Anda di halaman 1dari 44

AUDIT ENERGI

Disusun Oleh:
Abellio Nathanael Sitompul (0613 4041 1637)
Aryo Juliansyah Pratama (0613 4041 1639)
Popp Vamella Putri (0613 4041 1658)
Suci Ananda Putri (0613 4041 1660)

Kelompok: SIRIUS
Dosen Pembimbing : Dr. Neni Rochyani, M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat limpahan rahmat-Nya maka penulis dapat menyusun makalah
mengenai Audit Energi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas studi
Managemen Energi dan untuk menambah wawasan mengenai Audit Energi.
Adapun kendala-kendala yang dihadapi saat membuat makalah ini baik itu
secara materi maupun kendala lainnya, akan tetapi penulis mengucap syukur dan berterima kasih
karena penulis dapat melewati semuanya itu sampai selesai dengan baik.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu/Bapak
dosen, teman-teman serta orang tua penulis serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah dengan sabar memberikan bimbingannya serta dukungan hingga
selesainya makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa keberadaan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis sangat diharapkan untuk
kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua,
khususnya pengembangan ilmu pengetahuan.

Palembang, Maret 2016

Tim Penulis
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar ........................................................................................ ii
Daftar Isi.................................................................................................. iii
Daftar Gambar......................................................................................... v
Daftar Tabel............................................................................................. vi
1. Pendahuluan........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................... 2
1.3. Tujuan...................................................................................... 2
2. Pembahasan......................................................................................... 4
2.1. Pengertian Audit Energi.......................................................... 4
2.2. Tujuan Audit Energi................................................................ 5
2.3. Pentingnya Audit Energi......................................................... 6
2.4. Jenis-Jenis Audit Energi.......................................................... 7
2.5. Peraturan Mengenai Audit Energi........................................... 9
2.6. Klasifikasi Audit Energi.......................................................... 9
2.6.1. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energy
Audit=PEA)................................................................. 9
2.6.2. Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energi Audit or Full
Audit).......................................................................... 10
2.7. Konsep Audit Energi............................................................... 11
2.8. Metodologi Pelaksanaan Audit Energi.................................... 11
2.8.1. Goal Seek Method......................................................... 12
2.8.2. Pareto Chart................................................................... 12
3
2.8.3. Metode 5W + 1H........................................................... 13
2.8.4. Metode Pengamatan dan Pengukuran........................... 13
2.9. Prosedur Pelaksanaan Audit Energi......................................... 14
2.10. Teknis Pelaksanaan Kegiatan Audit Energi............................. 17
2.10.1. Survei Awal Industri...................................................... 19
2.10.2. Pelatihan (In-House Training)....................................... 20
2.10.3. Melakukan Pengkajian Energi....................................... 20
2.10.4. Analisis Data dan Peluang Penghematan Energi........... 23
2.10.5. Studi Kelayakan............................................................. 24
2.10.6. Diskusi........................................................................... 24
2.10.7. Menyusun Laporan........................................................ 25
2.11. Pembangunan Baseline............................................................ 25
2.12. Perangkat Pendukung Audit Energi......................................... 26
2.13. Keuntungan.............................................................................. 27
2.14. Aplikasi Audit Energi.............................................................. 28
3. Penutup................................................................................................ 41
3.1. Kesimpulan............................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ...............................................45

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Audit Energi........................... 15


Gambar 2.2. Tahapan pelaksanaan kegiatan audit energi di sektor industri.... 19
Gambar 2.3. Grafik Pengendalian Intensitas Konsumsi Energi (IMR method)
..........................................................................................................................26
Gambar 2.4. Denah AE 501.............................................................................. 30
Gambar 2.5. Denah AE 502.............................................................................. 31
Gambar 2.6. Denah AE 503.............................................................................. 31
Gambar 2.7. Model Rancang Bangun Penggunaan Sensor PIR........................ 35
Gambar 2.8. Rangkaian Sensor PIR Untuk Simulasi........................................ 35
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Illuminasi Untuk Pencahayaan Ruang Sekolah........................... 28
Tabel 2.2. Kriteria IKE Bangunan Gedung ber-AC...................................... 29
Tabel 2.3. Pemakaian Daya Untuk Kebutuhan Pencahayaan....................... 32
Tabel 2.4. Pemakaian Daya Untuk Kebutuhan Media Pembelajaran........... 34
Tabel 2.5. Penggunaan Energi Listrik Tanpa Sensor.................................... 37
Tabel 2.6. Penggunaan Energi Listrik dengan Sensor.................................. 38
Tabel 2.7. Perbandingan Harga Energi Listrik Dengan Atau Tanpa Sensor 39

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi merupakan salah satu faktor penting dalam operasional sebuah
industri, perusahaan, maupun instansi lain, karena memiliki tingkat
ketergantungan tinggi terhadap kebutuhan energi untuk operasional usahanya.
Sehingga diperlukan upaya konservasi untuk mencapai tujuan efisiensi.
Energi listrik memilki kontribusi besar terhadap biaya operasional yang harus
dikeluarkan. Peranan listrik ini menjadi semakin penting mengingat adanya
kenaikan tarif dasar listrik yang mau tak mau memaksa berbagai pihak
berlomba-lomba untuk melakukan penghematan. Kenaikan harga listrik dunia
rata-rata 7% setahun, sedangkan Indonesia sudah dicanangkan akan ada
kenaikan 6% tiap 4 bulan. Salah satu alasan kenaikan harga ini adalah untuk
membangun pembangkit baru guna mencukupi kebutuhan kenaikan konsumsi
listrik. Jika setiap konsumen bisa menghemat antara 5 – 10% saja, maka ada
kemungkinan pada tahun ini tidak diperlukan pembangkit baru.
Pemerintah bisa ikut berperan untuk mendukung program penghematan
energi ini dengan memberikan insentif pada pelaksanaannya. Sesungguhnya
program hemat energi ini memberikan keuntungan pada semua pihak,
konsumen bisa mengurangi pembayaran rekening, perusahaan listrik tidak
dikejar-kejar membuat pembangkit baru, pemerintah bisa mengurangi jumlah
rencana hutang. Program penghematan listrik adalah bukan sekedar masalah
teknis semata, melainkan merupakan pertimbangan dan keputusan
manajemen, terutama ditinjau dari segi keuangan.
Dalam Audit energi merupakan kegiatan penelitian pemaanfaatan energi
untuk mengetahui keseimbangan dan mengidentifikasi peluang-peluang
penghematan energi. Melalui audit energi, kita dapat mengetahui pola
distribusi energi, sehingga bagian yang mengkonsumsi energi terbesar dapat
diketahui. Dari hasil audit energi juga dapat diketahui besarnya peluang
potensi penghematan apabila dilakukan peningkatan efisiensi.

