Disusun Oleh :
30602200124
SEMARANG
2023
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia dalam menjalani
kegiatan sehari-hari. Penggunaan energi listrik semakin meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi, dimana semakin banyak peralatan yang operasional nya
membutuhkan bantuan energi listrik. Besarnya energi listrik yang digunakan
merupakan hasil perkalian laju penggunaan energi (daya) dikalikan dengan waktu
selama alat tersebut digunakan.
Gedung Kantor PT PLN (Persero) ULP Jatirogo merupakan salah satu
konsumen energi listrik dengan tingkat konsumsi yang cukup besar. Adapun
energi listrik yang tersalurkan dimanfaatkan untuk penerangan, pendingin
ruangan, komputer, handphone dan peralatan lain sebagai penunjang aktivitas di
dalam gedung. Oleh karena itu, perhatian terhadap penghematan konsumsi energi
listrik menjadi sangat penting untuk semakin memperhatikan efisiensi dalam
penggunaan energi tersebut dan mengurangi biaya yang dikeluarkan tiap bulan
nya.
Audit energi merupakan bagian dari manajemen energi, sehingga metode ini
menjadi hal yang relevan sebagai bentuk upaya penghematan energi. Audit energi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengevaluasi kebutuhan energi
dan mengidentifikasi peluang untuk mengurangi konsumsi energi pada suatu
bangunan, pabrik, proses, atau kegiatan (Thumann dan Younger, 2007). Dari hasil
perhitungan tingkat konsumsi energi listrik suatu gedung, dapat diketahui apakah
termasuk dalam kategori sangat efisien, efisien, cukup efisien, hingga sangat
boros. Tentu hal ini harus berdasarkan analisis data keseluruhan yang valid.
Dalam gedung kantor PT PLN (Persero) ULP Jatirogo, efisiensi energi harus
dilakukan tanpa mengurangi produktivitas dan kenyamanan penghuni di dalam
gedung. Audit energi dapat dilaksanakan secara berkala untuk menjamin agar
penggunaan sumber energi dilakukan secara efisien dan rasional. Namun pada
kenyataannya proses audit energi masih jarang dilaksanakan di Indonesia,
terutama pada gedung perkantoran ataupun gedung komersial lainnya.
Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas permasalahan tersebut dalam
tugas akhir yang berjudul “AUDIT ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG
KANTOR PT. PLN (Persero) ULP JATIROGO”.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana porsi dan pola konsumsi energi listrik di gedung kantor PT PLN
(Persero) ULP Jatirogo?
2. Bagaimana menentukan nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik di
gedung kantor PT PLN (Persero) ULP Jatirogo?
3. Bagaimana efisiensi penggunaan energi listrik gedung kantor PT PLN
(Persero) ULP Jatirogo?
4. Apa saja rekomendasi peluang hemat energi listrik yang dapat diterapkan
berdasarkan kondisi aktual di gedung kantor PT PLN (Persero) ULP
Jatirogo?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada laporan ini adalah:
1. Audit energi listrik hanya dilakukan pada area gedung kantor PT PLN
(Persero) ULP Jatirogo.
2. Audit energi dilakukan pada seluruh peralatan listrik terpasang di gedung
kantor PT PLN (Persero) ULP Jatirogo.
3. Audit energi yang dilakukan mengacu pada SNI 61962011 tentang Prosedur
Audit Energi pada Bangunan Gedung dan pelengkapannya
4. Data pengamatan digunakan pada periode 1 tahun, yaitu pemakaian energi
listrik daya aktif pada bulan September 2022 samapai September 2023.
D. Tujuan Laporan
Berdasarkan permasalahan di atas, laporan ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi porsi dan pola konsumsi energi listrik di gedung kantor PT
PLN (Persero) ULP Jatirogo.
2. Menentukan nilai Intensitas Komsumsi Energi (IKE) listrik di gedung kantor
PT PLN (Persero) ULP Jatirogo.
