i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulisan laporan tugas akhir ini yang berjudul “Pengeringan
Komoditas Pertanian Dan Perikanan Dengan Menggunakan Heat Pump” dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini tidak sedikit hambatan yang kami
alami. Namun berkat bantuan berbagai pihak terutama pembimbing, hambatan
tersebut dapat teratasi. Sehubungan dengan itu, pada kesempatan dan melalui
lembaran ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kekuatan serta inspirasi kepada
kami untuk menyelesaikan tugas kami.
2. Kedua orang tua kami tercinta, juga kepada saudara-saudara kami yang telah
memberikan banyak bantuan berupa dorongan moral, bantuan materil, serta tak
henti-hentinya memberikan doa yang tulus kepada kami dalam menyelesaikan
laporan tugas akhir ini.
3. Dr. Ir.Hamzah Yusuf, M. Si. Selaku Direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang.
4. Dr. Jamal, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
Ujung Pandang.
5. Apollo, S.T., M.Eng. selaku Ketua Program Studi Teknik Konversi Energi
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
6. Apollo, S.T., M.Eng., sebagai pembimbing I dan Yiyin Klistafani, S.T., M.T.,
sebagai pembimbing II yang telah mencurahkan perhatian dan kesempatannya
untuk mengarahkan kami dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
7. Segenap Dosen Jurusan Teknik Mesin pada umumnya dan Program Studi
Teknik Konversi Energi pada khususnya yang selama kurun waktu 3 tahun
dengan ikhlas dan penuh kerelaan hati telah mendidik dan mengajar kami, serta
para staf dan teknisi Program Studi Teknik Konversi Energi.
8. Kepada rekan-rekan mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang, khususnya
kelas III-A Teknik Konversi Energi yang telah 3 tahun lamanya bersama-sama
dalam menimba ilmu di Politeknik Negeri Ujung Pandang yang telah bersedia
bekerja sama dan banyak memberikan bantuan serta semangat baik secara
langsung maupun tidak langsung.
iv
Ucapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada keluarga besar
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang. Kami menyadari bahwa
laporan tugas akhir ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan tugas
akhir ini demi perbaikan pada masa mendatang. Semoga laporan tugas akhir ini
bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN ...................................................................................................... xv
vi
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 27
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 27
3.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 27
3.3 Rancangan alat ………………………………………………………...28
3.4 Alat dan Bahan ..................................................................................... 29
3.5 Prosedur Kerja ....................................................................................... 30
3.6 Proses Pengujian ................................................................................... 32
3.7 Diagram Alir Pengeringan Komoditas Pertanian dan Perikanan
dengan menggunakan Heat Pump......................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 64
LAMPIRAN .......................................................................................................... 66
vii
DAFTAR GAMBAR
hlm.
Gambar 2.3 Diagram T-s dan P-h Siklus Refrigerasi Kompresi Uap .............. 14
Gambar 3.1 Rancangan sistem refrigrasi alat pengering Heat Pump .............. 28
Gambar 4.5. Hubungan antara waktu terhadap kadar air bahan uji
biji jagung ........................................................................................ 47
Gambar 4.6. Hubungan antara waktu terhadap kadar air pada bahan
uji biji kakao ................................................................................... .48
Gambar 4.7. Hubungan antara waktu terhadap kadar air pada bahan
uji ikan bandeng............................................................................. ...49
viii
Gambar 4.8 Hubungan antara waktu terhadap temperatur pada bahan
uji biji jagung. .................................................................................. .50
Gambar 4.11 Hubungan antara waktu terhadap daya output pada bahan
uji biji jagung ............................................................................... .53
Gambar 4.12 Hubungan antara waktu terhadap daya output pada bahan
uji biji kakao ……………………………………………………..54
Gambar 4.14. Grafik hubungan waktu terhadap daya input pada bahan
uji biji jagung. ................................................................................ .56
Gambar 4.15. Hubungan antara waktu terhadap daya input pada bahan
uji biji kakao. ................................................................................. .57
Gambar 4.16. Hubungan antara waktu terhadap daya input pada bahan
uji ikan bandeng............................................................................ .58
ix
DAFTAR LAMPIRAN
hlm.