1.2. Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar mendapatkan hasil
yang diinginkan maka dalam makalah ini penyusun mengemukakan beberapa
rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan audit energi?
2. Apa tujuan dari audit energi?
3. Apa pentingnya audit energi?
4. Bagaimana dengan jenis-jenis audit energi?
5. Apa sajakah peraturan yang mengatur tentang audit energi?
6. Apa saja klasifikasi audit energi?
7. Bagaimana konsep audit energi?
8. Apa sajakah metode yang digunakan untuk melakukan audit
energi?
9. Bagaimana prosedur melakukan audit energi?
10. Bagaimana dengan teknis pelaksanaan audit energi?
11. Apa saja peralatan yang mendukung audit energi?
12. Apa keuntungan dari audit energi?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah Managemen
Energi.
2. Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama
mengenai audit energi.
3. Memahami pengertian audit energi.
4. Memahami tujuan dan pentingnya audit energi.
5. Mengetahui jenis-jenis dan klasifikasi audit energi.
6. Memahami peraturan yang mengenai audit energi.
7. Mengetahui konsep audit energi.
8. Memahami metode dan prosedur yang digunakan untuk audit energi.
9. Memahami teknis pelaksanaan audit energi.
10. Mengetahui alat-alat yang mendukung audit energi.
11. Mengetahui keuntungan dari audit energi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Audit Energi


Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaat energi dan identifikasi
peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada
pengguna sumber energi dan pengguna energi dalam rangka konservasi
energi. Audit energi dilaksanakan sekurang-kurangnya pada proses dan
pengguna energi utama secara berkala paling sedikit satu kali dalam tiga
tahun. Proses audit dapat dilakukan oleh auditor internal maupun eksternal,
namun auditor-auditor tersebut wajib memiliki sertifikat kompetensi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Standar kompetensi auditor energi di bidang industri dan gedung sedang
dalam proses penetapan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(MESDM).
Rekomendasi audit energi yang bersifat no maupun low cost wajib
diterapkan dalam jangka waktu kurang dari tahun, selain itu rekomendasi
yang memerlukan perubahan proses atau yang memerlukan investasi dan
memenuhi kriteria teknis dan ekonomis wajib diterapkan dalam jangka
menengah atau kurang dari 5 tahun. Tetapi, rekomendasi audit energi tidak
dapat dilaksanakan karena sesuatu hal, maka pengguna energi dan pengguna
sumber energi harus memberikan penjelasan baik secara teknis maupun
ekonomis.
Audit energi (menurut website Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral) adalah kegiatan penelitian pemanfaatan energi untuk mengetahui
keseimbangan energi dan mengidentifikasi peluang-peluang penghematan
energi.
Audit Energi yang pernah dilakukan antara lain :
 Audit energi di seluruh industri pupuk di Indonesia
 Audit energi di 20 industri tekstil.
 Audit energi di pertambangan umum (batubara, timah, nikel).
 Audit energi di pertambangan minyak (lapangan produksi,
kilang).
 Audit energi di 50 bangunan komersial (kantor, hotel, mall /
plaza, apartemen, rumah sakit).
 Audit penggunaan BBM serta kajian diversifikasi / efektivitas
penggunaan energi di 52 unit pembangkit listrik.
 Audit energi di industri plywood, industri kertas, industri
semen, industri baja dan industri keramik, masing-masing 2
unit industri.

2.2. Tujuan Audit Energi


Tujuan audit energi adalah mengetahui penggunaan energi aktual gedung
serta mengetahui pilihan ECO yang paling tepat.
1. Pemeriksaan sistem energi secara berkala untuk memastikan bahwa energi
tersebut digunakan seefisien mungkin.
2. Identifikasi pemborosan energi, potensi dan peluang penghematan serta
menetapkan langkah-langkah penyempurnaan ditindak lanjuti dengan
langkah nyata untuk merealisasikan potensi penghematan energi.
3. Memperkirakan berapa potensi nilai manfaat finansial yang diperoleh dari
penghematan tersebut.
4. Merupakan top-down initiative.
5. Hasil audit energi tersebut bergantung pada resources yang dialokasikan
oleh top management.
6. Dalam banyak cara, audit energi sama halnya dengan laporan keuangan dan
pemeriksaan. Audit energi ini merupakan dokumentasi spesifik atas berbagai
bentuk energi yang digunakan selama rentang waktu tertentu – biasanya
untuk satu tahun.
7. Merupakan suatu prosedur sistematis yang dilakukan secara terbatas hanya
pada gedung, situs, atau objek tertentu, yang bertujuan untuk:
- Mengidentifikasi dan mengukur penggunaan energi.
- Menentukan sumber pemborosan energi.
- Menentukan peluang penghematan energi yang paling tepat (ECO =
Energi Conservation Opportunities).
- Melaporkan temuan yang didapat.
Pelaksanaan audit energi pada dasarnya akan menguntungkan pihak itu
sendiri. Kerena ada aspek pencapaian yang diharapkan dari proses audit
energi, yaitu
a. Saving in Money
Dengan adanya manajemen energi, dapat mengurangi
biaya operasional. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh
perusahaan akan meningkat.
b. Environmental Protection
Dengan adanya penggunaan energi yang efisien maka
akan memberikan kontribusi bagi dunia dalam hal membantu
pelestarian alam dengan menjaga dan mempertahankan
cadangan minyak bumi dunia agar tidak segera habis.
c. Sustaintable Development
Dengan adanya penggunaan energi yang efisien maka
akan memberikan kontribusi bagi perusahaan dibidang
pertumbuhan yang berkelanjutan baik disisi finansial maupun
penggunaan peralatan industri yang memiliki lifetime
maksumum/optimum.

2.3. Pentingnya Audit Energi


Hemat energi tidak berarti harus mengoperasikan sistem tanpa
menggunakan energi atau mengurangi energi yang diperlukan, tetapi
menghemat energi adalah merupakan pengurangan dan menghilangkan
pemborosan energi diseluruh bagian peralatan yang menggunakan energi
listrik sehingga tingkat kenyamanan yang sama dapat tetap dipertahankan
bahkan peningkatan dengan menggunakan jumlah energi yang sedikit atau
dengan menggunakan jumlah energi yang sama untuk menghasilkan
kenyamanan yang lebih tinggi tanpa mengurangi hasil produksi.

