Anda di halaman 1dari 17

Proposal Tugas Akhir

RANCANG BANGUN AUTOMASI PINTU DENGAN RFID BERBASIS


PLC DAN SCADA PADA PINTU MASUK BENGKEL LISTRIK
PRODI TEKNIK LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

Diajukan sebagai syarat kelulusan Program Diploma III

Disusun Oleh :

Aryo Panji Satrio NIM. 3.31.17.1.05


Faisal Auliazaldy NIM. 3.31.17.1.08
Faza Yusrul Hakim NIM. 3.31.17.1.09
Nur Athfi Oktafiyanti NIM. 3.31.17.1.17

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

1. Judul tugas akhir : RANCANG BANGUN AUTOMASI


PINTU DENGAN RFID BERBASIS
PLC DAN SCADA PADA PINTU
MASUK BENGKEL LISTRIK PRODI
TEKNIK LISTRIK POLITEKNIK
NEGERI SEMARANG
2. JURUSAN/PRODI : TEKNIK ELEKTRO/ D3 TEKNIK
LISTRIK

Semarang, 19 Desember 2019

Pelaksana 1 Pelaksana 2

Aryo Panji Satrio Faisal Aulizaldy


3.31.17.1.05 3.31.17.1.08

Pelaksana 3 Pelaksana 4

Faza Yusrul Hakim Nur Athfi Oktafiyanti


3.31.17.1.09 3.31.17.1.17

Menyetujui:
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Aji Hari Riyadi, S.T,M.T


NIP. 196402141990031001

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Yusnan Badruzzaman, ST.,M.Eng.


NIP. 197503132006041001
1. LATAR BELAKANG

Keamanan dan keselamatan manusia adalah faktor utama yang menjadi


pertimbangan disetiap kegiatan sehari-hari. Kemanan yang diterapkan dalam
sebuah ruangan bengkel untuk memberikan rasa aman dan nyaman saat
beraktifitas dalam ruangan tersebut. Seiring perkembangan teknologi telah
banyak berkembang system keamanan yang lebih canggih dan otomatis.
Beberapa system teknologi yang akan digunakan untuk keamanan dalam
laboratorium yaitu pintu akses dengan RFID yang berbasis PLC dan SCADA
yang terintrgrasi satu sama lain.
Dalam rancang bangun kali ini pintu akses dengan RFID digunakan sebagai
akses utama untuk masuk dan keluar bengkel listrik. Pintu laboratorium dapat
dibuka ataupun ditutup kuncinya menggunakan sebuah kartu akses dan
password yang telah ditentukan.
Dengan memperhatikan keamanan dalam bengkel listrik di Polines, kami
melakukan penelitian Tugas Akhir yang berjudul “RANCANG BANGUN
AUTOMASI PINTU DENGAN RFID BERBASIS PLC DAN SCADA
PADA PINTU MASUK BENGKEL LISTRIK PLC POLINES” yang akan
menggunakan pintu akses dengan RFID dengan alat keamanan yang lainnya.

2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menemukan beberapa


permasalahan yang ada, yaitu:
1. Bagaimana cara kerja RFID pada Pintu Akses pintu masuk Bengkel Listrik
?
2. Bagaimana cara membuat alat Rancang Bangun Automasi Pintu dengan
RFID Berbasis PLC dan SCADA pada pintu masuk Bengkel Listrik
POLINES yang dapat beroperasi secara otomatis?
3. Bagaimana cara kerja PLC dalam menjalankan perintah?
3. TUJUAN DAN MANFAAT
3.1 Tujuan
Tujuan dari pembuatan Tugas Akhir
1) Membuat alat Rancang Bangun Automasi Pintu dengan RFID Berbasis
PLC dan SCADA pada pintu masuk Bengkel Listrik POLINES yang
bekerja untuk system keamanan Bengkel Listrik secara otomatis,
terkontrol, dan terpantau oleh monitor utama.
2) Mampu memprogram alat Rancang Bangun Automasi Pintu dengan
RFID Berbasis PLC dan SCADA pada pintu masuk Bengkel Listrik
POLINES yang bekerja secara otomatis dan saling terintegrasi.
3) Mampu merancang dan membuat alat Rancang Bangun Automasi
Pintu dengan RFID Berbasis PLC dan SCADA pada pintu masuk
Bengkel Listrik POLINES.
3.2 Manfaat
Manfaat yang di peroleh dari alat adalah sebagai berikut:
Menjaga keamanan Bengkel Listrik dari pencurian ataupun orang asing
yang akan masuk Bengkel Listrik.

