Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN SISTEM KEAMANAN PINTU


OTOMATIS MENGGUNAKAN RFID BERBASIS PLC
DAN SCADA DI RUANG LABORATORIUM LISTRIK

Disusun oleh
AUVA MAULIDYA PUTRI (3.31.17.1.06)
IBNU FUAD ZAIN (3.31.17.1.10)
PRASETYO MARGO UTOMO (3.31.17.1.18)
TSANIA MONIKA (3.31.17.1.23)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2020
RANCANG BANGUN SISTEM KEAMANAN PINTU
OTOMATIS MENGGUNAKAN RFID BERBASIS PLC
DAN SCADA DI RUANG LABORATORIUM LISTRIK

Tugas akhir ini ini disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan


menjadi Ahli Madya

Disusun oleh
AUVA MAULIDYA PUTRI (3.31.17.1.06)
IBNU FUAD ZAIN (3.31.17.1.10)
PRASETYO MARGO UTOMO (3.31.17.1.18)
TSANIA MONIKA (3.31.17.1.23)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Tugas Akhir : Rancang Bangun Sistem Keamanan Pintu


Otomatis Menggunakan Rfid Berbasis Plc Dan
Scada Di Ruang Laboratorium Listrik
2. Pelaksana 1
a. Nama : Auva Maulidya Putri
b. NIM : 3.31.17.1.06
c. Program Studi : Teknik Listrik
d. Jurusan : Teknik Elektro
3. Pelaksana 2
a. Nama : Ibnu Fuad Zain
b. NIM : 3.31.17.1.10
c. Program Studi : Teknik Listrik
d. Jurusan : Teknik Elektro
4. Pelaksana 3
a. Nama : Prasetyo Margo Utomo
b. NIM : 3.31.17.1.18
c. Program Studi : Teknik Listrik
d. Jurusan : Teknik Elektro
5. Pelaksana 4
a. Nama : Tsania Monika
b. NIM : 3.31.17.1.23
c. Program Studi : Teknik Listrik
d. Jurusan : Teknik Elektro
6. Pembimbing :
a. Pembimbing I : Sugijono, ST., MM
b. Pembimbing II : Adi Wasono, B.Eng., M.Eng
Semarang, Januari 2020

Pelaksana 1 Pelaksana 2

Auva Maulidya Putri Ibnu Fuad Zain


3.31.17.1.06 3.31.17.1.10

Pelaksana 3 Pelaksana 4

Prasetyo Margo Utomo Tsania Monika


3.31.17.1.18 3.31.17.1.23

Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II

Sugijono, ST., MM Adi Wasono, B.Eng, M.Eng


NIP. 195508041984031001 NIP. 196401221991031002

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Adi Wasono, B.Eng, M.Eng


NIP. 196401221991031002
1. Judul
“Rancang Bangun Sistem Keamanan Pintu Otomatis Menggunakan RFID
Berbasis PLC dan SCADA Di Ruang Laboratorium Listrik.”

2. Latar Belakang

Semakin berkembangnya pola pikir manusia dalam mengembangkan


ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dengan ditunjang oleh rasa ingin
tahuan yang tinggi membuat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
pesat dari waktu ke waktu. Teknologi memberikan kontribusi yang besar
dalam pembangunan di berbagai bidang. Dalam bidang keamanan ruang,
teknologi otomatisasi pintu saat ini sedang berkembang dengan baik.

Pintu otomatis memberikan keringanan dan kemudahan bagi kita


dalam menjalankan aktifitas keluar dan masuk ruangan. Namun, kita juga
tidak dapat mengontrol siapa saja yang melewati pintu tersebut. Pintu yang
merupakan akses utama ke sebuah ruangan menjadi sarana yang penting
untuk diberikan sistem keamanan agar meminimalisir terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan.

Maka dari itu diperlukan adanya inovasi dan pengembangan dari pintu
otomatis ini untuk mengatasi masalah tersebut. Dari uraian-uraian tersebut,
maka penuis mengambil judul tugas akhir “Rancang Bangun Sistem
Keamanan Pintu Otomatis Menggunakan RFID Berbasis PLC dan SCADA Di
Ruang Laboratorium Listrik”.

3. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menemukan beberapa


permasalahan yang ada, yaitu:

1. Bagaimana cara membuat Rancang Bangun Sistem Keamanan Pintu


Otomatis Menggunakan RFID Berbasis PLC dan SCADA Di Ruang
Laboratorium Listrik?
2. Bagaimana sistem keamanan yang ada pada Rancang Bangun Sistem
Keamanan Pintu Otomatis Menggunakan RFID Berbasis PLC dan
SCADA Di Ruang Laboratorium Listrik?
3. Bagaimana cara Pintu otomatis mendapatkan sumber tegangan?

4. TUJUAN
Berdasarkan uraian-uraian dari latar belakang, tujuan dari tugas akhir
ini adalah:
1. Memenuhi salah satu syarat kelulusan DIII Politeknik Negeri Semarang
Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Listrik.
2. Mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari dan diperoleh selama
menempuh pendidikan pada Program Studi DIII Teknik Listrik Jurusan
Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang
3. Mampu membuat Rancang Bangun Sistem Keamanan Pintu Otomatis
Menggunakan RFID Berbasis PLC dan SCADA Di Ruang Laboratorium
Listrik yang bekerja untuk system keamanan ruangan yang berada dalam
Laboratorium secara otomatis, terkontrol, dan terpantau.
4. Mampu memprogram Rancang Bangun Sistem Keamanan Pintu
Otomatis Menggunakan RFID Berbasis PLC dan SCADA Di Ruang
Laboratorium Listrik yang bekerja secara otomatis dan saling
terintegrasi.

5. TINJAUAN PUSTAA
5.1 PLC

Programmable Logic Controller (PLC) adalah kendali logika


terprogram merupakan suatu sistem atau piranti elektronik yang
dirancang untuk dapat beroperasi secara digital dengan
menggunakan memori sebagai media penyimpanan instruksi-
instruksi internal untuk menjalankan fungsi-fungsi logika, seperti
fungsi pencacah, fungsi urutan proses (sekuensial), fungsi waktu,
fungsi aritmatika dan fungsi lainnya dengan cara memprogramnya
untuk mengontrol berbagai macam mesin, mengendalikan sistem
lampu dan memproses modul masukan atau keluaran baik digital
maupun analog. Program-program yang dibuat kemudian
dimasukkan dalam PLC melalui programmer atau monitor,
pembuatan program dapat menggunakan komputer sehingga dapat
mempercepat hasil pekerjaan. PLC dapat beroperasi pada sistem
yang memiliki output atau input yang bisa menghasilkan on atau off
(digital). Input biasanya berasal dari sensor atau saklar atau tombol
yang menghasilkan input digital, sedangkan output yang berupa
motor, buzzer, dan kipas angin, juga biasanya berdasarkan hasil on
ataupun off saja. Bagian-bagian PLC ditujukkan pada gambar 5.1
berikut :

Gambar 5.1 Bagian-bagian PLC

(sumber : https://belajarplconline.files.wordpress.com)

PLC sendiri memiliki beberapa jenis dan tipe yang beredar di


pasaran. PLC yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah produk
dari Schneider yaitu tipe Modicon M221 dengan seri
TM221CE16R. PLC Schneider Modicon M221 TM221CE16R
memiliki jumlah 9 digital input dan 7 digital output (total 16 I/O)
serta 2 analog input. Selain itu, untuk fasilitas komunikasinya dapat
dilakukan melalui kabel RJ45, kabel RS232/RS485, dan mini B
USB 2.0. Pada PLC ini telah dilengkapi dengan sumber tegangan
100-240 VAC dan 24 VDC.
Gambar 5.2 PLC Schneider M221

Dalam suatu sistem PLC ini terdapat 5 komponen bagian


utama, kelima komponen itu yaitu Central Prosesing Unit (CPU),
unit catu daya, perangkat pemrograman, unit memori, bagian input
dan output.

