Disusun Oleh:
Ibrahim Zaki Bafadal (1806148454)
Pembimbing:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Laporan Kerja Praktik di PT Petrokimia
Gresik dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Laporan Kerja Praktik ini
disusun berdasarkan apa yang telah kami pelajari pada Departemen Produksi III B.
Kerja Praktik adalah salah satu mata kuliah wajib Departemen Teknik Kimia
dengan beban 2 SKS. Kami, sebagai mahasiswa, diwajibkan untuk melaksanakan
Kerja Praktik sebagai salah satu dari syarat kelulusan studi kami di Teknik Kimia
Universitas Indonesia.
Dalam penyusunan laporan ini kami mengucapkan terima kasih atas doa dan
bimbingannya kepada:
1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan segala yang terbaik, motivasi,
materi tanpa pamrih, dan tidak pernah penulis lupakan atas jasa-jasanya.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Asep Handaya Saputra, M.T. selaku ketua Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
3. Bapak Dr. Muhammad Sahlan, S.Si., M.Eng. sebagai dosen pembimbing
Kerja Praktik yang telah membimbing dan telah menuangkan banyak
kontribusinya.
4. Bapak Dr. Ir. Yuliusman, M. Eng., selaku koordinator mata kuliah Kerja
Praktik Departemen Teknik Kimia.
5. Bapak Nuril Huda, ST., MM., selaku Vice President Pengembangan SDM
PT. Petrokimia Gresik.
6. Bapak Alex Zainul F., ST. selaku pembimbing lapangan selama Praktek
Kerja Industri (Prakerin) di PT. Petrokimia Gresik.
7. Segenap pimpinan, staff, dan karyawan PT. Petrokimia Gresik yang telah
ikut membantu dalam Praktik Kerja Industri (Prakerin).
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Kami berharap tugas yang telah kami susun ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca dalam meningkatkan pengetahuan atau wawasan. Kami
sadar bahwa laporan yang kami tulis masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami terbuka untuk semua saran dan masukan terkait penulisan laporan ini.
Penulis
iv Universitas Indonesia
v
DAFTAR ISI
v Universitas Indonesia
vi
vi Universitas Indonesia
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Contoh-contoh Furnace Berdasarkan Pengelompokkan pada Gambar 2.8
............................................................................................................................... 15
Tabel 2.1. Contoh-contoh Furnace Berdasarkan Pengelompokkan pada Gambar 2.8.
(Cont’d) ................................................................................................................. 15
Tabel 4. 1. Data Operasi Harian yang Dibutuhkan Untuk Perhitungan ................ 25
Tabel 4. 2 Neraca massa unit combustion hari pertama........................................ 26
Tabel 4. 3 Neraca massa unit combustion hari kedua ........................................... 26
Tabel 4. 4 Neraca massa unit combustion hari ketiga ........................................... 27
Tabel 4. 5 Neraca massa unit combustion hari keempat ....................................... 27
Tabel 4. 6 Neraca massa unit combustion hari kelima.......................................... 27
Tabel 4. 7 Neraca massa unit combustion hari keenam ........................................ 28
Tabel 4. 8 Neraca energi unit combustion hari pertama ....................................... 28
Tabel 4. 9 Neraca energi unit combustion hari kedua ........................................... 29
Tabel 4. 10 Neraca energi unit combustion hari ketiga ........................................ 29
Tabel 4. 11 Neraca energi unit combustion hari keempat ..................................... 30
Tabel 4. 12 Neraca energi unit combustion hari kelima ....................................... 30
Tabel 4.13 Neraca energi unit combustion hari keenam ....................................... 31
DAFTAR GAMBAR
1 Universitas Indonesia
2
Unit Combustion terdiri atas satu unit alat furnace (B-1101) yang merupakan
tempat dibakarnya melted sulphur untuk menghasilkan gas SO2 sebagai produk
utamanya. Pembakaran melted sulphur dilakukan bersamaan dengan
diumpankannya dry air sebagai sumber oksigen dalam berlangsungnya reaksi
pembakaran. Laju alir umpan melted sulphur yang akan dibakar dan dry air yang
digunakan bervariasi setiap harinya. Oleh karena itu, dilakukan analisis neraca
massa dan energi untuk mengetahui pengaruh output berupa SO2 yang dihasilkan
dari laju alir umpan melted sulphur dan dry air yang digunakan, serta laju alir panas
yang masuk dan keluar pada unit combustion pabrik produksi Asam Sulfat PT
Petrokimia Gresik.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan tugas khusus kerja praktik di PT.
Petrokimia Gresik adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh variasi laju umpan melted sulphur dan dry air terhadap
hasil SO2 dan dry air yang tersisa dalam kurun waktu 10 – 15 Agustus 2021?
2. Bagaimana pengaruh variasi laju alir dan suhu umpan melted sulphur dan dry
air terhadap besarnya energi yang keluar – masuk unit combustion dalam kurun
waktu 10 – 15 Agustus 2021?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas khusus kerja praktik di PT. Petrokimia Gresik
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh variasi pengaruh variasi laju umpan melted sulphur dan
dry air terhadap hasil SO2 dan dry air yang tersisa.
2. Mengetahui pengaruh variasi laju alir dan suhu umpan melted sulphur dan dry
air terhadap besarnya energi yang keluar – masuk unit combustion.
1.4. Ruang Lingkup Kerja Praktik
Ruang lingkup dari penulisan tugas khusus kerja praktik di PT. Petrokimia
Gresik adalah menganalisis pengaruh variabel laju alir dan suhu umpan melted
sulphur dan dry air terhadap laju alir SO2 dan sisa dry air yang dihasilkan
menggunakan prinsip neraca massa dan energi.
Universitas Indonesia
3
1.5. Manfaat
Manfaat dari penulisan tugas khusus kerja praktik di PT. Petrokimia Gresik
adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai pengaruh
antarvariabel yang terlibat melalui aliran umpan melted sulphur dan dry air
pada unit combustion Pabrik Produksi Asam Sulfat PT Petrokimia Gresik
Universitas Indonesia
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Neraca Massa
Neraca massa adalah suatu bentuk aplikasi dari hukum kekekalan massa,
yaitu suatu zat tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Konsep hukum
kekekalan massa dapat dianggap sebagai konsep yang sederhana, namun terdapat
penjelasan yang lebih detail jika konsep tersebut diaplikasikan dalam dunia industri
(Himmelblau, 2004). Dalam membuat neraca massa suatu sistem, perlu dilakukan
pembatasan ruang lingkup dari entitas yang ditinjau. Pembatasan tersebut disebut
sebagai batasan sistem (system boundary). Suatu sistem dapat berupa sebuah
reaktor, sebuah bagian dari pipa, atau satu kesatuan unit yang terdiri dari beberapa
peralatan proses.
Berdasarkan keberadaan aliran yang keluar – masuk sistem, sistem dapat
dibagi menjadi dua, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka adalah
sistem yang terdapat aliran yang keluar – masuk pada sistem, melewati batasan
sistem. Sedangkan untuk sistem tertutup, tidak terdapat aliran yang keluar – masuk
pada sistem, yang melewati batasan sistem.
Berdasarkan keberadaan akumulasi pada sistem, terdapat dua jenis keadaan
sistem, yaitu sistem steady – state (tunak) dan sistem unsteady – state (tak tunak).
Sistem dengan keadaan steady – state adalah sistem yang memenuhi dua keadaan
berikut:
1. Kondisi proses di dalam sistem, secara spesifik jumlah massa zat di
dalamnya, tidak berubah terhadap waktu.
2. Kondisi aliran yang keluar – masuk sistem tetap dalam keadaan tetap.
Terdapat terminologi yang umum digunakan untuk proses yang terjadi pada sistem
terbuka dan steady – state, yaitu proses kontinu, di mana terdapat satuan massa
yang masuk dan/atau keluar pada sistem tanpa hambatan tertentu.
Keadaan sistem unsteady – state adalah keadaan di mana terdapat akumulasi
yang terjadi dalam berlangsungnya proses dalam sistem tersebut. Variabel-variabel
sistem dalam keadaan ini bervariasi keadaannya terhadap waktu. Dalam neraca
massa, sistem dalam keadaan unsteady – state adalah ketika terdapat perubahan laju
alir yang keluar – masuk sistem terhadap waktu. Ilustrasi sistem dalam keadaan
Universitas Indonesia
5
steady – state dan unsteady – state ditampilkan melalui Gambar 2.1. dan Gambar
2.2.