4. PEMBATASAN MASALAH
Dalam pembatasan masalah pembuatan Tugas Akhir ini agar pembahasan
menjadi terarah dan mempunyai maksud dan tujuan yang jelas maka tugas akhir
ini memberikan batasan yang akan di bahas. Batas-batasanya adalah sebagai
berikut:
a. Rancang Bangun Automasi Pintu dengan RFID Berbasis PLC dan
SCADA pada pintu masuk Bengkel Listrik POLINES bekerja secara
otomatis sesuai dengan pengaturan yang sudah ditentukan pada masing-
masing system keamanan yang sudah sesuai dengan fungsi dan
kegunaannya pada Bengkel Listrik.
b. Jika terjadi trouble pada Rancang Bangun Automasi Pintu dengan RFID
Berbasis PLC dan SCADA pada pintu masuk Bengkel Listrik POLINES
dapat dikendalikan secara manual pada panel kontrol PLC-nya.
5. TINJAUAN PUSTAKA
5.1 PLC
Programmable Logic Controller (PLC) adalah kendali logika terprogram
merupakan suatu sistem atau piranti elektronik yang dirancang untuk dapat
beroperasi secara digital dengan menggunakan memori sebagai media
penyimpanan instruksi-instruksi internal untuk menjalankan fungsi-fungsi
logika, seperti fungsi pencacah, fungsi urutan proses (sekuensial), fungsi waktu,
fungsi aritmatika dan fungsi lainnya dengan cara memprogramnya untuk
mengontrol berbagai macam mesin, mengendalikan sistem lampu dan
memproses modul masukan atau keluaran baik digital maupun analog.
Program-program yang dibuat kemudian dimasukkan dalam PLC melalui
programmer atau monitor, pembuatan program dapat menggunakan komputer
sehingga dapat mempercepat hasil pekerjaan. PLC dapat beroperasi pada sistem
yang memiliki output atau input yang bisa menghasilkan on atau off (digital).
Input biasanya berasal dari sensor atau saklar atau tombol yang menghasilkan
input digital, sedangkan output yang berupa motor, buzzer, dan kipas angin,
juga biasanya berdasarkan hasil on ataupun off saja. Bagian-bagian PLC
ditujukkan pada gambar 5.1 berikut ini.

Gambar 5.1 Bagian-bagian PLC


(sumber : https://belajarplconline.files.wordpress.com)

PLC sendiri memiliki beberapa jenis dan tipe yang beredar di pasaran.
PLC yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah produk dari Schneider yaitu
tipe Modicon M221 dengan seri TM221CE16R. PLC Schneider Modicon
M221 TM221CE16R memiliki jumlah 9 digital input dan 7 digital output (total
16 I/O) serta 2 analog input. Selain itu, untuk fasilitas komunikasinya dapat
dilakukan melalui kabel RJ45, kabel RS232/RS485, dan mini B USB 2.0. Pada
PLC ini telah dilengkapi dengan sumber tegangan 100-240 VAC dan 24 VDC.