1. Central Prosesing Unit (CPU), merupakan otak dari PLC


Bagian ini merupakan otak atau jantung PLC, karena bagian ini
merupakan bagian yang melakukan operasi/pemrosesan
program yang tersimpan dalam PLC.
2. Unit Catu Daya
Tegangan masukan pada PLC biasanya sekitar 24 VDC atau
220 VAC. Pada PLC yang besar, catu daya biasanya diletakan
terpisah.
3. Unit Memory
Memori merupakan tempat penyimpan data sementara dan
tempat program yang harus dijalankan, dimana program
tersebut merupakan hasil terjemahan dari ladder diagram yang
dibuat oleh user. Sistem memori pada PLC juga mengarah pada
teknologi flash memory. Sistem memory dibagi dalam blok-
blok dimana masing-masing blok memiliki fungsi sendiri-
sendiri. Beberapa bagian dari memory digunakan untuk
menyimpan status dari input dan output, sementara bagian
memory yang lain digunakan untuk menyimpan variable yang
digunakan pada program seperti timer dan counter.
4. Perangkat pemrograman
Program atau monitor merupakan suatu alat yang digunakan
untuk berkomunikasi dengan PLC, dengan menggunakan
program atau monitor ini dapat dibuat program yang kemudian
dimasukkan ke dalam PLC dan juga dapat memonitor proses
yang dilakukan oleh PLC.
5. Bagian input dan output
a. Modul input
Modul masukan berfungsi untuk menerima sinyal dari unit
pengindera periferal, dan memberikan pengaturan sinyal,
terminasi, isolasi, maupun indikator keadaan sinyal
masukan. Sinyal-sinyal dari piranti periferal akan di scan
dan keadaannya akan dikomunikasikan melalui modul
antarmuka dalam PLC.
b. Modul output
Modul keluaran mengaktivasi berbagai macam piranti
seperti aktuator hidrolik, pneumatic, solenoid, starter
motor, dan tampilan status titik-titik periferal yang
terhubung dalam sistem. Fungsi modul keluaran lainnya
mencakup conditioning, terminasi dan juga pengisolasian
sinyal-sinyal yang ada. Proses aktivasi itu tentu saja
dilakukan dengan pengiriman sinyal-sinyal diskret dan
analog yang relevan, berdasarkan watak PLC sendiri yang
merupakan piranti digital.
5.2 Supervisory Control and Data Acquisiton (SCADA)
5.2.1 Pengertian Sistem SCADA

Sistem SCADA adalah suatu metode dalam ndust


kontrol, dimana operator dapat melakukan fungsi kontrol
(controlling), pengawasan (monitoring) dan pengambilan
serta perekaman data (data acquisition) dari sebuah ndust
yang sedang bekerja. SCADA dapat difungsikan sebagai
ndust yang dapat mengumpulkan informasi atau data-data
dari lapangan dan kemudian mengirimkannya ke sebuah
ndustry sentral yang akan mengatur dan mengontrol data-
data tersebut. Sistem SCADA tidak hanya digunakan dalam
proses-proses ndustry, misalnya, pabrik baja, pembangkit,
dan pendistribusian tenaga listrik (konvensional maupun
nuklir), pabrik kimia, tetapi juga pada beberapa fasilitas
eksperimen seperti fusi nuklir (Baily dan Wright; 2003).

5.2.2 Fungsi SCADA


Secara umum fungsi SCADA adalah akuisisi data,
konversi data, pemrosesan data, supervisory control,
tagging, pemrosesan alarm dan event.
1. Akuisisi data
Merupakan proses penerimaan data dari peralatan di
lapangan.
2. Konversi data
Merupakan proses konversi data-data dari lapangan ke
dalam format standart
3. Pemrosesan data
Penganalisisan data yang diterima untuk dilaporkan
kepada operator.
4. Supervisory Control
Pengendalian dan pemantauan peralatan-peralatan yag
ada di lapangan.
5. Tagging
Penambahan informasi pada peralatan tertentu.
6. Pemrosesan alarm dan event
Penginformasian kepada operator apabila ada perubahan
di dalam system.

Fungsi khusus dari ystem SCADA diantaranya yaitu


telecontrol, telesignaling, telemetering.

