LAPORAN PRAKTIKUM
INSTALASI LISTRIK TEGANGAN MENENGAH
Oleh :
PRAKATA
Puji dan syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya dan memberi praktikan kesempatan dalam
menyelesaikan praktikum dan laporan praktikum di lab Tegangan Tinggi
Universitas Riau.
Praktikan menyampaikan terima kasih pada beberapa pihak yang ikut
mendukung proses pembuatan laporan ini hingga selesai. yaitu :
1. Tuhan yang maha Esa yang sudah memberikan kesempatan serta
kemudahan kepada kami untuk dapat melakukan praktikum dan
menyusun laporan praktikum.
2. Orang tua kami yang telah mendukung kami dalam melaksanakan
perkuliahan khususnya dalam pelaksanaan praktikum ini.
3. Dosen Teknik Elektro Universitas Riau terkhusus kepada bapak
Dr. Fri Murdiya, ST., MT. selaku dosen pengampu mata kuliah
Praktikum Instalasi Listrik Tegangan Menengah.
4. Asisten Lab. Teknik Tegangan Tinggi terkhususnya bg. Arjuna
Simarmata yang sudah memberikan ilmunya serta memberi masukan
kepada kami dalam praktikum maupun menyusunan laporan praktikum
ini.
5. Teman-teman kami Teknik Elektro D3 2018 yang telah memberikan
masukan dan saran atas penyusunan laporan ini.
Praktikan menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan laporan
praktikum ini. namun praktikan tetap berharap laporan ini akan memberikan
manfaat bagi para pembaca. Demi kemajuan, praktikan juga mengharapkan
adanya masukan berupa kritik atau saran yang berguna.
Penulis
ii
iii
Arga Anugrah Renaldy, Dwiki Syah Putra, Jihan Nabilla, Johan Mustami Tarigan,
Muhammad Farhandika, Titus Geo Darvin Saragi
Program Studi Teknik Elektro D3, Fakultas Teknik, Universitas Riau
ABSTRAK
Kata Kunci : Tegangan Tinggi AC, Tegangan Tinggi DC, Kegagalan Dielektrik
Udara, Polaritas Dielektrik Udara, , Isolasi Zat Cair, Kubikel 20
KV
iii
iv
DAFTAR ISI
PRAKATA..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................3
1.4 Tujuan Praktikum...........................................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................................4
iv
v
v
vi
DARTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
viii
DAFTAR TABEL
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Seperti yang telah diuraikan, pemakaian extra high voltage atau ultra high voltage
didasarkan atas kepentingannya Di dalam pertimbangan kenaikan tegangan selalu
diperhatikan faktor-faktor ekonomis di samping faktor-faktor teknis
pelaksanaannya. Kecuali itu di negara Barat terutama, faktor sosial juga mendapat
perhatian. Adapun persoalan-persoalan pokok dalam bidang teknik tegangan
tinggi seperti, pembangkitan dan pengujian tegangan tinggi, koordinasi isolasi
gejala tegangan tinggi, komponen peralatan tegangan tinggi, instrumentasi
tegangan tinggi (Arismunandar, 1968).
Udara dan gas termasuk bahan isolasi yang banyak digunakan untuk
mengisolasi peralatan listrik tegangan tinggi karena murah, mudah dan sederhana.
Menurut standart VDE ( VDE 0433-2 ) bentuk elektroda yang digunakan dalam
pengujian tegangan tembus gas adalah elektroda bola bola. Untuk mengetahui
pengaruh bentuk elektroda terhadap besarnya tegangan tembus pada isolasi udara
perlu dilakukan pengujian pada bentuk elektroda yang lain. Bentuk elektroda yang
dapat digunakan adalah elektroda bola-bidang dan jarum bidang. Dalam
pengukuran tegangan tembus dielektrik udara, dimaksudkan untuk mempelajari
karakteristik isolasi udara terhadap tegangan yang diterapkan (Prihatnolo, 2011).
Isolasi memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem tenaga listrik.
Isolasi diperlukan untuk memisahkan bagian yang bertegangan dengan yang tidak
bertegangan sehingga tidak terjadi lompatan listrik atau percikan diantaranya.
Bahan isolasi akan mengalami pelepasan muatan yang merupakan bentuk
kegagalan listrik apabila tegangan yang diterapkan melampaui kekuatan
isolasinya. Udara merupakan bahan isolasi yang banyak digunakan pada peralatan
tegangan tinggi. Karakteristik kegagalan selain bergantung pada media isolator
juga dipengaruhi oleh konfigurasi elektroda yang mengapitnya (Luqman, 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
dibutuhkan tegangan keluaran yang lebih rata maka di terminal keluaran dipasang
kapasitor perata (Anggakara, 2014).