2.4. Jenis-Jenis Audit Energi


Meningkatkan efisiensi energi merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan demi menjaga kelestarian lingkungan. Aksi ini adalah cara yang
paling sederhana untuk mengurangi efek gas rumah kaca serta berbagai
macam polusi udara. Langkah awal untuk mengeksekusi manajemen energi
yang baik adalah dengan melakukan audit energi. Seperti yang diketahui,
tujuan dari audit energi adalah untuk mengidentifikasi pemakaian energi di
suatu bangunan. Hasil dari proses identifikasi tersebut diharapkan dapat
memberikan rekomendasi kepada pemilik bangunan mengenai cara dan
dibagian sebelah mana mereka dapat menghemat energi. Audit energi sendiri
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu walk-through audit, standard audit, dan
computer simulation. Biasanya konsumen bisa memutuskan untuk
menggunakan jenis audit tertentu saat melakukan sesi konsultasi dengan
auditor energi pilihan mereka.
1. Walk-through Audit
Audit energi jenis ini merupakan yang paling sedikit mengeluarkan
biaya dibandingkan jenis yang lainnya. Saat melakukan walk-through
audit, auditor energi akan menginspeksi seluruh bangunan beserta
fasilitas penunjangnya. Peninjauan rekam jejak penggunaan energi yang
dahulu juga akan dilakukan untuk menganalisis pola penggunaan energi
dan membandingkannya dengan sektor industri lain yang memiliki
struktur yang sama. Hasil dari walk-through audit akan memberikan
perhitungan awal tentang seberapa besar energi yang dapat dihemat.
Informasi tersebut tentunya membutuhkan proses audit yang lebih
komprehensif lagi supaya manajemen energi yang akan dilakukan bisa
lebih maksimal.

2. Standard Audit
Ini merupakan audit energi yang jauh lebih komprehensif dan lebih
detail dibandingkan walk-through audit. Setiap fasilitas, peralatan, dan
sistem operasi suatu gedung akan dinilai dengan sangat seksama.
Perhitungan di lapangan dan tes-tes tertentu juga akan dilakukan untuk
mengetahui banyaknya jumlah penggunaan energi, serta jumlah energi
yang terbuang sia-sia. Selain itu, standard audit juga akan menyertakan
analisa dari segi ekonomi mengenai setiap rekomendasi penghematan
energi yang diajukan oleh auditor energi.

3. Computer Simulation
Audit energi jenis ini membutuhkan biaya yang paling besar bila
dibandingkan jenis audit yang lainnya. Hal ini dikarenakan computer
simulation memiliki sistem yang cukup kompleks. Sesuai dengan
namanya, computer simulation menggunakan software simulasi tertentu
untuk memprediksi performa suatu gedung atau sistem tertentu dan juga
untuk memperhitungkan dampak yang terjadi pada penggunaan energi
akibat adanya faktor eksternal, seperti perubahan cuaca dan kondisi
tertentu. Hasil audit dari computer simulation ini jelas jauh lebih lengkap,
mencakup mulai dari perhitungan perkiraan HVAC (Heating, Ventilation,
Air Conditioning) yang disimulasikan setiap jam sampai estimasi biaya
manajemen energi yang sangat detail. Pada dasarnya, audit energi dapat
dilakukan sendiri atau menggunakan jasa penyedia BPO. Itu semua
tergantung pada tingkat kesulitan audit yang ingin dilakukan, serta
ketersediaan tenaga pekerja dan pengetahuan untuk melakukan proses
audit energi. Walk-through audit sejatinya dapat dilakukan sendiri, namun
bila ingin meminta bantuan dari pihak ketiga, cari dan pilihlah auditor
energi yang paling bisa diandalkan dan terpercaya.

2.5. Peraturan Mengenai Audit Energi


Berikut undang-undang yang mengatur audit energi
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Konservasi Energi.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Energi Nasional.
3. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2012 tentang Manajemen Energi.

2.6. Klasifikasi Audit Energi


2.6.1. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energi Audit = PEA)
Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur
produktifitas dan efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan
kemungkinan penghematan energi. Kegiatan audit energi awal
meliputi:
1) Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia.
2) Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energi
beserta alat-alat ukur yang berhubungan dengan monitoring energi
seperti:
a. Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang.
b. Meneliti adanya kebocoran.
c. Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja.
d. Mengamati gas pembuangan pembakaran.
e. Dan lain-lain.
3) Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan
dalam industri/pabrik atau gedung tersebut.
4) Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan
manajemen energi dan kriteria pengambilan keputusan dalam
investasi penghematan energi.
Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber
kebocoran / kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak
sempurna, kebocoran fluida atau alat ukur pengendali yang tidak
bekerja, rekomendasi perbaikan ringan yang harus dilakukan.

2.6.2. Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energi Audit or Full Audit)
Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan
dengan menggunakan alat-alat ukur yang sengaja dipasang pada
peralatan untuk mengetahui besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini
diikuti dengan analisis rinci penggunaan energi beberapa sistem.
Tujuan dari audit energi ini adalah untuk mengevaluasi kemungkinan
penghematan energi.
Audit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun
sebenarnya audit energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan
yang tercangkup dalam PEA dilakukan pada awal kegiatan audit.
Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran tekanan, temperatur,
laju aliran fluida atau bahan bakar dan konsumsi energi listrik. Data-
data pengukuran tersebut kemudian digunakan untuk menghitung
besarnya konsumsi energi. Hal ini dilakukan dengan menerapkan
balance energi pada komponen atau sistem.
Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem
atau komponen yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti
perhitungan agar diperoleh penghematan energi dan penghematan
biaya energi beserta cara-cara implementasinya.

2.7. Konsep Audit Energi


Sasaran dari audit energi adalah untuk mencari cara mengurangi
konsumsi energi persatuan output dan mengurangi biaya operasi. Untuk
mengukur besarnya efisiensi penghematan digunakan parameter Benefit Cost
Ratio (BCR) yang didefinisikan sebagai : (Abdurarachim, 2002)
E.a.b
BCR=
C
Keterangan :
E = biaya energi tahunan, satuan uang
a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E
b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat,% dari harga a
c = biaya realisasi, satuan uang

2.8. Metodologi Pelaksanaan Audit Energi


Metodologi pelaksanaan adalah pemahaman tujuan pekerjaan, yaitu
untuk melakukan identifikasi potensi penghematan energi pada
sarana/fasilitas produksi dan peralatan pengguna energi, yang bertujuan
untuk mengetahui pola penggunaan energi & potensi penghematan energi.
Sehingga sasaran-sasaran yang akan dicapai, seperti:
 Menurunnya intensitas penggunaan energi di industri.
 Meningkatnya peran serta industri dalam program konservasi energi.
 Pengurangan ketergantungan terhadap BBM.
 Pengurangan pencemaran yang dapat merusak kualitas lingkungan.
 Peningkatan daya saing produk.
 Peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam berproduksi.
Agar dapat terwujud secara benar dan terarah, maka perlu dilakukan
pendekatan-pendekatan yang memenuhi kapasitas dan kebutuhan dari hal-hal
yang menjadi output / keluaran aktivitas. Beberapa metode yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan asesmen energi antara lain adalah:
2.8.1. Goal Seek Method
Intensitas Konsumsi Energi (IKE), merupakan parameter
utama yang harus dicari dan ditentukan, baik pada sistem proses
produksi maupun pada peralatan utility (boiler, chiller, compressor,
pompa, dll). Dengan besaran / nilai IKE tersebut dapat dikembangkan
menjadi formulasi dan simulasi analisis peluang penghematan energi.