Gambar 5.2 PLC Schneider M221

Dalam suatu sistem PLC ini terdapat 5 komponen bagian utama, kelima
komponen itu yaitu Central Prosesing Unit (CPU), unit catu daya, perangkat
pemrograman, unit memori, bagian input dan output.
1. Central Prosesing Unit (CPU), merupakan otak dari PLC
Bagian ini merupakan otak atau jantung PLC, karena bagian ini
merupakan bagian yang melakukan operasi/pemrosesan program yang
tersimpan dalam PLC. Disamping itu CPU juga melakukan pengawasan
atas semua operasional kerja PLC, transfer informasi melalui internal bus
antara PLC, memori dan unit I/O.
2. Unit Catu Daya
Tegangan masukan pada PLC biasanya sekitar 24 VDC atau 220 VAC.
Pada PLC yang besar, catu daya biasanya diletakan terpisah. Catu daya
tidak digunakan untuk memberikan daya secara langsung ke input maupun
output, yang berarti input dan output murni merupakan saklar. Jadi
pengguna harus menyediakan sendiri catu daya untuk input dan output pada
PLC. Dengan cara ini maka PLC itu tidak akan mudah rusak.
3. Unit Memory
Memori merupakan tempat penyimpan data sementara dan tempat
program yang harus dijalankan, dimana program tersebut merupakan hasil
terjemahan dari ladder diagram yang dibuat oleh user. Sistem memori pada
PLC juga mengarah pada teknologi flash memory. Dengan menggunakan
flash memory maka akan sangat mudah bagi pengguna untuk melakukan
programming maupun reprogramming secara berulang-ulang. Selain itu
pada flash memory juga terdapat EPROM yang dapat dihapus berulang-
ulang. Sistem memory dibagi dalam blok-blok dimana masing-masing blok
memiliki fungsi sendiri-sendiri. Beberapa bagian dari memory digunakan
untuk menyimpan status dari input dan output, sementara bagian memory
yang lain digunakan untuk menyimpan variable yang digunakan pada
program seperti timer dan counter. Timer atau pengontrolan waktu adalah
sesuatu yang sangat dibutuhkan. Pada proyek ini, timer digunakan untuk
member delay waktu pada pengtrolan relay. Delay waktu ini digunakan
untuk memberi jeda buzzer untuk menyala. Contoh lain, adalah pengaturan
waktu nyala/padam dari suatu lampu tanda pada panel. Itulah sebabnya PLC
dilengkapi dengan timer untuk mendukung kebutuhan tersebut. Timer
mengukur atau menghitung waktu dengan menggunakan piranti clock
internal CPU.
4. Perangkat pemrograman
Program atau monitor merupakan suatu alat yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan PLC, dengan menggunakan program atau monitor
ini dapat dibuat program yang kemudian dimasukkan ke dalam PLC dan
juga dapat memonitor proses yang dilakukan oleh PLC, programmer atau
monitor mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Off, difungsikan untuk mematikan PLC sehingga program yang dibuat
tidak dapat di jalankan.
b. Run, difungsikan utuk pengendalian suatu proses pada saat program
dalam kondisi di aktifkan.
c. Monitor untuk mengetahui keadaan suatu proses yang terjadi pada
PLC.
d. Program yang menyatakan suatu keadaan dimana programmer atau
monitor dapat digunakan untuk membuat program.
5. Bagian input dan output
a. Modul input
Modul masukan berfungsi untuk menerima sinyal dari unit
pengindera periferal, dan memberikan pengaturan sinyal, terminasi,
isolasi, maupun indikator keadaan sinyal masukan. Sinyal-sinyal dari
piranti periferal akan di scan dan keadaannya akan dikomunikasikan
melalui modul antarmuka dalam PLC.
b. Modul output
Modul keluaran mengaktivasi berbagai macam piranti seperti aktuator
hidrolik, pneumatic, solenoid, starter motor, dan tampilan status titik-
titik periferal yang terhubung dalam sistem. Fungsi modul keluaran
lainnya mencakup conditioning, terminasi dan juga pengisolasian sinyal-
sinyal yang ada. Proses aktivasi itu tentu saja dilakukan dengan
pengiriman sinyal-sinyal diskret dan analog yang relevan, berdasarkan
watak PLC sendiri yang merupakan piranti digital.