Kemampuan isolasi dalam menahan tegangan mempunyai batas-batas
tertentu sesuai dengan material penyusun dan lingkungan sekitarnya. Apabila
tegangan yang diterapkan melebihi kuat medan isolasi maka akan terjadi tembus
(break down) yang menyebabkan terjadinya aliran arus antara peralatan tegangan
tinggi.
Bahan isolasi akan mengalami pelepasan muatan yang merupakan bentuk
kegagalan listrik apabila tegangan yang diterapkan melampaui kekuatan
isolasinya. Udara merupakan bahan isolasi yang banyak digunakan pada peralatan
tegangan tinggi. Karakteristik kegagalan selain bergantung pada media isolator
tersebut, juga dipengaruhi oleh konfigurasi elektroda yang mengapitnya (Kumara,
2010).
Kegagalan listrik yang terjadi di udara tergantung dari jumlah elektron
bebas yang ada di udara. Penyebab tembus antara lain tekanan, temperature,
kelembaban, konfigurasi medan, tegangan yang diterapkan, material elektroda,
kondisi permukaan elektroda. Pembangkitan ion antara lain dengan cara benturan
(collision) elektron, ionisasi thermal, fotoionisasi dan pelepasan (detachment)
elektron (Siswanto, 2013).
Berdasarkan landasan teori yang ada, dapat disimpulkan bahwa tegangan
tinggi digunakan untuk keperluan berbagai penelitian dan pengujian beban isolasi.
Tegangan tinggi yang diuji pada praktikum ini adalah tegangan tinggi AC, tegang
tinggi DC dan tegangan impuls.pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
2.2 Teori Dasar
2.2.1 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi Bolak Balik
Tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik (electric power
engineering) ialah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh para tenisi
listrik sehingga diperlukan pengujian dan pengukuran dengan tegangan tinggi
yang semuannya bersifat khusus dan memerlukan teknik-teknik tertentu
(subyektif), atau dimana gejala-gejala tegangan tinggi mulai terjadi (obyektif).
Tegangan tinggi ac diperlukan untuk pengujian ketahanan peralatan-
peralatan sistem tenaga listrik terhadap tegangan tinggi ac. Untuk membangkitkan
tegangan tinggi ac pada pengujian laboratorium diperlukan trafo uji yang
berfungsi untuk mengubah tegangan rendah menjadi tegangan tinggi. Trafo uji
biasanya berupa trafo satu fasa karena pengujian biasanya dilakukan untuk setiap
fasa dan setiap kali yang diuji hanyalah satu fasa yang diperlukan (Rendy, 2017).
Trafo ini mempunyai perbandingan jumlah lilitanya lebih besar dari pada
trafo daya, kapasitas kVA-nya lebih kecil dibanding dengan trafo daya, trafo yang
dipakai pada pembangkit tegangan tinggi biasanya satu phasa dimana ujung
lilitannya ditanam dalam tanah untuk keperluan keamanan dan pengamanan
terhadap manusia dan alat ujinya. Pada waktu merencanakan isolasi untuk trafo
penguji, hanya diperhitungkan isolasinya tahan terhadap tegangan penguji yang
maksimum (Wahyono, 2019).
Dalam percobaan praktikum ini peralatan yang digunakan adalah peralatan
tegangan tinggi terco, seperti trafo uji (HV Test Transformator), kapasitor,
tahanan, dioda, insulating rod, floor pedestal, connecting cup, grounding switch
dan lain-lain.ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
Gambar 2.1. Rangkaian pembangkit tegangan tinggi bolak balik (Tobing, 2012)
Tebal bahan isolasi yang digunakan pada trafo uji sebanding dengan kuat
medan elektrik yang dipikul bahan isolasi tersebut. Jika kuat medan elektrik yang
dipikul bahan isoalasi semakin besar, bahan isolasi yang dibutuhkan semakin
tebal sehingga volume bahan isolasi yang dibutuhkan semakin banyak. Oleh
karena itu, kuat medan elektrik pada sistem isolasi trafo uji harus diusahakan
sekecil mungkin agar volume bahan isolasi yang digunakan juga sesedikit
mungkin (Tobing, 2012).