x
DAFTAR SIMBOL
∆t (s) Waktu
xi
xii
xiii
Pengeringan Komoditas Pertanian dan Perikanan dengan Menggunakan
Heat Pump
RINGKASAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
pertanian dan perikanan yang sangat tinggi, sehingga hasil pertaniaan dan perikanan
masyarakat sudah menjadi sumber devisa andalan bagi negara. Namun, produk
olahan hasil pertanian dan perikanan masih rendah dan lebih banyak dimpor dari
negara-negara tetangga yang justru minim lahan pertaniaan dan perikanannya. Hal
ini disebabkan oleh upaya pengolahan pascapanen yang sangat minim teknologi
Saat ini para petani dan nelayan masih banyak mengandalkan tenaga
tidak dapat dikendalikan secara baik yang berdampak langsung pada kuantitas dan
kualitas pengeringan yang relatif masih rendah. Demikian juga pada higienitas
produk yang rentan terkontaminasi oleh kotoran dari binatang-binatang terbang dan
melata (burung, tikus, ular, dll.). Meskipun saat ini teknologi pengering dengan
menggunakan solar kolektor dan biomassa telah banyak diterapkan, akan tetapi
1
Pengolahan hasil pertaniaan dan perikanan yang dikemas sebagai produk olahan
(bahan baku maupun bahan jadi) proses pengeringan dilakukan dengan tujuan
cendawan atau bakteri. Dengan demikian, bahan baku maupun bahan jadi tersebut
dapat lebih tahan lama untuk disimpan, tanpa mengurangi penurunan mutu sebelum
pengangkutan. Bahan yang telah kering, juga akan lebih mudah dihaluskan bila
yang biasa dilakukan yaitu secara konvensional atau dengan tenaga matahari,
dengan dehydrator dan menggunakan mesin kalor (Goh dkk, 2011). Penggunaan
pengering proses heat pump di dalam negeri masih relatif sedikit baik itu pada
industri skala besar maupun industri skala kecil. Keunggulan mesin kalor untuk
Sistem refrigerasi dan pompa kalor merupakan salah satu teknologi yang
suhunya lebih rendah dari suhu pengembunan (dew point temperature) udara yang
mengalir. Udara rendah kadar air (udara kering) ini selanjutnya dialirkan menuju
2
ke sisi pemanasan (condenser) untuk dinaikkan temperaturnya, kemudian menuju
dapat menyerap uap air yang terbentuk dari kandungan air komoditas.
Sulsel antara lain biji jagung,biji kakao,dan ikan bandeng. Meskipun masyakarat
Hal ini menunjukkan adanya implikasi bahwa komoditas biji jagung kini
memiliki peranan yang sangat penting. Sulawesi Selatan sebagai salah satu wilayah
potensial biji jagung selain pulau Jawa dan Sumatera, kini telah menjadi salah satu
target pengembangan biji jagung di Indonesia Bagian Timur. Dari total potensi
menunjukkan rata-rata produksitifitas hanya sebesar 1.8 ton/Ha. (Zea Mays L,2008)
Dalam setahun, komoditi itu menghasilkan nilai lebih dari 16,72 juta US dolar.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulsel saat ini memiliki enam komoditi
andalan, yakni rumput laut, udang, bandeng, tuna, cakalang, dan tongkol. Keempat
jenis komoditi unggulan Sulsel ini telah menjadi target ekspor kebeberapa negara.
Data produksi yang diperoleh dari DKP Provinsi Sulsel, bahwa produksi rumput
laut Sulsel tahun 2015, rumput laut (3.289.907,7 ton), udang (40.346,2 ton),
3
bandeng ( 126.226,6 ton), Tuna, Cakalang, Tongkol (60.706,1 ton). (Dinas
Heat pump adalah suatu teknologi yang mampu mentransfer kalor dari
tempertur rendah ke temperatur tinggi, heat pump juga dapat digunakan untuk
yang memiliki temperatur lebih tinggi. Heat pump ini masih jarang dimanfaatkan
untuk pengering. Sistem ini terdiri dari empat komponen yakni kompresor,
gas) dan terkondensasi menjadi fasa saturasi atau cair dingin. Selanjutnya,
refrigerant melalui katup throttling tekanan refrigerant diturunkan. Pada proses ini
temperatur yang rendah. Kalor ini diserap di evaporator oleh refrigerant sehingga
Sesuai dengan uraian diatas saat ini sangat penting diterapakan teknologi
pengeringan komoditas hasil pertanian dan perikanan yang kontinyu, higenis, dan
dapat diterapkan pada pedesaan yang sudah dialiri listrik. Oleh karena itu, penulis
4
mengajukan tugas akhir dengan judul “Pengeringan Komoditas Pertanian dan
komponen lokal.
5
1.4.2 Manfaat Kegiatan
dan perikanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1. Pengertian Pengeringan
jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari
proses pengeringan adalah bahan yang kering yang mempunyai kadar air yang
rendah setara dengan kadar air keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara
dengan nilai aktivitas air (aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis
dan kimiawi.
lama dikenal. Banyak bahan hasil pertanian yang hanya bisa digunakan setelah
demikian ada kerugian yang akan ditimbulkan selama pengeringan yaitu terjadinya
perubahan sifat fisik dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan.