1. Telecontrol
Berfungsi melakukan perintah Remote Control
(open/close) terhadap peralatan yang ada di lapangan.
2. Telesignaling
Berfungsi mengumpulkan data status dan alarm (open,
close, power supply fault, indikasi relay atau parameter
lainnya) yang dianggap perlu, yang dapat membantu
operator dalam memonitor peralatan yang berada di
lapangan. Dengan ini diharapkan gangguan pada bagian
tertentu dapat dideteksi lebih cepat, karena pemantauan
dari pusat kontrol dan diketahui dalam waktu yang real
time.
3. Telemetering
Berfungsi mengukur beban yang terpasang pada alat
ukur tenaga listrik (arus, tegangan, daya aktif, frekuensi)
dan semua peralatan yang ada di lapangan. Hasil
pemantauan ini selain digunakan sebagai pencatat data
pengoperasian alat juga dapat digunakan dalam
kaitannya untuk melakukan remote control.
5.2.3 Perangkat Keras SCADA
Fungsi-fungsi sistem SCADA tersebut didukung
sepenuhnya melalui 4 komponen SCADA, yaitu sensor,
Remote Terminal Unit (RTU), Master Terminal Unit
(MTU), dan jaringan komunikasi.
1. Sensor (baik yang analog maupun digital) dan relay
kontrol yang langsung berhubungan dengan berbagai
macam aktuator pada sistem yang dikontrol.
2. Remote Terminal Unit (RTU), merupakan unit-unit
komputer kecil (mini) atau sebuah unit yang dilengkapi
dengan sistem mandiri seperti sebuah komputer, yang
ditempatkan pada lokasi dan tempat-tempat tertentu di
lapangan. RTU bertindak sebagai pengumpul data lokal
yang mendapatkan datanya dari sensor dan
mengirimkan perintah langsung ke peralatan di
lapangan.
3. Master Terminal Unit (MTU), merupakan komputer
yang digunakan sebagai pengolah pusat dari sistem
SCADA. MTU ini menyediakan HMI (Human Machine
Interface) bagi pengguna dan secara otomatis mengatur
sistem sesuai dengan masukan-masukan dari sensor
yang diterima.
4. Jaringan Komunikasi, merupakan media yang
menghubungkan unit master SCADA dengan RTU di
lapangan (Baily, D., Wright, E, 2003).
5.2.4 Perangkat Lunak SCADA
Pada perangkat lunak sistem SCADA biasanya
mempunyai fitur-fitur kunci untuk mendukung kerja sistem
SCADA tersebut yaitu Human machine interface, Graphic
Display, Alarms, trends, RTU, Networking, Scalability /
Expandability, Acces to data, database, fault tolerance and
redudancy, client / server distributed processing. (Gordon,
dkk; 2003).
1. Human Machine Interface
Tampilan yang memudahkan manusia (operator) untuk
memahami atau mengendalikan sistem (plant).
2. Graphic Display
Tampilan grafis, bukan hanya angka, untuk
mempermudah pengamatan.
3. Alarm
Alarm untuk memberi peringatan saat sistem dalam
kondisi abnormal.
4. Trends
Trends ialah grafik garis yang menggambarkan
kondisi atau status suatu device.
5. RTU
Sebuah unit yang dilengkapi dengan sistem mandiri
seperti sebuah komputer, yang ditempatkan pada
lokasi dan tempat-tempat tertentu di lapangan. RTU
bertindak sebagai pengumpul data lokal yang
mendapatkan datanya dari sensor-sensor dan
mengirimkan perintah langsung ke peralatan di
lapangan.
6. Networking
Program pada sistem SCADA dapat berjalan dalam
suatu jaringan, baik pada LAN maupun internet.
7. Scalability / Expandability
Program dapat diperluas tanpa mengganggu program
lama yang sudah ada.
8. Access to data
Program memiliki akses pada data tertentu yang
diinginkan.
9. Database
Penyimpanan data ke dalam database.
10. Fault tolerance and redundancy
Program memiliki toleransi tertentu terhadap
kesalahan yang terjadi. Sistem SCADA juga harus
bersifat redundant, dimana saat MTU utama down
akan digantikan oleh MTU cadangan.
11. Client / Server distributed processing
Pemrosesan data bersifat distributed, dimana server
maupun client memiliki bagian pemrosesan tersendiri
(Gordon, dkk; 2003).
5.3 RFID
Radio frequency identification (RFID) adalah sebuah teknologi
yang menggunakan komunikasi via gelombang elektromagnetik
untuk merubah data antara terminal dengan suatu objek seperti
produk barang, hewan, ataupun manusia dengan tujuan untuk
identifikasi dan penelusuran jejak melalui penggunaan suatu piranti
yang bernama RFID tag. RFID tag dapat bersifat aktif atau pasif.
RFID tag yang pasif tidak memiliki power supply sendiri, sehingga
harganya pun lebih murah dibandingkan dengan tag yang aktif.
Dengan hanya berbekal induksi listrik yang ada pada antena yang
disebabkan oleh adanya pemindaian frekuensi radio yang masuk,
sudah cukup untuk memberi kekuatan yang cukup bagi RFID tag
untuk mengirimkan respon balik. Dengan tidak adanya power supply
pada RFID tag yang pasif maka akan menyebabkan semakin
kecilnya ukuran dari RFID tag yang mungkin dibuat, bahkan lebih
tipis daripada selembar kertas dengan jarak jangkauan yang berbeda
mulai dari 10 mm sampai dengan 6 meter. RFID tag yang aktif
memiliki power supply sendiri dan memiliki jarak jangkauan yang
lebih jauh. Memori yang dimilikinya juga lebih besar sehingga bisa
menampung berbagai macam informasi di dalamnya. RFID tag yang
banyak beredar sekarang adalah RFID tag yang sifatnya pasif.