Trafo uji (HV Test Transformator) merupakan peralatan utama yang
digunakan untuk menaikkan tegangan rendah menjadi tegangan tinggi. Trafo uji
yang digunakan pada praktikum ini memiliki rasio 1:450 volt. Trafo uji ini
mampu menghasilkan tegangan maksimum sampai 140 kV (Rizal, 2019).
Tegangan keluaran trafo uji harus dapat diatur sesuai dengan tegangan
yang dibutuhkan. Untuk mengatur tegangan tersebut dibutuhkan suatu autotrafo.
Autotrafo tersebut di hubungkan dengan belitan primer. Lengan autotrafo
dihubungkan dengan motor listrik yang kecepatannya dapat di atur melalui desk
control.
Trafo uji dirancang untuk membangkitkan tegangan tinggi untuk
pengujian bukan untuk pemakaian yang kontinyu. Beban trafo uji adalah beban
isolasi yang terdapat pada peralatan dan perlengkapan instalasi listrik. Bahan
isolasi tersebut diletakkan di antara konduktor-konduktor peralatan yang berbeda
potensialnya. Bahan isolasi ini membentuk susunan kapasitor yang kapasitansinya
berbanding terbalik dengan tebal isolasi.
Sifat kapasitansi tidak hanya pada bahan isolasinya, namun ada kapasitansi
lain yang ada pada rangkaian pengujian, seperti kapasitansi pembagi tegangan
kapasitif, kapasitansi alat ukur elektroda, kapasitansi elektroda objek uji dan lain-
lain. Pengujian biasanya di lakukan sampai objek uji mengalami tembus listrik.
Trafo uji dilengkapi dengan belitan ukur. Belitan ini digunakan untuk mengukur
tegangan keluaran trafo uji (Yandi, 2009)
Pengukuran tegangan tinggi bolak-balik pada percobaan praktikum ini
menggunakan elektroda bola dengan cara memaanfaatkan tegangan tembus sela
bola yang berstandar IEC 60052 dengan suhu udara 20o C dan tekanan udara 760
mmHg. Dengan menggunakan standar tersebut, tegangan puncak dapa dihitung
menggunakan persamaan :
0.368 x p
δ= ……………………………. …( 2.1 )
273 + t
Dengan :
δ =¿Faktor koreksi udara
p=¿Tekanan udara sekitar
t=¿Suhu udara sekitar
Maka tegangan yang dibangkitkan pada sela bola adalah :
Vout = δx Vs……………………...…….............(2.2)
Dengan :
V = Tegangan yang dibangkitkan pada sela bola
Vs = Tegangan pada sisi sekunder
Tegangan rata-rata dapat dihitung menggunakan persamaan :
Jumlah tegangan masukan
Vrata-rata= ………………….........
banyaknya percobaan
(2.3)
Tegangan output trafo dapat dihitung menggunakan persamaan :
Voutput = Vrata-rata x rasio trafo…………………………...(2.4)
11
11
2.2.2 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi Searah
Pembangkitan tegangan searah ditujukan untuk mengetahui fenomena
tegangan tinggi seperti gejala tembus listrik pada bahan isolasi. Pembangkit
tegangan tinggi searah merupakan salah satu sarana yang sangat penting,
khususnya untuk skala laboratorium, untuk keperluan berbagai penelitian dan
pengujian terhadap fenomena bahan isolasi listrik tegangan tinggi, baik isolasi
yang bersifat padat, cair maupun gas.
Rangkaian sederhana untuk pembangkitan tegangan tinggi searah
merupakan penyearah setengah gelombang. Di sini RL merupakan resistansi
beban dan C kapasitans untuk menghaluskan tegangan keluaran berupa tegangan
searah. Jika kapasitor tidak dihubungkan, pulsa timbul pada tegangan searah pada
terminal keluaran dimana dengan kapasitans C, pulsa pada terminal keluaran
dapat diredam. Dengan asumsi transformator ideal dan resistansi internal dioda
kecil selama konduksi, kapasitor C dimuati untuk tegangan maksimum Vmax
selama konduksi dioda D. Asumsi bahwa tidak ada beban terhubung, tegangan
searah pada kapasitansi tetap konstan pada Vmax dimana tegangan suplai
berosilasi antara Vmax dan selama setengah siklus negatif potensial dari titik A
menjadi Vmax dan kemudian dioda terpasang untuk 2 Vmax (Waluyo, 2014).
Pembangkit tegangan tinggi searah umumnya banyak digunakan dalam
fisika terapan seperti instrumen dalam bidang nuklir (akselerator, mikroskop
elektron), peralatan elektromedik (x-ray), peralatan industri (presipitatasi dan
penyaringan gas buang di pembangkit listrik, industri semen, pengecatan
elektrostatik dan pelapisan serbuk) atau eletronika komunikasi (televisi).