Air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian
7
1. Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan
2. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat
bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari
bahan tersebut.
pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan
akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang ingin
Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara
8
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air
selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat
lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin, kalau udara banyak
mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat
menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara
yang mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
Komponen utama mesin yang menerapkan siklus kompresi uap terdiri dari
empat unit, yaitu kompressor, kondensor, alat ekspansi, dan evaporator. Susunan
ke empat unit komponen tersebut secara skematik ditunjukkan pada Gambar 2.1,
volume atur untuk setiap komponen disertai dengan asumsi-asumsi rasional yang
menyertainya maka akan diperoleh transfer energi baik dalam bentuk kerja maupun
dalam bentuk kalor pada setiap komponen mesin refrigerasi. Oleh karena itu ke
empat komponen proses pada Gambar 2.1 merupakan suatu volume atur dengan
masing-masing satu saluran masuk dan satu saluran keluar dan dianggap bekerja
9
pada keadaan tunak, maka persamaan kesetimbangan laju massa untuk siklus ini
berlaku persamaan:
10
Qout
3 2
Kondensor
Katup Kompresor Wc
Ekspansi
4 1
Evaporator
Qin
panas lanjut dengan temperatur dan tekanan yang relatif rendah kemudian oleh
Ẇc
= (h2-h1) ……………………………….…..................................... (2.2)
ṁ
11
h1 = entalpi masukan kompresor (kJ/Kg)
h2 = entalpi keluaran kompresor (kJ/Kg)
panas lanjut dengan temperatur dan tekanan tinggi dan untuk mengubah wujudnya
menjadi cair, kalor refrigerant harus dilepas ke lingkungan melalui alat penukar
penurunan temperatur dari keadaan uap panas lanjut ke uap jenuh kemudian
mengembun menjadi wujud cair, kalor yang dilepas per satuan massa refrigerant
Qout
ṁ
=(h2-h3) ……………………………………………………..….(2.3)
Refrigerant dalam wujud cair mengalir melalui alat ekspansi pada alat ini
berubah menjadi campuran uap-cair pada tekanan dan temperatur rendah, selama
proses ini tidak terjadi perpindahan kalor maupun kerja antara refrigerant dengan
sekitarnya.
12
2.3.4 Penyerapan Kalor pada Evaporator
kalor yang disebut evaporator, pada tekanan evaporator ini temperatur jenuh
refrigerant lebih rendah daripada temperatur sekitarnya, kalor yang diserap oleh
Qin
ṁ
=(h1-h4) ………………………………....………………………(2.4)
diabaikan maka tidak ada penurunan tekanan akibat gesekan aliran refrigerant yang
mengalir pada alat penukar kalor yang tekanannya konstan dan proses
sebagai siklus ideal kompressi uap. Siklus ideal kompressi uap (refrigerasi &
Proses 2s-3 : Perpindahan kalor dari refrigerant yang mengalir pada tekanan
13
Proses 4-1 : Perpindahan kalor ke refrigerant yang mengalir melalui evaporator
Diagram T-s dan p-h untuk siklus refrigerasi kompressi uap di atas ditunjukkan
Gambar 2.3 Diagram T-s dan p-h siklus refrigerasi kompressi uap
(Sumber : Mitrakusuma, 2009)
Daya bersih pada siklus kompressi uap semata-mata merupakan daya input
kompressor karena ekspansi pada Proses 3-4 tidak melibatkan daya masukan atau
daya keluaran. Oleh karena itu ukuran unjuk kerja siklus kompressi uap baik
sebagai siklus refrigerasi maupun sebagai siklus pompa kalor pembanding atau
Pada dasarnya Heat pump (pompa kalor) adalah suatu sistem yang
memanfaatkan kalor yang dilepaskan kondensor untuk pemanasan, jadi panas tidak
dibuang ke atmosfir. Heat pump menggunakan peralatan yang sama dengan yang
14
digunakan pada sistem refrigerasi, namun tujuannya untuk mengeluarkan kalor
Saat ini aplikasi heat pump sudah dapat kita temui pada mesin cuci. Mesin
cuci dengan teknologi heat pump ini dapat mengeringkan pakaian yang telah dicuci.
evaporator terjadi penyerapan kalor pakaian yang telah dipanaskan oleh kondensor.
Heat pump adalah suatu teknologi yang mampu mentransfer panas dari
temperture rendah ke temperature tinggi, heat pump juga dapat digunakan untuk
yang memiliki temperatur lebih tinggi. Kinerja heat pump kompresi (HPK) telah
banyak diteliti untuk kebutuhan industri dan sistem HPK ini masih jarang
dimanfaatkan untuk pengering dan sistem ini terdiri dari empat komponen pada
15
HPK adalah terdiri dari kompresor, evaporator, kondenser dan katup atur (throttling
fluida.
dan uap air yang mempunyai arti yang sangat penting dalam pengkondisian udara
atau penyegaran udara karena atmosfir merupakan campuran antara udara dan uap
dan terbuka. Namun peninjukannya tidaklah tepat karena adanya pengaruh radiasi
panas.
Dalam hal ini digunakan thermometer dengan sensor dibalut kain basah
berat udara kering yang ada di dalam udara (lembab). Hubungan antara tekanan uap
16
4. Kelembaban relatif
Kelembaban relatif adalah perbandingan antara tekanan parsial uap air yang
ada di dalam udara dan tekanan jenuh uap air pada temperatur air yang sama.
5. Volume spesifik
Volume spesifik (udara lembab) adalah volume udara lembab per 1 kg udara
kering relatif.
