Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BENGKEL

ELEKTRONIKA
LIQUID DETECTOR

DISUSUN OLEH :

Maya Andrea
EK 1B / 11

3.32.14.1.11

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELKETRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
Tahun Akademik 2014/2015

I. PENDAHULUAN
Dengan perkembangan teknologi elektronika saat ini, telah banyak peraatan
elektronika yang dirancang untuk membantu pekerjaan rumah. Teknologi merupakan salah
satu unsur yang peting dalam kehdupan manusia. Oleh karena itu setiap manusia terutama
seorang mahasiswa dituntut agar mampu beradaptasi dengan perkembangan iptek tersebut.
Sebenarnya instansi pendidikan di Indonesia tealah menerapkan perkembangan iptek tersebut,
salah satunya yaitu dengan adanya pembelajaran mengenai rangkaian elektronika pada
jurusan teknikal di berbagai instansi pendidikan.
Dalam laporan ini penulis akan membahas mengenai rangkaian LIQUID
DETECTOR dimana rangkaian tersebut bisa difungsikan sebagai pengaman ataupun sirine
apabila terdapat cairan yang berlebih seperti alarm bencana Banjir.

II. LANDASAN TEORI


RESISTOR
Resistor adalah salah satu komponen elektronika
pasif yang berfungsi untuk menahan laju arus listrik
yang mengalir pada sebuah rangkaian elektronika.
Resistor

digunakan

sebagai

bagian

dari

jejaring

elektronik dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah

satu

komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam
kompon dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi
seperti nikel-kromium). Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik
yang dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan
induktansi.
Pada penggunaan resistor bergantung pada nilai resistansi yang dimiliki sebuah
resistor tersebut. Nilai resistansi sebuah resistor tunjukkan dengan cincin-cincin warna yang
tertera pada badan resistor. Tiap-tiap warna memiliki arti tersendiri di setiap barisnya. Nilainilai tersebut dapat dilihat dengan menggunakan table seperti pada gambar disamping.

Pita
Pita
Warna
pertama kedua

Pita
Pita
Pita
kelima
ketiga keempat
(koefisien
(pengali) (toleransi)
suhu)

Hitam

100

Cokelat 1

101

1% (F)

100 ppm

Merah

102

2% (G)

50 ppm

Jingga
(oranye 3
)

103

15 ppm

Kuning 4

104

25 ppm

Hijau

105

0.5%
(D)

Biru

106

0.25%
(C)

Ungu

107

0.1%
(B)

Abuabu

108

0.05%
(A)

Putih

109

Emas

10-1

5% (J)

Perak

10-2

10% (K)

Kosong

20%
(M)

Resistor juga merupakan komponen elektronik dua kutub yang didesain untuk
menahan arus listrik dengan memproduksi tegangan listrik di antara kedua kutubnya, nilai
tegangan terhadap resistansi berbanding dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum
Ohm:

Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik, dan
merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari
bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat dari paduan
resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat dihantarkan.
Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, derau listrik (noise), dan induktansi.
Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit
terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit, kebutuhan daya resistor harus
cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan arus rangkaian agar tidak terbakar.
Ohm (simbol: adalah satuan SI untuk resistansi listrik, diambil dari nama Georg Ohm.
TRANSISTOR
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit
pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai
fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus
inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat
akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu
Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu
terminalnya misalnya emitor dapat dipakai untuk mengatur arus
dan tegangan yang lebih besar daripada arus input basis, yaitu
pada keluaran tegangan dan arus output kolektor.

Transistor merupakan komponen yang sangat


penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian
analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat).
Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber
listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam
rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi.

Cara kerja transistor


Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar transistor, bipolar
junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET), yang masingmasing bekerja secara berbeda.
Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua
polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT,
arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone,
dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur
aliran arus utama tersebut.
FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis pembawa muatan
(elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam
satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan
transistor bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari
daerah perbatasan ini dapat diubah dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk
mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut. Lihat artikel untuk masing-masing tipe untuk
penjelasan yang lebih lanjut.

III. PRINSIP KERJA RANGKAIAN


1.

Layout Rangkaian

2. Layout PCB

3. Daftar Komponen
Resisitor 2K2 (1 buah)
Resistor 470K (1 buah)
Resistor 100K (1 buah)
Transistor BC 107 (2 buah)
PCB 4x6 cm (1buah)
Kabel (secukupnya)
4.

Blok Diagram Rangkaian

5.

Cara Kerja
Cara kerja dari rangkaian diatas yaitu apabila diberi tegangan input + dan

kemudian kabel di titik A dan titik B dihubungkan (dicelupkan ke dalam air) maka
outputnya akan bekerja yakni ditandai dengan Buzzer akan berbunyi dan LED akan
menyala, apabila kabel diangkat dari air maka rangkaiannya tidak bekerja Buzzer akan
mati dan LED akan mati. Hal tersebut terjadi karena ketika kabel A dan B terhubung
ada tegangan yang mengaktifkan transistor Q1 sehingga arus akan mengalir dari
emitor ke collector dan akhirnya menghasilkan output tegangan yang dapat
menhidupkan buzzer maupun menyalakan LED.
6. TabelPengukuran
No.

Teg

Non Air

On Air

1.
2.
3.
4.
5.
6

BC
CE
CD
DE
EF
FG

0.05 V
0.66 V
3.12 V

7.3 V
1.29 V
0.58 V
0.70 V
0.05 V
9.16 V

IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Rangkaian di atas akan bekerja apabila Kabel A dan Kabel B dihubungkan.
2. Detektor cair merupakan suatu alat yang efektif yang dapat dimanfaatkan
sebagai pendeteksi banjir.
3. Transistor prinsip kerjanya bisa di analogikan seperti kran air dimana basis
merupakan tuasnya, apabila basisnya diberi tegangan maka akan
mengalirkan arus dari kolektor ke emitor dan apabila basisnya tidak diberi
tegangan maka tidak ada arus yang mengalir dari kolektor ke emitor.
4.2 Saran
Demi mendapatkan hasil yang maksimal dalam praktek ini, penulis menyarankan
agar :
1. Dalam pembuatan layout PCB hendaknya diteliti terlebih dahulu sebelum
dilarutkan agar tidak terjadi kesalahan.
2. Dalam pemasangan komponen ketika akan disolder harap diteliti terlebih
dahulu agar tidak terjadi kesalahan memasang komponen
3. Dalam penyolderan komponen, hendaknya dimulai dari komponen yang
ketinggiannya terhadap dasar PCB rendah kemudian baru yang tinggi.
4. Hati-hati dalam melakukan praktikum.

Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Transistor
http://id.wikipedia.org/wiki/Resistor
http://www.datasheetcatalog.com/

V. LAMPIRAN
Data Sheet Transistor BC107


Resistor

Data

Sheet

Anda mungkin juga menyukai