Kebutuhan bentuk tegangan, tingkat tegangan dan besar arus serta kestabilan dari
pembangkit tegangan tinggi tersebut akan berbeda satu aplikasi dengan lainnya.
Salah satu prinsip untuk membangkitkan tegangan tinggi menggunakan n-tingkat
sirkuit bertingkat satu fasa Cockcroft –Walton atau Greinacher. Prinsip ini
digambarkan pada gambar berikut di bawah ini.ppppppppppppppppppppppppppp
Gambar 2.2. Rangkaian Bertingkat Menurut Cockroft-Walton atau Greinacher
(Junaedi, 2012)
Dari rangkaian diatas, tegangan pada titik 1’, 2’ sampai titik ke-n’ terjadi
osilasi dari tegangan V(t). Tegangan pada titik 1’, 2’ sampai titik ke-n’ tetap
konstan terhadap ground. Tegangan yang melintas seluruh kapasitor merupakan
sinyal searah dengan besar tegangannya 2V max untuk setiap tingkatan kapasitor,
kecuali pada kapasitor C’n yang maksimumnya hanya Vmax. Tegangan pada
penyearah D1, D’1 sampai D’n sebesar 2V max atau dua kali puncak tegangan
bolak balik dan keluaran HV akan mencapai maksimum 2nVmax. Jumlah tingkat
pada rangkaian ini sangat terbatas pada arus yang akan melewati beban. Prinsip
lainnya pelipat tegangan menggunakan tranformator. Penggunaan transformator
sebagai pelipat teganganpun dapat dilakukan secara bertingkat. Prinsip ini
digambarkan pada gambar 2.3.(a).pppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
(a)
Gambar 2.3. (a) Rangkaian Tegangan Searah Bertingkat Menggunakan
Transformator Bertingkat, (b) Skematik flyback Transformator (Junaedi, 2012)
Pada setiap tingkat, transformator memiliki low voltage pada lilitan
primernya (1) dan high voltage pada lilitan sekundernya (2) dan low voltage pada
lilitan tersiernya (3) yang terhubung dengan lilitan primer pada tingkat berikutnya.
Para rangkaan ini, transformator terendah harus mencatu energi ke transformator
ditingkat berikutnya. Pada gambar 2.3.(b) ditunjukkan skematik rangkaian
didalam flyback transformator yang menggunakan prinsip rangkaian induktor
seperti yang ditunjukkan pada pada rangkaian transformator bertingkat pada
gambar 2.3 (Junaedi, 2012).
Dalam pembangkitan tegangan tinggi searah, digunakan beberapa
peralatan khusus dalam pembangkitannya, yaitu :
1. Dioda Tegangan Tinggi
Untuk membangkitkan tegangan tinggi searah digunakan dioda tegangan
tinggi jenis tabung hampa udara dan jenis semikonduktor, seperti ditunjukkan
pada gambar 2.4. pada dioda tabung hampa, pada saat periode non-konduksi,
diantar katoda (k) dengan fiamen (F) terdapat kuat medan elektrik beberapa
kV/cm. Karena itu konstruksinya dibuat khusus agar tidak terjadi peluahan
muatan pada periode non-konduksi tersebut.pppppppppppppppppppppppppppppp
a.
Gambar 2.4. Dioda Tegangan Tinggi (Bonggas, 2012)
Dioda semikonduktor tegangan tinggi, biasanya tersusun atas beberapa
dioda tegangan rendah yang terhubung seri. Untuk menghemat ruangan, susunan
seri ini dirangkai dalam bentuk heliks yang kemudian dimasukkan dalam tabung
isolasi. Jika rangkaian dioda disusun berbentuk heliks, perlu diperhatikan jarak
antara terminal anoda pada satu dioda dengan terminal katoda dioda lain.
Pada pembangkit tegangan DC, tegangan rata-rata (Vrms) sama dengan
tegangan sekunder (Vsekunder).