2.8.2. Pareto Chart


Merupakan grafik yang dapat dijadikan alat/tools untuk
menentukan permasalahan utama atau identifikasi masalah inti.
Mekanisme pendekatan masalah menggunakan pareto chart, sebagai
berikut :
 Tentukan karakterisitik mutu, misalnya teknologi pengguna energi
terbesar sebagai kunci untuk diasumsikan bahwa persentase
penghematan yang akan diperoleh memiliki nilai energi yang besar,
meskipun untuk sementara belum diketahui berapa persen potensi
hemat energi yang akan didapat. Apabila persentase potensi yang
diperoleh kecil, dikalikan dengan kapasitas yang besar, maka nilai
yang diperoleh cukup signifikan.
 Untuk memperoleh bobot pengguna energi terbesar, maka dilakukan
stratifikasi objek peralatan.
 Dari hasil stratifikasi diperoleh sebaran objek (peralatan pengguna
energi) mulai pengguna energi terbesar hingga ke peralatan pengguna
energi yang terkecil.

2.8.3. Metode 5W + 1H
Digunakan untuk mencari akar masalah (sumber pemborosan
yang dapat dikonversi menjadi potensi / peluang hemat energi) pada
peralatan pengguna energi yang telah ditentukan dari hasil pareto
chart. Mekanisme pendekatan masalah menggunakan metode 5W +
1H, sebagai berikut :
 Where; untuk menemukan dimana sumber yang berpotensi
terjadinya pemborosan energi.
 What; untuk mengidentifikasi apa yang menyebabkan hingga
terjadinya pemborosan energi.
 Why; untuk mengidentifikasi penyebab hal itu terjadi;
 Who; untuk mengidentifikasi siapa yang menjadi trigger (aktor
utama) terjadinya potensi pemborosan energi pada peralatan yang
sedang diteliti. Analisa berdasarkan 5M (Man / Manpower, Machine,
Material, Metode, Mother Nature / lingkungan kerja).
 When; untuk mengidentifikasi waktu terjadinya masalah dapat
didiskusikan dengan operator apakah kejadiannya bersifat siklus,
tidak menentu ataukah ada pengaruh dari proses operasi peralatan
lain.
 How; Bagaimana mengatasi akar masalah (sumber pemborosan
yang dapat dikonversi menjadi potensi/peluang hemat energi)
tersebut.
2.8.4. Metode Pengamatan dan Pengukuran;
Untuk melihat efektifitas dan performansi operasi peralatan
yang ada, data-data primer (pengamatan langsung dan hasil
pengukuran) dan data sekunder (log-sheet dan hasil wawancara)
sangat diperlukan untuk membantu di dalam analisa neraca massa dan
energi (Mass & Heat Balance). Hasil pengukuran yang diambil
berdasarkan pertimbangan peningkatan efektifitas dan effisiensi
peralatan (menghindari terjadinya penurunan performa akibat efek
kegiatan effisiensi energi).

2.9. Prosedur Pelaksanaan Audit Energi


Pelaksanaan audit energi merupakan gabungan interaksi antara tim
auditor dan objek audit. Agar interaksi berjalan dengan baik dan efektif,
langkah- langkah yang perlu dilakukan adalah:
 Inisiasi kegiatan audit;
 Penyiapan/preparasi pelaksanaan audit;
 Pelaksanaan audit;
 Evaluasi dan Pelaporan
Gambar 2.1 merupakan bagan alir pelaksanaan audit yang
menggambarkan berbagai kegiatan awal calon pelaksanaan sampai ke
kegiatan akhir audit energi.
Tahap 1 dan Tahap 2 merupakan tahapan yang dilakukan oleh calon
auditor sampai pada kesimpulan apakah audit dapat dilakukan secara
keseluruhan atau hanya dilakukan pada beberapa bagian berdasarkan
evaluasi awal yang dilakukan.
Gambar 2.1. Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Audit Energi

Setelah mendapatkan kesimpulan bahwa pelaksanaan audit akan


dilakukan, maka perlu ditentukan berbagai langkah atau prosedur yang akan
dilakukan. Prosedur yang dipakai akan bervariasi menurut ruang lingkup
audit yang diusulkan serta menurut ukuran dan jenis fasilitas. Prosedur
berikut ini secara umum biasa digunakan untuk pelaksanaan/eksekusi audit
energi.

 Langkah 1:
Perencanaan keseluruhan kegiatan audit yang akan dilakukan.
Tindakan ini mencakup penentuan tujuan audit, pembagian fasilitas
pabrik menjadi bagian pelaksanaan atau cost center, pemilihan anggota
tim audit serta pemberian tanggung jawabnya, dan pemilihan instrumen
yang diperlukan.

 Langkah 2:
Inisiasi pertemuan dan diskusi teknis dengan tim pendamping industri
objek.

 Langkah 3:
Pengamatan singkat lapangan (walk-through survey) yang sekaligus
dapat melakukan in-house training terhadap tim pendamping industri
objek.

 Langkah 4:
Pengumpulan data pemakaian energi dan data produksi yang
diambilkan dari bagian atau cost center tertentu (form data sheet, data
historis, dan lain-lain). Jika diperlukan, dapat diadakan uji coba sistem /
peralatan untuk mendapatkan data tambahan mengenai unjuk kerja dari
peralatan khusus serta unit-unit atau cost center tertentu.

 Langkah 5:
Pengolahan data dan evaluasi awal untuk mendapatkan neraca energi,
neraca massa, intensitas energi serta mengidentifikasi peluang
penghematan energi (PPE). Hasil identifikasi PPE selanjutnya dianalisis
untuk menghasilkan daftar PPE berdasarkan besaran penghematan yang
mungkin diperoleh.

 Langkah 6:
Presentasi dan diskusi dengan tim pendamping industri objek
terhadap berbagai temuan dan hasil daftar PPE awal yang diperoleh.
Langkah ini dilakukan sekaligus untuk melakukan klarifikasi berbagai
data dan informasi sehingga pada saat pelaksanaan analisis rinci
dilakukan dengan basis data dan informasi yang benar dan juga dapat
diterima oleh kedua pihak.