Gambar 5.3 Modul RFID

Suatu sistem RFID dapat terdiri dari beberapa komponen,


seperti tag, tag reader, tag programming station, circulation reader,
sorting equipment, dan tongkat inventory tag. Kegunaan dari sistem
RFID ini adalah untuk mengirimkan data dari tag yang kemudian
dibaca oleh RFID reader dan kemudian diproses oleh aplikasi
computer. Data yang dipancarkan dan dikirimkan tadi bisa berisi
beragam informasi, seperti ID, informasi lokasi atau informasi
lainnya.
Dalam suatu sistem RFID sederhana, suatu object dilengkapi
dengan tag yang berisi microchip yang ditanamkan di dalamnya
yang berisi sebuah kode produk yang sifatnya unik. Sebaliknya,
interrogator, suatu antena yang berisi transceiver dan decoder,
memancarkan sinyal yang bisa mengaktifkan RFID tag sehingga dia
dapat membaca dan menulis data ke dalamnya. Ketika suatu RFID
tag melewati suatu zone elektromagnetis, maka dia akan mendeteksi
sinyal aktivasi yang dipancarkan oleh si reader. Reader akan men-
decode data yang ada pada tag dan kemudian data tadi akan diproses
oleh komputer. Kita ambil contoh sekarang misalnya buku-buku
yang ada di perpustakaan. Pintu security bisa mendeteksi buku-buku
yang sudah dipinjam atau belum. Ketika seorang user
mengembalikan buku, security bit yang ada pada RFID tag buku
tersebut akan di-reset dan record-nya secara otomatis akan di-update.

RFID tag seringkali dianggap sebagai pengganti dari barcode.


Ini disebabkan karena RFID memiliki berbagai macam keuntungan
dibandingkan dengan penggunaan barcode. RFID mungkin tidak
akan seluruhnya mengganti teknologi barcode, dikarenakan faktor
harga, tetapi dalam beberapa kasus nantinya penggunaan RFID akan
sangat berguna. Keunikan yang dimilikinya adalah bisa dilacak dari
suatu lokasi ke lokasi yang lainnya. Hal ini dapat membantu
perusahaan untuk melawan aksi pencurian dan bentuk-bentuk
product loss yang lainnya. RFID juga sudah diajukan untuk
penggunaan pada point-of-sale yang menggantikan kasir dengan
suatu mesin otomatis tanpa harus melakukan barcode scanning.

5.4 Pintu Otomatis


Pintu otomatis adalah pintu yang dapat terbuka dan tertutup
dengan sendirinya tanpa dioperasikan oleh siapapun. Pintu ini
menggunakan 2 buah sensor yakni sensor kedatangan dan sensor
kepergian. Sebagai penggerak pintunya menggunakan sebuah motor
listrik baik itu motor listrik AC (Alternating Current), yakni motor
listrik yang menggunakan sumber listrik arus bolak-balik, ataupun
menggunakan motor listrik DC (Direct Current), yakni motor listrik
yang menggunakan sumber listrik arus searah. Pintu ini akan terbuka
setelah sensor kedatangan mendeteksi adanya orang yang akan
melalui pintu tersebut. Dan ini otomatis akan tertutup setelah
sensor kepergian mendeteksi orang tersebut sudah melalui pintu
dan akan meninggalkanya.