Gambar 2.1. Sistem Steady – state Gambar 2.2. Sistem Unsteady – state
(Himmelblau, 2004) (Himmelblau, 2004)
Extent of Reaction
Extent of reaction ( 𝜉 ) adalah perbandingan jumlah suatu zat yang
terkonversi dalam suatu reaksi terhadap koefisien stoikiometris dari zat tersebut.
Maka, extent of reaction adalah sebuah besaran yang menjadi ciri khas suatu reaksi
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
sistem yang nilainya merupakan selisih antara energi yang masuk ke sistem tersebut
terhadap energi yang keluar dari sistem tersebut (Ghasem & Henda, 2015).
2.2.1. Jenis-jenis Energi
Kerja
Kerja (work (W)) dalam konteks termodinamika adalah salah satu bentuk
energi yang menunjukkan perpindahan energi antara sistem dengan lingkungannya
(Himmelblau, 2004). Terdapat dua perjanjian berkaitan dengan pemberian tanda
terhadap besaran kerja. Pada laporan ini, kerja bernilai positif ketika lingkungan
melakukan kerja kepada sistem. Sebaliknya, kerja bernilai negatif ketika sistem
melakukan kerja kepada lingkungan.
Kerja dapat berupa beberapa contoh, namun yang paling umum dijumpai
adalah kerja sebagai kerja mekanis. Kerja mekanis adalah kerja yang terjadi karena
adanya gaya mekanis yang bekerja dan menghasilkan perubahan terhadap batasan
sistem tersebut (Himmelblau, 2004). Persamaan untuk kerja mekanis ditunjukkan
melalui persamaan (2.6).
𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒 2
𝑊 = ∫𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒 1 𝐹 ∙ 𝑑𝑠 (2.6)
di mana F adalah gaya eksternal searah dengan s yang bekerja pada batasan sistem.
Panas
Panas (Q) umumnya didefinisikan sebagai bagian dari keseluruhan energi
yang mengalir melalui batasan sistem karena adanya perbedan suhu antara sistem
dengan lingkungannya (Himmelblau, 2004). Panas bernilai positif jika mengalir
menuju sistem.
Terdapat terminologi yang menjelaskan suatu proses yang berlangsung
tanpa adanya aliran panas antara sistem dengan lingkungannya. Sistem tersebut
dinamakan sistem yang adiabatik (Q = 0). Peristiwa perpindahan panas dibagi
menjadi tiga, yaitu konnduksi, konveksi dan radiasi. Berdasarkan peristiwa
perpindahannya, persamaan yang digunakan untuk mengetahui besaran panas
ditunjukkan melalui persamaan (2.7).
𝑄̇ = 𝑈𝐴(𝑇2 − 𝑇1 ) (2.7)
di mana 𝑄̇ adalah laju perpindahan panas (J/s), 𝐴 adalah luas area perpindahan
penas (m2), (𝑇2 − 𝑇1 ) adalah perbedaan suhu antara 𝑇1 dan 𝑇2 (oC atau K) dan U
Universitas Indonesia
8
adalah koefisien empirik perpindahan panas dari data eksperimen peralatan yang
terlibat.
Energi Kinetik
Energi kinetik (KE) adalah energi yang dimiliki sebuah sistem atau benda
atas pergerakannya pada kecepatan tertentu relatif terhadap lingkungannya.
Persamaan dalam menentukan energi kinetik ditunjukkan melalui persamaan (2.8)
1
𝐾𝐸 = 2 𝑚𝑣 2 (2.8)
di mana 𝑚 adalah massa dari benda tersebut dan 𝑣 adalah kecepatan rata-rata dari
benda tersebut.
Energi Potensial
Energi potensial (PE) adalah energi yang dimiliki suatu benda kerena gaya
yang dihasilkan massanya terhadap gaya gravitasi pada kedudukan benda tersebut.
Persamaan yang digunakan dalam menentukan energi potensial dapat dihitung
menggunakan persamaan (2.9)
𝑃𝐸 = 𝑚𝑔ℎ (2.9)
di mana ℎ adalah jarak atau ketinggian benda tersebut terhadap permukaan
acuannya.
Energi Internal
Energi internal (U) adalah energi yang dimiliki oleh suatu molekul, atom
dan sub-atom. Dikarenakan oleh tidak adanya alat untuk mengukur energi internal
secara langsung, energi internal perlu dihitung dari variabel-variabel lainnya yang
dapat dihitung secara makroskopik.
̂ ) dapat digunakan persamaan (2.10).
Untuk menghitung energi internal (𝑈
̂ ̂
̂ = (𝜕𝑈) 𝑑𝑇 + (𝜕𝑈) 𝑑𝑉̂
𝑑𝑈 (2.10)
𝜕𝑇 ̂
𝜕𝑉 ̂
𝑉 𝑇
̂
𝜕𝑈
di mana ( ) adalah kapasitas panas pada volume yang konstan, umumnya
𝜕𝑇 𝑉
̂
Universitas Indonesia
9
energi internal pada rentang waktu tertentu dapat dituliskan seperti pada persamaan
(2.11).
𝑈2 ̂
̂=𝑈
∆𝑈 ̂2 − 𝑈
̂1 = ∫̂ ̂ = ∫𝑇2 𝐶𝑉 𝑑𝑇
𝑑𝑈 (2.11)
𝑈 𝑇 1 1
Energi internal suatu sistem ( 𝑈𝑡𝑜𝑡 ) yang mengandung lebih dari satu
komponen adalah jumlah dari energi seperti yang tertera pada persamaan (2.12)
̂1 + 𝑚2 𝑈
𝑈𝑡𝑜𝑡 = 𝑚1 𝑈 ̂2 + ⋯ + 𝑚𝑛 𝑈
̂𝑛 (2.12)
Entalpi
Entalpi adalah jumlah energi yang terlibat dalam suatu proses. Entalpi
adalah gabungan antara variabel U dan pV seperti yang dituliskan melalui
persamaan (2.13), di mana p adalah tekanan dan V adalah volume.
̂=𝑈
𝐻 ̂ + 𝑝𝑉̂ (2.13)
Untuk menghitung spesifik entalpi sebagai fungsi energi internal, persamaan
diferensial dapat juga digunakan, seperti yang ditunjukkan melalui persamaan
(2.14).
̂ ̂
̂ = (𝜕𝐻) 𝑑𝑇 + (𝜕𝐻) 𝑑𝑝
𝑑𝐻 (2.14)
𝜕𝑇 𝑝𝜕𝑝 𝑇
̂
𝜕𝐻
Besaran ( ) adalah kapasitas panas pada tekanan konstan yang juga
𝜕𝑇 𝑝
̂
𝜕𝐻
dapat disimbolkan sebagai 𝐶𝑝 . Nilai ( 𝜕𝑝 ) 𝑑𝑝 pada umumnya tidak ikut disertakan
𝑇
Sama seperti energi internal, entalpi total suatu sistem yang mengandung
lebih dari satu komponen dapat dihitung dengan menjumlahkan entalpi dari
masing-masing komponen yang ada pada sistem tersebut. Persamaan perhitungan
entalpi total dapat dituliskan menjadi persamaan (2.16).
̂1 + 𝑚2 𝐻
𝐻𝑡𝑜𝑡 = 𝑚1 𝐻 ̂2 + ⋯ + 𝑚𝑛 𝐻
̂𝑛 (2.16)
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
di mana a, b, c dan d masing-masing adalah nilai konstanta khas suatu zat yang
diperoleh dari data eksperimen.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa persamaan perhitungan perubahan
entalpi dapat berupa persamaan integral terhadap suhu yang menandakan
perubahan entalpi tersebut ditinjau karena adanya perubahan suhu. Persamaan dasar
perhitungan entalpi apabila nilai Cp yang digunakan konstan ditunjukkan pada
persamaan (2.23). Karena nilai Cp sejatinya adalah fungsi polinomial terhadap suhu
seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2.22), maka persamaan perhitungan
entalpi yang mengikuti nilai Cp sebagai fungsi polinomial terhadap suhu tersebut
dapat dituliskan menjadi persamaan (2.24).