Titik embun adalah temperatur air pada keadaan di mana tekanan uapnya
sama dengan tekanan uap dari udara (lembab). Jadi, pada temperatur tersebut uap
air dalam udara mulai mengembun dan hal tersebut terjadi apabila udara (lembab)
didinginkan.
7. Entalpi, h’ (kcal/kg’)
Entalpi adalah energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada suatu
yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg udara kering dan x kg air (dalam fasa cair)
dari 0°C sampai mencapai t°C dan menguapkannya menjadi uap air (fasa gas). Hal
17
9. Faktor kalor sensible (SHF)
Biji jagung bahan baku pakan adalah pipilan hasil tanaman jagung berupa biji
kering yang telah dilepaskan dan dibersihkan dari tongkolnya. Berdasarkan warna
Mutu standar biji jagung bahan baku pakan meliputi kandungan zat makanan dan
Persyaratan mutu standar biji jagung bahan baku pangan yang harus dipenuhi
18
2.6.2 Biji Kakao
Syarat umum biji kakao yang akan diekspor dibedakan berdasarkan ukuran
biji kakao tersebut, tingkat kekeringan / kandungan kadar air dan tingkat
kontaminasi benda asing. Ukuran biji kakao ini dinyatakan dalam jumlah biji per
100 g biji kakao kering (kadar air 6 – 7 %). Klasifikasi mutu berdasarkan ukuran
kontaminasi ditentukan secara laboratoris atas dasar pengujian kadar air pada
sample uji yang mewakili yang diukur menggunakan alat pengukur kadar air biji
kakao.
Karakteristik Persyaratan
Biji berbau asap dan atau abnormal dan atau berbau asing Tidak ada
Kadar biji pecah dan atau pecahan biji dan atau pecaahan kulit Maks 3%
(b/b)
19
2.6.3 Ikan Bandeng
Ikan kering yang bermutu baik adalah jika memenuhi Standar Industri Indonesia
(SNI), yaitu:
a. Mempunyai bau, rasa, dan warna normal, serta bentuk yang baik.s
Penetapan standar mutu Biji jagung dilakukan berdasarkan berbagai kriteria seperti
A. Warna :
kuning
putih.
B. Penggunaan :
1. Benih
2. Non benih
Klasifikasi dan penentuan standar mutu biji jagung dibagi atas dua
20
3. Bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida
Kotoran maksimum % 1 1 2 2
Biji kakao adalah sebuah biji yang dihasilkan oleh tanaman kakao / cocoa
Berdasarkan jenis tanaman, biji kakao dikelompokan menjadi dua, yaitu jenis
kakao mulia (Fine Cocoa) dan jenis biji kakao lindak (Bulk Cocoa). Penentuan
standar mutu diklasifikasikan dalam dua syarat mutu, yaitu syarat umum dan syarat
khusus. Syarat umum merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh setiap bagian biji
kakao yang akan diekspor, dan syarat khusus merupakan syarat yang harus dipenuhi
A. Syarat umum
21
Syarat umum biji kakao yang akan diekspor dibedakan berdasarkan ukuran
biji kakao tersebut, tingkat kekeringan / kandungan kadar air dan tingkat
kontaminasi benda asing. Ukuran biji kakao ini dinyatakan dalam jumlah biji per
100 g biji kakao kering (kadar air 6 – 7 %). Klasifikasi mutu berdasarkan ukuran
kontaminasi ditentukan secara laboratoris atas dasar pengujian kadar air pada
sample uji yang mewakili yang diukur menggunakan alat pengukur biji kakao.
Karakteristik Persyaratan
Biji berbau asap dan atau abnormal dan atau berbau asing Tidak ada
Kadar biji pecah dan atau pecahan biji dan atau pecaahan kulit Maks 3%
(b/b)
Ikan kering yang bermutu baik adalah jika memenuhi Standar Industri Indonesia
(SNI),yaitu:
a. Mempunyai bau, rasa, dan warna normal, serta bentuk yang baik.
22
Penggunaan metode pengeringan saat ini sudah sangat beragam jenis dan
mengurangi kadar air pada bahan pangan, hal itu dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu :
Cara ini sangat sederhana dan tidak harus menggunakan alat modern
sekalipun. Metode pengeringan ini hanya memanfaatkan sinar matahari dan angin.
Ikan yang akan digarami dijemur di atas rak-rak yang dibuat dengan kemiringan ±
15°ke arah.datangnya angin. Angin berfungsi memindahkan uap air yang terlepas
dari ikan ke tempat lain, sehingga penguapan berlangsung lebih cepat. Intensitas
a. Suhu dan kecepatan aliran udara tidak dapat diatur, karena hanya bergantung dari
kondisi cuaca.