5.2 Supervisory Control and Data Acquisiton (SCADA)

5.2.1 Pengertian Sistem SCADA

Sistem SCADA adalah suatu metode dalam industri kontrol, dimana


operator dapat melakukan fungsi kontrol (controlling), pengawasan
(monitoring) dan pengambilan serta perekaman data (data acquisition)
dari sebuah industri yang sedang bekerja. SCADA dapat difungsikan
sebagai industri yang dapat mengumpulkan informasi atau data-data dari
lapangan dan kemudian mengirimkannya ke sebuah industri sentral yang
akan mengatur dan mengontrol data-data tersebut. Sistem SCADA tidak
hanya digunakan dalam proses-proses industri, misalnya, pabrik baja,
pembangkit, dan pendistribusian tenaga listrik (konvensional maupun
nuklir), pabrik kimia, tetapi juga pada beberapa fasilitas eksperimen seperti
fusi nuklir (Baily dan Wright; 2003).
5.2.2 Fungsi SCADA
Secara umum fungsi SCADA adalah akuisisi data, konversi data,
pemrosesan data, supervisory control, tagging, pemrosesan alarm dan
event.
1. Akuisisi data
Merupakan proses penerimaan data dari peralatan di lapangan.
2. Konversi data
Merupakan proses konversi data-data dari lapangan ke dalam format
standart
3. Pemrosesan data
Penganalisisan data yang diterima untuk dilaporkan kepada operator.
4. Supervisory Control
Pengendalian dan pemantauan peralatan-peralatan yang ada di lapangan.
5. Tagging
Penambahan informasi pada peralatan tertentu.
6. Pemrosesan alarm dan event
Penginformasian kepada operator apabila ada perubahan di dalam system.
Fungsi khusus dari system SCADA diantaranya yaitu telecontrol,
telesignaling, telemetering.
1. Telecontrol
Berfungsi melakukan perintah Remote Control (open/close) terhadap
peralatan yang ada di lapangan.
2. Telesignaling
Berfungsi mengumpulkan data status dan alarm (open, close, power
supply fault, indikasi relay atau parameter lainnya) yang dianggap
perlu, yang dapat membantu operator dalam memonitor peralatan yang
berada di lapangan. Dengan ini diharapkan gangguan pada bagian
tertentu dapat dideteksi lebih cepat, karena pemantauan dari pusat
kontrol dan diketahui dalam waktu yang real time.
3. Telemetering
Berfungsi mengukur beban yang terpasang pada alat ukur tenaga
listrik (arus, tegangan, daya aktif, frekuensi) dan semua peralatan yang
ada di lapangan. Hasil pemantauan ini selain digunakan sebagai
pencatat data pengoperasian alat juga dapat digunakan dalam kaitannya
untuk melakukan remote control.
Sebuah system SCADA memberikan keleluasaan dalam mengatur
maupun mengkonfigurasi system. Semakin banyak hal yang bisa
dipantau, semakin detail operasi yang dilihat, dan semuanya bekerja
secara real-time. Sehingga sekompleks apapun proses yang ditangani
oleh PLC, operator dari plant bisa melihat operasi proses dalam skala
yang besar maupun kecil, dan operator bisa melakukan penelusuran jika
terjadi kesalahan untuk meningkatkan efisiensi (Baily dan Wright;
2003).

5.2.3 Perangkat Keras SCADA


Fungsi-fungsi sistem SCADA tersebut didukung sepenuhnya melalui
4 komponen SCADA, yaitu sensor, Remote Terminal Unit (RTU), Master
Terminal Unit (MTU), dan jaringan komunikasi.
1. Sensor (baik yang analog maupun digital) dan relay kontrol yang
langsung berhubungan dengan berbagai macam aktuator pada sistem
yang dikontrol.
2. Remote Terminal Unit (RTU), merupakan unit-unit komputer kecil
(mini) atau sebuah unit yang dilengkapi dengan sistem mandiri seperti
sebuah komputer, yang ditempatkan pada lokasi dan tempat-tempat
tertentu di lapangan. RTU bertindak sebagai pengumpul data lokal yang
mendapatkan datanya dari sensor dan mengirimkan perintah langsung
ke peralatan di lapangan.
3. Master Terminal Unit (MTU), merupakan komputer yang digunakan
sebagai pengolah pusat dari sistem SCADA. MTU ini menyediakan
HMI (Human Machine Interface) bagi pengguna dan secara otomatis
mengatur sistem sesuai dengan masukan-masukan dari sensor yang
diterima.
4. Jaringan Komunikasi, merupakan media yang menghubungkan unit
master SCADA dengan RTU di lapangan (Baily, D., Wright, E, 2003).
5.2.4 Perangkat Lunak SCADA

