Anda di halaman 1dari 69

SKRIPSI

AUDIT KONSUMSI ENERGI LISTRIK DI BANK BUKOPIN

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat


Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Disusun Oleh:
Nama : Andri Suryadi
NIM : 41405110086
Jurusan : Tekniik Elektro
Peminat : Teknik Tenaga Listrik
Pembimbing : DR Hamzah Hilal

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2009
LEMBAR PENGESAHAN

AUDIT KONSUMSI ENERGI LISTRIK DI GEDUNG BANK BUKOPIN

Disusun Oleh:
Nama : Andri Suryadi
N.I.M : 41405110086
Program Studi : Teknik Elektro
Peminatan : Teknik Tenaga Listrik

Menyetujui

Koordinator TA Pembimbing

(Ir. Yudhi Gunardi, MT) (DR.Hamzah Hilal)

Menyetujui
Ketua Program Studi

(Ir. Yudhi Gunardi,MT)


ABSTRAK

Tenaga listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial maupun dalam kehidupan
sehari-hari rumah tangga. Mengingat begitu besar dan pentingnya manfaat energi
listrik sedangkan sumber energi pembangkit listrik terutama yang berasal dari
sumber daya tak terbarui keberadaannya terbatas, sehingga perlu dilakukan
penghematan energi listrik. Konsumen energi listrik begitu banyak baik dari sektor
industri, sektor bisnis, maupun perumahan. Untuk menentukan tingkat boros atau
tidaknya suatu gedung maka dibuatlah standard penentuan yaitu Intensitas
Konsumsi Energi (IKE). Bank Bukopin merupakan bidang usaha di bidang bisnis
berdasarkan IKE standard perkantoran adalah 240 kWh/m2.

Untuk itu dalam penelitian ini dilakuakan analisa terhadap penggunaan energi
listrik di gedung Bank Bukopin, apakah sudah sesuai standard atau masih
terdapatnya pemborosan terhadap penggunaan energi listrik.

Berdasarkan hasil analisa diperoleh bahwa IKE Bank Bukopin melebihi


standardnya yakni 291 kWh/m2. Dengan kondisi ini maka perlu dilakukan audit
terhadap penggunaan energi listrik guna mencari peluang penghematan terhadap
penggunaan peralatan yang menggunakan energi listrik tanpa mengurangi tingkat
kenyamanan gedung. Dalam penelitian ini diperoleh peluang penghematan yang
termudah adalah dengan melakukan perubahan jadwal operasi peralatan gedung
seperti pengoperasian penerangan, komputer, dan pendingin (HVAC).
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-NYA, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul:

AUDIT KONSUMSI ENERGI LISTRIK DI GEDUNG BANK BUKOPIN

Tugas akhir ini dibuat untuk memenuhi persyaratan program studi Strata-1
Fakultas Teknik Industri, Jurusan Teknik Elektro, Peminatan Teknik Tenaga Listrik,
Universitas Mercubuana.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini masih banyak
terdapat berbagai kekurangan, karena keterbatasan penulis dan waktu serta peralatan
yang dipergunakan, tetapi penulis berharap hasil dari tugas akhir ini dapat menjadi
awal untuk pengembangan selanjutnya.

Tugas akhir ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa bantuan, saran,
dorongan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Yuriadi Kusuma, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Mercu Buana.

2. Bapak Ir. Yudhi Gunardi, MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro
Universitas Mercu Buana.

3. Pembimbing Utama yaitu Bapak DR. Hamzah Hilal yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, saran-saran dan petunjuk
selama masa bimbingan.

4. Seluruh staf dosen pengajar dan staff Tata Usaha Program Kuliah Sabtu Minggu
Teknik Elektro Universitas Mercu Buana.

5. Kepada kedua Orang Tuaku yang selalu mendoakan setiap waktu untuk
kelancaran Tugas Akhir ini.

6. Semua rekan-rekan mahasiswa yang sama-sama berjuang selama perkuliahan dan


penyusunan Tugas Akhir ini.
7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penyusunan laporan Tugas
Akhir ini.

Akhir kata, penulis menerima segala kritik maupun saran yang bersifat
memabngun untuk kesempurnaan hasil dari tugas akhir ini, semoga tugas akhir ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua yang membutuhkan.

Jakarta, Februari 2009

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK i
KATA PENGANTAR .. ii
DAFTAR ISI . iii
DAFTAR GAMBAR . vii
DAFTAR GRAFIK ... viii
DAFTAR TABEL ..... . ix

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan penulisan . 2
1.3. Metode Penelitian ........................................................................... 2
1.4. Pembatasan Masalah ....................................................................... 3
1.5. Sistematika Penulisan ...................................................................... 3

BAB II. DASAR TEORI


2.1. Audit Energi .................................................................................... 4
2.2. Proses Audit Energi ......................................................................... 5
2.3. Waktu Pemakaian Daya Listrik ... 8
2.4. Perhitungan Profil Penggunaan Energi ........................................... 8

2.5. Metode Penghematan Energi .. 9

2.6. Macam-Macam Daya Listrik .. 11

2.6.1. Daya Aktif . 11

2.6.2. Daya Reaktif .. 12

2.6.3. Daya Komplek ... 12

2.7. Segitiga Daya 13

2.8. Faktor Daya .. 13


BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Audit Awal .. 15

3.1.1. Pengumpulan Dan penyusunan Data Energi Bangunan 15

3.1.2. Menghitung Besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung 15

3.2. Audit Energi Rinci .............................................................................. 16

3.2.1. Penelitian Dan Pengukuran Konsumsi Energi .............................. 16

3.2.2. Pengukuran Energi ........................................................................ 16

3.2.3. Mengenali Kemungkinan Peluang Hemat Energi ......................... 19

3.2.4. Analisa Peluang Hemat Energi ..................................................... 19

3.3. Formulasi Yang Digunakan Dalam Penganalisaan ............................ 20

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Umum ................................................................................................ 22

4.2. Hasil Penelitian .................................................................................. 23

4.3. Pembahasan ....................................................................................... 25

4.3.1. Analisa Data Historis ... 25

4.3.1.1. Daya Terpasang .. 25

4.3.1.2. Konsumsi Energi ................................................................ 26

4.3.1.3. Intensitas Konsumsi Energi ............................................... 27

4.4. Pembahasan Identifikasi Peluang Penghematan Energi .................... 28

4.4.1. Perhitungan Profil Penggunaan Energi ....................................... 29

4.4.2. Peluang Penghematan Energi ..................................................... 31


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan ........................................................................................ 36

5.2. Saran ................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Audit Energi . 7


Gambar 2.2 Segitiga Daya .. 13
Gambar 2.3. Tegangan dan Arus Pada Beban Induktif ... 14
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1a. Grafik konsumsi energi total kWh tahun 2007 ................... 26

Grafik 4.1b. Grafik konsumsi energi total kWh tahun 2008 ................... 27

Grafik 4.2a. Grafik LWBP dan WBP tahun 2007 .................................. lampiran C

Grafik 4.2b. Grafik LWBP dan WBP tahun 2008 ................................. lampiran C

Grafik 4.3a. Grafik konsumsi energi listrik di hari kerja ....................... lampiran E

Grafik 4.3b. Grafik konsumsi energi listrik di hari sabtu ....................... lampiran E

Grafik 4.3c. Grafik konsumsi energi listrik di hari minggu ............... ... lampiran E
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Profil enggunaan energi bangunan perkantoran komersial ... 9

Tabel 2.2. Metode-metode penghematan energi 9


Tabel 3.1. Contoh profil penggunaan energi untuk perkantoran .............. 16
Tabel 3.2. Daya listrik maksimum untuk pencahayaan yang diijinkan . 17
Tabel 3.3. Daya pencahayaan maksimum untuk tempat di luar lokasi
bangunan gedung 18
Tabel 3.4. Daya pencahayaan maksimum untuk jalan dan lapangan .... 18
Tabel 4.1. Profil penggunaan energi di Bank Bukopin 31
Tabel 4.2. Perbedaan ballast standard dengan ballast elektronik dari sisi
umur dan harga 34
Tabel 4.3. Jumlah rekening listrik pada tahun 2007
di Bank Bukopin Lampiran A
Tabel 4.4. Jumlah rekening listrik pada tahun 2008
di Bank Bukopin Lampiran B
Tabel 4.5a. Pengukuran daya harian LVMDP 1 dan 2 untuk
hari senin Lampiran D
Tabel 4.5b. Pengukuran daya harian LVMDP 1 dan 2 untuk
hari selasa . Lampiran D
Tabel 4.5c. Pengukuran daya harian LVMDP 1 dan 2 untuk
hari rabu . Lampiran D
Tabel 4.5d. Pengukuran daya harian LVMDP 1 dan 2 untuk
hari kamis . Lampiran D
Tabel 4.5e. Pengukuran daya harian LVMDP 1 dan 2 untuk
hari jumat . Lampiran D
Tabel 4.5f. Pengukuran daya harian LVMDP 1 dan 2 untuk
hari sabtu ....... Lampiran D
Tabel 4.5g. Pengukuran daya harian LVMDP 1 dan 2 untuk
hari minggu Lampiran D
Tabel 4.6. Pengambilan data pada system chiller di Bank Bukopin Lampiran F
Tabel 4.7. Pengambilan data pada system AHU di Bank Bukopin . Lampiran G
Tabel 4.8. Data beban penerangan Bank Bukopin .. Lampiran H
Tabel 4.9. Data spesifikasi lift bank Bukopin . Lampiran I
Tabel 4.10. Data pompa Bank Bukopin Lampiran J
Tabel 4.11. Data penggunaan energi listrik harian UPS ... Lampiran K
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Tenaga listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial maupun dalam kehidupan
sehari-hari rumah tangga. Energi listrik dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan
alat-alat/mesin industri. Mengingat begitu besar dan pentingnya manfaat energi
listrik sedangkan sumber energi pembangkit listrik terutama yang berasal dari
sumber daya tak terbarui keberadaannya terbatas, maka untuk menjaga kelestarian
sumber energi ini perlu diupayakan langkah-langkah strategis yang dapat menunjang
penyediaan energi listrik secara optimal dan terjangkau, sehingga pemerintah
menginstruksikan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, dan
perusahaan swasta untuk melakukan penghematan energi. Intruksi tersebut tertulis
dalam Intruksi Presiden RI No 10 Tahun 2005 dan No 2 Tahun 2008 tentang
Penghematan Energi dan Air.

Sehubungan hal di atas, Bank Bukopin sebagai salah satu konsumen tenaga
listrik yang termasuk di sektor Bisnis mempunyai daya serap energi listrik yang
cukup besar. Untuk sektor bisnis 13,1 % dari total kelistrikan nasional di samping
sektor industri 43,3 %, sektor gedung dan perkantoran 38,1 % dan sektor rumah
tangga sebesar 5,5 %.

Tarif Dasar Listrik (TDL) yang digunakan saat ini adalah TDL tahun 2003
sebagai bahan referensi perhitungan dalam upaya penghematan energi listrik dalam
penulisan ini. Sesuai dengan TDL tahun 2003, Bank Bukopin yang bergerak di
sektor bisnis dengan daya terpasang 1385 KVA termasuk dalam golongan tarif
B-3/TM yang menggunakan daya di atas 200 KVA. Energi listrik di Bank Bukopin
ini sebagian besar digunakan untuk sistem pengkondisi udara (AC), sistem
penerangan, komputer, motor listrik untuk lift dan pompa air.

Kecenderungan penggunaan teknologi dalam penerapan manajemen energi


dalam bangunan komersil adalah dengan menerapkan konsep Intelligent Building.
Diharapkan dengan konsep ini mampu memberikan keuntungan bagi pengelola
maupun penyewa gedung. Bank Bukopin dengan jumlah lantai 12 menggunakan
energi listrik yang cukup besar.

Untuk mengantisipasi permasalahan di atas, maka Bank Bukopin harus


segera menerapkan atau meningkatkan manajemen energi listriknya. Dengan
manajemen ini diharapkan dapat mendorong pemakaian listrik agar sistem lebih
efisien. Salah satu kegiatan manajemen energi adalah melakukan analisa terhadap
penggunaan energi listrik.

Dengan analisa seperti di atas diharapkan dapat menemukan peluang-peluang


penghematan dan dapat memperkecil pemborosan-pemborosan energi listrik,
sehingga akan mendatangkan keuntungan. Berdasarkan hal di atas, maka penulis
memilih tema Tugas Akhir ini dengan judul : Audit Konsumsi Energi Listrik di
Gedung Bank Bukopin .

1.2. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk melakukan audit energi yang
diharapkan:

a. dapat diketahui besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pada bangunan yang
dimaksud.

b. dapat dicegah pemborosan energi tanpa harus mengurangi tingkat kenyamanan


gedung yang berarti pula penghematan biaya energi.

c. dapat dicari upaya yang perlu dilakukan dalam usaha meningkatkan efisiensi
penggunaan energi.

1.3. METODE PENELITIAN


Metode penelitian dalam tugas akhir ini adalah:
a. Metode literatur, dimana dilakukan pengumpulan data dari berbagai referensi-
referensi buku yang berhubungan dengan judul Tugas Akhir ini untuk
mendapatkan dan mengetahui dasar-dasar teori yang ada hingga dapat menunjang
dalam penulisan ini.
b. Metode observasi, dimana dilakukan pengumpulan data dan keterangan serta
mengamati peralatan atau sistem yang ada secara langsung di gedung Bank
Bukopin.
c. Metode wawancara, dimana dilakukan dan tanya jawab secara langsung dengan
pihak-pihak dan staff yang bertanggung jawab dari pengelola gedung Bank
Bukopin khususnya bagian kelistrikan.
d. Metode analisi, dimana dilakukan analisis terhadap data-data yang didapat
dengan menggunakan rumus-rumus yang ada pada dasar teori.

1.4. PEMBATASAN MASALAH


Dalam tugas akhir ini mengenai penelitian dengan judul Audit Konsumsi Energi
Listrik di Gedung Bank Bukopin , maka penulis memberikan pembatasan masalah
yang penulis analisa, meliputi:
a. Konsumsi energi listrik gedung tidak meninjau energi mekaniknya.
b. Pengukuran dan analisa dilakukan hanya pada komponen dengan tingkat
konsumsi energi listrik yang besar seperti pada Heating Ventilation Air
Conditioning (HVAC), penerangan, pompa, lift, dan komputer.
c. Analisa perhitungan efisiensi mesin pendingin (COP = Coefisient Of
Performance) tidak dilakukan.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan tugas akhir ini dibuat secara sistematis dalam 5 bab. Bab kedua berisi
mengenai penggunaan energi listrik pada gedung, dasar-dasar audit energi,
penghematan energi, dan tindakan untuk mencapai penghematan energi. Bab tiga
memuat mengenai cara-cara pengambilan data beban penerangan, HVAC, lift, dan
motor pompa. Sedangkan bab empat berisi mengenai data dan perhitungan konsumsi
energi listrik gedung, dan pengidentifikasian peluang penghematan energi.
Kesimpulan dan saran diberikan pada bab 5.
BAB II

DASAR TEORI
2.1. AUDIT ENERGI

Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi
pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untuk penghematannya. Tujuan
suatu audit adalah untuk mengungkapkan peluang-peluang yang ada bagi pengiritan
energi atau ECOs (Energi Conservation Opportunities), yang kemudian dianalisa
untuk menentukan ECO mana saja yang diikutsertakan dalam penghematan atau
pengurangan penggunaan energi.

Beberapa istilah yang digunakan dalam pelaksanaan audit energi pada bangunan
gedung, diantaranya:

a. Konsumsi energi bangunan adalah besarnya energi yang dibangunkan oleh


bangunan gedung dalam periode waktu tertentu dan merupakan perkalian antara
daya terpakai dan waktu pemakaian. Secara teoritis dapat dijabarkan dalam
persamaan berikut:

K e = Dt W p (2.1)

dimana:

K e = konsumsi daya energi bangunan gedung (kWh)

Dt = daya terpakai pada bangunan gedung (kW)

Wt = waktu pemakaian (jam)

b. Intensitas konsumsi energi bangunan gedung adalah pembagian antara konsumsi


energi bangunan gedung dengan satuan luas total bangunan gedung, dan dapat
dinyatakan dengan persamaan:

Ke
IKE = (2.2)
Lb

dimana:

IKE = intensitas konsumsi energi bangunan gedung (kWh/m2 )


K e = konsumsi energi bangunan gedung (kWh)

Lb = luas total bangunan gedung (m2)

Sebagai target besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik untuk


Indonesia, menggunakan hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID
pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan pada tahun 1992 dengan
rincian sebagai berikut:

IKE untuk perkantoran (komersial) : 240 kWh/m2 per tahun

IKE untuk pusat belanja : 330 kWh/m2 per tahun

IKE untuk hotel/apartemen : 300 kWh/m2 per tahun

IKE untuk rumah sakit : 380 kWh/m2 per tahun

c. Biaya energi listrik bangunan gedung merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
suatu bangunan gedung yang berkaitan dengan besarnya konsumsi energi listrik
yang digunakan dalam periode waktu tertentu, yang dinyatakan dalam
persamaan:

B
Be = (2.3)
Ke

dimana:

Be = biaya energi listrik bangunan gedung (Rp/kWh)

B = biaya yang dikeluarkan oleh suatu banguan gedung (Rp)

Ke = konsumsi energi bangunan gedung (kWh)

2.2. PROSES AUDIT ENERGI

Pada intinya audit energi yang dilakukan terdiri atas dua bagian, yaitu:

a. Audit energi awal


b. Audit energi terinci

Audit energi awal pada prinsipnya dapat dilakukan pemilik atau pengelola
gedung yang bersangkutan berdasarkan pada data rekening pembayaran energi yang
dikeluarkan dan luas gedung. Di sarankan IKE dari hasil audit energi awal
disampaikan kepada asosiasi profesi atau instansi yang bersangkutan untuk dijadikan
bahan informasi dan masukan dalam menetapkan nilai IKE yang baru. Audit energi
terinci dilakukan bila nilai IKE lebih besar dari nilai standar seperti yang tercantum
pada butir 2.

Proses audit energi yang disarankan dapat dilihat dalam gambar 2.1:
Gambar 2.1. Bagan audit energi
2.3. WAKTU PEMAKAIAN DAYA LISTRIK

Pemakain daya listrik dalam waktu 24 jam terbagi dalam 2 (dua) jenis waktu
pemakain atau pembebanan, yaitu:

a. WBP (Waktu Beban Puncak) adalah waktu tertentu tingkat pemakaian daya
listrik pada konsumen mencapai puncak kapasitas pembebanan. Waktu beban
puncak ini berlaku mulai jam 18.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB.

b. LWBP (Luar Waktu Beban Puncak) adalah waktu tertentu tingkat pemakain daya
listrik pada konsumen saat masih dibawah puncak kapasitas pembebanan. Luar
waktu beban puncak ini berlaku mulai jam 22.00 WIB sampai dengan 18.00
WIB.

Adanya pembebanan waktu pemakaian daya atau pembebanan ini maka timbul
tarif pemakaian beban yang berbeda pula. Untuk mengukur besarnya pemakaian
daya listrik ini digunakan kWh meter tarif ganda.

2.4. PERHITUNGAN PROFIL PENGGUNAAN ENERGI

Besarnya tingkat konsumsi energi masing-masing peralatan terpasang pada


bangunan, dapat dihitung menggunakan persamaan:

K e. pr
Ppe = (2.4)
K e. B

dimana:

Ppe = profil penggunaan energi (%)

K e pr = besarnya konsumsi energi peralatan (kWh)

K e. B = besarnya konsumsi energi total bangunan (kWh)


Profil penggunaan energi yang dianjurkan pemerintah untuk jenis bangunan
perkantoran komersial di Indonesia, dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 2.1. Profil penggunaan energi bangunan perkantoran komersial

Jenis Peralatan Penggunaan Energi


Pendinginan 66
Peralatan/Pencahayaan 17,4
Lift 3
Pompa 4,9
Peralatan Lain-lain 8,7
Total 100

2.5. METODE PENGHEMATAN ENERGI

Beberapa metode yang digunakan dalam rangka penghematan energi dapat dilihat
pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Metode-metode penghematan energi

Nilai investasi Energi listrik Metode penghematan


Murah Sekali Pengurangan waktu pemakaian listrik Cara pengoperasian peralatan
listrik
Murah Penurunan daya aktif (kW) dengan Dengan perawatan intensif
melakukan perbaikan dalam efisiensi yang dilakukan terhadap
pemakaian listrik peralatan listrik
Sedang Mengurangi daya reaktif (kVAr) & EASI linier partial treatment
penurunan daya aktif (kW) secara
terbatas
Relatif mahal Mengurangi daya reaktif (kVAr) Capasitor bank EASI linier
tartial treatment
Mengurangi daya reaktif (kVAr) &
penurunan daya aktif (kW) secara
terbatas
Mahal Penurunan daya aktif (kW) dengan Thernal Energi Storage
melakukan retrofit / penggantian System (Christopia)
peralatan
Mahal sekali Penurunan daya aktif (kW) karena Penggantian peralatan dan
pemakaian peralatan baru re-engineering baru
Energi dapat diibaratkan seperti uang, karena sangat vital bagi kebutuhan suatu
perusahaan atau industri dan juga kini persediaan dari energi yang tidak dapat
diperbaharui sudah mulai menipis. Pemakaian haruslah bijaksana, se-produktif dan
se-efisien mungkin. Karena harga dari energi tersebut tidaklah murah, maka sebagai
suatu perusahaan atau industri haruslah melakukan upaya yang bertitik berat pada
penghematan pemakaian energi.

Suatu peluang penghematan adalah potensi yang dimiliki untuk menghemat


pemakaian listrik. Oleh karena itu upaya penghematan haruslah diarahkan untuk:

a. Dapat menurunkan daya terpasang dengan meminimumkan bebah


peralatan/sistem dengan meningkatkan efisiensi kerjanya.

b. Pengurangan jam kerja, atau

c. Kombinasi dari kedua upaya tersebut.

Peluang penghematan yang mungkin ada pada suatu bangunan meliputi:

a. Selubung bangunan, pengurangan perolehan panas pada selubung bangunan


melalui jendela-jendela kaca dan pintu-pintu kaca dengan peneduh luar.
Pengurangan perolehan panas tersebut dilakukan dengan pelapisan jendela/pintu
tadi dengan film yang memantulkan panas atau dengan penyekat cuaca dan
pendempulan. Hal ini dapat dilakukan karena dengan penyekatan dan
pendempulan jendela/pintu yang kurang baik akan menaikkan beban
pendinginan/pemanasan karena ilfiltrasi/eksfiltrasi udara. Selain cara tersebut di
atas yang berhubungan dengan penghematan energi pada selubung bangunan
adalah isolasi dan warna yang lebih terang untuk atap dan dinding serta plafon
atap yang berventilasi.

b. Penyetelan Mesin Pendingin, cakupan pada penyetelan mesin pendingin yang


dapat menghemat/mengurangi penggunaan energi listrik dapat dilakukan dengan
cara setting temperatur air pendinginan, penyimpanan thermal, penggantian
menara pendingin yang tidak memadai lagi, penggunaan sistem pemompaan
primer dan sekunder, pemompaan putaran variabel/pemasangan pompa kecil
secara paralel, pemanfaatan kembali panas air kondenser dan penggantian chiller
yang sudah tidak efisien lagi.
c. Unit- unit Pengendalian Udara (Air Handling Unit), peluang penghematan energi
listrik yang dapat dilakukan pada sistem AHU dengan cara melakukan konversi
dan volume udara variabel, isolasi pekerjaan saluran, koreksi kebocoran saluran
udara dan mengurangi ruangan-ruangan yang membutuhkan kondisi udara yang
khusus.

d. Pengendalian, peluang penghematan energi listrik yang dapat dilakukan pada


sistem pengendalian yaitu dengan cara penjadwalan saat start/stop sistem, setelan
pengendalian thermostat dan kontrol pada sistem penerangan/peralatan yang
menggunakan energi listrik.

2.6. MACAM-MACAM DAYA LISTRIK

Dalam sistem tenaga listrik dikenal ada 3 (tiga) macam daya yang dibangkitkan,
yaitu:

a. Daya aktif atau daya nyata (P)

b. Daya reaktif (Q)

c. Daya komplek (S)

2.6.1. Daya Aktif

Daya aktif atau daya nyata merupakan daya listrik yang berubah menjadi suatu
tenaga mekanis yang dipakai atau daya listrik yang dipergunakan untuk melakukan
kerja pada beban, juga bisa dikatakan sebagai daya listrik yang diperlukan untuk
beban. Satuan daya aktif ini dinyatakan dalam Watt atau kilo Watt. Secara teoritis
daya aktif dapat dinyatakan dengan persamaan:

P = 3 V I Cos (2.5)

dimana:

P = daya aktif (kilo Watt/kW)

V = tegangan (Volt/V)

I = arus (Ampere/A)

Cos = faktor daya


2.6.2. Daya Reaktif

Daya reaktif ini dibedakan menjadi:

a. Daya reaktif induktif adalah daya reaktif yang dibutuhkan untuk menghasilkan
medan magnit yang diperoleh dari alat-alat induksi atau daya yang diakibatkan
mengalirnya arus listrik melalui komponen-komponen kawat listrik seperti pada
motor listrik, trafo, ballast dan lain-lain.

b. Daya reaktif kapasitif adalah daya listrik yang timbul akibat mengalirnya arus
listrik pada sebuah atau beberapa kapasitor.

Satuan dari daya reaktif adalah Volt Ampere Reaktif (VAr) atau kilo Volt
Ampere Reaktif (kVAr). Secara teoritis daya reaktif dapat dinyatakan dengan
persamaan:

Q = P tan (2.6)

dimana:

tan = tangent sudut beda fasa antara arus dengan tegangan

2.6.3. Daya Komplek

Daya komplek adalah penjumlahan secara vektor antara daya aktif dan daya reaktif.
Daya ini digunakan sebagai perencanaan pembangkitan energi listrik, misalnya pada
generator dan transformator. Daya komplek juga dapat dinyatakan perkalian antara
arus dan tegangan listrik pada suatu beban. Satuan daya komplek ini dinyatakan
dalam Volt Ampere (VA) atau kilo Volt Ampere (kVA).

Secara teoritis dinyatakan dengan persamaan:

S = 3 V I (2.7)
2.7. SEGITIGA DAYA

Ketiga macam daya yang dijabarkan pada persamaan di atas, mempunyai hubungan
yang dinamakan segitiga daya. Hubungan segitiga daya dapat diperlihatkan pada
gambar 2.2.

Gambar 2.2. Segitiga Daya

Dari segitiga daya pada gambar 2.2, hubungan antara ketiga daya listrik tersebut,
secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

S 2 = P2 + Q2 (2.8)

2.8. FAKTOR DAYA

Faktor daya adalah istilah yang dipakai untuk istilah dari daya listrik yang terpakai
kW, terhadap daya total yang disampaikan oleh perusahaan listrik kVA ke
perusahaan. Dengan kata lain faktor daya adalah suatu perbandingan antara daya
aktif (P) dan daya komplek (S), atau umumnya faktor daya disebut juga cos .
Secara teoritis faktor daya dapat dinyatakan dengan persamaan:

P
Cos = (2.9)
S

PT. PLN mempunyai ketentuan bahwa batas minimal nilai faktor daya (Cos )
pada bangunan gedung sebesar 0.85. Jika di bawah angka tersebut maka dikenakan
denda kVAr. Pada pemakaian arus bolak balik (AC) terjadi pergeseran fasa antara
tegangan dan arus, tetapi adakalanya pergeseran fasa tersebut sama dengan nol, yaitu
apabila beban bersifat resistif misalnya lampu pijar. Beban listrik yang banyak
digunakan pada bangunan gedung umumnya beban yang bersifat induktif misalnya
motor-motor listrik, lampu TL dan sebagainya, yang mengakibatkan tegangan dan
arus tidak sefasa seperti dapat dilihat pada gambar 2.3.

I Cos V

I Sin

Gambar 2.3. Tegangan dan arus pada beban induktif

Pada gambar 2.3 dapat dilihat bahwa arus yang menghasilkan energi adalah I
cos . Dengan demikian semakin besar sudut semakin kecil nilai cos , akibatnya I
cos akan semakin kecil dibandingkan dengan I dan ini merupakan suatu kerugian.
Berdasarkan pada hubungan segitiga daya bahwa daya suplai dari PLN (kVA) terdiri
atas dua komponen, yaitu:

a. Komponen daya nyata (P) yang dihasilkan daya terpakai Watt (W)

b. Komponen daya reaktif (Q) yang tidak menghasilkan daya terpakai Volt Ampere
reaktif (VAr).

Faktor daya (cos ) yang rendah mengakibatkan beberapa kerugian, berupa :

a. Meningkatkan rugi-rugi hantara (FR)

b. Kapasitas daya komplek (S) terpasang terbuang percuma (kVA)

c. Dikenai denda biaya faktor daya (kVAr)

d. Biaya pemeliharaan alat meningkat

e. Biaya listrik meningkat.

Oleh karena itu nilai faktor daya (cos ) yang rendah perlu diperbaiki dengan
menggunakan atau memasang kapasitor yang dipasang paralel dengan beban. Hal ini
penting karena merupakan salah satu factor dalam upaya penghematan energi listrik.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. AUDIT AWAL

3.1.1. PENGUMPULAN DAN PENYUSUNAN DATA ENERGI BANGUNAN

Kegiatan audit awal meliputi pengumpulan data energi bangunan dengan data yang
tersedia dan tidak memerlukan pengukuran.

Data yang diperlukan, meliputi:

a. Dokumentasi bangunan, dimana yang dibutuhkan adalah gambar teknik


bangunan sesuai pelaksanaan konstruksi (as built drawing), terdiri dari:
Denah tapak dan potongan bangunan seluruh lantai.
Denah instalasi pencahayaan seluruh lantai.
Diagram listrik segaris, lengkap dengan penjelasan penggunaan daya
listriknya dan besarnya penyambungan daya listrik PLN serta besarnya daya
listrik cadangan dari Genset.
b. Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan selama satu tahun terakhir.
c. Tingkat hunian bangunan.

3.1.2 MENGHITUNG BESARNYA INTENSITAS KONSUMSI ENERGI (IKE)

GEDUNG

Berdasarkan pada data bangunan seperti disebutkan pada 3.1.1 , dapat dihitung:

a. Rincian luas bangunan dan luas total bangunan (m2)


b. Tingkat pencahayaan ruang (lux/m2)
c. Daya listrik total yang dibutuhkan (kVA atau kW)
d. Intensitas daya terpasang per m2 peralatan lampu (Watt/m2)
e. Daya listrik terpasang per m2 luas lantai untuk keseluruhan bangunan
f. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik bangunan
g. Biaya energi bangunan
3.2. AUDIT ENERGI RINCI

3.2.1. PENELITIAN DAN PENGUKURAN KONSUMSI ENERGI

Audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi awal memberikan gambaran
nilai IKE listrik lebih dari nilai standar yang telah ditentukan. Audit energi rinci
perlu dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi pada bangunan,
sehingga dapat diketahui peralatan pengguna energi apa saja yang pemakaian
energinya cukup besar. Contoh profil penggunaan energi pada bangunan perkantoran
sebagai hasil penelitian yang dilakukan pemerintah seperti ditunjukkan pada
tabel 3.1.

Tabel 3.1. contoh profil penggunaan energi untuk perkantoran


Jenis peralatan Penggunaan energi ( % )
Air conditioning 66
Pencahayaan 17,4
Lift 3
Pompa 4,9
Lain-lain 8,7
Total 100

Dari data di atas, air conditioning dan pencahayaan merupakan peralatan


dalam bangunan yang paling besar mengkonsumsi energi. Kegiatan yang dilakukan
dalam penelitian energi adalah mengumpulkan dan meneliti sejumlah masukan yang
dapat mempengaruhi besarnya kebutuhan energi bangunan, dan dari hasil penelitian
dan pengukuran energi dibuat profil penggunaan energi bangunan.

3.2.2. PENGUKURAN ENERGI

Seluruh analisa energi bertumpu pada hasil pengukuran. Hasil pengukuran harus
dapat diandalkan dan mempunyai kesalahan (eror) yang masih dapat diterima. Untuk
itu penting menjamin bahwa alat ukur yang digunakan telah dikalibrasi dalam batas
waktu sesuai ketentuan yang berlaku. Kalibrasi ini harus dilakukan oleh pihak yang
diberi wewenang hukum untuk itu. Alat ukur yang digunakan dapat berupa alat ukur
yang dipasang tetap (permanent) pada instalasi atau alat ukur yang dipasang tidak
tetap (portable).

Pengukuran besarnya konsumsi energi listrik pencahayaan:

a. Pengukuran besarnya daya listrik untuk pencahayaan digunakan Watt-meter


dan pengukuran konsumsi energi listriknya dengan :Watt-jam meter yang di
pasang tetap pada panel listrik yang melayani pencahayaan.
b. Pada kenyataannya dalam gedung komersial. Energi untuk pencahayaan
merupakan salah satu bagian yang relatif besar penggunaan energi listriknya.
c. Agar energi spesifik pencahayaan tidak melebihi nilai sebagaimana ditetapkan
pada table 3.2, 3.3, dan 3.4, perlu dilakukan tindakan penghematan konsumsi
energi listrik pada sistem pencahayaan.

Tabel 3.2. Daya listrik maksimum untuk pencahayaan yang diijinkan


Jenis ruangan bangunan Daya pencahayaan maksimum (W/m2)
(termasuk rugi-rugi ballast)
Ruang kantor 15
Auditorium 25
Pasar swalayan 20
Hotel:
Kamar tamu 17
Daerah umum 20
Rumah sakit:
Ruang pasien 15
Gudang 5
Kafetaria 10
Garasi 2
Restoran 25
Lobby 10
Tangga 10
Ruang perkumpulan 20
Industri 20
Table 3.3. Daya pencahayaan maksimum untuk tempat di luar lokasi bangunan
gedung
Lokasi Daya pencahayaan (Watt/m2)
(Termasuk rugi-rugi ballast)
Pintu masuk dengan kanopi :
Lalu lintas sibuk seperti otel, 30
bandara, dan teater
Lalu lintas sedang seperti rumah 15
sakit, kantor, dan sekolah

Tabel 3.4. Daya pencahayaan maksimum untuk jalan dan lapangan


Lokasi Daya pencahayaan (Watt/m2)
(Termasuk rugi-rugi
ballast)
Tempat penimbunan atau tempat 2
kerja
Tempat untuk aktivasi santai 1
Jalan untuk kendaraan dan pejalan 1,5
kaki
Tempat parker 2

Pengukuran besarnya konsumsi energi listrik air conditioning

a. Pengukuran besarnya daya listrik unit air conditioning dilakukan dengan


menempatkan kW-meter dilengkapi dengan kW-maksimum dan kWh-meter
pada jaringan listrik utama yang melayani unit air conditioning. Dengan kW-
maksimum meter dapat diketahui besarnya daya listrik maksimum yang
digunakan oleh air conditioning, dan dengan kWh-meter dapat diketahui jumlah
konsumsi energinya. Umumnya alat ukur kW-meter dan kWh-meter terpasang
tetap pada panel listrik yang melayani pengoperasian unit air conditioning, tetapi
alat ukur yang tidak tetap pun ada dengan kapasitas pengukuran yang terbatas.

b. Dengan membagi antara konsumsi energi listrik dalam periode tertentu (biasanya
per bulan atau per tahun) dapat diperoleh Intensitas Konsumsi Energi-listrik dari
air conditioning.
3.2.3. MENGENALI KEMUNGKINAN PELUANG HEMAT ENERGI

Hasil pengukuran yang dilakukan pada 3.1.1, selanjutnya ditindak lanjuti dengan
penghitungan besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan penyusunan profil
penggunaan energi bangunan. Besarnya IKE hasil perhitungan dibandingkan
terhadap IKE standar atau target. Apabila hasilnya ternyata sama atau kurang dari
IKE target, maka kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan atau bila diteruskan
dengan harapan memperoleh IKE yang lebih rendah lagi. Bila hasilnya lebih dari
IKE target, berarti ada peluang untuk melanjutkan proses audit rinci berikutnya guna
memperoleh penghematan energi.

3.2.4. ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI

Apabila peluang hemat energi telah dikenali, selanjutnya perlu ditindaklanjuti


dengan analisa peluang hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi
perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan rencana
penghematan energi yang direkomendasikan.

Analisa peluang hemat energi dapat mudah dilakukan dengan penggunaan


program komputer yang memang telah direncanakan untuk kepentingan itu.
Beberapa contok program paket yang dapat digunakan antara lain:

a. Program BUNYIP (Building Energy Investigasi Package) versi 2.02, 1987,


dikembangkan oleh CSIRO, Aistralia.

b. Program ASEAM 2 (A Simplified Energy Analysis Method)

c. Program DOE 2.1 D (Department Of Energy, USA)

Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh begitu saja
dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni. Analisa peluang hemat energi
dilakukan dengan usaha-usaha:

a. Mengurangi sekecil mungkin penggunaan energi (mengurangi kW dan jam


operasi).
b. Memperbaiki kinerja peralatan.

c. Penggunaan sumber energi yang murah.

3.3. FORMULASI YANG DIGUNAKAN DALAM PENGANALISAAN

Dalam melakukan suatu audit energi di Bank Bukopin, persamaan-persamaan yang


digunakan oleh penulis untuk melakukan analisa audit energi adalah:

a. Perhitungan konsumsi energi listrik perbulan

Tk T
K e rata = (3.1)
Jb

dimana:

K erata = konsumsi energy rata-rata per bulan (kWh)

TkT = total kWh setiap bulan (kWh)

J b = jumlah bulan

b. Perhitungan konsumsi energi listrik pada penerangan


K e. pn = Be. pn W p (3.2)

K e. pr
Ppe. pn = 100% (3.3)
K e.b
dimana:
K e. pn = konsumsi energi total kWh penerangan per tahun (kWh/tahun)

Be. pn = beban seluruh penerangan yang digunakan (kW)

W p = waktu penggunaan (14 jam x 22 hari x 12 bulan = 3696 )/tahun

c. Perhitungan konsumsi energi listrik pada HVAC


K e. HVAC = Be.HVAC W p (3.4)

K e. pr
Ppe. HVAC = 100% (3.5)
K e.b
dimana:
K e. HVAC = konsumsi energi total kWh HVAC per tahun (kWh/tahun)

Be.HVAC = beban seluruh HVAC yang digunakan (kW)


W P= waktu penggunaan (12 jam x 22 hari x 12 bulan = 3168 )/tahun

d. Perhitungan konsumsi energi listrik pada UPS


K e.UPS = ( Be.UPS1 W p ) + ( Be .UPS 2 W p ) (3.6)

K e. pr
Ppe.UPS = 100% (3.7)
K e.b
dimana:
K e.UPS = konsumsi energi total kWh UPS per tahun (kWh/tahun)

B e.UPS = beban seluruh UPS yang digunakan (kW)

W p = waktu penggunaan (12 jam x 22 hari x 12 bulan = 3168 )/tahun

e. Perhitungan konsumsi energi listrik pada lift


K e. Lift = Be.Lift W p (3.8)

K e. pr
Ppe.Lift = 100% (3.9)
K e.b
dimana:
K e. Lift = konsumsi energi total kWh lift per tahun (kWh/tahun)

Be.lift = beban seluruh lift yang digunakan (kW)

W p = waktu penggunaan (tahun)

f. Perhitungan konsumsi energi listrik pada pompa


K e. pompa = ( Be. pompadeepwell W p ) + ( Be.hidran W p ) (3.10)

K e. pr
Ppe. pompat = 100% (3.11)
K e.b
dimana:
K e. pompa = konsumsi energi total kWh pompa per tahun (kWh/tahun)

Be. pompa = beban seluruh pompa yang digunakan (kW)


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. UMUM

PT. Bank Bukopin Tbk adalah salah satu bank swasta nasional dan bergerak dalam
bidang perbankan. Bank Bukopin terletak di jalan MT. Haryono kav 50-51 jakarta
selatan. Apabila dilihat dari struktur gedungnya, Bank Bukopin terdiri dari 12 lantai,
dimana setiap lantainya memiliki luas yang sama yakni 1016,64 m2 dengan
ketinggian setiap lantainya 3 m. Gedung Bank Bukopin berbentuk persegi panjang
dengan dinding sebagian besar adalah kaca berwarna gelap. Adapun informasi yang
didapat mengenai spesifikasi dan data-data dari gedung Bank Bukopin adalah
sebagai berikut:

a. Luas bangunan : 1016.64 m2 per lantai

1016.64 m2 x 12 = 12199.68 m2

b. Jumlah lantai : 12 lantai

c. Kapasitas : 1385 kVA ; 3 fasa

d. Tegangan : 20 kV/380 V

e. Frekuensi : 50 Hz

f. Faktor daya : 0.85

g. Biaya LWBP : Rp. 452,- / kWh

(dari Lampiran L. rekening tagihan listrik)

h. Biaya WBP : K x LWBP = 2 x Rp 452,- = Rp. 904,-/kWh

(dari Lampiran L. rekening tagihan listrik)

i. Biaya energi : Januari 2007 Desember 2008

(lihat table 4.1 dan table 4.2)


4.2. HASIL PENELITIAN

Dari hasil observasi di gedung Bank Bukopin, diperoleh data-data yang diinginkan
untuk memecahkan permasalahan dan tujuan yang ingin diperoleh sesuai dengan apa
yang penulis ajukan sebelumnya. Data-data yang penulis peroleh dari hasil penelitian
dan informasi yang didapat dari gedung Bank Bukopin adalah sebagai berikut:

a. Konsumsi energi listrik. sumber energi listrik pada Bank Bukopin berasal dari
PLN dan Generator Diesel (Genset) yang digunakan bila suplai dari PLN
terganggu. Data konsumsi energi listrik total Bank Bukopin pada tahun 2007 dan
tahun 2008 yang diperoleh dari nota pembayaran rekening listrik PLN tiap bulan
ditunjukkan yang masing-masingnya dapat dilihat pada lampiran A tabel 4.1 dan
lampiran B tabel 4.2. Besar energi listrik yang terpakai selama periode Januari
2007 hingga desember 2008 secara grafik masing-masingnya dapat diperlihatkan
pada lampiran C. Dari lampiran A dan lampiran C dapat dilihat bahwa konsumsi
energi listrik pada tahun 2007 setiap bulannya tidak jauh berbeda, begitu juga
pada tahun 2008 yang ditunjukkan pada lampiran B dan lampiran C, sehingga
dapat diasumsikan sama setiap bulannya. Data-data tersebut penulis peroleh dari
pihak pengelola gedung dan merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan
dalam melakukan audit energi.

b. Penggunaan daya total gedung. Dari data dan informasi pada gedung tersebut,
penulis memperoleh data penggunaan daya pada gedung secara keseluruhan
seperti yang dapat dilihat pada lampiran D dan secara grafik ditunjukkan pada
lampiran E. Pengukuran tersebut dilakukan pada LVMDP I dan LVMDP II,
dimana masing-masing LVMDP mensuplai beban yang berbeda-beda. LVMDP I
mensuplai beban penerangan, UPS, dan Lift, sedangkan LVMDP II mensuplai
beban Chiller, AHU, Pompa, dan STP. Dari lampiran E grafik 4.3a dapat dilihat
bahwa beban harian LVMDP II untuk hari kerja maksimum adalah 500 kW dan
itu terjadi mulai dari jam 8.00 WIB sampai dengan jam 16.00 WIB yaitu di saat
jam kerja, hal ini karena sistem pendinginan beroperasi. Untuk beban hari sabtu
dan minggu dapat dilihat pada lampiran E grafik 4.3b dan grafik 4.3c terjadi
peningkatan beban pada LVMDP II mencapai 250 kW hal ini dikarenakan
adanya penambahan jam kerja untuk unit kerja tertentu sehingga sistem
pendinginan beroperasi.
c. Penggunaan pembebanan pada chiller. Pengambilan data pada chiller dilakukan
dengan memonitoring panel chiller mengenai data-data konsumsi energi
listriknya yang berupa ampere, cos , tegangan, dan daya yang terukur setiap
jamnya. Hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran F tabel 4.4, dan rata-rata
konsumsi energi listriknya sama yaitu sebesar 126 kW untuk chiller 1 dan
206 kW untuk chiller 2. Perubahan konsumsi energi listrik yang terjadi tidak
signifikan disebabkan oleh kondisi cuaca yang tetap.

d. Penggunaan unit pengolahan udara (AHU). Pengambilan data pada AHU


dilakukan dengan sekali pengambilan data. Hasil pengukuran dapat dilihat pada
lampiran G tabel 4.5, dan terlihat bahwa beban terbesar pada AHU lantai ground
karena kapasitas motornya lebih besar dibandingkan AHU lantai lainnya.

e. Penggunaan penerangan. Data mengenai beban penerangan yang ada di Bank


Bukopin ditunjukkan pada lampiran H tabel 4.6. Dari lampiran H tabel 4.6
terlihat bahwa Bank Bukopin sebagian besar menggunakan jenis lampu TL 36
Watt dan setiap lampu menggunakan ballast standard. total beban penerangan
Bank Bukopin adalah 158725 Watt berdasarkan dari jumlah lampu yang
terpasang di Bank Bukopin.

f. Penggunaan motor pada lift. Bank Bukopin memiliki 5 lift dan dikelompokkan
menjadi 2 kelompok, yaitu lift barat yang berjumlah 3 lift dan lift timur dengan
jumlah 2 lift. Data penggunaan energi listrik pada lift ditunjukkan pada lampiran
I tabel 4.7, dan terlihat bahwa penggunaan energi listriknya tidak terlalu besar
sehingga pengambilan datanya tidak dilakukan setiap jam.

g. Penggunaan pompa. Sistem air bersih di Bank Bukopin menggunakan 2 jenis


pompa yaitu pompa deep well dan pompa hydrant. Pompa deep well berperan
dalam penyaluran air dari sumber (air tanah) menuju bak penampung dasar,
sedangkan pompa hydrant berperan dal penyaluran air dari bak penampung
bawah menuju bak penampung atas yang terletak di top floor. Berdasarkan
informasi dari teknisi gedung khususnya teknisi plumbing, bahwa kerja pompa
rata-rata setiap harinya adalah 3 jam sehingga terlihat bahwa konsumsi energi
penggunaan pompa air bersih tidak terlalu besar. Data mengenai spesifik pompa
ditunjukkan pada lampiran J tabel 4.8.
h. Penggunaan UPS. Bank Bukopin memiliki 3 UPS, dengan kapasitas yang
berbeda yaitu 2 UPS masing-masingnya 30 kVA berfungsi mensuplai daya listrik
ke server dan 1 UPS lagi berkapasitas 300 kVA berfungsi mensuplai daya listrik
ke semua komputer yang ada di Bank Bukopin. Beban penggunaan UPS dapat
dilihat pada lampiran K tabel 4.9. Untuk UPS 30 kVA beban setiap jamnya sama
yaitu 30,6 kVA sedangkan UPS 300 kVA tergantung dari pemakaian komputer.

4.3. PEMBAHASAN

Analisa data yang penulis lakukan berdasarkan pada tujuan awal dari peluang
penghematan energi listrik pada gedung Bank Bukopin yang tertulis pada Bab I,
dimana pada tujuan dan permasalahan dijelaskan bahwa yang hendak dicapai adalah:

a. dapat diketahui besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pada bangunan yang
dimaksud.

b. dapat dicegah pemborosan energi tanpa harus mengurangi tingkat kenyamanan


gedung yang berarti pula penghematan biaya energi.

c. dapat dicari upaya yang perlu dilakukan dalam usaha meningkatkan efisiensi
penggunaan energi.

4.3.1. ANALISA DATA HISTORIS

4.3.1.1. DAYA TERPASANG

Bangunan Bank Bukopin memiliki daya terpasang sebesar 1385 kVA dan cos
sebesar 0.85, maka dapat dihitung:

Daya komplek (S) = 1385 kVA

Cos 1 0.85 = = 31.8 = Sin = 0.52 = tan = 0.62

Dari persamaan 2.5, daya aktif (P) dapat dihitung:

Daya aktif ( P) = 1385 0.85 = 1177.25kW

Sedangkan dari persamaan 2.6, daya reaktif (Q) dapat dihitung:

Daya reaktif (Q) = P tan = 1177.25 0.62 = 729.895kVAr


4.3.1.2. KONSUMSI ENERGI

Konsumsi energi listrik yang dibahas kali ini meliputi Januari tahun 2007 sampai
dengan Desember 2008 dapat dilihat pada tabel 4.1a dan 4.1b, dari tabel tersebut
dapat dihitung:

a. Konsumsi energi total kWh rata-rata perbulan (kWh/bulan). Besar energi total
kWh selama 12 bulan tahun 2007 adalah 4153920 kWh dan tahun 2008 adalah
3557730 kWh, besar konsumsi energi rata-rata per bulan dapat dihitung dengan
persamaan 3.1, sehingga diperoleh bahwa besar konsumsi energi listrik rata-rata
setiap bulan untuk tahun 2007 adalah 346160 kWh dan tahun 2008 sebesar
296477 kWh

Secara grafik konsumsi energi listrik setiap bulannya ditunjukkan oleh


gambar 4.1a dan 4.1b.

G rafikkons ums ienerg itahun2007


500000

400000

300000
kW htotals etiap
200000
bulan
kW htotalratarata
100000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Gambar 4.1a. Grafik konsumsi energi total kWh tahun 2007


G rafikkons ums ienerg itahun2008
400000
350000
300000
250000
200000
kW htotals etiapbulan
150000
100000 kW htotalratarata
50000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Grafik 4.1b. Grafik konsumsi energi total kWh tahun 2008

Dari grafik 4.1a dan 4.1b terlihat bahwa konsumsi energi setiap bulannya tidak
jauh berbeda baik di tahun 2007 maupun 2008, namun di tahun 2008 konsumsi
energi listriknya cenderung turun dibandingkan dengan tahun 2007.

b. Konsumsi energi total kWh per tahun (kWh/tahun). Dari lampiran A dan
lampiran B dapat dilihat konsumsi energi total kWh per tahun sama dengan
konsumsi energi total kWh setiap bulan. Besar energi listrik total tahun 2007
adalah 4153920 kWh dan tahun 2008 sebesar 3557730 kWh.

4.3.1.3. INTENSITAS KONSUMSI ENERGI (IKE)

Hasil perhitungan energi diatas, dapat dihitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi
sebagai berikut:

a. IKE total kWh per bulan (kWh/m2.bulan). Dari hasil perhitungan 4.2.1.2. diperoleh
bahwa konsumsi energi rata-rata ( K e.rata ) tahun 2007 adalah 346160 kWh dan tahun

2008 sebesar 296477 kWh dan luas gedung Bank Bukopin 12199,86 m2. Dengan
menggunakan persamaan 2.2 diperoleh besar Intensitas Konsumsi Energi (IKE) rata-
rata tahun 2007 adalah 28,4 kWh/m2 dan tahun 2008 sebesar 24,3 kWh/m2.
b. IKE total kWh per tahun (kWh/m2.tahun). Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi
(IKE) per tahun sama saja dengan penentuan IKE per bulan, dengan menggunakan
persamaan 2.2 dan besar K eT tahun 2007 sama dengan 4153920 kWh/tahun dan tahun

2008 sama dengan 3028020 kWh/tahun, sehingga dapat dihitung:

4153920
IKE ( 2007 ) = = 340,49kWh / m 2
12199,68
dan

3557730
IKE ( 2008) = = 291,6kWh / m 2
12199,68

Dari perhitungan di atas di peroleh bahwa IKE tahun 2007 lebih besar dari
tahun 2008, hal ini dikarenakan pada tahun 2008 terjadi perombakan dan pergantian
terhadap instalasi listrik sehingga rugi-rugi yang terjadi cenderung turun. Salah satu
rugi-rugi yang di maksud adalah panas karena umur kabel dan lampu.

Namun tetap saja bahwa IKE masih lebih besar dari IKE standarnya yaitu
240 kWh/m2 untuk perkantoran, sedangkan IKE Bank Bukopin tahun 2008 adalah
291,6 kWh/m2, sehingga perlu dilakukan audit rinci untuk mengetahui penggunaan
peralatan mana yang boros.

4.4. PEMBAHASAN IDENTIFIKASI PELUANG PENGHEMATAN ENERGI

Berdasarkan perhitungan pada point 4.2.1.4, nilai IKE Bank Bukopin lebih besar dari
nilai IKE standar, sehingga perlu dilakukan audit rinci. Hal ini dapat ditulis sebagai
berikut:

IKE bank bukopin > IKE standar

Dan untuk melakukan audit rinci, maka langka-langkah yang harus dilakukan
salah satunya adalah mengetahui profil penggunaan energi setiap peralatan yang ada
di gedung. Konsumsi energi listrik di Bank Bukopin adalah pendingin (chiller,
AHU,dan pompa sirkulasi), penerangan, motor pompa, lift, komputer, dan lain-
lainnya.

4.4.1. PERHITUNGAN PROFIL PENGGUNAAN ENERGI

a. Perhitungan konsumsi energi listrik pada penerangan. Dari lampiran H maka dapat
dihitung konsumsi energi total kWh penerangan per tahun. Berdasarkan data-data yang
diperoleh dari pihak gedung yang berupa jumlah lampu dan besar daya setiap lampu,
maka besar konsumsi penerangan per tahun dapat dihitung dengan asumsi rugi-rugi
ballast diabaikan. Dengan menggunakan persamaan 3.2 dan 3.3, maka besar konsumsi
penerangan Bank Bukopin adalah:
K e. pn = Be. pn W p

K e. pn = 158,725 3696 = 586647,6kWh / tahun

K e. pr
Ppe. pn = 100%
K e.b
586647,6
Ppe. pn = 100% = 16,5%
3557730

b. Perhitungan konsumsi energi listrik pada HVAC. Dari lampiran F dan lampiran G dapat
dihitung konsumsi energi total kWh HVAC per tahun. Berdasarkan data-data yang
diperoleh dari pihak gedung yang berupa hasil pemantauan selama satu hari, maka besar
konsumsi HVAC per tahun dapat dihitung dengan asumsi bahwa besar beban yang
dipakai rata-rata sama. Pengasumsian ini diambil karena tidak adanya kWh meter di
setiap panel AHU, pompa, dan chiller tidak ada. Dengan menggunakan persamaan 3.4
dan 3.5, maka besar konsumsi energi yang digunakan untuk HVAC adalah
K e. HVAC = Be.HVAC W p

K e. HVAC = (359,2 + 80,95 + 45,46) 3168

K e. HVAC = 1538412,48kWh / tahun


K e. pr
Ppe. HVAC = 100%
K e.b
1538412,48
Ppe. HVAC = 100% = 43,24%
3557730

c. Perhitungan konsumsi energi listrik pada UPS


Dari lampiran K dapat dihitung konsumsi energi total kWh UPS per tahun. Berdasarkan
data-data yang saya peroleh dari pihak gedung rata-rata besar beban untuk UPS setiap
harinya sama karena beban UPS ini hanya berupa sever dan komputer, dengan
menggunakan persamaan 3.6 dan 3.7, maka besar konsumsi UPS per tahun sebesar:
K e.UPS = ( Be.UPS1 W p ) + ( Be .UPS 2 W p )

K e.UPS = (29,18 24 365) + (53,8 24 22 12) + (7,63 24 8 12)


K e.UPS = 255616,8 + 240876,8 + 17579,52
K e.UPS = 614073,12kWh / tahun
K e. pr
Ppe.UPS = 100%
K e.b
614073,12
Ppe.UPS = 100% = 17,26%
3557730

d. Perhitungan konsumsi energi listrik pada lift. Dari lampiran I dapat dihitung konsumsi
energi total kWh per tahun. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari pihak gedung
rata-rata besar beban untuk Lift setiap harinya sama karena beban dari lift sebagian besar
adalah karyawan Bank Bukopin, sedangkan untuk kegiatan perbankan dilakukan di
lantai graund sehingga tidak menggunakan lift. Dengan menggunakan persamaan 3.8
dan 3.9, maka besar konsumsi penerangan per tahun dapat dihitung dengan persamaan:
K e. Lift = Be.Lift W p

K e. Lift = 32kWh 22hari 12bulan


K e. Lift = 8448kWh

K e. pr
Ppe.Lift = 100%
K e.b
8448
Ppe. Lift = 100% = 0,23%
3557730

e. Perhitungan konsumsi energi listrik pada pompa. Dari lampiran J dapat dihitung
konsumsi energi total kWh per tahun. Berdasarkan data-data yang penulis peroleh dari
pihak gedung yang berupa data spesifik dari motor pompa dan total waktu rata-rata
pompa beroperasi dalam sehari. Dengan menggunakan persamaan 3.10 dan 3.11, maka
besar konsumsi pompa per tahun dapat dihitung dengan persamaan:
K e. pompa = ( Be. pompadeepwell W p ) + ( Be.hidran W p )

K e. pompa = (22kWh 22hari 12bulan) + (45kWh 22hari 12bulan)


K e. pompa = 5808kWh / tahun + 11880kWh
K e. pompa = 17685kWh / tahun
K e. pr
Ppe. pompat = 100%
K e.b
17685
Ppe. pompa = 100% = 0,49%
3557730

Dari perhitungan profil penggunaan energi listrik, maka Bank Bukopin pemakaian
energinya adalah
Tabel 4.1. Profil penggunaan energi di Bank Bukopin
Jenis Peralatan Penggunaan Energi ( % )

HVAC 43,24

Penerangan 16,5

UPS 17,26

Lift 0,23

Pompa Air 0,49

Lain-lain 22,28

4.4.2. PELUANG PENGHEMATAN ENERGI

Dari perhitungan profil penggunaan energi listrik di atas bahwa jelas penggunaan
energi listrik terbesar adalah pada sistem HVAC, UPS, penerangan, pompa, lift, dan
beban-beban lainnya.

a. Peluang penghematan pada UPS. UPS di Bank Bukopin mensuplai beban komputer dan
server, dan itu merupakan perangkat yang selalu digunakan saat karyawan bekerja.
Waktu kerja karyawan adalah dari jam 8.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB, dan
istirahat dari jam 12.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB. Dengan adanya waktu istirahat
inilah waktu peluang untuk mengurangi pemakaian beban UPS dengan cara mematikan
unit komputer saat keluar ruangan untuk istirahat. Beban UPS yang dapat di kurangi
adalah UPS II karena UPS I merupakan UPS yang mensuplai server sehingga tidak
mungkin akan adanya pengurangan. Jadi dengan adanya waktu istirahat selama 1 jam,
maka besar energi listrik yang dapat di di kurangi sebesar:

Keups = Bes.ups x Wp
= 84 x (1 x 22 x 12)
= 22176 kWh/tahun
= 22176 kWh x Rp.452,-
= Rp.10.023.552,-
Nilai Be sebesar 84 kW diperoleh dari Bebeban maksimum Berata-rata sabtu & minggu.

b. Peluang penghematan pada penerangan. Bank Bukopin terdiri dari 12 lantai dimana
tinggi setiap lantai adalah 2,5 meter. Berdasarkan pengamatan penulis bahwa Bank
Bukopin ini tingkat intensitas pencahayaannya ini cukup besar, hal ini penulis rasakan
dan membandingkan dengan kantor-kantor lain terutama di perkantoran pemerintahan.
Dengan melakukan analisa percobaan untuk satu lantai dalam waktu satu minggu dengan
cara melakukan pengurangan lampu TL (RM 4 x 16 Watt) sebanyak 2 buah. Analisa ini
dilakukan untuk pembuktian tentang tingkat pencahayaan Bank Bukopin yang cukup
tinggi. Dan percobaan ini berhasil karena tidak ada keluhan dari karyawan. Berdasarkan
tabel 4.7. bahwa RM 4 x 36W dikurangi setengah, maka besar penghematannya adalah:

Kepenerangan = Bes penerangan x Wp


= 1576 x 36 Watt x 14 jam x 22 hari x 12 bulan
= 209696 kWh
= 209696 kWh x Rp.452,-
= Rp. 94.782.592,-
Selain dengan cara pengurangan jumlah lampu, peluang penghematan energi
listrik untuk penerangan di Bank Bukopin dengan cara penggantian Ballast karena
lampu-lampu di Bank Bukopin menggunakan Ballast standard. Dan penulis
menyarankan untuk mengganti ballast standard menjadi ballast elektronik, karena ballast
elektronik memiliki kelebihan yaitu:

Konsumsi arus sangat kecil (0,15 - 0,2 Amp/40W) dan penghematan hampir
3 kali dibanding dengan ballast konvensional.

Lampu tidak berkedip, ini dikarenakan ballast elektronik beroperasi pada


frekuensi tinggi yang konstan sehingga tidak memberikan kesempatan pada
lampu neon untuk padam selama satu gelombang putaran. Lampu neon yang
beroperasi pada 50/60 Hz akan padam dua kali setiap gelombang putaran,
yaitu pada saat gelombang sinus mencapai titik nol. Hal inilah yang
menyebabkan lampu neon terlihat berkedip, dengan ballast elektronik hal ini
dapat diantisipasi.

Tidak perlu stater, dengan beroperasi pada frekuensi tinggi yang langsung
membuat kedua filamen elektroda berpijar maka alat starter tidak diperlukan
lagi.

Tidak ada suara dengungan karena ballast elektronik bekerja dengan


frekuensi diatas kemampuan penangkapan telinga manusia sehingga suara
dengungan tidak akan terdengar lagi. Lain halnya dengan ballast
konvensional, dimana sering terdengar suara dengungan akibat pancaran
laminasi dan coil yang merangsang vibrasi dari body ballast/plat besi
sehingga timbul suara dengungan.

Usia lampu lebih panjang karena ballast elektronik menggunakan sistem


Rapid Start, penyalaan lampu yang lembut dan terkontrol. Hal ini akan
memperpanjang usia lampu dibanding ballast konvensional.

Power Faktor yang tinggi karena ballast elektronik menggunakan rangkaian


komponen elektronik yang padat, ringan dan terkontrol. Power faktor bisa
mencapai 0,93 - 0,99 (melebihi batas standar PLN). Hal ini yang membuat
efisiensi tinggi dapat tercapai dengan baik.

Berdasarkan pada lampiran 5 bahwa lampu TL 36 W berjumlah 3937 buah,


jika lampu TL ini menggunakan ballast elektronik, maka penghematan yang
terjadi sebesar:

I = (3937 x 36 Watt) : (220 Volt x 0.09) = 57,99 Ampere

P = 57,99 Ampere x 220 Volt = 12757,8 Watt

Sehingga penghematan listrik per tahun untuk LWBP adalah

12 jam x 22 hari x 12 bulan x 12757,8 Watt = 40416,7 kWh

40416,7 kWh x Rp 452 = Rp. 18.268.348,-/tahun

sedangkan penghematan untuk WBP nya adalah

2 jam x 22 hari x 12 bulan x 12757,8 Watt = 6736 kWh


6736 kWh x Rp 904,- = Rp. 6.089.344,-/tahun

Tabel 4.2. Perbedaan ballast standard dengan ballast elektronik dari sisi umur dan harga

Uraian Ballast Standard Ballast Elektronik

Umur Kurang lebih 5000 jam 20.000 jam

Harga Rp. 32.000,- Rp.40.000

Dari tabel di atas bahwa penggantian ballast lebih cepat ballast standar yakni 4
kali dibandingkan ballast elektronik.

c. Peluang penghematan pada HVAC. Dari tabel 4.4 terlihat bahwa Chiller ON pukul 6.00
WIB padahal jam kerja karyawan adalah jam 8.00 WIB, hal ini dilakukan dengan alasan
mengejar beban pendinginan. Dengan selisih 2 jam inilah merupakan peluang
penghematan konsumsi energi listrik. Proses menyalakan sistem HVAC dapat dilakukan
jam 7.00 WIB sehingga menghemat 1 jam sebesar :
Kechiller = Bes chiller x Wp
= ( Bechiller 1 + Bechiller 2 ) x 22 hari x 12 bulan
= (117,9 + 197,18 ) x 264
= 83181,12 kWh/tahun
= 83181,12 kWh x Rp. 452,-
= Rp. 37.597.866,-
d. Peluang penghematan pada pompa. Analisa pada pompa dilakukan melalui suatu
pengamatan, meliputi:
Ada tidaknya kebocoran air pada pipa, kran atau tangki air
Sistem operasi pompa
Dari pengamatan yang penulis lakukan diperoleh hasil adanya kebocoran air pada
pipa, kran ataupun wastafel sehingga dapat menambah pengeluaran debit air dan
mempengaruhi kinerja dari pompa serta pemakaian energi listriknya. Jadi diharapkan
kebocoran air pada pipa, kran ataupun wastafel dapat segera diatasi dalam upaya
penghematan energi listrik dari pompa.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. KESIMPULAN

Setelah melakukan pengambilan data, menganalisa dan membuat rekomendasi, maka


dapat disimpulkan bahwa penulis berhasil mengidentifikasi adanya peluang
penghematan energi di Bank Bukopin. Peluang penghematan tersebut sesuai dengan
tujuan penelitian yang ajukan. Peluang penghematan tersebut terdapat pada beberapa
sistem, yaitu :

a. Berdasarkan pada analisa di bab 4, penggunaan energi listrik terbesar sampai


terkecil adalah :

Sistem HVAC = 43,24 %

Lain-lain = 22,28 %

UPS (komputer dan server) = 17,26 %

Penerangan = 16,5 %

Pompa air = 0,49 %

Lift = 0,23 %

b. Pada sistem HVAC metode penghematan yang paling murah adalah dengan
melakukan perubahan jadwal pengoperasian dan perubahan cara perawatan AHU
karena berdasarkan pada informasi dari pihak gedung bahwa pin koil AHU dari
pertama ada, dan sampai sekarang belum pernah di cuci dan perawatannya hanya
membersihkan filter. Besar peluang penghematan dengan perubahan jadwal
sebesar 83181,12 kWh/tahun.

c. Pada sistem UPS metode penghematan yang paling rendah adalah mematikan
sistem komputer di saat jam istirahat dan peluang penghematannya sebesar
22176 kWh/tahun.

d. Sedangkan untuk penerangan, penghematan dapat dilakukan dengan penggantian


ballast lampu, sehingga bisa mengurangi rugi-rugi yang disebabkan oleh ballast.
Dan juga pengurangan jumlah lampu karena Bank Bukopin memiliki tingkat
pencahayaan yang tinggi. Besar peluang penghematan dengan pengurangan
jumlah lampu adalah 209696 kWh/tahun.

e. Untuk penggunaan energi listrik yang di gunakan oleh lift dan pompa cukup kecil
yakni kurang dari 1 %, sehingga tidak perlu dilakukan pengauditan terhadap lift
dan pompa karena tidak berpengaruh besar.

f. Kapasitas daya Bank Bukopin adalah 1385 kVA, sedangkan beban penggunaan
energi listrik pada beban puncak adalah kurang lebih 900 kVA. Dengan kondisi
seperti ini Bank Bukopin tidak dapat melakukan pengurangan kapasitas daya.

5.2. SARAN

a. Setelah penulis melakukan penelitian, sebaiknya Bank Bukopin melakukan


perubahan pengoperasian sistem dengan menggunakan BAS ( Building
Automation System ). Mengingat Bank Bukopin merupakan gedung berlantai 12
sehingga dengan adanya BAS tugas-tugas pemantauan, pencatatan, dan
penyetelan perlengkapan bangunan dapat dilakukan oleh BAS dan tugas-tugas
yang dilakukan oleh teknisi jadi lebih cepat seperti pengoperasian AHU, chiller,
penerangan, dan lift jadi lebih cepat dan tidak menyita waktu banyak. Selain itu
juga kemungkinan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperkecil.

b. Penelitian yang didasarkan pada audit energi ini masih sangat sederhana karena
keterbatasan akses dan autorisasi dalam pengambilan data, diharapkan dapat
dilanjutkan dalam bentuk penelitian lain yang biasa dilakukan oleh Tim Audit.

c. Perlu diperhatikan dalam pengadaan suatu barang seperti sebagian Chiller baru
yang ada di Bank Bukopin, dimana chiller tersebut buatan china. Kalau dilihat
dari nilai investasinya cukup rendah di bandingkan dengan chiller-chiller buatan
eropa, tapi kekurangannya adalah arus nominalnya yang cukup besar
dibandingkan dengan chiller eropa.
DAFTAR PUSTAKA

Frik, H dan Darmawan, AMS, Ilmu Fisika Bangunan, penerbit kanisius


Rahayu, Minto, Tata Tulis Laporan, PNJ, Jakarta, 1999
Tangoro, D, Utilitas Gedung, penerbit Universitas Indonesia,2006
Teknik Energi PEDC Bandung, Teknik Instrumentasi Kontrol Proses (Jilid 2),
Bandung, 1989
SNI 03-6196, Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung, 2000
......., www.bpkp.go.id/unit/hukum/inpres/2005
Lampiran C
Grafik 4.2a. Grafik konsumsi energi listrik tahun 2007

Grafik konsumsi energi listrik tahun 2007


350,000

300,000

250,000
Daya (kWh)

200,000

150,000

100,000

50,000

0
Bulan

ER

ER
I

R
RI

ER
EI
T

IL

LI
I
R

U
N

BE
RE
UA
A

ST
M
PR

JU

B
JU

B
U

EM

EM
EM

TO
A

U
LWBP
A
BR
N

G
JA

ES
PT
A
FE

O
O

D
WBP

SE

N
Grafik 4.2b. Grafik konsumsi energi listrik tahun 2008

Grafik konsumsi energi listrik tahun 2008


350,000
300,000
Daya (kWh)

250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0
Bulan
KT ER

R
I

ES ER
VE R
T

S
IL
R
BR I

LI
N
E
FE AR

BE
E
RE

U
A

B
JU

JU
M

B
B
ST
U

EM
AP

EM
U

M
O
A

LWBP
N

PT
JA

AG

O
SE

WBP
D
N
Lampiran D
Tabel 4.5a Pengukuran daya harian LVMDP I dan 2 untuk hari senin

LVMDP I LVMDP 2
Waktu Daya Daya Daya Daya
Cos Cos
KW KVA KW KVA
6:00 0.97 250 257.73 0.94 350 372.34
5:00 0.98 120 122.45 1 40 40
4:00 0.98 120 122.45 1 40 40
3:00 0.98 120 122.45 1 40 40
2:00 0.98 120 122.45 1 40 40
1:00 0.98 120 122.45 1 40 40
00:00 0.98 120 122.45 1 40 40
23:00 0.98 130 132.65 0.99 40 40.40
22:00 0.9 140 155.56 0.98 50 51.02
21:00 0.96 190 197.92 0.95 170 178.95
20:00 0.96 200 208.33 0.95 150 157.89
19:00 0.96 280 291.67 0.95 150 157.89
18:00 0.97 280 288.66 0.95 280 294.74
17:00 0.96 300 312.50 0.95 240 252.63
16:00 0.96 300 312.50 0.94 500 531.91
15:00 0.96 350 364.58 0.95 500 526.32
14:00 0.97 350 360.82 0.95 500 526.32
13:00 0.95 350 368.42 0.95 500 526.32
12:00 0.96 350 364.58 0.94 430 457.45
11:00 0.95 350 368.42 0.95 410 431.58
10:00 0.96 350 364.58 0.96 420 437.50
9:00 0.95 350 368.42 0.95 480 505.26
8:00 0.96 300 312.50 0.95 480 505.26
7:00 0.97 40 41.24 0.95 480 505.26
Tabel 4.5b. Pengukuran daya harian LVMDP I dan 2 untuk hari selasa

LVMDP I LVMDP 2
Waktu Daya Daya Daya Daya
Cos Cos
KW KVA KW KVA
6:00 0.94 250 265.96 0.94 350 372.34
5:00 0.93 140 150.54 1 30 30
4:00 0.93 140 150.54 1 30 30
3:00 0.93 140 150.54 1 30 30
2:00 0.94 140 148.94 1 30 30
1:00 0.94 140 148.94 1 30 30
00:00 0.94 140 148.94 1 50 50
23:00 0.98 150 153.06 0.99 50 50.51
22:00 0.98 150 153.06 0.98 50 51.02
21:00 0.96 170 177.08 0.95 60 63.16
20:00 0.96 240 250.00 0.95 200 210.53
19:00 0.96 250 260.42 0.95 200 210.53
18:00 0.94 240 255.32 0.95 300 315.79
17:00 0.95 300 315.79 0.95 370 389.47
16:00 0.96 350 364.58 0.94 510 542.55
15:00 0.95 350 368.42 0.95 500 526.32
14:00 0.95 350 368.42 0.95 500 526.32
13:00 0.95 350 368.42 0.95 500 526.32
12:00 0.96 350 364.58 0.94 500 531.91
11:00 0.95 350 368.42 0.95 499 525.26
10:00 0.97 350 360.82 0.96 499 519.79
9:00 0.96 350 364.58 0.95 500 526.32
8:00 0.95 350 368.42 0.95 500 526.32
7:00 0.97 270 278.35 0.95 460 484.21
Tabel 4.5c. Pengukuran daya harian LVMDP I dan 2 untuk hari rabu

LVMDP I LVMDP 2
Waktu Daya Daya Daya Daya
Cos Cos
KW KVA KW KVA
6:00 0.93 230 247.31 0.95 350 368.42
5:00 0.93 130 139.78 1 40 40
4:00 0.93 130 139.78 1 40 40
3:00 0.95 130 136.84 1 40 40
2:00 0.95 130 136.84 1 40 40
1:00 0.95 120 126.32 0.99 40 40.4
00:00 0.93 120 129.03 1 40 40
23:00 0.97 150 154.64 0.99 50 50.51
22:00 0.93 160 172.04 0.96 50 52.08
21:00 0.97 160 164.95 0.95 50 52.63
20:00 0.94 240 255.32 0.95 240 252.63
19:00 0.96 260 270.83 0.95 320 336.84
18:00 0.96 300 312.50 0.96 350 364.58
17:00 0.96 330 343.75 0.94 380 404.26
16:00 0.95 330 347.37 0.96 400 416.67
15:00 0.95 350 368.42 0.95 480 505.26
14:00 0.96 350 364.58 0.95 480 505.26
13:00 0.96 350 364.58 0.95 480 505.26
12:00 0.96 350 364.58 0.93 260 279.57
11:00 0.96 350 364.58 0.95 480 505.26
10:00 0.94 340 361.70 0.96 450 468.75
9:00 0.94 340 361.70 0.94 450 478.72
8:00 0.97 310 319.59 0.95 450 473.68
7:00 0.96 270 281.25 0.94 450 478.72
Tabel 4.5d. Pengukuran daya harian LVMDP I dan 2 untuk hari kamis

LVMDP I LVMDP 2
Waktu Daya Daya Daya Daya
Cos Cos
KW KVA KW KVA
6:00 0.95 250 263.16 0.95 350 368.42
5:00 0.93 150 161.29 0.98 50 51.02
4:00 0.93 140 150.54 0.99 50 50.51
3:00 0.94 110 117.02 0.99 50 50.51
2:00 0.94 110 117.02 0.99 50 50.51
1:00 0.94 110 117.02 0.99 50 50.51
00:00 0.95 140 147.37 0.99 50 50.51
23:00 0.98 145 147.96 1 50 50.00
22:00 0.96 150 156.25 0.98 50 51.02
21:00 0.96 180 187.50 0.94 130 138.30
20:00 0.94 200 212.77 0.95 130 136.84
19:00 0.97 250 257.73 0.95 150 157.89
18:00 0.96 280 291.67 0.95 280 294.74
17:00 0.95 340 357.89 0.95 450 473.68
16:00 0.96 350 364.58 0.95 450 473.68
15:00 0.96 350 364.58 0.94 460 489.36
14:00 0.96 340 354.17 0.94 475 505.32
13:00 0.96 320 333.33 0.94 500 531.91
12:00 0.97 350 360.82 0.94 500 531.91
11:00 0.97 350 360.82 0.95 500 526.32
10:00 0.97 350 360.82 0.95 510 536.84
9:00 0.95 340 357.89 0.95 500 526.32
8:00 0.95 350 368.42 0.95 500 526.32
7:00 0.95 300 315.79 0.95 500 526.32
Tabel 4.5e. Pengukuran daya harian LVMDP I dan 2 untuk hari jum'at

LVMDP I LVMDP 2
Waktu Daya Daya Daya Daya
Cos Cos
KW KVA KW KVA
6:00 0.96 160 166.67 0.93 180 193.55
5:00 0.94 150 159.57 0.94 50 53.19
4:00 0.93 150 161.29 1 50 50
3:00 0.93 150 161.29 1 50 50
2:00 0.94 150 159.57 1 50 50
1:00 0.95 150 157.89 1 50 50
00:00 0.95 150 157.89 0.99 50 50.51
23:00 0.95 150 157.89 0.96 50 52.08
22:00 0.96 150 156.25 0.96 50 52.08
21:00 0.95 150 157.89 0.94 120 127.66
20:00 0.97 200 206.19 0.92 150 163.04
19:00 0.95 250 263.16 0.92 150 163.04
18:00 0.97 300 309.28 0.94 350 372.34
17:00 0.96 310 322.92 0.94 350 372.34
16:00 0.96 340 354.17 0.94 380 404.26
15:00 0.96 350 364.58 0.95 480 505.26
14:00 0.96 330 343.75 0.94 480 510.64
13:00 0.95 320 336.84 0.95 480 505.26
12:00 0.95 320 336.84 0.95 480 505.26
11:00 0.96 340 354.17 0.95 460 484.21
10:00 0.96 340 354.17 0.94 460 489.36
9:00 0.96 340 354.17 0.94 450 478.72
8:00 0.96 340 354.17 0.94 450 478.72
7:00 0.95 260 273.68 0.95 450 473.68
Tabel 4.5f. Pengukuran daya harian LVMDP I dan 2 untuk hari sabtu

LVMDP I LVMDP 2
Waktu Daya Daya Daya Daya
Cos Cos
KW KVA KW KVA
6:00 0.93 160 172.04 1 50 50.00
5:00 0.93 150 161.29 1 50 50.00
4:00 0.95 150 157.89 1 50 50
3:00 0.96 150 156.25 1 50 50
2:00 0.96 150 156.25 1 50 50
1:00 0.97 150 154.64 0.97 50 51.55
00:00 0.96 150 156.25 0.97 50 51.55
23:00 0.96 150 156.25 0.99 50 50.51
22:00 0.97 150 154.64 0.98 50 51.02
21:00 0.96 170 177.08 0.98 50 51.02
20:00 0.96 170 177.08 0.98 50 51.02
19:00 0.96 160 166.67 0.98 50 51.02
18:00 0.95 180 189.47 0.94 230 244.68
17:00 0.95 180 189.47 0.94 230 244.68
16:00 0.9 200 222.22 0.95 200 210.53
15:00 0.97 190 195.88 0.95 180 189.47
14:00 0.96 200 208.33 0.94 270 287.23
13:00 0.96 200 208.33 0.94 270 287.23
12:00 0.96 200 208.33 0.93 250 268.82
11:00 0.96 200 208.33 0.93 250 268.82
10:00 0.95 200 210.53 0.93 200 215.05
9:00 0.95 210 221.05 0.92 200 217.39
8:00 0.95 210 221.05 0.97 200 206.19
7:00 0.96 180 187.50 0.96 200 208.33
Tabel 4.5g. Pengukuran daya harian LVMDP I dan 2 untuk hari minggu

LVMDP I LVMDP 2
Waktu Daya Daya Daya Daya
Cos Cos
KW KVA KW KVA
6:00 0.97 250 257.73 0.94 50 53.19
5:00 0.94 140 148.94 1 50 50.00
4:00 0.94 140 148.94 1 50 50
3:00 0.96 140 145.83 1 50 50
2:00 0.96 140 145.83 1 50 50
1:00 0.97 140 144.33 0.99 50 50.51
00:00 0.97 130 134.02 0.98 50 51.02
23:00 0.97 140 144.33 0.99 50 50.51
22:00 0.96 140 145.83 0.98 50 51.02
21:00 0.93 130 139.78 0.98 50 51.02
20:00 0.94 140 148.94 0.98 50 51.02
19:00 0.94 140 148.94 0.98 50 51.02
18:00 0.96 160 166.67 0.97 50 51.55
17:00 0.96 160 166.67 1 50 50.00
16:00 0.96 170 177.08 1 60 60.00
15:00 0.97 150 154.64 0.95 240 252.63
14:00 0.97 150 154.64 0.95 240 252.63
13:00 0.97 150 154.64 0.95 240 252.63
12:00 0.96 150 156.25 0.95 240 252.63
11:00 0.96 150 156.25 0.95 200 210.53
10:00 0.96 150 156.25 0.95 200 210.53
9:00 0.96 150 156.25 0.95 200 210.53
8:00 0.96 150 156.25 0.99 60 60.61
7:00 0.95 140 147.37 1 50 50.00
Lampiran E

Grafik Pembebanan LVMDP (senin-jum'at)


600

500

eban(kW) 400

300
B

200

100

0
Wak tu (jam )

0
0

0
:0
:0

:0

:0

:0

:0

:0

:0

:0

:0

:0

:0
00 LV MDP I
06

04

02

22

20

18

16

14

12

10

08
LV MDP II
0:

Grafik 4.3a. Pengukuran konsumsi energi listrik hari kerja

Grafik pembebanan LVMDP (sabtu)


300

250

200
Daya (kW)

150

100

50

0 Waktu (jam)
06:00

04:00

02:00

0:00:00

22:00

20:00

18:00

16:00

14:00

12:00

10:00

08:00
LVMDP I
LVMDP II

Grafik 4.3b. Pengukuran konsumsi energi listrik hari sabtu

Grafik pembebanan LVMDP (minggu)


300

250

200
Daya (kW)

150

100

50

0 Wak tu (jam )
0
0

0
:0

LVMDP I
:0

:0

:0

:0

:0

:0

:0

:0

:0

:0

:0
00
06

04

02

22

20

18

16

14

12

10

08
0:

LVMDP II

Grafik 4.3c. Pengukuran konsumsi energi listrik hari minggu


Lampiran F
Tabel 4.6. Pengambilan data pada sistem Chiller di Bank Bukopin

Chiller 1 Chiller 2 Daya Daya


Waktu/Jam Arus Arus Tegangan Cos Ciller 1 Ciller 2
R S T Rata-rata R S T Rata-rata kWh kWh
06:00 200 220 220 213.33 360 360 350 356.67 380 0.84 117.94 197.18
07:00 200 220 220 213.33 360 360 350 356.67 380 0.84 117.94 197.18
08:00 220 250 220 230 380 380 360 373.33 380 0.84 127.16 206.40
09:00 220 250 225 231.67 380 385 360 375.00 380 0.84 128.08 207.32
10:00 220 240 225 228.33 380 385 360 375.00 380 0.84 126.24 207.32
11:00 220 240 225 228.33 385 385 360 376.67 380 0.84 126.24 208.24
12:00 220 240 225 228.33 385 390 360 378.33 380 0.84 126.24 209.16
13:00 220 240 225 228.33 385 390 360 378.33 380 0.84 126.24 209.16
14:00 220 240 225 228.33 390 390 360 380.00 380 0.84 126.24 210.08
15:00 220 240 225 228.33 380 390 360 376.67 380 0.84 126.24 208.24
16:00 220 240 225 228.33 380 390 360 376.67 380 0.84 126.24 208.24
17:00 220 240 225 228.33 380 385 360 375.00 380 0.84 126.24 207.32
18:00 220 240 225 228.33 380 385 360 375.00 380 0.84 126.24 207.32

Daya rata-rata 135.60 223.6


Lampiran G
Tabel 4.7. Pengambilan Data Pada Sistem AHU di Bank Bukopin

Arus
Lantai (Ampere) Arus Rata-Rata Tegangan Power Factor Daya
R S T (Ampere) (Volt) (KWh)
B 19 20 20 19.67 380 0.92 11.91
G 24 25 25 24.67 380 0.92 14.94
1 10 11 11 10.67 380 0.92 6.46
2 14 13 13 13.33 380 0.92 8.07
4 12 11 11 11.33 380 0.92 6.86
5 8 9 8 8.33 380 0.95 5.21
6 8 8 8 8 380 0.95 5.00
7 8 8 8 8 380 0.95 5.00
8 9 9 10 9.33 380 0.95 5.83
9 10 9 9 9.33 380 0.95 5.83
10 9 10 9 9.33 380 0.95 5.83

Jumlah 80.95
Jumlah per bulan (22 hari) 1780.99
Lampiran H
Tabel 4.8. Data Beban Penerangan Bank Bukopin

No Beban Peralatan Jumlah Lampu Daya Lampu (Watt)


1 RM 4 x 36 W 788 113472
2 RM 4 x 36 W Emergency 18 2596
3 TL 1 x 36 W 461 16596
4 Lampu Tangga 1 x 36 W 61 2196
5 Wastafel 1 x 36 W 11 396
6 Wastafel 1 x 18 W 3 54
7 Downlight 2 x 18 W 161 5796
8 Downlight 2 x 18 Emergency 8 288
9 Downlight PLE 18 W 488 8784
10 Downlight halogen 50 W 96 4800
11 Lampu exit 1 x 15 W 37 555
12 Lampu Baret 20 W 7 140
13 Downliht PLE 1 x 13 W 52 676
14 Existing 2 x 36 33 2376
Total 158725
Lampiran I
Tabel 4.9. Data spesifikasi Lift Bank Bukopin

Uraian Lift 1 Lift 2 Lift 3 Lift 4 Lift 5

Merek Lousewrindo Lousewrindo Mitsubishi Mitsubishi Mitsubishi


Buatan Japan Japan Japan Japan Japan
Tipe Lift VFCL P 15-CO-105-12 S/O VFCL P 15-CO-105-12 S/O VFCL P 15-CO-105-12 S/O VFCL P 15-CO-105-12 S/O VFCL P 15-CO-105-12 S/O
Tipe Motor SBJF SBJF SBJF SBJF SBJF
Nomor Serial S 16116009 S 16116010 S 16116009 S 16116002 S 16116006
Kapasitas angkut (orang/kg) 15 / 1000 15 / 1000 15 / 1000 15 / 1000 15 / 1000
Kapasitas Nominal (kW) 15 15 15 15 15
Tegangan Nominal (V) 380 380 150 150 150
Arus Nominal (A) 76 76 76 76 76
Rpm 1430 1430 1430 1430 1430
Frekuensi (Hz) 50 50 50 50 50
Frame 1602 1602 1602 1602 1602
Kelas Solasi B B B B B
Rating 12 H 12 H 12 H 12 H 12 H
Referensi JIS c 4004 JIS c 4004 JIS c 4004 JIS c 4004 JIS c 4004
Amb Temperature 45C 45C 45C 45C 45C
Nomor Bearing Motor 6312 Z 6312 Z 6312 Z 6312 Z 6312 Z
Tahun Pembuatan 1986-10/dimodif 2006 1986-10/dimodif 2006 1686-10 1686-10 1686-10

Berikut menunjukkan hasil pengukuran pada pompa di gedung Bank Bukopin dalam satu hari

Lift Barat (3,4,dan 5) Lift Timur (1 dan 2)


Jam Konsumsi listrik (kWh) Jam Konsumsi listrik (kWh)
16:00 WIB hari sebelumnya 2344.4 16:00 WIB hari sebelumnya 1676.1
16:00 WIB hari berikutnya 1368.4 16:00 WIB hari berikutnya 1684
selisih 24 selisih 8
Lampiran J
Tabel 4.10. Data Pompa Bank Bukopin

Uraian Pompa 1 Pompa 2 dan 3


Merek Elektromotor Franklin Elektric Franklin Elektric
Buatan U.S.A U.S.A
Tipe 23671/19020 23671/19020
Nomor serial 100.083 100.083
Kapasitas (kW) 5.5 15
Tegangan (V) 380 380
Rpm 3450 3450
Frekuensi 50 50
Arus (A) 12,7
Connecting system Star-Delta Star-Delta
Buatan German German

Pompa rata-rata running rata-rata 3 jam


Lampiran K
Tabel 4.11. Data Penggunaan Energi Listrik Harian untuk UPS di Bank Bukopin

UPS I UPS II (Senin - Jum'at) UPS II (Sabtu-Minggu)


Waktu Cos j
Beban (kVA) Beban (kW) Beban (kVA) Beban (kW) Beban (kVA) Beban (kW)
06:00 0.93 30.6 28.458 27 25.11 8 7.44
05:00 0.93 30.6 28.458 27 25.11 8 7.44
04:00 0.95 30.6 29.07 27 25.65 8 7.6
03:00 0.96 30.6 29.376 27 25.92 8 7.68
02:00 0.96 30.6 29.376 27 25.92 8 7.68
01:00 0.97 30.6 29.682 27 26.19 8 7.76
00:00 0.96 30.6 29.376 27 25.92 8 7.68
23:00 0.96 30.6 29.376 27 25.92 8 7.68
22:00 0.97 30.6 29.682 27 26.19 8 7.76
21:00 0.96 30.6 29.376 30 28.8 8 7.68
20:00 0.96 30.6 29.376 36 34.56 8 7.68
19:00 0.96 30.6 29.376 36 34.56 8 7.68
18:00 0.95 30.6 29.07 45 42.75 8 7.6
17:00 0.95 30.6 29.07 75 71.25 8 7.6
16:00 0.9 30.6 27.54 96 86.4 8 7.2
15:00 0.97 30.6 29.682 96 93.12 8 7.76
14:00 0.96 30.6 29.376 96 92.16 8 7.68
13:00 0.96 30.6 29.376 96 92.16 8 7.68
12:00 0.96 30.6 29.376 96 92.16 8 7.68
11:00 0.96 30.6 29.376 96 92.16 8 7.68
10:00 0.95 30.6 29.07 96 91.2 8 7.6
09:00 0.95 30.6 29.07 96 91.2 8 7.6
08:00 0.95 30.6 29.07 96 91.2 8 7.6
07:00 0.96 30.6 29.376 27 25.92 8 7.68
Lampiran L

PT. PLN (Persero)


Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Area Pelayanan Pasar Minggu

Rincian Perhitungan Rekening


ID/Nama PLG : 547101529421/Gedung Bank Bukopin
Bln Rek/Alamat : 10-2008
Jenis Rekening : Reguler
Rp Diskon TMP :
Kode PPJ :P (10%) Rp.0
:
Kode Pemda :0 Rp Reduksi Rp.0
:
Tambahan Daya : Ya Rp Angsuran (P2TL) Rp.0
:
kWh Rata2 Nas :0 Rp Angsuran (kWh Kurang Tagih) Rp.0
kWh Batas :0

Baru Lama
Tarif/Daya : B3/1385000 -
FM KWH/KVARH : 2000/2000 -
FRT :1 -
Kode Pembeda :z -
Sewa Trafo :- -

Jam
LWBP WBP kVARH Tanggal Nyala
Awal 8068.27 1268.04 3405.17 2-Sep-08
Akhir 8183.51 1282.98 3457.85 02-Okt-08 187.99
Selisih 115.24 14.94 52.68 30 Hari

I. Biaya Beban : Daya Kontrak/1000 x Rp Beban


Rp. Beban : 1.285.000/1000 x 28.400
: Nilai Stan Akhir - Stan Awal x Faktor Meter x
II. Pemakaian KWH FRT
Blok I Blok II Blok III Jumlah KWH
230,480 29,380 0 260,360
Biaya Pemakaian
x Rp
Blok I 230,480 452 : Rp 104,176,960
x Rp
Blok II 29,880 904 : Rp 27,011,520
x Rp
Blok III 0 616 : Rp 0
Total : Rp 131,188,480

Batas Pemakaian Pada WBP


Batas Daya (kVA Batas) : 692,50
:
Batas Energi (KWH Batas) 26,333.34
Selisih Pemakaian
Stan KVAMAX WBP : 0.33 (A)
Stan KVAMAX WBP x FM KWH : 0.33 x 2000
KVAMAX WBP : 661,00
Tanggal Peak Load WBP : 17-09-2008
Jam Peak Load WBP : 18:15:00
Energi LWBP (KWH) : 230,480
Energi WBP (KWH) : 29,880

Anda mungkin juga menyukai