Anda di halaman 1dari 3

Dikasi mempunyai pengertian teknis dalam hal tulis menulis dankarang mengarang

yang merupakan seleksi kata-kata


Syarat-syarat Diksi
1. Diksi dalam kaidah SIntaksis
Dikasi dalam kaidah sintaksis harus memenuhi tiga syarat, yakni tepat,
seksama dan lazim seperti penjelasan dan contoh-contoh berikut ini
a. Tepat, maksudnya pemilihahan dan penempatan kata sesuai
dengan kemlompoknya dalam sintaksis. Hali ini berhubungan
dengan unsur lazim dan tepat yang tidak menghasilkan
kemungkinan adanya pembentukan makna baru
b. Seksama, berarti mkana kata benar dan sesaui dengan yang
hendak dikatakan
Unsur ini sesuai pula dengan kaidah makna. Dalam hal ini,
pengertian seksama terkat dengan pengertian sinonim, homonym,
antonym
c. Lazim, berarti kata yang dipilih itu sudah ,menjadi milik bahsa
Indonesia. Pengelompokan kata ini sudah lazim dan biasa ditemui
dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Kata besar, agung, raya, tinggi, merupakan kata yang bersinonim,
hamper bersamaan atau hamper sama maknanya. Kita dapat mengatakan hari
raya, hari besar, (tepat dan lazim) akan tetapi tidak lazim dan tidak tepat jika
dikatakan hari tinggi atau hari agung. Sebaliknya, lazim dikatakan Jaksa Tinggi
atau Jaksa Agung akan tetapi tidak demkian halnya dengan Jaksa Besar
-

Hari raya, hari besar


Hari agung, hari tinggi
Jaksa Agung
Jaksa raya dan Jaksa besar

(tepat dan lazim)


(tidak tepat dan tidak lazim)
(tepat dan lazim)
(tidak tepat dan tidak lazim)

2. Diksi dalam Kaidah Makna


Diksi dalam kaidah makna harus sesuai dengan makna gagasan yang
disampaikan. Hal ini disebabkan banyaknya kata bahasa Indonesia yang
bermakna tumpang tindih karena mengalami perjalanan pengalaman,
sejarah, tujuan dan perasaan pemakai bahasa. Untuk menghindari kesalahan
dalam diksi makna harus diperhatikan makna dasar sebuah bahsas, yang
terdiri atas makna denotative dan makna asosiatif.
3. Diksi dalam kaidah soisal
Diksi dalam hubungan kaidahn social harus memperhatikan lingkungan
pemakaian kata-kata. Lingkungan dapat dibedakaan berdasarkan :

1.
2.
3.
4.
5.

Tingkat social atau sosiolek;


Letak geografis (dialek);
Fungsi lingkungan (resmi atau tidak resmi);
Lingkungan yang bersifat umum (bahasa umum);
Lingkungan profesi dan sebagainya.

Contoh:
Perhatikan pasangan kata-kata berikut ini sebagai contoh-contoh
pengelompokan maknsa tersebut diatas
-

istri
makan
duduk
tidak
sikat
kabur
penonton
periksa
lihat

alat
pasar
pajak
bini
bersantap
nongkrong
kagak
sisir
rabun

pemirsa
(televise)
investigasi
observasi
barang
pajak
iuran
permaisuri

Pasangan kata-kata tersebut diatas mengandung makna yang


sama, namun dapat menimbulkan konotasi yang berbeda. Perbedaan
tersebut dapat terjadi akibat pengaruh lingkungan, letak geografis, tingkat
social, lingkungasn profesi dan sebagainya
-

Contoh:

Kata duduk digunakan dalam lingkungan yang formil, namun kita


nongkrong walaupun memiliki pengertian yang sama tetapi lebih digunakan
dalam lingkungan yang tidak formil.
Demikian juga dengan kata pajak, pasar dan iuran. Ketiga kata
tersebut akan menimbulkan makna yang berbeda ketika digunakan dalam
lingkungan profesi yang berbeda
4. Diksi Berdasarkan Kaidah Karang-Mengarang
- Diksi berdasarkan kaidah karang-mengarang harus tepat. Artinya ,
pemilihan kata atau ungkapan dapat mewakili gagasan yang dimaksud.
Diksi ini berfungsi memberikan informasi sesuai dengan gagasan. Untuk
itu perlu diperhatikan kaidah social yang berhubungan dengan karangmengarang. Harus dibedakan secara jelas kata yang sinonim, bentukbentuk yang sinonim dan kalimat-kalimat yang sinonim
- Contoh:
a. Bentuk pe- dan wan dalam bahasa Indonesia dapat menyatakan arti
orang yang melakukan pekerjaan yang harus dibedakan pula dari bentuk
ter- dan -an,
- Misalnya: pendakwa, terdakwa, perimba, rimbawan, tahanan, penahan.
b. Membedakan kata-kata yang bersinonim,seperti
- Mencium dan mengecup
- Berpisah dan bercerai
- Cantik dan indah
c. Pembedaan kalimat aktif dan pasif, seperti:
- Ia menuduh saya dan saya dituduhnya
- Ali menantang Amin dan Amin ditantang Ali
- Mokhtar mengusai dua bahasa dan dua bahasa dikuasai oleh Mokhtar.
Disamping hal pemilihan dan ketepatan kosa kata, diksi berdasarkan
kaidah karang-mengarang juga menuntut seorang penulis untuk konsisten
dalam penerapan penulisan dengan mempedomani Ejayaan Yang
Disempurnakan (EYD).

Anda mungkin juga menyukai