Sistem SCADA mengacu pada kerja PLC, dimana pada PC akan


ditunjukkan dan ditampilkan simulasi dan tombol kontrol pada plant
secara real-time dari sistem dengan bantuan perangkat lunak SCADA
(dalam hal ini menggunakan program Vijeo Citect). Jadi PC akan memiliki
fungsi untuk melakukan controlling dan monitoring plant. Perangkat lunak
SCADA didukung oleh fitur-fitur untuk menampilkan proses dari sistem
dengan memanfaatkan data acquisition. Sedangkan untuk
menghubungkan perangkat lunak SCADA dengan PC agar dapat dikontrol
dan diamati oleh operator serta dengan PLC yang bekerja pada plant, maka
dibutuhkan media komunikasi seperti jalur komunikasi serial pada PC
(serial port PC).
Pada perangkat lunak sistem SCADA biasanya mempunyai fitur-fitur
kunci untuk mendukung kerja sistem SCADA tersebut yaitu Human
machine interface, Graphic Display, Alarms, trends, RTU, Networking,
Scalability/Expandability, Acces to data, database, fault tolerance and
redudancy, client/server distributed processing. (Gordon, dkk; 2003).
1. Human Machine Interface
Tampilan yang memudahkan manusia (operator) untuk memahami atau
mengendalikan sistem (plant).
2. Graphic Display
Tampilan grafis, bukan hanya angka, untuk mempermudah pengamatan.
3. Alarm
Alarm untuk memberi peringatan saat sistem dalam kondisi abnormal.
4. Trends
Trends ialah grafik garis yang menggambarkan kondisi atau status suatu
device.
5. RTU
Sebuah unit yang dilengkapi dengan sistem mandiri seperti sebuah
komputer, yang ditempatkan pada lokasi dan tempat-tempat tertentu di
lapangan. RTU bertindak sebagai pengumpul data lokal yang
mendapatkan datanya dari sensor-sensor dan mengirimkan perintah
langsung ke peralatan di lapangan.
6. Networking
Program pada sistem SCADA dapat berjalan dalam suatu jaringan, baik
pada LAN maupun internet.
7. Scalability / Expandability
Program dapat diperluas tanpa mengganggu program lama yang sudah
ada.
8. Access to data
Program memiliki akses pada data tertentu yang diinginkan.
9. Database
Penyimpanan data ke dalam database.
10. Fault tolerance and redundancy
Program memiliki toleransi tertentu terhadap kesalahan yang terjadi.
Sistem SCADA juga harus bersifat redundant, dimana saat MTU utama
down akan digantikan oleh MTU cadangan.
11. Client / Server distributed processing
Pemrosesan data bersifat distributed, dimana server maupun client
memiliki bagian pemrosesan tersendiri (Gordon, dkk; 2003).

5.3 RFID
Radio frequency identification (RFID) adalah sebuah teknologi yang
menggunakan komunikasi via gelombang elektromagnetik untuk merubah
data antara terminal dengan suatu objek seperti produk barang, hewan,
ataupun manusia dengan tujuan untuk identifikasi dan penelusuran jejak
melalui penggunaan suatu piranti yang bernama RFID tag. RFID tag dapat
bersifat aktif atau pasif. RFID tag yang pasif tidak memiliki power supply
sendiri, sehingga harganya pun lebih murah dibandingkan dengan tag yang
aktif. Dengan hanya berbekal induksi listrik yang ada pada antena yang
disebabkan oleh adanya pemindaian frekuensi radio yang masuk, sudah
cukup untuk memberi kekuatan yang cukup bagi RFID tag untuk
mengirimkan respon balik. Dengan tidak adanya power supply pada RFID
tag yang pasif maka akan menyebabkan semakin kecilnya ukuran dari RFID
tag yang mungkin dibuat, bahkan lebih tipis daripada selembar kertas
dengan jarak jangkauan yang berbeda mulai dari 10 mm sampai dengan 6
meter. RFID tag yang aktif memiliki power supply sendiri dan memiliki
jarak jangkauan yang lebih jauh. Memori yang dimilikinya juga lebih besar
sehingga bisa menampung berbagai macam informasi di dalamnya. RFID
tag yang banyak beredar sekarang adalah RFID tag yang sifatnya pasif.