 Langkah 7:
Melakukan evaluasi dan analisis rinci terhadap PPE yang diperoleh.

 Langkah 8:
Menyusun laporan audit energi mencakup berbagai rekomendasi
PPE dan manajemen energi yang disampaikan kepada industri objek.

2.10. Teknis Pelaksanaan Kegiatan Audit Energi


Audit energi merupakan aktivitas / kegiatan teknis yang sistematis,
bertujuan untuk mencari PPE pada suatu fasilitas pengguna energi (mesin /
peralatan yang terdapat di suatu plant). Output audit energi, berupa laporan
peluang penghematan energi pada suatu cost center (pusat-pusat biaya
energi) yang dapat dicapai setelah dilakukan pengamatan, pengukuran, dan
analisa energi (perhitungan dan pertimbangan energi).
Fokus audit energi mengidentifikasi, mengukur serta menghitung
penyimpangan / anomali dari penggunaan energi, yang umumnya terjadi
apabila energi tersebut berinteraksi dengan mesin (peralatan yang
menggunakan energi), manusia, dan metode yang berada dalam suatu sistem
proses (proses produksi, dll).
Dengan demikian fokus operasi audit energi mencakup;
 Mesin, melakukan pengukuran dan penilaian kinerja operasi mesin.
 Manusia, melakukan pengamatan dan evaluasi karakteristik manusia yang
sedang berinteraksi dalam suatu proses produksi.
 Metode, melakukan pengamatan dan evaluasi optimalisasi metode yang
digunakan dalam suatu sistem produksi.
 Material, melakukan pengamatan dan evaluasi material dalam sistem
produksi (produktifitas).
 Mother Nature, mengamati kondisi lingkungan kerja (apakah mendukung
performance operator atau tidak).

Didalam pelaksanaannya, tahapan yang dilakukan disesuaikan dengan


technical approach, dimana data dan informasi merupakan input (data
driven) yang akan diproses dengan metode, tools / alat, serta teknik-teknik
pemecahan masalah untuk mendapatkan hasil audit energi yang akurat.

Gambar 2.2. Tahapan pelaksanaan kegiatan audit energi di sektor


industri

Secara garis besar teknis pelaksanaan kegiatan audit energi di sektor


industri adalah sebagai berikut :
2.10.1. Survei Awal Industri
Kegiatan survei ini bertujuan untuk mendapatkan data awal,
penyampaian technical message dan rencana kerja ke industri yang
akan diaudit. Diharapkan dari kunjungan ini terjalin komunikasi,
kordinasi kerja dan sinergi antara pihak industri dengan auditor.

2.10.2. Pelatihan (In-House Training)


Sebelum melakukan audit energi, sebaiknya pihak auditor
memberikan pelatihan (in-house training) mengenai teknik konservasi
energi kepada staff/personel yang diusulkan oleh pihak industri obyek.
Kegiatan pelatihan (in-house training) ini ditujukan untuk
memberikan bimbingan kepada SDM industri dalam melakukan audit
energi dan teknik-teknik konservasi energi. Kegiatan pelatihan (in-
house training) ini meliputi:
a) Pemberikan materi mengenai pengelolaan energi dan teknik-
teknik konservasi energi.
b) Pemberian evaluasi kepada peserta pelatihan guna menentukan
SDM yang akan turut serta mengikuti audit energi bersama
dengan konsultan.
c) Pembentukkan tim pendamping audit energi (tim industri
objek).
2.10.3. Melakukan Pengkajian Energi
Setelah melaksanakan pelatihan (in-house training), tahap
selanjutnya adalah melakukan pengkajian energi. Tahapan yang
perlu dilakukan di dalam pelaksanaan pengkajian energi ini adalah
sebagai berikut :
a) Identifikasi budaya hemat energi dan upaya- upaya konservasi
energi di dalam pelaksanaan audit energi identifikasi budaya
hemat energi dan upaya-upaya konservasi energi dilakukan
dengan cara wawancara guna mengevaluasi penghematan energi
yang telah dilakukan oleh industri.
b) Pengumpulan data pada pelaksanaan audit energi ditujukan untuk
mendapatkan informasi mengenai kondisi performa peralatan
pengguna energi dan teknologi yang digunakan serta kondisi
operasi proses pada masing-masing peralatan pengguna energi.
Data yang terkumpul berupa data sekunder dan primer. Data
sekunder ini diperlukan untuk mendapatkan informasi mengenai
spesifikasi design peralatan pengguna energi dan kondisi operasi
pada masing-masing unit, yang akan digunakan untuk mendukung
analisis data primer dan evaluasi selanjutnya.
• Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan pada setiap
industri yang dilakukan assesmen energi antara lain
mencakup:
- Informasi umum industri, deskripsi proses, plot plan,
plant layout.
- Data desain peralatan utama.
- Informasi mengenai data-data kegiatan modifikasi
yang pernah dilakukan, baik dalam rangka
peningkatan efisiensi, reliabilitas, kapasitas maupun
konservasi energi.
- Pasokan dan distribusi penggunaan energi (Energi
Reference and Energi Balance) untuk keseluruhan
plant dan masing-masing proses/peralatan utama.
- Profil konsumsi energi. Data histories penggunaan
energi (harian, bulanan dan tahunan) untuk
keseluruhan plant dan masing-masing
proses/peralatan utama.
- Profil konsumsi material, produksi dan limbah. Data
historis penggunaan material proses, produksi dan
produk limbah yang dihasilkan (harian, bulanan dan
tahunan) untuk keseluruhan plant dan masing-masing
proses/peralatan utama.
• Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei
dan pengukuran lapangan guna untuk mendapatkan
informasi data teknis dan operasi aktual serta spesifikasi
peralatan yang berkaitan dengan operasional peralatan
pengguna energi di industri. Kegiatan pengumpulan data
primer ini diawali dengan walk-trough ke lapangan
mengetahui kondisi operasi peralatan pengguna energi
serta menentukan titik-titik pengukuran yang diperlukan.
Data operasi aktual pada masing-masing unit
antara lain meliputi: input dan output, spesifikasi
peralatan, konsumsi energi, kondisi operasi (temperatur,
tekanan, flow rate) serta faktor/parameter lain yang turut
menentukan operasi yang akan dikumpulkan berdasarkan
data logsheet peralatan pengguna energi.
Dalam pengumpulan data primer ini dilakukan
juga wawancara dengan pihak manajemen, operator dan
atau penanggung jawab bidang energi menyangkut
kegiatan pola pengoperasian pabrik, modifikasi atau
retrofitting / revamping yang pernah dilakukan, baik
dalam rangka peningkatan efisiensi, reliabilitas, kapasitas
maupun konservasi energi. Untuk memudahkan dalam
pengumpulan data primer, dalam survei lapangan ini
dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang mana
pengisiannya akan dipandu oleh konsultan sehingga semua
pertanyaan yang ada pada kuisioner dapat dijawab oleh
responden.
Data dan parameter proses pada kondisi operasi
aktual yang tidak tercatat dari logsheet pabrik ataupun
ruang kendali (control room) tetapi diperlukan dalam
evaluasi, dapat diperoleh dengan cara melakukan
pengukuran langsung (load survey) dan parameter-
parameter pengoperasian seperti: tekanan, suhu, laju alir
(flow rate) yang diukur dengan menggunakan alat ukur
portable.
Pengukuran dilakukan pada kondisi beban operasi
normal dengan memperhatikan prosedur operasi yang
dijalankan, meliputi: pengukuran temperatur, kelembaban,
tekanan, flow rate, kondisi kelistrikan (tegangan, arus,
daya, faktor daya, dan lain-lain), serta parameter-
parameter lainnya yang diperlukan untuk dianalisis.