5.5 Motor Induksi Tiga Fasa


Motor induksi tiga fasa secara umum motor induksi dibagi
menjadi dua buah yaitu motor induksi satu fasa dan motor induksi
tiga fasa. Secara prinsip cara kerja kedua motor ini adalah sama
yaitu karena adanya induksi yaitu adanya medan putar pada
belitan utama (stator) yang memotong batang-batang rotor
sehingga akan timbul induksi pada rotor. Motor arus bolak-
balik (motor AC) adalah suatu mesin yang berfungsi untuk
mengubah dari energi lisrik arus bolak balik menjadi energi
mekanis atau energi gerak berupa gerakan putar dari rotor. Prinsip
kerja motor induksi tiga fasa adalah sebagai berikut :
a. Apabila sumber tegangan 3 fasa dipasang pada kumparan
stator, timbullah kecepatan medan putar
120 f 1
Ns= ..........................................................................(5.1)
P

Dimana:

Ns = Kecepatan medan putar (Rpm)

𝑓1 = Frekuensi sumber daya (Hz)

P = Jumlah kutub motor 3 phasa

b. Perputaran medan putar pada stator tersebut akan memotong


batang- batang konduktor pada bagian rotor
c. Akibatnya, pada bagian rotor akan timbul tegangan induksi
(ggl) sebesar
E=4,44 f 1 N 1 ∅ m ..............................................................(5.2)

Dimana:

𝑓1 = Frekuensi sumber daya (Hz)

E = Ggl induksi (tegangan timbul) (V)

𝑁1= Jumlah lilitan kumparan per phasa

Ø𝑚 = Fluks magnetik maksimum (Wb)

d. Karena pada rotor timbul tegangan induksi, dan rotor


merupakan rangkaian yang tertutup, sehingga pada rotor akan
timbul arus (I)
e. Adanya arus (I) didalam medan magnet, akan menimbulkan
gaya (F) pada rotor.
f. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup
besar untuk memikul kopel beban, maka rotor akan berputar
searah dengan medan putar stator. g. Agar tegangan terinduksi
diperlukan adanya perbedaan antara kecepatan medan putar
stator (Ns) dengan kecepatan berputar rotor (Nr).
g. Agar tegangan terinduksi diperlukan adanya perbedaan antara
kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan berputar
rotor (Nr).
h. Perbedaan kecepatan antara Nr dan Ns disebut slip (S)
dinyatakan dengan:
N s−N r
S= × 100 %
Ns

Dimana:

S = Slip

Ns = Kecepatan medan putar (Rpm)

Nr = Kecepatan rotor (Rpm)


i. Apabila Nr = Ns tegangan tidak terinduksi dan arus tidak
mengalir pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak
dihasilkan kopel. Kopel motor akan ditimbulkan apabila Nr
lebih kecil dari Ns.
Pengaturan kecepatan motor induksi tiga fasa dapat dilakukan
dengan 4 cara antara lain adalah :
a. Mengubah jumlah kutup. Hal ini sesuai dengan persamaan no.
2. Dimana putaran berbanding terbalik dengan jumlah kutup.
Semakin besar jumlah kutup maka putaran motor yang
dihasilkan akan semakin kecil. Begitu juga sebaliknya
b. Mengubah Frekuensi sumber. Hal ini sesuai dengan persamaan
no 2
c. Dimana putaran berbanding lurus dengan frekuensi. Semakin
besar nilai frekuensinya maka semakin besar pula kecepatan
putaran motor yang dihasilkan.
d. Mengubah Tegangan sumber. Untuk dapat mengatur kecepatan
motor induksi tiga fasa dengan variabel tegangan bisa dilihat
pada persamaan torsi motor induksi sebagai berikut :
P 3 VIcosθ
T= =
ω ω

Dimana :

P = Daya (Watt)

T = Torsi (Nm)

V = Tegangan (V)

Cos 𝜃 = faktor daya

ω= Kecepatan sudut (rad/s)

Dari rumusan tersebut dapat dilihat bahwa torsi berbanding


lurus dengan tegangan dan arus. Semakin besar tegangan yang
diinjeksikan ke motor, maka torsinya akan semakin meningkat.
Meningkatnya torsi ini sebanding dengan peningkatan kecepatan
motor induksi.