∆𝐻 = 𝑚𝐶𝑝 (𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) (2.23)
𝑇 𝑇
∆𝐻̇ = 𝑚̇ ∫𝑇 𝐶𝑝 𝑑𝑇 = 𝑚̇ ∫𝑇 (𝑎 + 𝑏𝑇 + 𝑐𝑇 2 + 𝑑𝑇 3 ) 𝑑𝑇 (2.24)
𝑟𝑒𝑓 𝑟𝑒𝑓
Universitas Indonesia
13
𝑇
ℎ̅𝑖,𝑜𝑢𝑡 = ∫𝑇 𝑜𝑢𝑡 𝐶𝑝,𝑖 𝑑𝑇 + ∆𝐻𝑓,𝑖
𝑜
(2.28)
𝑟𝑒𝑓
Universitas Indonesia
14
2.3. Furnace
Furnace adalah sebuah alat yang berfungsi menjalankan proses dalam suhu
yang tinggi daripada yang dapat dihasilkan pada sistem terbuka terhadap atmosferik
(Mullinger & Jenkins, 2008). Furnace dapat digunakan untuk proses yang
melibatkan reaksi kimia dengan variasi yang beragam ataupun proses-proses fisis
yang sederhana seperti pengeringan. Gambar 2.7. menunjukkan bagian-bagian
penyusun furnace sederhana.
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
pembakaran bahan bakar pada furnace, maka akan semakin baik pula reaksi yang
diakomodasi oleh panas yang dihasilkan dari furnace tersebut.
Universitas Indonesia
18
BAB 3
METODOLOGI
3.1. Pengumpulan Data
Langkah awal dalam menyelesaikan tugas khusus ini adalah dengan
mengumpulkan data yang menunjang perhitungan analisis variasi variabel umpan
terhadap variabel output pada unit combustion (B-1101) Pabrik Asam Sulfat PT.
Petrokimia Gresik. Data tersebut terdiri atas data primer dan data sekunder. Berikut
adalah penjelasan dari data primer dan data sekunder.
3.1.1. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer digunakan untuk menganalisis variasi variabel unit
combustion yang diperoleh dari rekaman data harian operasi Pabrik Asam Sulfat.
Berikut adalah data primer yang dimaksud.
Universitas Indonesia
Gambar 3.1. Data Harian Operasi Pabrik Asam Sulfat (10 Agustus 2021)
(PT Petrokimia Gresik, 2021)
Di mana
∆𝐻𝑖,𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = Perubahan entalpi komponen i pada inlet
̇
𝐹𝑖,𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 = Laju alir molar komponen i pada inlet
6. Perhitungan Perubahan Entalpi Aliran Keluar Furnace
Perhitungan perubahan entalpi aliran keluar furnace dilakukan dengan
mengunakan kondisi di mana suhu masing-masing komponen sebesar 25
o
C. Persamaan (3.4) dapat digunakan untuk mengetahui perubahan entalpi
aliran masuk furnace tersebut. Nilai 𝐶𝑝 diperoleh dari data eksperimen dari
Di mana
∆𝐻𝑖,𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = Perubahan entalpi komponen i pada inlet
̇
𝐹𝑖,𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = Laju alir molar komponen i pada inlet
7. Perhitungan Perubahan Entalpi Reaksi
Perubahan entalpi reaksi dilakukan untuk memperhitungkan besarnya panas
yang dihasilkan atau diserap ketika suatu reaksi kimia terjadi. Persamaan
yang digunakan untuk menghitung perubahan entalpi reaksi ditunjukkan
melalui persamaan (3.5). Nilai perubahan entalpi pembentukkan standar zat
𝑜
i (∆𝐻𝑓,𝑖 ) diperoleh dari literatur yang ada pada Buku Basic Principles and
Calculations in Chemical Engineering yang ditulis oleh D.M. Himmelblau
dan J. B. Riggs.
̇
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = ∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )(𝐹𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )−
(3.5)
̇
∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )(𝐹𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )
8. Perhitungan Qloss
Nilai Qloss merupakan akumulasi dari selisih antara perubahan entalpi output
dengan input dan perubahan entalpi reaksi masing-masing aliran: Nilai ini
menggambarkan besarnya energi yang masuk ke sistem atau hilang ke
lingkungan karena akumulasi dari energi yang masuk dan keluar pada
sistem. Persamaan untuk menghitung Qloss dinyatakan dalam persamaan
(3.6) untuk sistem yang diasumsikan dalam keadaan steady-state.
∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − ∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 + ∆𝐻𝑟𝑥𝑛 ± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 0 (3.6)
9. Melakukan Perhitungan Neraca Energi
Neraca energi sistem dihitung untuk mengetahui pengaruh variasi variabel
umpan terhadap variabel energi yang keluar – masuk sistem selama proses
reaksi dan yang ikut bersama aliran umpan yang masuk dan produk yang
keluar dari sistem Dikarenakan sistem ini merupakan sistem terbuka dan
diasumsikan dalam keadaan steady-state, maka persamaan neraca massa
ditunjukkan melalui persamaan (3.7), dengan 𝑊̇ 𝑠 , ∆𝐾𝐸
̇ dan ∆𝑃𝐸̇ yang
26 Universitas Indonesia
• Neraca massa pada unit combustion pada hari ketiga
27
• Neraca massa pada unit combustion pada hari keenam
28
• Neraca energi pada unit combustion pada hari kedua
29
• Neraca energi pada unit combustion pada hari keempat
30
• Neraca energi pada unit combustion pada hari keenam
31
Laju Alir Umpan/Produk Selama 6 Hari
221000
220600
220400
220200
220000
1 2 3 4 5 6
Hari ke-
Gambar 4. 1 Grafik laju alir umpan/produk selama 6 hari (10 – 15 Agustus 2021)
32
Pengaruh Laju Alir Melted Sulphur terhadap Laju Alir
Produk SO2
22150 44200
Gambar 4. 2 Grafik pengaruh laju alir melted sulphur terhadap produk SO2 selama 6 hari (10 – 15
Agustus 2021)
22150 176900
Gambar 4. 3 Grafik pengaruh laju alir melted sulphur terhadap sisa udara selama 6 hari (10 – 15
Agustus 2021)
Pada gambar 4.2., terlihat bahwa trend konsumsi melted sulphur terlihat
sama persis dengan trend terbentuknya gas SO2. Hal ini terjadi karena hubungan
koefisien stoikiometris yang sama (1:1) antara melted sulphur dengan gas SO2 yang
menandakan jumlah mol melted sulphur yang terbakar akan sama dengan jumlah
mol SO2 yang terbentuk. Hal yang sedikit berbeda ditunjukkan hubungan antara
laju alir melted sulphur terhadap laju alir sisa udara. Karena oksigen dalam udara
terkonsumsi untuk reaksi pembakaran, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan
33
antara laju alir melted sulphur akan berbanding terbalik dengan laju alir sisa udara.
Fakta ini masih dapat ditemui pada hari pertama hingga ketiga. Namun pada hari
keempat dan kelima, terlihat dari grafik bahwa laju alir melted sulphur dan laju alir
sisa udara memiliki trend yang sama. Hal ini dikarenakan perubahan drastis dari
suplai umpan melted sulphur dan dry air yang digunakan antara hari keempat
dengan hari ketiga, dan hari kelima dengan hari keempat. Perubahan drastis tersebut
yang jika ditinjau dari trend yang relatif terhadap perhitungan pada satu hari
sebelumnya akan membuat trend yang sama (naik/turun) antara melted sulphur
dengan sisa udara. Pada hari keenam terlihat bahwa hubungan kedua trend yang
dihasilkan telah sama seperti hari pertama hingga ketiga, namun dengan laju alir
sisa udara yang jauh lebih banyak dari hari kelima karena laju alir umpan dry air
yang ditingkatkan secara signifikan.