2.10.4. Analisis Data dan Peluang Penghematan Energi


Dari hasil pengumpulan data, selanjutnya dilakukan analisis data.
Analisis tersebut dimaksudkan untuk mengetahui secara rinci
besarnya potensi penghematan energi yang dapat dilakukan dan
menyusun rekomendasi langkah- Iangkah penghematan energi
berdasarkan kriteria; tanpa biaya, biaya rendah, biaya sedang dan
biaya tinggi yang dapat ditindaklanjuti oleh pihak industri.
Kegiatan analisis data meliputi:
i. Analisis sumber energi dan konsumsi energi pada peralatan
pengguna energi;
ii. Mass and Heat Balance; untuk menghitung seberapa besar
utilitas penggunaan energi dan losses energi pada suatu sistem
proses dan masing-masing peralatan pengguna energi; losses
energi ini kemudian dianalisa untuk dipertimbangkan berapa
biaya (khusus yang bersifat medium dan high cost
implementasi) yang harus dikeluarkan untuk mengkonversi
losses tersebut menjadi potensi hemat energi.
iii. Menganalisis / inventarisasi konsumsi energi terhadap produk
yang dihasilkan atau intensitas energi terhadap alur proses
maupun peralatan pengguna energi sebagai parameter untuk
mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan energi;
iv. Menganalisis performance dan efisiensi peralatan pengguna
dan penghasil energi;
v. Menentukan benchmark intensitas energi;
vi. Identifikasi potensi konservasi energi guna mengetahui tingkat
efisiensi peralatan pengguna energi;
vii. Menganalisis secara teknik dan ekonomi untuk mengetahui
kelayakan potensi konservasi energi;
viii. Rekomendasi langkah-langkah implementasi potensi / peluang
konservasi energi disusun berdasarkan skala prioritas biaya
implementasi (no cost / low cost, medium cost, dan high cost).

2.10.5. Studi Kelayakan (Feasibility Study)


Berbagai peluang penghematan energi yang diperoleh
selanjutnya didiskusikan dengan pihak industri. Dari berbagai
peluang penghematan energi tersebut kemudian dipilih beberapa
peluang untuk dianalisis kelayakannya. Panduan pelaksanaan studi
kelayakan dapat dilihat di Pedoman Teknis Studi Kelayakan,
Kementerian Perindustrian-ICCTF, 2011.

2.10.6. Diskusi
Penyelenggaraan diskusi dilakukan untuk memaparkan dan
membahas hasil-hasil audit energi beserta rekomendasinya dengan
pihak industri dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan kegiatan
audit energi tersebut.

2.10.7. Menyusun Laporan


Saat laporan disiapkan, semua data yang terkumpul dan
perhitungan yang dibuat dimasukkan ke dalam laporan tersebut.
Temuan-temuan serta saran-saran dibahas dan beberapa saran
dikemukakan untuk segera dijalankan dan beberapa lainnya
diberikan untuk pengkajian lanjutan yang lebih rinci.

2.11. Pembangunan Baseline


Baseline energi merupakan suatu persamaan linier sederhana yang
menggambarkan hubungan tingkat produksi terhadap energi yang
dibutuhkan. Adanya perbaikan / improvement dapat berpengaruh pada nilai
intercept dan slope dari garis baseline energi.
• Apabila industri mengganti peralatan dengan yang lebih hemat,
maka garis intercept akan turun;
• Apabila industri melakukan pola operasi yang efisien, maka
sudut garis slope akan turun;

Gambar 2.3. Grafik Pengendalian Intensitas Konsumsi Energi (IMR


method)

Sehingga secara agregat garis baseline akan berubah (lebih turun dan
lebih landai), sehingga untuk mendapatkan suatu tingkat produksi energi
yang dibutuhkan, kWh lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Dengan
demikian, disini akan terjadi efisiensi energi.

2.12. Perangkat Pengukuran Energi


Beberapa alat pengukuran konsumsi energi yang sering dipergunakan
dalam pelaksanaan audit energi antara lain adalah:
• Power Analyzer
Secara umum, analisis daya digunakan untuk menjelaskan
fluktuasi beban kVA yang terhubung dengan beban yang sebenarnya.
• Clamp pada Tester Power
Penjepit pada tester daya adalah pengukur perangkat listrik untuk
menentukan tegangan, arus, tegangan / arus puncak, efektif / reaktif /
daya nyata (satu-fase atau 3-fase), faktor daya, reaktivitas, sudut fasa,
frekuensi, deteksi fase (3-tahap), tegangan / level harmonis arus
(sampai 20).
• Lux meter
Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat pencahayaan /
tingkat kuat cahaya iluminasi.
• Pengukuran Kelembaban
Kelembaban meter adalah jenis instrumen audit energi yang
digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban.
• Anemometer
Anemometer adalah jenis instrumen audit energi yang digunakan
untuk mengukur kecepatan aliran udara.
• Manometer
Manometer adalah alat audit energi yang digunakan untuk
mengukur perbedaan tekanan antara dua titik pengukuran. Manometer
biasa digunakan dalam pipa distribusi (udara, air dan gas), peralatan
seperti kompresor dan pompa.
• Sound meter
Sound meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
kebisingan dalam desibel (dB). Sound meter digunakan pada hampir
semua peralatan industri, seperti memutar mesin dan pipa distribusi.
Sound meter dapat membantu memberikan diagnosis dini kebocoran
dan menentukan tingkat kesehatan kerja.
• Pengukuran Putaran
Kecepatan pengukuran yang digunakan untuk mengukur
kecepatan rotasi objek dengan rotasi unit per menit (RPM).
• Analyzer Gas Buang
Audit energi instrumen yang digunakan untuk mengukur gas
buang untuk mendapatkan efisiensi pembakaran bahan bakar.
• Meter Aliran Air
Instrumen audit energi yang digunakan untuk mengukur aliran
air.
• Detektor Kebocoran
Instrumen audit energi yang digunakan untuk mendeteksi lokasi
kebocoran dari sistem distribusi gas.