Gambar 5.4 Motor induksi 3 phasa

6. CARA KERJA

INPUT
PLN

RELAY INVERTER
COS PLC
INVERTER

SCADA MOTOR

ACCU
PINTU

Sistem ini bekerja dengan 2 keadaan, yaitu keadaan normal dan


keadaan menggunakan RFID. Dalam keadaan normal, jika ada orang yang
akan melewati pintu otomatis ini, dan setelah door sensor mendeteksi orang,
maka PLC akan mengaktifkan relay yang kemudian akan mengaktifkan
kontak reverse / forward untuk menggerakan motor induksi 3 phasa dan
kemudian membuka pintu otomatis. Pintu akan berhenti terbuka saat limit
switch samping aktif. Saat seseorang sudah meninggalkan pintu otomatis dan
door sensor tidak aktif, maka pintu akan menutup dengan sendirinya dengan
diagram kerja yang sama seperti saat membuka pintunya. Pintu akan berhenti
terbuka saat limit switch tengah aktif.
Sedangkan dalam keadaan menggunakan RFID, pintu baru dapat
terbuka setelah kartu RFID terpindai oleh RFID reader dan memasukan
password sesuai kartu RFID tersebut. Apabila password yang dimasukan
salah, maka pintu tidak akan terbuka. Dan apabila password yang dimasukan
benar, maka relay 5 Vdc akan aktif dan memberikan inputan ke PLC. Pintu
baru akan terbuka setelah door sensor bagian luar aktif, dan akan menutup
setelah door sensor bagian dalam dan luar tidak aktif. Apabila sudah
memasukan password dengan benar, tetapi door sensor tidak aktif selama 10
detik, maka pintu tidak akan terbuka walaupun ada seseorang yang akan
memasuki ruang laboratorium. Untuk membuka pintu kembali, harus
memindai kartu RFID dan memasukan password kartu tersebut dengan benar
lagi. Sedangkan jika seseorang mau keluar dari ruang laboratorium, maka
pintu akan terbuka dengan sendirinya tanpa harus memindai kartu dan
memasukan password dengan benar.

7. METODELOGI
Metodologi yang digunakan dalam menyusun tugas akhir ini adalah:
a. Metode Pengumpulan data utama dan studi pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mencari data baik dari sumber data
sheet komponen, serta buku maupun internet yang berhubungan dengan
hal-hal yang dibahas dalam pembuatan tugas akhir ini.
b. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan penelitian langsung ke
lapangan kerja, kemudian hasilnya digunakan sebagai sumber data.
c. Metode Bimbingan
Metode ini dilakukan dengan cara meminta pengarahan dan petunjuk
dari dosen pembimbing dan dosen umum.
d. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung
kepada pihak yang bersangkutan mengenai sumber data yang akan
diambil.
8. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pembaca dalam mepelajari isi laporan, penulis


membuat sistematika laporan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang Latar belakang masalah,tujuan dan
manfaat dalam pembuatan Tugas Akhir, Rumusan dan
Pembatasan masalah, metode penyusunan laporan Tugas
Akhir, dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memberikan penjelasan tentang pintu
otomatis, RFID, PLC (Programmable Logic Controller),
motor induksi tiga phasa, power supply, dan ADS (Auto
Door sensor type).
BAB III PELAKSANAAN RANCANG BANGUN
Bab ini berisi tentang pembuatan alat, deskripsi
sistem, diagram blok perancangan, flowchart perancangan,
wiring diagram kelistrikan, pembuatan progam PLC, setting
frekuensi 0-50 Hz di inverter D700.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisikan tentang pembahasan alat pintu otomatis,
metode pengujian, analisis, dan hasil pengujian alat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan tentang kesimpulan yang diambil penyusun
dari pembuatan dan penulisan laporan Tugas Akhir , kesan
dan saran selama proses pembuatan Tugas Akhir.
Sedangkan pada bagian terakhir dari laporan ini berisi
tentang Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran.
9. JADWAL KEGIATAN

Bulan
10.
Agenda Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Observasi
dan
Survey
Alat

Perancang
an

Pengadaa
n Alat dan
Bahan

Pembuata
n Alat

Penyusun
an
Laporan

RINCIAN HARGA
URAIAN PEKERJAAN
NO. VOLUME SATUAN HARGA SATUAN JUMLAH HARGA
PINTU OTOMATIS
1 Modul RFID1 1 Buah Rp 1.400.000 Rp 1.400.000
2 Motor Induksi 3f 1 Buah Rp 3.500.000 Rp 3.500.000
3 Pintu Otomatis 1 Set Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
4 PLC Schneider 1 Buah Rp 3.500.000 Rp 3.500.000
6 Box Panel 1 Set Rp 4.000.000 Rp 4.000.000
7 Biaya Lain - Lain 1 Buah Rp 3.000.000 Rp 3.000.000
JUMLAH Rp 25.400.000
OVER HEAD 10% Rp 2.540.000
TOTAL HARGA Rp 27.940.000

VII.

Anda mungkin juga menyukai