Gambar 5.8 Modul RFID

Suatu sistem RFID dapat terdiri dari beberapa komponen, seperti


tag, tag reader, tag programming station, circulation reader, sorting
equipment, dan tongkat inventory tag. Kegunaan dari sistem RFID ini
adalah untuk mengirimkan data dari tag yang kemudian dibaca oleh RFID
reader dan kemudian diproses oleh aplikasi computer. Data yang
dipancarkan dan dikirimkan tadi bisa berisi beragam informasi, seperti ID,
informasi lokasi atau informasi lainnya.
Dalam suatu sistem RFID sederhana, suatu object dilengkapi dengan
tag yang berisi microchip yang ditanamkan di dalamnya yang berisi sebuah
kode produk yang sifatnya unik. Sebaliknya, interrogator, suatu antena
yang berisi transceiver dan decoder, memancarkan sinyal yang bisa
mengaktifkan RFID tag sehingga dia dapat membaca dan menulis data ke
dalamnya. Ketika suatu RFID tag melewati suatu zone elektromagnetis,
maka dia akan mendeteksi sinyal aktivasi yang dipancarkan oleh si reader.
Reader akan men-decode data yang ada pada tag dan kemudian data tadi
akan diproses oleh komputer. Kita ambil contoh sekarang misalnya buku-
buku yang ada di perpustakaan. Pintu security bisa mendeteksi buku-buku
yang sudah dipinjam atau belum. Ketika seorang user mengembalikan buku,
security bit yang ada pada RFID tag buku tersebut akan di-reset dan record-
nya secara otomatis akan di-update.
RFID tag seringkali dianggap sebagai pengganti dari barcode. Ini
disebabkan karena RFID memiliki berbagai macam keuntungan
dibandingkan dengan penggunaan barcode. RFID mungkin tidak akan
seluruhnya mengganti teknologi barcode, dikarenakan faktor harga, tetapi
dalam beberapa kasus nantinya penggunaan RFID akan sangat berguna.
Keunikan yang dimilikinya adalah bisa dilacak dari suatu lokasi ke lokasi
yang lainnya. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk melawan aksi
pencurian dan bentuk-bentuk product loss yang lainnya. RFID juga sudah
diajukan untuk penggunaan pada point-of-sale yang menggantikan kasir
dengan suatu mesin otomatis tanpa harus melakukan barcode scanning.

6. METODE PENELITIAN/CARA KERJA SISTEM


6.1 Metode Penelitian
1. Persiapan
Mempersiapkan materi-materi yang akan di jadikan dasar dalam pembuatan
alat Perancangan Konseptual
Merencanakan gambaran Rancang Bangun Automasi Pintu dengan RFID
Berbasis PLC dan SCADA pada pintu masuk Bengkel Listrik POLINES.
2. Perencanaan Sistem
Perancangan, perakitan dan program yang akan di gunakan dalam
pembuatan alat.
3. Pembuatan Alat
Persiapan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai rancangan yang
dibuat kemudian membuat rangka komponen, merakit semua spare parts
lalu diuji coba.
4. Pengujian Alat
Pengujian alat yang telah di buat di lakukan untuk memastikan bahwa
kinerja alat yang dibuat dapat berfungsi sesuai dengan yang di harapkan.
5. Analisa Hasil Pengujian
Hasil dari pengujian alat dia analisa dan dibandingkan dengan rencana dan
tujuan awal penelitian.Apabila terjadi error maka dicari penyebab serta
mencari solusi yang paling efektif agar alat dapat bekerja dengan lebih baik
lagi.
6. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan di lakukan setelah semua tahap terselesaikan sehingga
yang di peroleh dari pembuatan alat dapat dijelaskan secara rinci dengan
data-data yang didapat.

6.2 Cara Kerja


6.2.1 Diagram Blok

RFID SCADA
& Kontrol
PIN PLC Sistem
Kendali
Pintu RFID

Gambar 6.1 Diagram Blok


6.2.2 Gambaran Cara Kerja Alat
1. Kontrol PLC akan mengolah input apabila syarat sensor terpenuhi.
2. RFID dipasang pada pintu utama yang dilengkapi kunci kode akses yang
hanya diketahui orang tertentu yang memiliki akses di Ruang PLC Baru
POLINES. Kode akses ataupun kartu akses didekatkan pada panel kunci
pintu, maka dengan otomatis dapat membuka ataupun mengunci pintu
Ruang PLC Baru POLINES.

7. RINCIAN HARGA

HARGA SATUAN JUMLAH HARGA Jumlah


NO ALAT DAN BAHAN VOLUME SATUAN

(Rp.) (Rp.) (Rp.)

1 PLC 1 bh 2,500,000.00 2,500,000.00


2 Pintu Kaca dengan Kunci RFID 1 bh 2,800,000.00 2,800,000.00 7,800,000.00
3 Box Panel 1 bh 2,500,000.00 2,500,000.00
8. AGENDA KEGIATAN

Agenda Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Observ
asi
Survey
Alat
Peranca
ngan
Pengad
aan
Alat
dan
Bahan
Pembu
atan
Alat

Anda mungkin juga menyukai