2.13. Keuntungan
Keuntungan dari audit energi:
1. Meningkatkan pengetahuan tentang efisiensi energi.
2. Mengidentifikasi biaya energi yang digunakan.
3. Mengidentifikasikan dan meminimumkan hal yang terbuang.
4.Membuat perubahan prosedur, peralatan, dan sistem untuk
menyimpan energi.
5. Menghematkan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.
6. Menjaga lingkungan dengan mengurangi pembangkitan tenaga.
7. Mengurangi running costs.

2.14.
Aplikasi Audit Energi
- Tinjauan:
• Kekuatan Pencahayaan:

Tabel 2.1 Illuminasi Untuk Pencahayaan Ruang Sekolah[1]


Tabel 2.2 Kriteria IKE Bangunan Gedung ber-AC[6]

• Informasi Bangunan:
Nama Bangunan : Gedung E Kampus A Universitas Trisakti
Jakarta Barat

• Denah Ruang Kuliah

Gambar 2.4 memperlihatkan posisi titik lampu dan posisi AC


ruang AE 501 yang dapat mewaliki denah ruang AE 401, AE
601, dan AE 701.
Gambar 2.4 Denah AE 501

Gambar 2.5 memperlihatkan posisi titik lampu dan posisi AC


pada ruang AE 502 yang dapat mewakili denah ruang AE 402,
AE 602, dan AE 702.

Gambar 2.5 Denah AE 502


Gambar 2.6 memperlihatkan posisi titik lampu dan posisi AC
pada ruang AE 503 yang dapat mewakili denah ruang AE 603.

Gambar 2.6 Denah AE 503

 Pemakaian Daya
- Kebutuhan Pencahayaan
Untuk kebutuhan pencahayaan, digunakan lampu fluoresen 2 x
36 Watt dengan efikasi lampu sebesar 72 Lumen/Watt. Tabel 3.1
memperlihatkan pemakaian daya untuk kebutuhan pencahayaan
pada ruang kuliah.
Tabel 2.3 Pemakaian Daya Untuk Kebutuhan Pencahayaan

- Kebutuhan AC
Berdasarkan pengukuran pada AC, besar arus rata-rata pada AC
adalah 6,9 Ampere dengan tegangan 380 Volt dan cos φ 0,577.
Maka daya pada AC sekarang adalah sebagai berikut:

3 x 380 V x 6,9A x 0,578 = 4545,55 Watt

Maka besarnya daya untuk kebutuhan AC pada masing-


masing ruang kuliah adalah:
4545,55Watt x 2 unit = 9,09 KW

- Kebutuhan Media Pembelajaran


Asumsikan penggunaan OHP hanya 30% dari lama
penggunaan ruangan. Besarnya daya listrik untuk kebutuhan
OHP adalah :

350 watt x 30 % = 0,105 KW


Asumsi penggunaan infokus sekitar 70% dari lama
penggunaan ruangan. Besarnya penggunaan daya listrik untuk
kebutuhan infocus adalah :

440 watt x 70% = 0,308 KW

Tabel 2.4 memperlihatkan pemakaian daya pada ruang kuliah


untuk kebutuhan media pembelajaran.
Tabel 2.4 Pemakaian Daya Untuk Kebutuhan Media Pembelajaran

- Lama Penggunaan Ruang Kuliah


Lama penggunaan tiap ruang berdasarkan jadwal kuliah
pada semester gasal 2011/2012 adalah 5 jam/hari atau
100jam/bulan. Namun pada kenyataannya, penggunaan daya
listrik pada masing-masing ruang kuliah sekitar 8 jam/hari
atau 160 jam/bulan.

- Kuat Pencahayaan Ruang Kuliah


Kuat pencahayan berdasarkan pengukuran yang dilakukan
menggunakan lux meter pada ruang AE 501 adalah 267 lux,
ruang AE 502 adalah 315 lux, dan ruang AE 503 adalah 271
lux, termasuk kategori kuat pencahayaan baik.

 Rangkaian Sensor
Sebagai penerapan dalam penelitian ini, maka dibuat model
rancang bangun sensor PIR, seperti pada Gambar 2.7

Gambar 2.7 Model Rancang Bangun Penggunaan Sensor PIR

Sebagai simulasi, maka hanya digunakan sebuah lampu dengan


relay 3 Ampere 5Volt. Bentuk rangkaiannya terlihat pada gambar
Gambar 2.8
Gambar 2.8 Rangkaian Sensor PIR Untuk Simulasi
Apabila ada gerakan di dalam ruang, maka sensor akan bekerja
menyalakan beban baik berupa lampu, OHP, Infokus, maupun
AC (Air Conditioner). Dengan demikian, sensor dapat diletakkan
di tempat yang paling banyak terjadi aktivitas, yaitu pada depan
ruang kuliah.

 Penggunaan Energi Listrik


Total penggunaan energi listrik pada ruang kuliah gedung E
Kampus A Universitas Trisakti Jakarta Barat pada lama
penggunaan daya 160 jam/bulan (tanpa menggunakan sensor)
terlihat pada Tabel 2.5 Penggunaan energi listrik dalam
KWH/m2/bulan adalah sebagai berikut.
Tabel 2.5 Penggunaan Energi Listrik Tanpa Sensor

Pada lama penggunaan 160 jam/bulan, penggunaan energi


listrik pada ruang AE 402, AE 502, AE 602, dan AE 702
termasuk dalam kriteria agak boros berdasarkan IKE. Namun
penggunaan energi listrik pada ruang AE 401, AE 501, AE 503,
AE 601, AE 603, dan AE 701 termasuk dalam kriteria boros.
Jika menggunakan sensor, maka lamanya penggunaan listrik
pada ruang kuliah menjadi 100 jam/bulan, maka total
penggunaan energi listrik pada ruang kuliah terlihat pada Tabel
2.6 Penggunaan energi listrik dalam KWH/m2/bulan adalah
sebagai berikut.
Tabel 2.6 Penggunaan Energi Listrik Dengan Sensor

Pada lama penggunaan 100 jam/bulan, penggunaan energi


listrik pada ruang AE 402, AE 502, AE 602, dan AE 702
termasuk dalam kriteria Efisien berdasarkan IKE (Intensitas
Konsumsi Energi). Sedangkan penggunaan energi listrik pada
ruang AE 401, AE 501, AE 503, AE 601, AE 603, dan AE 701
termasuk dalam Cukup Efisien.