Vsekunder = Vprimer x rasio trafo……………………..(2.5)
Vrms=Vsekunder………………………………………………………..(2.6)
Sedangkan tegangan maksimal (Vm) dapat ditentukan menggunakan
persamaan :
Vm = 2 x Vrms.........................................................(2.7)
Tegangan DC yang dibangkitkan dapat dicari menggunakan persamaan :
1
VDC = xVm………………………………………………….(2.8)
π
Keterangan :
Vsekunder = Tegangan sekunder
Vprimer = Tegangan primer
Vm = Tegangan maksimal
Vrms = Tegangan yang terukur pada alat ukur
3. Penyearah Greinacher
Penyearah ini juga merupakan pelipat ganda tegangan hanya saja tegangan
keluarannya lebih rata daripada keluaran penyearah villard. Rangkaian penyearah
greinacher ditunjukkan pada gambar 2.6. Komponen utama penyearah ini adalah
Trafo Uji (TU). Dioda tegangan tinggi (D1 dan D2), dan kapasitor tegangan tinggi
(C1 dan C2).
0.368 x p
δ = ……….. ……………….. ……( 2.10 )
273 + t
Dimana :
Kd = δ
VDC = Tegangan searah
Kd = Konstanta dielektrik
Vp = Tegangan primer
δ = Faktor koreksi udara
p = Tekanan udara sekitar
t = Suhu udara sekitarppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
Pengujian dielektrik udara dilakukan lebih dari 1 kali sehingga untuk
menghitung tegangan rata-rata (Vrata-rata) dari pengujian dapat menggunakan
persamaan :
Jumlah tegangan masukan
Vrata-rata = ………………..………...
banyaknya percobaan
(2.11)
Sehingga tegangan pada sisi sekunder adalah :
Vs = Vrata-rata x rasio trafo………………………………..(2.12)
Dimana pada praktikum ini menggunakan rasio trafo 1:450.
20
2.2.4.1 Elektroda Jarum-Plat Polaritas Positif
Adapun elektroda jarum digunakan untuk pengukuran tegangan tembus
dielektik udara pada elektoda jarum-plat. Elektroda jarum dibuat dengan
menggunakan bahan Alumunium dengan panjang 5 mm dan mempunyai sudut
30o.
Elektron mula yang berada didepan elektroda jarum-plat yang diberi
polaritas negatif membentuk muatan ruang positif pada medan listrik. Jika muatan
ruang positif ini cukup besar, maka kuat medan listrik akan menurun dan
peluahan akan berhenti. Peluahan akan bertahan dengan sendirinya (self
sustained) apabila nilai tegangan dinaikkan. Jika keadaan ini berlangsung secara
terus menerus, maka akan muncul cahaya (glow) disekitar anoda. Pendar yang
muncul akan meningkatkan nilai arus cara bertahap namun bersifat fluktuatif.
Arus yang meningkat ini akan menimbulkan streamer baru dan akan
mengakibatkan terjadinya kegagalan (Prasetyo, 2018).
BAB III
METODE LAPORAN PRAKTIKUM
3.1 Umum
Metode praktikum merupakan cara yang harus dilakukan dalam kegiatan
praktikum agar pengetahuan yang akan dicapai dari suatu praktikum dapat
memenuhi nilai-nilai ilmiah. Penyusunan metode ini dimaksudkan agar praktikan
dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Metode praktikum ini mencakup beberapa hal yang tujuannya untuk
menentukan keberhasilan pelaksanaan praktikum guna menjawab permasalahan
yang disampaikan dalam praktikum. Langkah-langkah yang telah ditetapkan
adalah penetapan tempat dan waktu praktikum, penetapan alat dan bahan,
penetapan prosedur dan rangkaian percobaan, serta membuat flowchart pengujian.
Untuk mengetahui cara pembangkitan tegangan tinggi (Alternating
Current) AC dan (Direct Current) DC serta pengaruh polaritas tegangan terhadap
tembus sela udara, maka dilakukan pengujian dengan data pengukuran serta
metode pembangkitan tegangan tinggi di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi
Universitas Riau.
26
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Percobaan I : Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Pratikum Percobaan I
Deskripsi
No. Gambar Jumlah
Komponen
Control Desk
1 1
HV 9203
Trafo Uji HV
2 1
9105
Objek Uji HV 1
3
9133
Earth Switch
4 1
HV 9114
Connecting Cup
5 4
HV 9109
Floor Padestal
6 4
HV 9110
Connecting Rod
7 2
HV 9108
AC Peak
8 Voltmeter HV 1
9150
Insulting Rod
9 1
HV 9124
Earth Rod HV
10 1
9107
Space Bar HV
11 1
9118
3.3.2 Percobaan II : Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC
Tabel 3.2 Alat dan Bahan Pratikum Percobaan II
Deskripsi
No. Gambar Jumlah
Komponen
Trafo Uji HV
1 1
9105
Control Desk
2 1
HV 9203
Objek Uji HV
3 1
9133
Earth Switch
4 1
HV 9114
Connecting Cup
5 5
HV 9109
Floor Padestal
6 5
HV 9110
Connecting Rod
7 3
HV 9108
VoltmeterDC
8 1
HV 9151
Insulting Rod
9 1
HV 9124
Earth Rod HV
10 1
9107
Space Bar HV
11 4
9118
Kapasitor
12 PengukurHV 1
9141
Rectifier HV
13 2
9111
Smoothing
14 Capacitor HV 1
9112
Resistor
15 Pengukur HV 1
9113
Resistor HV
16 1
9121
Load Capacitor
17 1
HV 9120
Trafo Uji HV
1 1
9105
Control Desk
2 1
HV 9203
Objek Uji HV
3 1
9133
Earth Switch
4 1
HV 9114
Connecting Cup
5 4
HV 9109
Floor Padestal
6 3
HV 9110
Connecting Rod
7 1
HV 9108
VoltmeterDC
8 1
HV 9151
Insulting Rod
9 1
HV 9124
Earth Rod HV
10 1
9107
Kapasitor
11 PengukurHV 1
9141
Rectifier HV
12 2
9111
Smoothing
13 Capacitor HV 1
9112
Resistor
14 Pengukur HV 1
9113
Resistor HV
15 1
9121
Load Capacitor
16 1
HV 9120
Trafo Uji HV
1 1
9105
Control Desk
2 1
HV 9203
Objek Uji HV
3 1
9133
Earth Switch
4 1
HV 9114
Connecting Cup
5 4
HV 9109
Floor Padestal
6 4
HV 9110
Connecting Rod
7 2
HV 9108
AC Peak
8 Voltmeter HV 1
9150
Insulting Rod
9 1
HV 9124
Earth Rod HV
10 1
9107
Space Bar HV
11 1
9118
Control Desk
1 1
HV 9203
Trafo Uji HV
2 1
9105
Objek Uji HV
3 1
9133
Earth Switch
4 1
HV 9114
Connecting
5 4
Cup HV 9109
Floor Padestal
6 3
HV 9110
Connecting
7 1
Rod HV 9108
AC Peak
8 Voltmeter HV 1
9150
Insulting Rod
9 1
HV 9124
Earth Rod HV
10 1
9107
Space Bar HV
11 1
9118
Kubikel SM6
1 1
tipe DM1-W
Tuas
2 1
Disconnector
3 Kunci Interlock 2
HV 9127 HV 9127
R
HV 9141
HV 9141
1:450
Gambar 3.3
Rangkaian Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC Menggunakan
2. Pastikan rangkaian tersusun dengan tepat
3. Nyalakan mesin kontrol, lalu pastikan tegangan primer pada mesin
menunjukkan nilai 0.
4. Naikkan tegangan primer sesuai dengan tabel percobaan.
5. Catat tegangan DC pada voltmeter untuk setiap data tegangan
primer.
6. Matikan peralatan. Pastikan switch ground telah bekerja.
HV 9127 HV 9127 R
HV 9141
HV 9141
1:450
R
Gambar 3.5
2. Pastikan rangkaian telah tersusun dengan tepat.
3. Aturlah jarak antara kedua elektroda jarum – plat sebesar 1 cm.
4. Naikkan tegangan menggunakan variabel tegangan tinggi hingga
terjadi percikan/ tembus listrik pada sela elektroda.
5. Catatlah tegangan tembus terukur pada elektroda pada tabel percobaan.
6. Setelah prosedur diatas selesai ulangi langkah 4 – 8 untuk beberapa
jarak sela elektroda.
3.4.4.2 Polaritas Negatif-Positif
1. Susun rangkaian seperti gambar 3.6.
Mulai
Responsi Praktikum
T
Rangkaian
sudah benar ?
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.368p
δ=
273+t
0.368 x 760
δ =
273 + 20
δ = 0.9 5
50
Tegangan yang dibangkitkan pada sela
bola dengan jarak 1 cm dan tegangan standar
sebesar 31.7 kV dengan menggunakan
persamaan 2.2 adalah :
Vout = δ x Vs
Vout = 0.95 x 31.7
Vout = 30.25 kV
50+49+48+49
Vrata-rata =
4
Vrata-rata =49 Volt
Vout = 0.95 x 59
Vout = 56.31 kV
90+86+89+90
Vrata-rata=
4
Vrata-rata =88.75 Volt
Vout = 0.95 x 84
52
Vout = 80.18 kV
52
Dengan tegangan rata-rata sebesar :
140+140+135+141
Vrata-rata =
4
Vrata-rata = 139 Volt
50+49+48+49
Vrata-rata =
4
Vrata-rata = 49 Vol t
90+86+89+90
Vrata-rata =
4
53
Vrata-rata=88.75 Volt
Dengan tegangan output yang dapat di hitung dengan persamaan 2.4 sebesar :
140+140+135+14 1
Vrata-rata =
4
Vrata-rata=139 Volt
V rms = V Sekunder
Vm = √ 2 x V rms
V DC = 0,97 x V m
V rms = 4,5 kV
Vm = √ 2 x 4,5
Vm = 6,36 kV
V DC = 0,97 x 6,36
V DC = 6,16 kV
V rms = 9 kV
V m = √2 x 9
V m = 12,27 kVTegangan DC yang dibangkitkan dengan kapasitor perata
dengan tegangan primer 20 volt :
V DC = 0,97 x 12,27
V DC = 11,90 kV
Tegangan maksimal yang dibangkitkan pada rangkaian dengan
menggunakan kapasitor dengan tegangan primer 30 volt sebesar :
V rms = 13,5 kV
V m = √ 2 x 13,5
V m = 19,09 kV
V DC = 0,97 x 19,09
V DC = 18,51 kV
V rms = 18 kV
V m = √ 2 x 18
V m = 25,45 kV
V DC = 0,97 x 25,45
V DC = 24,68 kV
Tabel 4.4 Hasil Pengambilan Data pada Percobaan Pembangkitan Tegangan
Tinggi DC Tanpa Kapasitor Perata
Tegangan Tegangan DC Tegangan DC
Tegangan Primer
Sekunder (AC, pada Voltmeter (kV, Perhitungan
(V)
kV) (kV) Rumus)
10 4,5 3,78 2,87
20 9 7,67 5,73
30 13,5 11,25 8,60
40 18 14,69 11,46
Dalam percobaan pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi DC
tanpa kapasitor perata, hasil percobaan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
V rms = V Sekunder
Vm = 2 x V rms
1
V DC = xVm
V rms = 4,5 kV
V m = 2 x 4,5
V m = 9 kV
1
V DC = x9
3,14
V DC = 2,87 kV
Tegangan maksimal yang dibangkitkan pada rangkaian tanpa
menggunakan kapasitor dengan tegangan primer 20 volt sebesar :
V rms = 9 kV
Vm = 2 x 9
V m = 18 kV
1
V DC = x 18
3,14
VDC = 5,73 kV
Vrms = 13,5 kV
Vm = 2 x 13,5
Vm = 27 kV
1
V DC = x9
3,14
VDC = 8,60 kV
1
V DC = x 36
3,14
V DC = 11,46 kV
Vp Rata-rata V1+V2+V3
¿
3
Vs = V Rata-rata x Rasio trafo
VDC = δ x Vp
δ 0.368 p
= 273+t
38+50+54
Vp Rata-rata =
3
Vp Rata-rata = 47,3 V
Vs = 47,3 x 450
Vs = 21.285 V
Vs = 21,28 kV
0.368 x 760
δ=
273+20
279.68
δ = 293
δ = 0.95
29+32+36
Vp Rata-rata =
3
Vp Rata-rata = 32,3 V
Vs = 32,3 x 450
Vs = 14.535 V
Vs = 14,53 kV
0.368 x 760
δ=
273+20
279.68
δ=
293
δ = 0.95
Sehingga tegangan DC yang dihasilkan sebesar :
35+33+38
Vp Rata-rata =
3
Vp Rata-rata = 35,33 V
Vs = 36.33 x 450
Vs = 15.898,5 V
Vs = 15,89 kV
Besarnya faktor koreksi udara adalah :
0.368 x 760
δ=
273+20
279.68
δ = 293
δ = 0.95
450
Vs = VR x
1000
71+77+74
Vp Rata-rata =
3
Vp Rata-rata = 74 V
Vs = 74 x 450
Vs = 33.300 V
Vs = 33,3 kV
Besarnya faktor koreksi udara adalah :
0.368 x 760
δ=
273+20
279.68
δ = 293
δ = 0.95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran yang didapat pada praktikum instalasi
tegangan menengah, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada percobaan pembangkit dan pengukuran tegangan tinggi AC
didapatkan kesimpulan bahwa semakin besar jarak antara elektroda
bola-bola maka semakin besar juga tegangan yang dibangkitkan.
2. Pada percobaan pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi DC
didapatkan hasil bahwa tegangan DC yang terukur pada voltmeter
dipengaruhi oleh adanya komponen kapasitor. Pada rangkaian
tegangan tinggi DC menggunakan kapasitor, tegangan DC yang
terukur lebih besar di bandingkan tegangan tinggi DC tanpa
menggunakan kapasitor.
3. Percobaan kegagalan dielektrik udara dilakukan dengan menggunakan
standar tegangan tembus IEC 60052 (suhu udara 20o C dan tekanan
udara 760 mmHg). Dari data yang telah didapat dilihat bahwa
elektroda bola mengalami tegangan tembus paling tinggi yaitu ketika
tegangan Vs = 21,28 kV, dan ketahanan tegangan tembus paling
rendah adalah elektroda plat yaitu ketika Vs = 14,53 kV.
4. Praktikum pengujian pengaruh tegangan menggunakan elektroda
jenisa jarum dan plat. Dimana pada praktikum ini di dapatkan bahwa
tegangan tembus pada polaritas negatif lebih besar dibandingkan
tegangan tembus pada polaritas positif pada jarak yang sama.
5. Pada praktikum isolasi zat cair terdapat flashover , yang mana
flashover adalah gangguan yang terjadi berupa loncatan api yang
terjadi antar isolator atau komponen listrik tegangan tinggi tersebut.
Pada percobaan ini flashover terjadi di luar akibat kegagalan isolasi
dari sistem tersebut.
67
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk kemajuan pada praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya perbaikan terhadap peralatan-peralatan praktikum yang
mengalami kerusakan.
2. Praktikum mengenai tembus tegangan tinggi di media lain seperti gas,
padat sebaiknya diadakan agar bisa mengikuti perkembangan jenis
isolasi yang sangat banyak jenisnya.
3. Saat melakukan praktikum dilakukan dengan hati-hati karena
praktikum ini merupakan praktikun tegangan tinggi yang berbahaya.
69
DAFTAR PUSTAKA
69
Tobing, B. L. (2012). Dasar-Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi (2nd
ed.). Jakarta: Erlangga.
Wahyono.(2019). Simulasi Pembangkitan Dan Pengukuran Tegangan Tinggi
Dengan Menggunakan Sela Bola. Politeknik Negeri Semarang.
Wildan Rahadian Putra, I Made Yulistya Negara, Wildan Rahadian Putra, I. M. Y.
N. (2015). Pengaruh Bentuk dan Material Elektrode Terhadap Partial
Discharge. Fakultas Teknologi Industri, Institit Teknilogi Sepuluh November
(ITS).
Pardede, T., & Murdiya, F. (2017). Studi Karakteristik Tegangan Tembus DC
Polaritas Positif Pada Gas Nitrogen ( N 2 ). Jom FTEKNIK, 4(1), 1–9.
Prasetyo, Y. (2018). Jom FTEKNIK Volume 5 No . 1 April 2018 Jom FTEKNIK
Volume 5 No . 1 April 2018. Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas
Riau, 5(1), 1–14.
Teguh Prihatnolo, S. (2011). Pengukuran tegangan tembus dielektrik udara pada
berbagai sela dan bentuk elektroda dengan variasi temperatur sekitar. Teknik
Elektro, Universitas Dipenogoro.
71
LAMPIRAN
71
Sela Tegangan Tegangan Tegangan Primer Trafo
Bola Standar yang
Rata-
(cm) (V) dibangkitkan 1 2 3 4 rata
kV (Vout=δVs)
1 31,7 30,25 50 49 48 49 49
2 59 56,31 90 86 89 90 88,75
3 84 80,18 140 140 135 141 139
Mengetahui
Asisten Praktikum
(Arjuna Simarmata)
Gambar 1. Uji Coba Rangkaian Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi
AC
LEMBAR PENGAMBILAN DATA
Mengetahui
Asisten Praktikum
(Arjuna Simarmata)
Gambar 2. Uji Coba Rangkaian Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan
Tinggi DC
LEMBAR PENGAMBILAN DATA
Mengetahui
Asisten Praktikum
(Arjuna Simarmata)
Gambar 3. Uji Coba Rangkaian Kegagalan Dielektrik Udara Menggunakan
Elektroda Bola-Bola Dibumikan
Mengetahui
Asisten Praktikum
(Arjuna Simarmata)
Gambar 6. Uji Coba Rangkaian Efek Polaritas Tegangan Terhadap
Breakdown Dielektrik Udara (Jarum-Plat)
LEMBAR PENGAMBILAN DATA
(Arjuna Simarmata)
Gambar 7. Uji Coba Rangkaian Pengujian Isolasi Zat Cair