b. Ikan asin yang dihasilkan tidak terlalu higienis, karena ketika dikeringkan ikan
Untuk memaksimalkan kualitas dan mutu dari ikan yang dikeringkan maka
dibuat alat pengeringan ikan. Beberapa jenis alat pengeringan ikan yang sering
pengering tipe bak, pengering tipe rak, pengering beku, pengering hampa udara,
23
alat-alat pengering ini yaitu mampu menghasilkan produk olahan yang higienis
Salah satu alat pengering buatan yang sederhana adalah pengering rumah
rumah kaca, merupakan ruang yang tertutup oleh dinding atau atap transparan
tertampung di dalam alat tersebut sehingga suhunya makin tinggi, lebih tinggi dari
penguapan air dari ikan. Suhu pada alat pengering dapat ditingkatkan dengan
penggunaan dinding berwarna hitam, karena bidang hitam bersifat menyerap panas
sinar matahari. Sisi yang hitam diletakkan di bagian barat pada pagi hari dan di
bagian timur pada sore hari. Bentuk pengering rumah kaca dapat berupa kotak,
Efisiensi pengeringan mempunyai arti penting untuk nilai kualitas kerja dari
pengeringan heat pump. Kualitas kerja dari pengering heat pump meliputi aspek
konversi energi dan perpindahan massa. Aspek konversi energi ditujukan oleh
pelepasan massa air dari produk udara yang memanasinya. Efisiensi pengeringan
24
Besaran yang menyatakan tingkat kesempurnaan proses pembakaran yang
ditandai oleh minimnya kandungan gas karbon monoksida di dalam gas hasil bakar.
1. Daya output adalah kalor yang diserap untuk pengeringan dengan menggunakan
Dimana :
2. Daya input pada alat pengering dengan menggunakan energi listrik untuk
konveksi paksa :
W = V. ∆Q dengan ∆Q = I ∆t.....................................................(2.6)
W = V I ∆t
Keterangan :
∆t = Waktu (s)
25
3. Sehingga persamaan efisiensi pengeringan dengan menggunakan energi surya
Dimana :
BAB III
METODE KEGIATAN
Teknik Konversi Energi jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang.
26
Waktu pengerjaan Alat Heat Pump Drying ini dimulai pada Mei hingga
Agustus 2018.
27
Kondensor
luar
Kondensor
dalam
Fan
Kompresor
Katup
ekspansi
Fan
Evaporator
Evaporator
Fan 2
Fan 1
28
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam pengerjaan alat Pengering
3.4.1 Alat
1. Las Tembaga
2. Kunci Inggris
3. Pompa Vacum
4. Kawat Las
5. Boraks
8. Pemotong Pipa
9. Cutter
10. Obeng
11. Timbangan
14. Bor
3.4.2 Bahan
1. Kompresor.
2. Kondensor.
4. Evaporator.
5. Fan
29
6. Saklar
7. Tedos
8. Kabel
15. Steker
Perikanan Dengan Menggunakan Heat Pump, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu menyiapkan sketsa gambar, pemilihan material yang sesuai serta
30
Gambar 3.3 Desain Alat Pengeringan Komuditas Pertanian dan Perikanan
dengan Menggunakan Heat Pump Tampak Depan.
31
Gambar 3.5 Desain Alat Pengeringan Komuditas Pertanian dan Perikanan
dengan Menggunakan Heat Pump Tampak Samping.
Perakitan adalah suatu proses penyusunan dalam satu bentuk yang saling
Termometer
Gauge Manifold
Timbangan
32
3.5.2 Parameter yang digunakan
33
3.6 Diagram Alir Pengeringan Komoditas Pertaniaan dan Perikanan dengan
Mulai
Studi Literatur
Penentuan Desain
Persiapan Bahan
Perakitan Alat
Pengujian Alat
Tidak
Ya
Pengambilan Data
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
34
BAB IV
HASIL DAN DESKRIPSI KEGIATAN
4.1 Hasil Rancangan Kegiatan
4.1.1 Hasil Rancangan
Desain alat yang telah dibuat seperti pada gambar dibawah :
Gambar 4.1 Hasil rancangan alat pengering komoditas hasil pertaniaan dan
perikanan tampak depan.
35
Gambar 4.2 Hasil rancangan alat pengering komoditas hasil pertaniaan dan
perikannan tampak samping.
36
Kondensor
Ducting
Filter
Kompresor
Pipa kapiler
Gambar 4.3 Hasil rancangan alat pengering komoditas hasil pertaniaan dan
perikannan tampak belakang.
37
Evaporator
Fan
Rak 2
Rak 1
Kondensor
Gambar 4.4 Hasil rancangan alat pengering komoditas hasil pertaniaan dan
perikannan tampak dalam.
38
278 15.6 Rak 1
5 120 -1.8 54.8 220 0.9
282 15.8 Rak 2
275 14.8 Rak 1
6 150 -1.2 52.5 220 0.9
278 14.9 Rak 2
272 14.2 Rak 1
7 180 -0.2 51 220 0.89
274 13.8 Rak 2
39
4.2.3. Tabel Hasil Pengujian Ikan Bandeng
perhitungan untuk mencari Daya input, Daya output, dan Efisiensi alat pengering
heat pump
40
3. Massa akhir rak 1 : 290 gram
5. Temperatur : 62°C
W = V I ∆t
W = 348480 J
W = 348,48 kJ
Pada rak 1
41
Qout = 23,536 kJ
Pada rak 2
Qout = 16,475 kJ
d. Efisiensi (η)
Pada rak 1
η = 6,745 %
Pada rak 2
η = 4,728 %
ηtotal = 11,482 %
Untuk data keseluruhan dapat dilihat pada tabel yang terlampir pada
lampiran.
42
2. Massa awal rak 2 : 300 gram
5. Temperatur : 54°C
W = V I ∆t
W = 332640 J
W = 332,64 kJ
Pada rak 1
43
(300 𝑔𝑟𝑎𝑚− 287𝑔𝑟𝑎𝑚)
Qout = . 2373,1 kJ/kg
1000
Qout = 30,85 kJ
Pada rak 2
Qout = 28,477 kJ
d. Efisiensi (η)
Pada rak 1
η = 9,274 %
Pada rak 2
η = 8,561 %
ηtotal = 16,274 %
Untuk data keseluruhan dapat dilihat pada tabel yang terlampir pada
lampiran.
44
1. Massa awal rak 1 : 316 gram
5. Temperatur : 61,2°C
W = V I ∆t
W = 348480 J
W = 348,48 kJ
Pada rak 1
45
Qout = ( md – mi) . hfg
Qout = 21,2 kJ
Pada rak 2
Qout = 16,489 kJ
d. Efisiensi (η)
Pada rak 1
η = 6,048 %
Pada rak 2
η = 4,732 %
ηtotal = 10,815 %
Untuk data keseluruhan dapat dilihat pada tabel yang terlampir pada
lampiran.
46
4.4 Grafik dan Pembahasan
20
Rak 1
Rak 2
15
KADAR AIR (%)
10
0
0 50 100 150 200
WAKTU (MENIT)
Gambar 4.5. Hubungan antara waktu terhadap kadar air bahan uji biji jagung
Berdasarkan gambar 4.5 hubungan antara waktu terhadap kadar air pada
bahan uji jagung berbanding terbalik. Terjadi penurunan kadar air baik pada rak 1
maupun rak 2 dengan waktu 3 jam. Pada rak 1 nilai kadar air awal biji jagung 17,6%
dan nilai kadar akhir menjadi 14,2%. Sedangkan pada rak 2 nilai kadar air awal
47
32.5
Rak 1
Rak 2
32
KADAR AIR (%)
31.5
31
0 50 100 150 200
WAKTU (MENIT)
Gambar 4.6. Hubungan antara waktu terhadap kadar air pada bahan uji biji kakao
Berdasarkan gambar 4.6 hubungan antara waktu terhadap kadar air pada
bahan uji biji kakao. Terjadi penurunan kadar air pada rak 1 maupun rak 2, namun
pada waktu 60 menit hingga 150 menit kadar air konstan. Kadar air awal biji kakao
pada rak 1 yaitu 32% dan nilai kadar air akhir menjadi 31,3%. Sedangkan kadar air
awal pada rak 2 yaitu 32% dan nilai kadar air akhir 31,6%.
48
33
Rak 1
32
Rak 2
31
KADAR AIR (%)
30
29
28
27
26
25
0 50 100 150 200
WAKTU (MENIT)
Gambar 4.7. Hubungan antara waktu terhadap kadar air pada bahan uji ikan
bandeng
Berdasarkan gambar 4.7 hubungan antara waktu terhadap kadar air bahan
uji ikan bandeng. Pada rak 1 maupun rak 2 nilai kadar air awal ikan bandeng 32%
dan nilai kadar air akhir menjadi 26,5. Pada waktu 0 menit hingga 90 menit kadar
air pada bahan uji baik rak 1 maupun rak 2 konstan yaitu 32%, pada menit 120
49
70
65
60
Temperatur (°C)
55
50
45
40
35
30
0 50 100 150 200
Waktu (menit)
Gambar 4.8 Hubungan antara waktu terhadap temperatur pada bahan uji biji jagung.
bahan uji jagung. Pada awalnya terjadi kenaikan temperatur kemudian terjadi
penurunan temperatur. Temperatur awal yaitu 32°C pada menit 0 kemudian terjadi
kenaikan pada waktu 30 menit. Dan waktu 180 menit yaitu 51°C.
50
60
55
Temperatur (°C)
50
45
40
35
30
0 50 100 150 200
Waktu (menit)
Gambar 4.9 Hubungan antara waktu terhadap temperatur pada bahan uji coklat.
bahan uji coklat. Pada awalnya terjadi kenaikan temperatur kemudian terjadi
penurunan temperatur. Temperatur awal yaitu 32°C pada menit 0 kemudian terjadi
kenaikan pada waktu 30 menit. Dan waktu 180 menit yaitu 40°C.
51
65
60
55
Temperatur (°C)
50
45
40
35
30
0 50 100 150 200
Waktu (menit)
Gambar 4.10. Hubungan antara waktu terhadap temperatur bahan uji ikan bandeng.
bahan uji ikan bandeng. Pada awalnya terjadi kenaikan temperatur kemudian terjadi
penurunan temperatur. Temperatur awal yaitu 32°C pada menit 0 kemudian terjadi
kenaikan pada waktu 30 menit. Dan waktu 180 menit yaitu 50,3°C.
52
25 Rak 1
Rak 2
20
Daya Output (KJ)
15
10
5
30 50 70 90 110 130 150 170 190
Waktu (menit)
Gambar 4.11 Hubungan antara waktu terhadap daya output pada bahan uji biji
jagung
Berdasarkan gambar 4.11 hubungan antara waktu terhadap daya output pada
bahan uji jagung. Pada rak 1 maupun rak 2 cenderung terjadi penurunan daya
output, namun pada rak 1 daya awal outputnya lebih besar dibandingkan pada rak
2. Daya output awal rak 1 yaitu 23,536 kJ dan pada rak 2 yaitu 16,475 kJ. Namun
pada waktu 180 menit daya output rak 2 lebih besar dibandingkan rak 1, pada rak 1
53
35
Rak 1
Rak 2
30
DAYA OUTPUT (KJ)
25
20
15
30 50 70 90 110 130 150 170 190
WAKTU (MENIT)
Gambar 4.12 Hubungan antara waktu terhadap daya output pada bahan uji biji
kakao
pada bahan uji coklat. Pada rak 1 maupun rak 2 daya output fluktuatif dari waktu
30 menit hingga 180 menit. Daya output awal pada rak 1 lebih besar dibandingkan
pada rak 2, pada rak 1 sebesar 30,85 kJ sedangkan rak 2 sebesar 28,477 kJ. Dan
daya output akhir pada rak 1 juga lebih besar dibandingkan pada rak 2, pada rak 1
54
35
Rak 1
30 Rak 2
25
DAYA OUTPUT (KJ)
20
15
10
0
0 50 100 150 200
WAKTU (MENIT)
Gambar 4.13 Hubungan waktu terhadap daya output pada bahan uji ikan
bandeng.
Berdasarkan gambar 4.13 hubungan waktu terhadap daya output pada bahan
uji ikan bandeng. Daya output pada rak 1 dan rak 2 fluktuatif terhadap waktu, mulai
dari 30 menit hingga 180 menit. Daya output awal pada rak 1 lebih besar pada rak
2 pada waktu 30 menit. Pada rak 1 sebesar 21,2 kJ dan rak 2 sebesar 16,489 kJ.
Dan daya output akhir pada rak 1 sama dengan rak 2 yaitu sebesar 9,528 kJ.
55
362
Rak 1
360
Rak 2
358
DAYA INPUT (KJ)
356
354
352
350
348
346
30 50 70 90 110 130 150 170 190
WAKTU (MENIT)
Gambar 4.14. Grafik hubungan waktu terhadap daya input pada bahan uji biji
jagung.
Berdasarkan gambar 4.14 hubungan terhadap daya input pada bahan uji biji
jagung. Daya input pada rak 1 sama dengan rak 2. Pada waktu 60 menit terjadi
kenaikan daya input hingga waktu 90 menit, kemudian terjadi penurunan hingga
waktu 180 menit. Daya input awal sebesar 348,48 kJ dan daya input akhir sebesar
352,44 kJ.
56
360
Rak 1
355 Rak 2
DAYA INPUT (KJ)
350
345
340
335
330
30 80 130 180 230
WAKTU (MENIT)
Gambar 4.15. Hubungan antara waktu terhadap daya input pada bahan uji biji
kakao.
Berdasarkan gambar 4.15 hubungan terhadap daya input pada bahan uji biji
kakao. Daya input pada rak 1 sama dengan rak 2. Pada waktu 60 menit terjadi
kenaikan daya input hingga waktu 90 menit. Kemudian daaya input konstan hingga
waktu 180 menit. Daya input awal sebesar 332,64 kJ dan daya input akhir sebesar
356,4 kJ.
57
365
Rak 1
363
Rak 2
361
359
DAYA INPUT (KJ)
357
355
353
351
349
347
345
30 50 70 90 110 130 150 170 190
WAKTU (MENIT)
Gambar 4.16. Hubungan antara waktu terhadap daya input pada bahan uji ikan
bandeng.
Berdasarkan gambar 4.16 hubungan terhadap daya input pada bahan uji
ikan bandeng. Daya input pada rak 1 sama dengan rak 2 fluktuatif terhadap waktu.
Daya input awal sebesar 348,48 kJ dan daya input akhir sebesar 356,4 kJ.
58
8
Rak 1
7 Rak 2
6
EFISIENSI (%)
1
30 50 70 90 110 130 150 170 190
WAKTU (MENIT)
Gambar 4.17. Hubungan antara waktu terhadap efisiensi pada bahan uji biji jagung.
uji biji jagung. Efisiensi pada waktu 30 menit pada rak 1 lebih besar dibandingkan
rak 2, pada rak 1 sebesar 6,754% dan rak 2 sebesar 4,728%. Kemudian terjadi
penurunan namun pada rak 2 terjadi kenaikan pada waktu 90 menit. Dan pada waktu
180 menit efisiensi rak 2 lebih besar dibandingkan dengan efisiensi rak 2. Efsiensi
59
9.5
Rak 1
9
Rak 2
8.5
8
EFISIENSI (%)
7.5
7
6.5
6
5.5
5
30 80 130 180 230
WAKTU (MENIT)
Gambar 4.18. Hubungan antara waktu terhadap efisiensi pada bahan uji biji kakao.
bahan uji jagung. Efisiensi pada rak 1 dan rak 2 fluktuatif terhadap waktu. Efisiensi
awal pada rak 1 lebih besar dibandingkan rak 2. Efisiensi rak 1 sebesar 9,274% dan
rak 2 sebesar 8,561%. Dan efisiensi akhir rak 1 juga lebih besar dibandingkan rak
60
10
Rak 1
9
Rak 2
8
7
EFISIENSI (%)
6
5
4
3
2
1
30 80 130 180 230
WAKTU (MENIT)
Gambar 4.19. Hubungan antara waktu terhadap efisiensi pada bahan uji ikan
bandeng
uji ikan bandeng. Pada efisiensi awal rak 1 lebih besar dibandingkan rak 2. Pada
rak 1 sebesar 6,048% dan rak 2 sebesar 4,732%. Namun pada efesiensi akhir rak 1
61
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Berdasarkan dari pengukuran dan pengujian alat pengering heat pump kadar
air pada bahan uji jagung, coklat dan ikan bandeng. Pada bahan uji biji
jagung setiap 30 menit pengujian terjadi penurunan kadar air. Pada biji
kakao terjadi penurunan namun hanya sedikit. Berbeda halnya dengan ikan
bandeng pada waktu 120 menit barulah terjadi penurunan kadar air.
penurunan massa pada biji jagung, biji kakao,dan ikan bandeng. Namun
semakin lama waktu pengujian penurunan massa bahan uji semakin sedikit
turun pula temperatur kondensor pada semua bahan uji. Sedangkan pada
4. Efisiensi tertinggi yang dicapai pada pengujian yaitu sebesar 16,274% pada
bahan uji biji kakao. Sedangkan efisiensi terendah sebesar 4,605% pada
62
5.2 Saran
setiap rak.
ruang pengering.
DAFTAR PUSTAKA
Abustan, Pratama Alamsah, dan Wijaya Eddy. 2002. “Rancang Bangun Alat
Praktikum Pengkondisian Udara Pada Laboratorium Teknik Konversi
Energi”. Laporan Tugas Akhir. Makassar: Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
63
Akrim, Adil dan Muh. Syamsul Rijal. 2017. “Pembuatan Alat Praktikum Mesin
Pendingin”. Laporan Tugas Akhir. Makassar: Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Arismunandar, Wiranto & Saito, Heizo. 1981. “Penyegaran udara”. Jakarta : PT.
Pradnya Paramita.
Claussen, I.C., Ustad, T.S., Strommen, I. dan Walde, P.M. 2007. Athmospheric
freeze drying – a riview. Drying Technology.
Fatouh, M., Metwally, M.N., Helali, A.B.dan Shedid, M.H. (2006). Herbs drying
using a heat pump dryer. Energy Conversion and Management.
Goh, L.J., Othman, M.Y., Mat, S., Ruslan, H.dan Sopian, K. (2011). Review of
heat pump systems for drying application. Renewable and Sustainable
Energy Review.
Handayani, Sri Utami, Rahmat dan Seno Darmanto. 2014. “Uji Unjuk Kerja
Sistem Pengering Dehumudifier untuk Pengeringan Jahe”: Jurnal
AGRITECH, XXXIV (2): 232-238.
Putra, Alex.2015. “Mesin Pendingin Buah dengan Panjang Pipa Kapiler 200 cm
dan Daya Kompresor 1/5 HP”.Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Sains dan
Teknologi.
SNI 01-4483-1998
64
Thamrin, Ismail. 2011. “Rancang Bangun Alat Pengering Ubi Kayu Tipe Rak
Dengan Memanfaatkan Energi Surya”. Tugas Akhir Jurusan Teknik Mesin
Universitas Sriwijaya, Palembang.
65
LAMPIRAN A
Diagram Psikometrik
66
67
LAMPIRAN B
Hasil Analisis Data
68
Qin Qout Efisiensi
hfg Efisiensi total
No. (kJ) (kJ) (%)
(kJ/Kg) (%)
Rak 1 Rak 2 Rak 1 Rak 2 Rak 1 Rak 2
69
Qin Qout Efisiensi Efisiensi
hfg
No. (kJ) (kJ) (%) total
(kJ/Kg)
Rak 1 Rak 2 Rak 1 Rak 2 Rak 1 Rak 2 (%)
70
LAMPIRAN C
Foto Kegiatan
71
Proses Pengelasan
Proses Pemvakuman
72
Proses Pengecekan Kebocoran dan Pengisian Refrigerant
73
Proses Penimbangan Massa Bahan Uji
74
Proses Pengujian Biji Kakao
75
Hasil Pengujian 3 Bahan
( Biji jagung,Biji kakao,Ikan bandeng)
76
77