 Biaya Penggunaan Daya Listrik


Gedung E kampus A Universitas Trisakti termasuk dalam
golongan tarif pelayanan sosial, sehingga besarnya tarif listrik
adalah sebesar Rp 786,50 per KWH pada luar waktu beban
[9]
puncak maka dapat dihitung besarnya pengeluaran pada
ruang kuliah. Tabel 2.7 membandingkan pengeluaran pada
penggunaan ruang kuliah yang tidak menggunakan sensor dan
pada ruang kuliah yang menggunakan sensor.
Tabel 2.7 Perbandingan Harga Energi Listrik Dengan Atau
Tanpa Sensor

Besarnya penghematan energi listrik jika menggunakan sensor


adalah :
16.533 – 10.333= 6200 KWH/bulan
Maka dalam waktu satu bulan, besarnya penghematan biaya
listrik adalah:
Rp 13.003.425,00 – Rp 8.127.140,00 = Rp
4.876.285,00/bulan
Atau sama dengan

Rp 4.876 .285,00
×100 =37,5 per bulan
Rp 13.003 .425,00

Dalam waktu satu tahun, besarnya kerugian yang dikeluarkan


adalah :

Rp 156.041.100,00 - Rp 97.525.680,00 = Rp
58.515.420,00
Dari audit energi yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa :
Empat ruang kuliah yang termasuk ke dalam kriteria agak boros,
yaitu ruang AE 402, AE 502, AE 602, dan AE 702 dan enam
ruang kuliah yang termasuk kedalam kriteria boros, yaitu ruang
AE 401, AE 501, AE 503, AE 601, AE 603, dan AE 701
berdasarkan IKE.

 Langkah- langkah penghematan energi :


Penggunaan sensor PIR dapat menghemat penggunaan energi dan
terbukti meningkatkan IKE pada ruang kuliah AE 402, AE 502,
AE 602, dan AE 702 dari kriteria agak boros (14,58 – 19,17
kWh/m2/bulan) menjadi kriteria efisien (7,93 – 12,08
kWh/m2/bulan) sedangkan ruang AE 401, AE 501, AE 503, AE
601, AE 603, dan AE 701 dari kriteria boros (19,17 – 23,75
kWh/m2/bulan) menjadi kriteria cukup efisien (12,08 – 14,58
kWh/m2/bulan).
Penggunaan sensor PIR, dapat menghemat penggunaan energi
sebesar 37,5% per bulan atau 6200 KWH/bulan atau setara
dengan Rp58.515.420,00 per tahun.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari bahasan yang telah dibahas adalah

1. Audit energi awal (AEA) dibagi menjadi dua bagian, yaitu Survei
Manajemen Energi dan Survey Energi (Teknis).
2. Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaat energi dan
identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi
peningkatan efisiensi pada pengguna sumber energi dan pengguna
energi dalam rangka konservasi energi.
3. Tujuan audit energi adalah mengetahui penggunaan energi aktual
gedung serta mengetahui pilihan ECO yang paling tepat.
4. Hemat energi tidak berarti harus mengoperasikan sistem tanpa
menggunakan energi atau mengurangi energi yang diperlukan, tetapi
menghemat energi adalah merupakan pengurangan dan
menghilangkan pemborosan energi diseluruh bagian peralatan yang
menggunakan energi listrik sehingga tingkat kenyamanan yang sama
dapat tetap dipertahankan bahkan peningkatan dengan menggunakan
jumlah energi yang sedikit atau dengan menggunakan jumlah energi
yang sama untuk menghasilkan kenyamanan yang lebih tinggi tanpa
mengurangi hasil produksi.
5. Jenis-jeni audit energi ada 3, yaitu:
- Walk-through Audit
- Standard Audit
- Computer Simulation
6. Berikut undang-undang yang mengatur audit energi
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
2009 tentang Konservasi Energi.
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun
2014 tentang Kebijakan Energi Nasional.
- Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2012 tentang
Manajemen Energi.
7. Klasifikasi audit energi terbagi menjadi 2, yaitu:
- Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energi Audit
= PEA)

- Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energi Audit or Full
Audit)
8. Untuk mengukur besarnya efisiensi penghematan digunakan
parameter Benefit Cost Ratio (BCR) yang didefinisikan sebagai :
(Abdurarachim, 2002)
E.a.b
BCR=
C
Keterangan :
E = biaya energi tahunan, satuan uang
a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E
b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat,% dari harga a
c = biaya realisasi, satuan uang
9. Untuk melihat efektifitas dan performansi operasi peralatan yang ada, data-
data primer (pengamatan langsung dan hasil pengukuran) dan data sekunder
(log-sheet dan hasil wawancara) sangat diperlukan untuk membantu di dalam
analisa neraca massa dan energi (Mass & Heat Balance).
10. Metode yang digunakan untuk melakukan audit terbagi menjadi 4, yaitu:
- Goal Seek Method
- Pareto Chard
- Metode 5W+1H
- Metode pengamatan dan pengukuran
11. Teknis pelaksanaan energi dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
- Survei awal industri
- Pelatihan (in-house training)
- Melakukan pengkajian energi
- Analisis data dan peluang penghematan energi
- Studi kelayakan
- Diskusi
- Membuat laporan
12. Alat yang mendukung dalam audit energi adalah manometer, power
analyzer, lux meter, anemometer dll.
14. Keuntungan dari audit energi:
1. Meningkatkan pengetahuan tentang efisiensi energi.
2. Mengidentifikasi biaya energi yang digunakan.
3. Mengidentifikasikan dan meminimumkan hal yang terbuang.
4. Membuat perubahan prosedur, peralatan, dan sistem untuk
menyimpan energi.
5. Menghematkan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.
6. Menjaga lingkungan dengan mengurangi pembangkitan
tenaga.
7. Mengurangi running costs
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Indonesia.(2010). PP No.70, 2009, Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia tentang Konservasi Energi. Jakarta

BSNI. (2000). SNI 03 - 6196 - 2000 tentang Prosedur Audit


Energi pada Bangunan Gedung. Jakarta.

PT KONEBA (Persero). (1995). Manual Audit Energi di Sektor Industri.


Jakarta.

CIPEC.(2002). Energi Efficiency Planning and Management Guide,


Natural Resource Canada, Ottawa.

Bureau of Energi Efficiency (BEE). (2004). General Aspect of Energi


Management and Audit Energi. New Delhi.

PT. EMI (Persero). (2008). Prosedur dan Instruksi kerja audit energi.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai