dan arrester MOV memiliki rating
duty cycle dalam kV, yang didefinisikan melalui duty cycle test. Test duty cycle
dilakukan dengan memberikan arrester pada tegangan AC RMS yang besarnya sama
dengan rating selama 24 menit. Dalam rentang tersebut, arestar harus mampu
bertahan terhadap surja petir yang diberikan dalam interval 1 menit. Untuk arester
station class, magnitud dari surja adalah 10 kA. Untuk Intermediate dan Distribution
Class arrester, besar surja adalah 5kA. Bentuk gelombang surja adalah 8/20, artinya,
gelombang mencapai nilai puncak dalam 8 mikro sekond dan mencapai nilai
setengah nilai puncak dalam 20 mikro sekon.
Maximum continuous operating voltage rating – MCOV. The MCOV bersarnya 80 to
90% dari duty cycle rating.
ANSI/ IEEE C62.1 dan C62.11 membedakan lightning arrester ke dalam 4 kelas:
station, intermediate, distribusi dan secondary.
Setiap level memiliki perbedaan level proteksi dan kapasitas energi yang diterima.
Arrester dengan class station memiliki level proteksi yang terbaik dan mampu
menerima energi dengan skala paling besar. Class intermediate pada urutan kedua.
Arrester kelas distribusi memiliki energi dengan level terendah. Arrester dengan
kelas secondary memiliki batasan tersendiri yang tidak dapat dibandingkan dengan
kelas lain.
Polymer/Porcelain Arresters:
Arrester polimer lebih dikenal daripada porselin belakangan ini. Arrester polimer
memiliki keunggulan daripada pendahulunya porcelain, yaitu tidak membahayakan
bila arrester meledak karena overpressure internal, juga memiliki harga yang lebih
murah. Arrester jenis polimer memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap
moisture ingress.
Konsep pengukuran menggunakan arus dan tegangan dan meter terkalibrasi untuk
penunjukan nilai MegOhms. Alat megger ini memiliki built-in DC generator, yang
mampu membangkitkan tegangan DC yang tinggi, sehingga menyebabkan arus kecil
DC mengalir melalui dan di atas permukaan objek insulasi yang sedang diuji.
Total arus yang mengalir ini dapat dibedakan menjadi 3 komponen, yaitu:
Berdasarkan fakta ini, maka kegiatan men short circuit harus dilangsungkan
pada insulasi yang dites selama = waktu yang dibutuhkan untuk tes, atau lebih.
3. Leakage current
Merupakan komponen utama dalam mengevaluasi kondisi insulasi. Jalur arus
ini mungkin melalui volume insulasi atau melalui permukaan bocor. Tidak
seperti kedua jenis arus lainnya, arus ini merepresentasikan arus loss. Secara
teoritis, arus bocor bernilai konstan terhadap waktu, untuk setiap nilai
tegangan uji. Nilai konstan terhadap waktu ini memberikan indikasi yang baik
bahwa insulasi yang di tes tahan terhadap tegangan uji. Bila nilai arus ini
bertambah secara steady terhadap waktu, pada nilai tegangan yang tetap,
maka dapat diartikan bahwa mungkin telah terjadi kerusakan pada insulasi,
bila tes dilangsungkan berkelanjutan pada tegangan tersebut.
Nilai tahanan insulasi diterima secara umum sebagai indikator yang handal
terhadap adanya kontaminasi perusak atau degradasi. Namun demikian, hasil
pengujian ini dapat membingungkan karena sangat sensitif terhadap
perubahan kecil pada apparatus yang sedang diuji. Beragam varibel harus
masuk perhatian : pengaruh suhu, humidity, external leakage due to dirty
insulator and bushing, duration of test, etc.
TEMPERATUR memberikan pengaruh utama terhadap hasil pengukuran. Nilai
tahanan resistansi akan menurun sejalan dengan meningkatnya suhu. Sehingga
hasil pengujian dikoreksi ke suhu 20 drajat celsius
Moisture dalam sistem insulasi merupakan polar positif dan akan tertarik ke
area dengan intensitas elektris negative yang tinggi. Oleh karenanya, ketika
Megger atau peralatan serupa menggukan negative lead tersambung ke
copper dan positive lead tersambung ke system ground.
Selama test, sejumlah besar moisture akan tertarik ke area dengan potensial
negative yang tinggi sepanjang converging field lines. Atau dengan kata lain,
resitansi akan terukur lebih rendah jika moisture hadir melalui pengujian
center conductor pada potensial negative.
Fenomena di atas disebut electro-end osmosis dan sering disebut juga sbg
evershed effect. Jika moisture dalam trafo tidak sedemikian banyak, maka
dapat dipastikan bahwa nilai insulasi akan tetap pada 2 level tegangan yang
berbeda.
F. CORRECTIVE MAINTENACE
Adalah pemeliharaan yang dilakukan ketika peralatan mengalami kelainan / unjuk
kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya atau kerusakan, dengan tujuan
untuk mengembalikan pada kondisi semula melalui perbaikan (repair) ataupun
penggantian (replace). Di dalam pelaksanaannya, Corrective Maintenance dapat
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. PLANNED
Adalah pemeliharaan yang dilakukan ketika peralatan mengalami kelainan /
unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya, dengan tujuan untuk
mengembalikan pada kondisi semula melalui perbaikan (repair) ataupun
penggantian (replace) secara terencana. Acuan tindak lanjut yang digunakan
pada Planned Corrective Maintenance berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas
Ground patrol (untuk Arrester di Line), Petugas Pemeliharaan GI dan pengujian
pada Predictive Maintenance.
2. UNPLANNED
Disebut juga dengan Pemeliharaan Breakdown. Adalah pemeliharaan yang
dilakukan ketika peralatan mengalami kerusakan secara tiba-tiba sehingga
menyebabkan pemadaman. Untuk mengembalikan pada kondisi semula perlu
dilakukan perbaikan besar (repair) atau penggantian (replace).
UJI Kompetensi
Daftar Pustaka
Amin, Mustaghfirin. 2013. Gardu Induk. Jakarta: Kemenrian Pendidikan dan kebudayaan
(BSE)