Variabel lain yang ikut dipengaruhi oleh laju alir umpan, baik itu melted
sulphur maupun dry air adalah panas yang dihasilkan. Suhu operasi furnace adalah
1070oC. Suhu melted sulphur sebelum dibakar adalah 144oC dan suhu dry air yang
digunakan berkisar antara 113oC – 115oC. Berikut adalah jumlah panas yang
masuk/keluar dari sistem unit combustion:
20200000
220800
20000000
220600 19800000
220400 19600000
19400000
220200
19200000
220000 19000000
1 2 3 4 5 6
Hari ke-
Gambar 4. 4 Grafik pengaruh laju alir umpan produk terhadap panas yang masuk/keluar selama 6
hari (10 – 15 Agustus 2021)
34
Variabel-variabel yang mempengaruhi jumlah panas yang masuk/keluar
sistem adalah jumlah dan suhu umpan yang masuk/keluar sistem. Secara spesifik
jumlah panas dapat secara langsung diidentifikasi dengan laju alir molar umpan
melted sulphur dan dry air, serta suhu umpan dry air, karena suhu melted sulphur
dijaga tetap selama 6 hari (144oC). Pada grafik ditunjukkan trend kenaikan panas
pada hari pertama ke hari kedua, dibarengi dengan kenaikan laju alir umpan, di
mana kenaikan laju alir umpan tersebut terdiri atas kenaikan laju alir umpan melted
sulphur dan dry air. Pada trend hari kedua ke hari ketiga terjadi penurunan jumlah
panas dengan laju alir umpan yang meningkat. Jika dilihat secara spesifik,
peningkatan laju alir umpan terjadi dengan peningkatan umpan dry air dan
penurunan umpan melted sulphur.
Pada trend hari ketiga ke hari keempat, terjadi peningkatan signifikan panas
dibarengi dengan peningkatan laju alir umpan dan peningkatan suhu umpan dry air.
Jika dilihat trend-nya kenaikan panas terlihat lebih signifikan dibandingkan dengan
peningkatan laju alir umpan. Jika dilihat secara spesifik, terjadi peningkatan laju
alir umpan melted sulphur yang relatif signifikan. Hingga trend hari keempat dapat
disimpulkan bahwa dalam kenaikan dan penurunan panas yang masuk/keluar unit
combustion, laju alir umpan melted sulphur berperan lebih signifikan dibandingkan
laju alir umpan dry air. Hal ini diperkuat dari data trend hari keempat ke hari
kelima, di mana terjadi penurunan yang cukup signifikan dari laju alir umpan total
yang dibarengi dengan penurunan panas yang kurang signifikan. Penurunan laju
alir umpan yang signifikan ini terjadi karena penurunan laju alir umpan dry air yang
cukup signifikan antara hari keempat (6889,356 kgmol/jam) dan hari kelima
(6868,850 kgmol/jam) dan penurunan laju alir melted sulphur yang kurang
signifikan antara hari keempat (689,552 kgmol/jam) dan hari kelima (684,660
kgmol/jam). Begitu pula dengan trend hari kelima ke hari keenam, kenaikan yang
cukup signifikan dari laju alir umpan tidak dibarengi dengan laju alir panas yang
masuk/keluar sistem yang kurang signifikan, yang jika diidentifikasi, terjadi
peningkatan laju alir umpan dry air yang signifikan, namun penurunan laju alir
umpan melted sulphur yang kurang signifikan. Maka, dapat disimpulkan bahwa
35
pengaruh kenaikan/penurunan laju alir umpan dry air kurang signifikan
berpengaruh terhadap laju panas pada unit combustion jika dibandingkan dengan
laju alir umpan melted sulphur.
Berdasarkan data lapangan, konversi furnace yang digunakan dalam unit
combustion adalah sekitar 100%. Dengan konversi sebesar ini, kinerja dari furnace
yang digunakan telah sangat optimal. Hal ini selain dari segi produk akhir yang
dihasilkan secara kontinu, juga dari segi maintenance furnace yang lebih terjaga
karena sisa melted sulphur yang tertinggal dan tidak terbakar akan merusak furnace
yang digunakan.
36
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Unit combustion/pembakaran di PT Petrokimia Gresik pada Departemen
Produksi III B terdiri atas furnace, yang merupakan tempat terjadinya reaksi
pembakaran melted sulphur dengan bantuan dry air sebagai suplai
oksigennya.
2. Output utama proses pembakaran di furnace adalah SO2, dengan sisa udara,
dan panas.
3. Terdapat perbedaan laju alir umpan/produk (dianggap steady state) pada
masing-masing hari yang cukup bervariasi.
4. Hubungan antara laju alir SO2 dan sisa udara akan lebih berkaitan dengan
laju alir umpan melted sulphur, yang jumlahnya juga mempengaruhi jumlah
oksigen yang akan terkonsumsi dalam reaksi pembakaran.
5. Hubungan antara laju alir melted sulphur akan berbanding terbalik dengan
laju alir sisa udara. Jika memiliki trend yang sama itu dikarenakan
perubahan drastis dari suplai umpan melted sulphur dan dry air dengan hari
sebelumnya.
6. Variabel-variabel yang mempengaruhi jumlah panas yang masuk/keluar
sistem adalah jumlah dan suhu umpan yang masuk/keluar system.
7. Konversi furnace yang digunakan dalam unit combustion adalah sekitar
100%, Jadi kinerja dari furnace yang digunakan telah sangat optimal. Hal
ini dilihat dari segi produk akhir yang dihasilkan secara kontinu, juga dari
segi maintenance furnace yang lebih terjaga.
5.2. Saran
Berdasarkan evaluasi unit combustion pada Departemen Produksi III B selama
6 hari per periode 10-15 Agustus 2021, penulis menyarankan:
• Untuk memperhatikan laju alir umpan melted sulphur agar dihasilkan produk
SO2 dalam jumlah optimal serta mempengaruhi kebutuhan dry air yang
diperlukan untuk reaksi pembakaran.
37
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A., Jaka, Z.B., 2016, Laporan Kerja Praktik PT PERTAMINA (Persero)
Refinery Unit VI Balongan – Indramayu, Jawa Barat (Periode 1 Juni – 30
Juni 2016)”, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
Jawa Barat: Depok.
Himmelblau, David M. dan James B. Riggs, 1989. Basic Principles and
Calculations in Chemical Engineering 5th edition. New Jersey: Prentice
Hall.
Holman, John S. dan Phil Stone. 2001. Chemistry 2nd edition. Cheltenham: Nelson
Thomes Ltd.
Ibrahim, H., Alifinuha, M.N., 2016, Laporan Kerja Praktik PT PERTAMINA
(Persero) Refinery Unit VI Balongan – Indramayu, Jawa Barat (Periode 10
Juni – 10 Juli 2016)”, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, Jawa Barat: Depok.
Kern, D., Q. 1965. Process Heat Transfer. International Student Edition. McGraw
Hill Book Co: Tokyo.
Perry, R.H., Green, D. 1997, Perry’s Chemical Engineer Handbook 7th ed.
McGraw Hill Book Company, New York.
38
LAMPIRAN
A. Perhitungan Neraca Massa dan Energi
Berikut adalah perhitungan neraca massa dan energi unit combustion pabrik asam
sulfat
Basis operasi = 1 jam
Konversi≈ 100% (Berdasarkan data lapangan)
Asumsi: -Operasi berjalan dalam kondisi Steady-state
Diketahui:
Tabel A.1 Data Berat Molekul Komponen Unit Combustion
Komponen Berat Molekul (g/gmol)
S 32,065
SO2 64,065
O2 32
N2 28,01
Reaksi
41
Jumlah nitrogen yang dialirkan melalui umpan udara yang dimasukkan ke
unit combustion adalah:
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 79% 𝑚𝑜𝑙 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 79% (6878,789 )
𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 5434,243
𝑗𝑎𝑚
Laju alir massa N2:
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁2 = (5434,243 ) (28,01 )
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁2 = 152213,155
𝑗𝑎𝑚
Reaksi
42
Tabel A.3 Neraca massa unit combustion hari kedua
Alur Masuk Alur Keluar
Komponen
(kg/jam) (kg/jam)
S 22015,284 0
SO2 0 43985,940
O2 46225,462 24254,816
N2 152213,155 152213,155
Total 220453,9 220453,9
43
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 79% 𝑚𝑜𝑙 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 79% (6880,904 )
𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 5435,914
𝑗𝑎𝑚
Laju alir massa N2:
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁2 = (5435,914 ) (28,01 )
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁2 = 152259,956
𝑗𝑎𝑚
Reaksi
S(l) + O2(g) → SO2(g)
Koef. -1 -1 1
Mula-
685,527 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 1444,990 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 0
mula
Reaksi −685,527 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 −685,527 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 +685,527 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
Sisa 0 759,463 kgmol +685,527 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
Dengan demikian, komposisi produk yang dihasilkan melalui furnace
adalah sebagai berikut:
S = (0)(32,065 kg/kgmol) = 0
SO2 = (685,527 kgmol/jam)(64,065 kg/kgmol) = 43918,287 kg/jam
O2 = (759,463 kgmol/jam)(32 kg/kgmol) = 24302,816 kg/jam
N2 = 152259,956 kg/jam
Berikut adalah neraca massa keseluruhan untuk unit combustion (furnace
B-1101):
44
Tabel A.4 Neraca massa unit combustion hari ketiga
Alur Masuk Alur Keluar
Komponen
(kg/jam) (kg/jam)
S 21981,423 0
SO2 0 43918,287
O2 46239,675 24302,816
N2 152259,956 152259,956
Total 220481,05 220481,05
45
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 79% 𝑚𝑜𝑙 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 79% (6889,356 )
𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 5442,591
𝑗𝑎𝑚
Laju alir massa N2:
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁2 = (5442,591 ) (28,01 )
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁2 = 152446,981
𝑗𝑎𝑚
Reaksi
46
Tabel A.5 Neraca massa unit combustion hari keempat
Alur Masuk Alur Keluar
Komponen
(kg/jam) (kg/jam)
S 22110,485 0
SO2 0 44176,149
O2 46296,472 24230,816
N2 152446,981 152446,981
Total 220853,9 220853,9
47
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 79% 𝑚𝑜𝑙 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 79% (6868,850 )
𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 5426,392
𝑗𝑎𝑚
Laju alir massa N2:
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁2 = (5426,392 ) (28,01 )
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁2 = 151993,226
𝑗𝑎𝑚
Reaksi
48
Tabel A.6 Neraca massa unit combustion hari kelima
Alur Masuk Alur Keluar
Komponen
(kg/jam) (kg/jam)
S 21953,623 0
SO2 0 43862,743
O2 46158,672 24249,568
N2 151993,226 151993,226
Total 220105,5 220105,5
49
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 79% 𝑚𝑜𝑙 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 79% (6889,757 )
𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑜𝑙 𝑁2 = 5442,908
𝑗𝑎𝑚
Laju alir massa N2:
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁2 = (5442,908 ) (28,01 )
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁2 = 152455,854
𝑗𝑎𝑚
Reaksi
50
Tabel A.7 Neraca massa unit combustion hari keenam
Alur Masuk Alur Keluar
Komponen
(kg/jam) (kg/jam)
S 21943,202 0
SO2 0 43841,922
O2 46299,167 24400,448
N2 152455,854 152455,854
Total 220698,22 220698,22
51
Tabel A.9 Konstanta kapasitas panas komponen cair (J/(gmolK))
sumber: Basic Principles and Calculations in Chemical Engineering, Himmelblau. D.M.
Komponen A B×102 C×105 D×109
S 18,5 1,84 - -
∆𝐻𝑘𝑜𝑚𝑝. = 𝐹̇ ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓
- Sulfur (S)
(0,0184)
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = 𝐹̇ (((18,5)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( 2
(𝑇 2 −
2 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾 | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
(0,0184)
298,15𝐾)) + ( ((417,15𝐾)2 −
2
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(298,15𝐾)2 )) ) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = 2046619
𝑗𝑎𝑚
52
- Oksigen (O2)
(1,158×10−2 )
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = 𝐹̇ (((29,10)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( 2
(𝑇 2 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) +
2
(−0,6076×10−5 ) 3 (1,311×10−9 )
( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = (1444,579 ) (((29,10)(113℃ − 25℃)) +
𝑗𝑎𝑚
(1,158×10−2 ) (−0,6076×10−5 )
( ((113℃)2 − (25℃)2 )) + ( ((113℃)3 −
2 3
(1,311×10−9 )
(25℃)3 )) + ( ((113℃)4 −
4
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(25℃)4 ))) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = 3796676
𝑗𝑎𝑚
- Nitrogen (N2)
(0,2199×10−2 )
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = 𝐹̇ (((29,00)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (0,5723×10−5 ) 3 (−2,871×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = (5434,368 ) (((29,00)((113℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(0,2199×10−2 )
( ((113℃)2 −(25℃)2 )) +
2
53
(0,5723×10−5 )
( ((113℃)3 −(25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = 13955866
𝑗𝑎𝑚
Maka, ΔHinput,total = ΔHin,S + ΔHin,O2 + ΔHin,N2
𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (2046619 + 3796676 + 13955866 )
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (19799161 )
𝑗𝑎𝑚
∆𝐻𝑘𝑜𝑚𝑝. = 𝐹̇ ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓
(3,904×10 −2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = 𝐹̇ (((38,91)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (−3,104×10−5 ) 3 (8,606×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = (685.724 ) (((38,91)((1070℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(3,904×10−2 ) (−3,104×10−5 )
( ((1070℃)2 − (25℃)2 )) + ( ((1070℃)3 −
2 3
(8,606×10−9 )
(25℃)3 )) + ( ((1070℃)4 −
4
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(25℃)4 ))) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
54
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = 34507170,45
𝑗𝑎𝑚
- Oksigen (O2)
(1,158×10−2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = 𝐹̇ (((29,10)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (−0,6076×10−5 ) 3 (1,311×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = (758,855 ) (((29,10)(1070℃ − 25℃)) +
𝑗𝑎𝑚
(1,158×10−2 )
( ((1070℃)2 − (25℃)2 )) +
2
(−0,6076×10−5 )
( ((1070℃)3 − (25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = 26221296,1
𝑗𝑎𝑚
- Nitrogen (N2)
(0,2199×10 −2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = 𝐹̇ (((29,00)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (0,5723×10−5 ) 3 (−2,871×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = (5434,368 ) (((29,00)((1070℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(0,2199×10−2 )
( ((1070℃)2 −(25℃)2 )) +
2
55
(0,5723×10−5 )
( ((1070℃)3 −(25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = 184225479,9
𝑗𝑎𝑚
Maka, ΔHoutput,total = ΔHout,SO2+ ΔHout,O2 + ΔHout,N2
𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (34507170,45 + 26221296,1
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
+ 184225479,9 )
𝑗𝑎𝑚
𝒌𝑱
∆𝑯𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕,𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝟐𝟒𝟒𝟗𝟓𝟑𝟗𝟒𝟔, 𝟓
𝒋𝒂𝒎
Perhitungan ΔHrxn
ΔH reaksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
̇
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = ∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )(𝐹𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )−
̇
∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )(𝐹𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )
Di mana reaksi pembakaran sulfur adalah:
𝑆(𝑙) + 𝑂2(𝑔) → 𝑆𝑂2(𝑔)
Maka, ΔH reaksi pembakaran sulfur adalah:
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = (685,724 ) (−296900 ) = −203591455,6
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑗𝑎𝑚
Perhitungan Qloss
Dengan asumsi sistem dalam keadaan steady-state, maka perubahan tidak
ada akumulasi dalam neraca energi sistem. Dengan demikian,
𝑑𝑄
= ∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − ∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 + ∆𝐻𝑟𝑥𝑛 ± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 0
𝑑𝑡
𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
0 = 244953946,5 − 19799161 − 203591455,6 ± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = −21563329,9
𝑗𝑎𝑚
56
Berikut adalah neraca energi keseluruhan untuk unit combustion (furnace
B-1101):
Tabel A.11 Neraca energi unit combustion hari pertama
Alur Masuk Alur Keluar
Aliran
(kJ/jam) (kJ/jam)
Qloss 0 −21563329,9
∆𝐻𝑘𝑜𝑚𝑝. = 𝐹̇ ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓
- Sulfur (S)
(0,0184)
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = 𝐹̇ (((18,5)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( 2 (𝑇 2 −
2 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾 | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
57
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = (686,583 kgmol/jam) (((18,5)(417,15𝐾 −
(0,0184)
298,15𝐾)) + ( ((417,15𝐾)2 −
2
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(298,15𝐾)2 )) ) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = 2049182,79
𝑗𝑎𝑚
- Oksigen (O2)
(1,158×10−2 )
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = 𝐹̇ (((29,10)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( 2
(𝑇 2 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) +
2
(−0,6076×10−5 ) 3 (1,311×10−9 )
( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = (1444,546 ) (((29,10)(113℃ − 25℃)) +
𝑗𝑎𝑚
(1,158×10−2 ) (−0,6076×10−5 )
( ((113℃)2 − (25℃)2 )) + ( ((113℃)3 −
2 3
(1,311×10−9 )
(25℃)3 )) + ( ((113℃)4 −
4
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(25℃)4 ))) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = 3796588,952
𝑗𝑎𝑚
- Nitrogen (N2)
58
(0,2199×10 −2 )
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = 𝐹̇ (((29,00)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (0,5723×10−5 ) 3 (−2,871×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = (5434,243 ) (((29,00)((113℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(0,2199×10−2 )
( ((113℃)2 −(25℃)2 )) +
2
(0,5723×10−5 )
( ((113℃)3 −(25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = 13955545,3
𝑗𝑎𝑚
Maka, ΔHinput,total = ΔHin,S + ΔHin,O2 + ΔHin,N2
𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (2049182,79 + 3796588,952
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
+ 13955545,3 )
𝑗𝑎𝑚
𝒌𝑱
∆𝑯𝒊𝒏𝒑𝒖𝒕,𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = (𝟏𝟗𝟖𝟎𝟏𝟑𝟏𝟕, 𝟎𝟒 )
𝒋𝒂𝒎
Perhitungan ΔH komponen outlet furnace
𝑇
∆𝐻𝑘𝑜𝑚𝑝. = 𝐹̇ ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓
59
(3,904×10 −2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = 𝐹̇ (((38,91)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (−3,104×10−5 ) 3 (8,606×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = (686,583 ) (((38,91)((1070℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(3,904×10−2 ) (−3,104×10−5 )
( ((1070℃)2 − (25℃)2 )) + ( ((1070℃)3 −
2 3
(8,606×10−9 )
(25℃)3 )) + ( ((1070℃)4 −
4
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(25℃)4 ))) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = 34550397,25
𝑗𝑎𝑚
- Oksigen (O2)
(1,158×10−2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = 𝐹̇ (((29,10)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (−0,6076×10−5 ) 3 (1,311×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = (757,963 ) (((29,10)(1070℃ − 25℃)) +
𝑗𝑎𝑚
(1,158×10−2 )
( ((1070℃)2 − (25℃)2 )) +
2
60
(−0,6076×10−5 )
( ((1070℃)3 − (25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = 26190474,14
𝑗𝑎𝑚
- Nitrogen (N2)
(0,2199×10−2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = 𝐹̇ (((29,00)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (0,5723×10−5 ) 3 (−2,871×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = (5434,243 ) (((29,00)((1070℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(0,2199×10−2 )
( ((1070℃)2 −(25℃)2 )) +
2
(0,5723×10−5 )
( ((1070℃)3 −(25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = 184221242,4
𝑗𝑎𝑚
Maka, ΔHoutput,total = ΔHout,SO2 + ΔHout,O2 + ΔHout,N2
𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (34550397,25 + 26190474,14
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
+ 184221242,4 )
𝑗𝑎𝑚
𝒌𝑱
∆𝑯𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕,𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝟐𝟒𝟒𝟗𝟔𝟐𝟏𝟏𝟑, 𝟖
𝒋𝒂𝒎
Perhitungan ΔHrxn
61
ΔH reaksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
̇
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = ∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )(𝐹𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )−
̇
∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )(𝐹𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )
Di mana reaksi pembakaran sulfur adalah:
𝑆(𝑙) + 𝑂2(𝑔) → 𝑆𝑂2(𝑔)
Maka, ΔH reaksi pembakaran sulfur adalah:
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = (686,583 ) (−296900 ) = −203846492,7
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑗𝑎𝑚
Perhitungan Qloss
Dengan asumsi sistem dalam keadaan steady-state, maka perubahan tidak
ada akumulasi dalam neraca energi sistem. Dengan demikian,
𝑑𝑄
= ∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − ∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 + ∆𝐻𝑟𝑥𝑛 ± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 0
𝑑𝑡
𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
0 = 244962113,8 − 19801317,04 − 203846492,7
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠
𝑘𝐽
𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = −21314304,06
𝑗𝑎𝑚
Berikut adalah neraca energi keseluruhan untuk unit combustion (furnace
B-1101):
62
Tabel A.12 Neraca energi unit combustion hari kedua
Alur Masuk Alur Keluar
Aliran
(kJ/jam) (kJ/jam)
Qloss 0 −21314304,06
∆𝐻𝑘𝑜𝑚𝑝. = 𝐹̇ ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓
- Sulfur (S)
(0,0184)
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = 𝐹̇ (((18,5)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( 2 (𝑇 2 −
2 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾 | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
(0,0184)
298,15𝐾)) + ( ((417,15𝐾)2 −
2
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(298,15𝐾)2 )) ) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
63
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = 2046031,041
𝑗𝑎𝑚
- Oksigen (O2)
(1,158×10−2 )
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = 𝐹̇ (((29,10)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( 2
(𝑇 2 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) +
2
(−0,6076×10−5 ) 3 (1,311×10−9 )
( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = (1444,99 ) (((29,10)(113℃ − 25℃)) +
𝑗𝑎𝑚
(1,158×10−2 ) (−0,6076×10−5 )
( ((113℃)2 − (25℃)2 )) + ( ((113℃)3 −
2 3
(1,311×10−9 )
(25℃)3 )) + ( ((113℃)4 −
4
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(25℃)4 ))) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = 3187755,883
𝑗𝑎𝑚
- Nitrogen (N2)
(0,2199×10 −2 )
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = 𝐹̇ (((29,00)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (0,5723×10−5 ) 3 (−2,871×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = (5435,914 ) (((29,00)((113℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(0,2199×10−2 )
( ((113℃)2 −(25℃)2 )) +
2
64
(0,5723×10−5 )
( ((113℃)3 −(25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = 13959836,56
𝑗𝑎𝑚
Maka, ΔHinput,total = ΔHin,S + ΔHin,O2 + ΔHin,N2
𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (2046031,041 + 3187755,883
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
+ 13959836,56 )
𝑗𝑎𝑚
𝒌𝑱
∆𝑯𝒊𝒏𝒑𝒖𝒕,𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = (𝟏𝟗𝟏𝟗𝟑𝟔𝟐𝟑, 𝟒𝟖 )
𝒋𝒂𝒎
Perhitungan ΔH komponen outlet furnace
𝑇
∆𝐻𝑘𝑜𝑚𝑝. = 𝐹̇ ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓
(3,904×10 −2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = 𝐹̇ (((38,91)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (−3,104×10−5 ) 3 (8,606×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = (685,527 ) (((38,91)((1070℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(3,904×10−2 ) (−3,104×10−5 )
( ((1070℃)2 − (25℃)2 )) + ( ((1070℃)3 −
2 3
65
(8,606×10−9 )
(25℃)3 )) + ( ((1070℃)4 −
4
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(25℃)4 ))) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = 34497256,96
𝑗𝑎𝑚
- Oksigen (O2)
(1,158×10−2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = 𝐹̇ (((29,10)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (−0,6076×10−5 ) 3 (1,311×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = (759,463 ) (((29,10)(1070℃ − 25℃)) +
𝑗𝑎𝑚
(1,158×10−2 )
( ((1070℃)2 − (25℃)2 )) +
2
(−0,6076×10−5 )
( ((1070℃)3 − (25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = 26242304,79
𝑗𝑎𝑚
- Nitrogen (N2)
(0,2199×10−2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = 𝐹̇ (((29,00)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (0,5723×10−5 ) 3 (−2,871×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
66
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = (5435,914 ) (((29,00)((1070℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(0,2199×10−2 )
( ((1070℃)2 −(25℃)2 )) +
2
(0,5723×10−5 )
( ((1070℃)3 −(25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = 187171720,587
𝑗𝑎𝑚
Maka, ΔHoutput,total = ΔHout,SO2 + ΔHout,O2 + ΔHout,N2
𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (34497256,96 + 26242304,79
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
+ 187171720,587 )
𝑗𝑎𝑚
𝒌𝑱
∆𝑯𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕,𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝟐𝟒𝟕𝟗𝟏𝟏𝟐𝟖𝟐, 𝟑
𝒋𝒂𝒎
Perhitungan ΔHrxn
ΔH reaksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
̇
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = ∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )(𝐹𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )−
̇
∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )(𝐹𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )
Di mana reaksi pembakaran sulfur adalah:
𝑆(𝑙) + 𝑂2(𝑔) → 𝑆𝑂2(𝑔)
Maka, ΔH reaksi pembakaran sulfur adalah:
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = (685,527 ) (−296900 ) = −203532966,3
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑗𝑎𝑚
Perhitungan Qloss
Dengan asumsi sistem dalam keadaan steady-state, maka perubahan tidak
ada akumulasi dalam neraca energi sistem. Dengan demikian,
𝑑𝑄
= ∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − ∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 + ∆𝐻𝑟𝑥𝑛 ± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 0
𝑑𝑡
67
𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
0 = 247911282,3 − 19193623,48 − 203532966,3
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠
𝑘𝐽
𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = −25184695,52
𝑗𝑎𝑚
Berikut adalah neraca energi keseluruhan untuk unit combustion (furnace
B-1101):
Tabel A.13 Neraca energi unit combustion hari ketiga
Alur Masuk Alur Keluar
Aliran
(kJ/jam) (kJ/jam)
Qloss 0 −25184695,52
∆𝐻𝑘𝑜𝑚𝑝. = 𝐹̇ ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓
- Sulfur (S)
68
(0,0184)
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = 𝐹̇ (((18,5)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾 | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
(0,0184)
298,15𝐾)) + ( ((417,15𝐾)2 −
2
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(298,15𝐾)2 )) ) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = 2058044,098
𝑗𝑎𝑚
- Oksigen (O2)
(1,158×10 −2 )
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = 𝐹̇ (((29,10)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( 2
(𝑇 2 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) +
2
(−0,6076×10−5 ) 3 (1,311×10−9 )
( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = (1446,765 ) (((29,10)(115℃ − 25℃)) +
𝑗𝑎𝑚
(1,158×10−2 ) (−0,6076×10−5 )
( ((115℃)2 − (25℃)2 )) + ( ((113℃)3 −
2 3
(1,311×10−9 )
(25℃)3 )) + ( ((115℃)4 −
4
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(25℃)4 ))) | || |
𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 1000 𝐽
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = 3890214,018
𝑗𝑎𝑚
69
- Nitrogen (N2)
(0,2199×10−2 )
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = 𝐹̇ (((29,00)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (0,5723×10−5 ) 3 (−2,871×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = (5442,591 ) (((29,00)((115℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(0,2199×10−2 )
( ((115℃)2 −(25℃)2 )) +
2
(0,5723×10−5 )
( ((115℃)3 −(25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = 14296192,25
𝑗𝑎𝑚
Maka, ΔHinput,total = ΔHin,S + ΔHin,O2 + ΔHin,N2
𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (2058044,098 + 3890214,018
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
+ 14296192,25 )
𝑗𝑎𝑚
𝒌𝑱
∆𝑯𝒊𝒏𝒑𝒖𝒕,𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = (𝟐𝟎𝟐𝟒𝟒𝟒𝟓𝟎, 𝟑𝟕 )
𝒋𝒂𝒎
Perhitungan ΔH komponen outlet furnace
𝑇
∆𝐻𝑘𝑜𝑚𝑝. = 𝐹̇ ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓
70
- Sulfur dioksida (SO2)
(3,904×10−2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = 𝐹̇ (((38,91)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (−3,104×10−5 ) 3 (8,606×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = (689,552 ) (((38,91)((1070℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(3,904×10−2 ) (−3,104×10−5 )
( ((1070℃)2 − (25℃)2 )) + ( ((1070℃)3 −
2 3
(8,606×10−9 )
(25℃)3 )) + ( ((1070℃)4 −
4
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(25℃)4 ))) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = 34699804
𝑗𝑎𝑚
- Oksigen (O2)
(1,158×10−2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = 𝐹̇ (((29,10)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (−0,6076×10−5 ) 3 (1,311×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = (757,213 ) (((29,10)(1070℃ − 25℃)) +
𝑗𝑎𝑚
(1,158×10−2 )
( ((1070℃)2 − (25℃)2 )) +
2
71
(−0,6076×10−5 )
( ((1070℃)3 − (25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = 26164558,82
𝑗𝑎𝑚
- Nitrogen (N2)
(0,2199×10−2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = 𝐹̇ (((29,00)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (0,5723×10−5 ) 3 (−2,871×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = (5442,591 ) (((29,00)((1070℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(0,2199×10−2 )
( ((1070℃)2 −(25℃)2 )) +
2
(0,5723×10−5 )
( ((1070℃)3 −(25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = 187401628,66
𝑗𝑎𝑚
Maka, ΔHoutput,total = ΔHout,SO2 + ΔHout,O2 + ΔHout,N2
𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (34699804 + 26164558,82
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
+ 187401628,66 )
𝑗𝑎𝑚
𝒌𝑱
∆𝑯𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕,𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝟐𝟒𝟖𝟐𝟔𝟓𝟗𝟗𝟏, 𝟓
𝒋𝒂𝒎
72
Perhitungan ΔHrxn
ΔH reaksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
̇
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = ∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )(𝐹𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )−
̇
∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )(𝐹𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )
Di mana reaksi pembakaran sulfur adalah:
𝑆(𝑙) + 𝑂2(𝑔) → 𝑆𝑂2(𝑔)
Maka, ΔH reaksi pembakaran sulfur adalah:
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = (689,552 ) (−296900 ) = −204727988,8
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑗𝑎𝑚
Perhitungan Qloss
Dengan asumsi sistem dalam keadaan steady-state, maka perubahan tidak
ada akumulasi dalam neraca energi sistem. Dengan demikian,
𝑑𝑄
= ∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − ∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 + ∆𝐻𝑟𝑥𝑛 ± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 0
𝑑𝑡
𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
0 = 248265991,5 − 20244450,37 − 204727988,8
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠
𝑘𝐽
𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = −23700554,03
𝑗𝑎𝑚
Berikut adalah neraca energi keseluruhan untuk unit combustion (furnace
B-1101):
73
Tabel A.14 Neraca energi unit combustion hari keempat
Alur Masuk Alur Keluar
Aliran
(kJ/jam) (kJ/jam)
Qloss 0 −23293552,33
∆𝐻𝑘𝑜𝑚𝑝. = 𝐹̇ ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓
- Sulfur (S)
(0,0184)
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = 𝐹̇ (((18,5)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( 2 (𝑇 2 −
2 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾 | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
74
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = (684,660 kgmol/jam) (((18,5)(417,15𝐾 −
(0,0184)
298,15𝐾)) + ( ((417,15𝐾)2 −
2
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(298,15𝐾)2 )) ) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = 2043443,384
𝑗𝑎𝑚
- Oksigen (O2)
(1,158×10−2 )
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = 𝐹̇ (((29,10)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( 2
(𝑇 2 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) +
2
(−0,6076×10−5 ) 3 (1,311×10−9 )
( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = (1442,459 ) (((29,10)(114℃ − 25℃)) +
𝑗𝑎𝑚
(1,158×10−2 ) (−0,6076×10−5 )
( ((115℃)2 − (25℃)2 )) + ( ((115℃)3 −
2 3
(1,311×10−9 )
(25℃)3 )) + ( ((115℃)4 −
4
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(25℃)4 ))) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = 3834862,369
𝑗𝑎𝑚
- Nitrogen (N2)
75
(0,2199×10 −2 )
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = 𝐹̇ (((29,00)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (0,5723×10−5 ) 3 (−2,871×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = (5442,591 ) (((29,00)((114℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(0,2199×10−2 )
( ((115℃)2 −(25℃)2 )) +
2
(0,5723×10−5 )
( ((115℃)3 −(25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = 14136578,39
𝑗𝑎𝑚
Maka, ΔHinput,total = ΔHin,S + ΔHin,O2 + ΔHin,N2
𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (2043443,384 + 3834862,369
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
+ 14136578,39 )
𝑗𝑎𝑚
𝒌𝑱
∆𝑯𝒊𝒏𝒑𝒖𝒕,𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = (𝟐𝟎𝟎𝟏𝟒𝟖𝟖𝟒, 𝟏𝟒 )
𝒋𝒂𝒎
∆𝐻𝑘𝑜𝑚𝑝. = 𝐹̇ ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓
76
- Sulfur dioksida (SO2)
(3,904×10−2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = 𝐹̇ (((38,91)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (−3,104×10−5 ) 3 (8,606×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = (684,660 ) (((38,91)((1070℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(3,904×10−2 ) (−3,104×10−5 )
( ((1070℃)2 − (25℃)2 )) + ( ((1070℃)3 −
2 3
(8,606×10−9 )
(25℃)3 )) + ( ((1070℃)4 −
4
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(25℃)4 ))) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = 34453627,58
𝑗𝑎𝑚
- Oksigen (O2)
(1,158×10−2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = 𝐹̇ (((29,10)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (−0,6076×10−5 ) 3 (1,311×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = (757,799 ) (((29,10)(1070℃ − 25℃)) +
𝑗𝑎𝑚
(1,158×10−2 )
( ((1070℃)2 − (25℃)2 )) +
2
77
(−0,6076×10−5 )
( ((1070℃)3 − (25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = 26184807,33
𝑗𝑎𝑚
- Nitrogen (N2)
(0,2199×10−2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = 𝐹̇ (((29,00)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (0,5723×10−5 ) 3 (−2,871×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = (5442,591 ) (((29,00)((1070℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(0,2199×10−2 )
( ((1070℃)2 −(25℃)2 )) +
2
(0,5723×10−5 )
( ((1070℃)3 −(25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = 184504240,3
𝑗𝑎𝑚
Maka, ΔHoutput,total = ΔHout,SO2 + ΔHout,O2 + ΔHout,N2
𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (34453627,58 + 26184807,33
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
+ 184504240,3 )
𝑗𝑎𝑚
𝒌𝑱
∆𝑯𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕,𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝟐𝟒𝟓𝟏𝟒𝟐𝟔𝟕𝟓, 𝟐
𝒋𝒂𝒎
78
Perhitungan ΔHrxn
ΔH reaksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
̇
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = ∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )(𝐹𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )−
̇
∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )(𝐹𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )
Di mana reaksi pembakaran sulfur adalah:
𝑆(𝑙) + 𝑂2(𝑔) → 𝑆𝑂2(𝑔)
Maka, ΔH reaksi pembakaran sulfur adalah:
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = (684,660 ) (−296900 ) = −203275554
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑗𝑎𝑚
Perhitungan Qloss
Dengan asumsi sistem dalam keadaan steady-state, maka perubahan tidak
ada akumulasi dalam neraca energi sistem. Dengan demikian,
𝑑𝑄
= ∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − ∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 + ∆𝐻𝑟𝑥𝑛 ± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 0
𝑑𝑡
𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
0 = 245142675,2 − 20014884,14 − 203275554 ± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = −21852237,06
𝑗𝑎𝑚
79
Tabel A.15 Neraca energi unit combustion hari kelima
Alur Masuk Alur Keluar
Aliran
(kJ/jam) (kJ/jam)
Qloss 0 −21852237,06
∆𝐻𝑘𝑜𝑚𝑝. = 𝐹̇ ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓
- Sulfur (S)
(0,0184)
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = 𝐹̇ (((18,5)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾 | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
80
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = (684,335 kgmol/jam) (((18,5)(417,15𝐾 −
(0,0184)
298,15𝐾)) + ( ((417,15𝐾)2 −
2
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(298,15𝐾)2 )) ) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.𝐾 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑆 = 2042473,385
𝑗𝑎𝑚
- Oksigen (O2)
(1,158×10−2 )
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = 𝐹̇ (((29,10)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( 2
(𝑇 2 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) +
2
(−0,6076×10−5 ) 3 (1,311×10−9 )
( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = (1446,849 ) (((29,10)(114℃ − 25℃)) +
𝑗𝑎𝑚
(1,158×10−2 ) (−0,6076×10−5 )
( ((114℃)2 − (25℃)2 )) + ( ((114℃)3 −
2 3
(1,311×10−9 )
(25℃)3 )) + ( ((114℃)4 −
4
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(25℃)4 ))) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑂2 = 3846533,443
𝑗𝑎𝑚
81
- Nitrogen (N2)
(0,2199×10−2 )
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = 𝐹̇ (((29,00)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (0,5723×10−5 ) 3 (−2,871×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = (5442,908 ) (((29,00)((114℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(0,2199×10−2 )
( ((114℃)2 −(25℃)2 )) +
2
(0,5723×10−5 )
( ((114℃)3 −(25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑖𝑛,𝑁2 = 14137401,76
𝑗𝑎𝑚
Maka, ΔHinput,total = ΔHin,S + ΔHin,O2 + ΔHin,N2
𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (2042473,385 + 3846533,443
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
+ 14137401,76 )
𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (20026408,588 )
𝑗𝑎𝑚
82
Perhitungan ΔH komponen outlet furnace
𝑇
∆𝐻𝑘𝑜𝑚𝑝. = 𝐹̇ ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑇𝑟𝑒𝑓
(3,904×10 −2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = 𝐹̇ (((38,91)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (−3,104×10−5 ) 3 (8,606×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = (684,335 ) (((38,91)((1070℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(3,904×10−2 ) (−3,104×10−5 )
( ((1070℃)2 − (25℃)2 )) + ( ((1070℃)3 −
2 3
(8,606×10−9 )
(25℃)3 )) + ( ((1070℃)4 −
4
𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
(25℃)4 ))) | | |1000 𝐽|
𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ 1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑆𝑂2 = 34437272,85
𝑗𝑎𝑚
- Oksigen (O2)
(1,158×10 −2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = 𝐹̇ (((29,10)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (−0,6076×10−5 ) 3 (1,311×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
83
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = (762,514 ) (((29,10)(1070℃ − 25℃)) +
𝑗𝑎𝑚
(1,158×10−2 )
( ((1070℃)2 − (25℃)2 )) +
2
(−0,6076×10−5 )
( ((1070℃)3 − (25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑂2 = 26347728,32
𝑗𝑎𝑚
- Nitrogen (N2)
(0,2199×10−2 )
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = 𝐹̇ (((29,00)(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 2 −
2
2 (0,5723×10−5 ) 3 (−2,871×10−9 )
𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )) + ( (𝑇 4 −
3 4
4 𝐽 1000 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝐽
𝑇𝑟𝑒𝑓 ))) 𝑔𝑚𝑜𝑙.℃ | | |1000 𝐽|
1 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = (5442,908 ) (((29,00)((1070℃) − (25℃))) +
𝑗𝑎𝑚
(0,2199×10−2 )
( ((1070℃)2 −(25℃)2 )) +
2
(0,5723×10−5 )
( ((1070℃)3 −(25℃)3 )) +
3
𝑘𝐽
→ ∆𝐻𝑜𝑢𝑡,𝑁2 = 184514986,6
𝑗𝑎𝑚
Maka, ΔHoutput,total =ΔHout,SO2 + ΔHout,O2 + ΔHout,N2
84
𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (34437272,85 + 26347728,32
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐽
+ 184514986,6 )
𝑗𝑎𝑚
𝒌𝑱
∆𝑯𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕,𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝟐𝟒𝟓𝟐𝟗𝟗𝟗𝟖𝟕, 𝟖
𝒋𝒂𝒎
Perhitungan ΔHrxn
ΔH reaksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
̇
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = ∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )(𝐹𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 )−
̇
∑(𝑘𝑜𝑒𝑓.𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )(𝐹𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑚 𝑜
)(∆𝐻𝑓,𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )
Di mana reaksi pembakaran sulfur adalah:
𝑆(𝑙) + 𝑂2(𝑔) → 𝑆𝑂2(𝑔)
Maka, ΔH reaksi pembakaran sulfur adalah:
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑘𝐽 𝑘𝐽
∆𝐻𝑟𝑥𝑛. = (684,335 ) (−296900 ) = −203179061,5
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑗𝑎𝑚
Perhitungan Qloss
Dengan asumsi sistem dalam keadaan steady-state, maka perubahan tidak
ada akumulasi dalam neraca energi sistem. Dengan demikian,
𝑑𝑄
= ∆𝐻𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − ∆𝐻𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 + ∆𝐻𝑟𝑥𝑛 ± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 0
𝑑𝑡
𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
0 = 245299987,8 − 20026408,588 − 203179061,5
𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚
± 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠
𝑘𝐽
𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = −22094517,711
𝑗𝑎𝑚
85
Tabel A.16 Neraca energi unit combustion hari keenam
Alur Masuk Alur Keluar
Aliran
(kJ/jam) (kJ/jam)
Qloss 0 −22094517,711
86