3. Menganalisis efisiensi penggunaan energi listrik di gedung kantor PT PLN
(Persero) ULP Jatirogo.
4. Mengetahui rekomendasi peluang hemat energi listrik yang dapat diterapkan
berdasarkan kondisi aktual di gedung kantor PT PLN (Persero) ULP Jatirogo.
E. Manfaat Laporan
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:
1. Memberikan gambaran evaluasi pemakaian energi listrik di PT. PLN
(Persero) ULP Jatirogo
2. Memberikan kontribusi positif dalam upaya efisiensi penggunaan energi
listrik tanpa mengurangi kenyamanan penghuni Gedung kantor di PT. PLN
(Persero) ULP Jatirogo.
3. Bisa menjadi referensi audit energi untuk instansi yang bermanfaat.
II. KAJIAN TEORI
Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting dalam
menjalani berbagai aktivitas manusia supaya berjalan dengan baik dan lancar. Namun
konsumsi energi listrik secara berlebihan akan membawa dampak negatif tidak hanya
bagi kesejahteraan masyarakat namun berdampak pula terhadap lingkungan. Oleh
karena itu, pemanfaatan energi listrik harus bisa dilakukan secara efisien.
A. Daya Listrik
Daya listrik merupakan penghantar energi pada suatu rangkaian [13]. Kemudian
daya listrik memiliki beberapa jenis, diantaranya [14]:
1) Daya aktif (watt)
Merupakan daya yang terpakai sebenarnya. Dapat dilakukan perhitungan
dengan persamaan sebagai berikut:
𝑃 = 𝑉 × 𝐼 × 𝐶𝑜𝑠∅ (2.1)
2) Daya reaktif (VAr)
Merupakan daya yang diperlukan dalam pembentukan medan magnet yang
kemudian menghasilkan fluks magnet.
𝑄 = 𝑉 × 𝐼 × 𝑆𝑖𝑛∅ (2.2)
3) Daya semu (VA)
Merupakan hasil dari kalkulasi antara tegangan rms dengan arus rms.
𝑆=𝑉×𝐼 (2.3)
Dimana:
P = Daya (watt)
V = Tegangan (volt)
I = Arus (ampere)
Gambar 2.1 Segitiga daya
B. Manajemen Energi
Manajemen energi didefinisikan sebagai pendekatan sistematis dan terpadu untuk
melaksanakan pemanfaatan sumber daya energi secara efektif, efisien, dan
rasional tanpa mengurangi kuantitas maupun kualitas fungsi utama gedung.
Langkah pelaksanaan manajemen energi yang paling awal adalah audit energi.
Audit energi ini meliputi analisis profil penggunaan energi, mengidentifikasi
pemborosan energi dan menyusun langkah pencegahan. (Hilmawan, 2009).
C. Konservasi Energi
Konservasi energi adalah memaksimalkan energi listrik yang difungsikan untuk
menjaga pendistribusian listrik dan instrumen yang menjadi lebih efisien.
Konsumen bisa mendapatkan kebutuhan energi listrik secara merata. Konservasi
energi ditujukan untuk mendapatkan tingkat efisien dari penggunaan listrik yang
digunakan oleh masyarakat, industri dan instansi[15].
D. Audit Energi
Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan keharusan untuk
mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian operasi selama
selang waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan dapat
dilakukan (Abdurarachim dkk, 2002). Untuk mengetahui profil penggunaan
energi listrik di suatu bangunan gedung dapat dilakukan audit energi listrik pada
bangunan gedung tersebut. Audit energi adalah suatu analisis terhadap jenis dan
besarnya energi yang digunakan dalam sebuah sistem, seperti gedung bertingkat
atau Gedung lain nya serta mencoba mengidentifikasikan kemungkinan
penghematan energi. Hasil akhir yang didapat berupa laporan terkait bagian area
yang mengalami pemborosan energi maupun yang sudah efisien. Audit energi
dapat dilakukan setiap saat yang terdiri dari beberapa tahap, diantaranya:
1) Pengumpulan data history energi listrik pada periode sebelumnya
2) Pengukuran langsung penggunaan energi listrik
3) Perhitungan intensitas kebutuhan energi (IKE) listrik
4) Analisa mengenai peluang hemat energi[12]
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 61962011, audit energi dibagi
menjadi tiga jenis yaitu: (Badan Standarisasi Nasional, 2011)
1) Audit energi singkat
2) Audit energi awal
Audit yang hanya dilakukan pada bagian vital saja. Audit energi awal
merupakan pengumpulan data dimana, bagaimana, berapa dan jenis energi
apa yang dipergunakan oleh suatu fasilitas. Data ini diperoleh dari catatan
penggunaan energi pada tahun ke tahun atau bulan ke bulan.
3) Audit energi rinci
Audit energi yang dilakukan secara menyeluruh terhadap seluruh aspek yang
mengkonsumsi energi listrik beserta semua kemungkinan penghematan yang
dapat dilakukan. Biasanya dilakukan oleh lembaga auditor yang profesional
dalam jangka waktu tertentu. Audit energi rinci merupakan survey dengan
memakai instrumen untuk menyelidiki peralatan-peralatan energi. Yang
selanjutnya diteruskan analisa secara rinci terhadap masing-masing
komponen peralatan guna mengidentifikasi jumlah energi yang dikonsumsi
oleh peralatan. Sehingga pada akhirnya dapat disusun aliran energi
keseluruhan bangunan.
Bila nilai IKE hasil perhitungan telah dibandingkan dengan target IKE dan
hasilnya ternyata sama atau kurang dari target IKE, maka kegiatan audit
selanjutnya dapat dihentikan atau diteruskan dengan harapan diperoleh nilai IKE
yang lebih rendah lagi. Konsumsi energi secara spesifik dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Bila presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas
lantai total gedung kurang dari 10 %, maka gedung tersebut termasuk gedung
yang tidak menggunakan AC dan intensitas konsumsi energi per luas lantai
adalah:
Jumlah Pemakaian Energi Listrik ( Kwh )
IKE1 =
Luas Bangunan ( m2 )
(2.5)
2. Bila presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas
lantai total gedung lebih dari 90 %, maka gedung tersebut termasuk gedung
yang menggunakan AC dan intensitas konsumsi energi per luas lantai adalah:
Jumlah Pemakaian Energi Listrik ( Kwh )
IKE2 =
Luas Bangunan ( m2 )
(2.6)
3. Bila presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas
lantai total gedung lebih dari 10 % dan kurang dari 90 %, maka gedung
tersebut termasuk gedung yang menggunakan AC dan tidak menggunakan
AC. Intensitas konsumsi energi per luas lantai tidak menggunakan AC adalah:
Jumlah Pemakaian Energi Listrik ( kWh )−Konsumsi Energi AC (kWh)
IKE3 =
Luas Bangunan ( m2 )
(2.7)
Intensitas konsumsi energi per luas lantai menggunakan AC adalah :
Konsumsi Energi AC ( kWh )
IKE4 = +
Luas Bangunan ( m2 )
Jumlah Pemakaian Energi Listrik ( kWh )−Konsumsi Energi AC (kWh)
(2.8)
Luas Bangunan ( m2 )
Dimana nlai 500 diperoleh dari standar tinggi ruangan di negara Indonesia
yang umumnya berkisar 2,5 sampai 3 meter.
Hubungan nilai PK dengan BTU/hr dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3. Hubungan nilai PK terhadap BTU/hr.
Nilai PK BTU/hr
0,5 5.000
0,75 7.000
1 9.000
1,5 12.000
2 18.000
III. METODELOGI LAPORAN
A. Waktu dan Tempat Laporan
Pelaksanaan Audit Energi dilakukan di Gedung Kantor PT PLN (Persero) Unit
Pelaksana Pelayanan Pelanggan (ULP) Jatirogo, Kab. Tuban. Gedung kantor PT
PLN (Persero) ULP Jatirogo terletak di Jalan Panglima Sudirman, Kec Jatirogo.
Pelaksanaan Audit Energi ini mengacu pada SNI 6169:2011 pada tahun 2011
yang diterbitkan oleh BSN.
B. Alat dan Bahan Pengukuran
Pengambilan bahan acuan energi dilakukan dengan mengumpulkan data
pemakaian energi listrik dimulai dari bulan Oktober 2022 sampai dengan bulan
September 2023 serta dengan cara mengukur besar beban listrik secara langsung
dari keluaran kWh meter Gedung Kantor ULP Jatirogo menggunakan alat ukut
Clamp On merek HIOKI. Pada alat ukur tersebut telah mencakup besaran-besaran
listrik seperti tegangan, arus, faktor daya, dan daya aktif dalam satu perangkat
tanpa memutus jalur kabel yang akan diukur.
C. Tahapan Pelaksanaan Laporan
Laporan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai intensitas komsumsi energi listrik
(IKE) dan mengetahui penggunaan energi listrik di Gedung Kantor ULP Jatirogo.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam laporan ini sebagai berikut:
1. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data yang diperlukan dalam laporan ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer
dan data sekunder.
a. Data Primer
Dalam laporan ini data primer yang diukur yaitu rincian luas total
bangunan (𝑚2) dan besarnya daya aktif (P) yang terukur pada keluaran
kWh meter Gedung Kantor ULP Jatirogo sebagai acuan analisa nilai
pemakian energi listrik di Gedung Kantor ULP Jatirogo. Luas lantai
keseluruhan gedung utama adalah 672 m 2 dan luas lantai keseluruhan
gedung Teknik adalah 150 m2.
b. Data sekunder
Data sekunder yang diperlukan pada laporan ini yaitu denah bangunan
seluruh ruangan, besarnya daya tersambung dari sumber listrik PLN, tarif
dasar listrik terbaru, serta riwayat pemakaian energi dan pembayaran
rekening listrik dari bulan Oktober 2022 sampai September 2023 milik
kantor gendung ULP Jatirogo.
2. Survei Lapangan.
Survei dilakukan dengan cara melakukan dokumentasi bangunan gedung
kantor ULP Jatirogo. Adapun gambar denah gedung kantor ULP Jatirogo
dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:
ULP Jatirogo terdiri 2 bangunan gedung, yaitu Gedung Utama dan Gedung
Teknik. Gedung Utama memiliki dua lantai dengan rincian pada lantai
pertama terdapat 3 ruang kerja, 2 ruang kamar mandi, 1 ruang dapur, dan 1
ruang server. Kemudian pada lantai dua terdapat 3 ruang kerja dan 1 ruang
kamar mandi. Pada Gegdung Teknik terdapat 3 ruang kerja dan 1 ruang kamar
mandi.
3. Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik adalah pembagian antara konsumsi
energi listrik pada kurun waktu tertentu dengan satuan luas bangunan
gedung. Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi, nilai IKE dari
suatu bangunan gedung digolongkan dalam dua kriteria, yaitu untuk
bangunan ber-AC dan bangunan tidak ber-AC. Dari hasil perhitungan nilai
IKE ini, dapat dilihat tingkat konsumsi energi di gedung kantor ULP Jatirogo
dan dapat dikatakan efisien jika sesuai dengan standard yang sudah
ditetapkan.
4. Rekomendasi untuk penghematan
Memilih AC hemat energi dengan daya (PK) yang sesuai dengan besarnya
ruangan dan kapasitas orang didalamnya. Menghidupkan jumlah lampu
sesuai kebutuhan.
Trend besarnya pemakaian energi listrik (kWh) dan biaya rupiah/kwh yang harus
dikeluarkan setiap bulan nya oleh konsumen Gedung Kantor ULP Jatirogo dari
bulan Oktober 2022 sampai dengan September 2023 dapat dilihat pada gambar
4.1 dan 4.2 di bawah ini:
Gambar 4.1. Grafik Pemakaian Energi Listrik (kWh) Gedung Kantor PLN ULP
Jatirogo.
Gambar 4.2. Grafik Biaya Rekening Listrik Gedung Kantor PLN ULP Jatirogo.
B. Luas Bangunan dan Daya Total Energi Listrik di Gedung Kantor ULP Jatirogo
Dalam tujuan mendapatkan nilai IKE listrik, dibutuhkan data luas bangunan total
dan daya total enrgi listrik yang digunakan pada Gedung Kantor ULP Jatirogo.
Pengukuran luas per bangunan dilakukan menggunakan meter bangunan dan
pengukuran daya total energi listrik dilakukan dengan menggunakan tang amper
HIOKI yang dipasang pada keluaran KWH Meter. Dimana untuk pembagian
jurusan beban energi listrik yaitu, besarnya beban pada Fasa R merupakan daya
yang digunakan untuk Gedung Utama Lantai 1, Fasa S merupakan daya yang
digunakan untuk Gedung Utama Lantai 2, dan Fasa T merupakan daya yang
digunakan untuk Gedung Teknik. Untuk mendapatkan nilai energi listrik (kWh)
selama satu bulan, menggunakan cara pengambilan daya rata-rata yang terukur
dari setiap jurusan beban. Hasil pengukuran, dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4
berikut:
Tabel 4.3. Pemakaian Daya Aktif listrik/jam (kWh) Ruangan ber-AC.
Daya Aktif (P) Luas Bangunan
No. Nama Bangunan kWh/bulan
Rata-rata (m2)
1. Gedung Utama
78 kW 2250 288
Lantai 1 Ber-AC
2. Gedung Utama
61 kW 1830 300
Lantai 2 Ber-AC
3. Gedung Teknik
54 kW 1620 126
Ber-AC
Total 5700 714
Tabel 4.4. Tabel Pemakaian Daya Aktif listrik/jam (kWh) Ruangan tidak ber-AC.
Daya Aktif (P) Luas Bangunan
No. Nama Bangunan kWh/bulan
Rata-rata (m2)
1. Gedung Utama
0,92 kW 27,5 kW 30
Lantai 1 Non-AC
2. Gedung Utama
0,28 kW 8,4 kW 9
Lantai 2 Non-AC
3. Gedung Teknik
0,393 kW 11,8 kW 14
Non-AC
Total 47,7 kW 53
Sebelum Sesudah
Gambar 4.3. Grafik IKE Gedung Teknik Sebelum dan Sesudah Pergantian AC
H. Perhitungan Biaya Listrik Kondisi Setelah Penggantian AC
Pengurangan biaya pemakaian listrik yang dikeluarkan per bulan nya setelah
penggantian AC dapat dihitung sebagai berikut:
= (Pemakaian Kwh 1 bln Existing – Selisish kWh AC) X Tarif Dasar Listrik
= (5747,7 – 220,65) X Rp. 1644,52,-
= 5527,05 X Rp. 1644,52,-
= Rp 9.089.344,-
Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU) sebesar (10%)
= 10% X Rp 9.089.344,-
= Rp 908.934,-
Biaya Tagihan Rekening Listrik PLN
= Biaya pemakaian Listrik + PPJU
= Rp 9.089.344,- + Rp 908.934,-
= Rp 9.998.278,-
Dengan mengganti kapasitas PK AC di Gedung Teknik sesuai dengan luas
ruangan, dapat menghemat biaya rekening listrik per bulan nya sebesar Rp
399.149,-
Sebelum Sesudah
Grafik 4.6 Biaya Rekening Listrik per Bulan Sebelum dan sesudah Pergantian AC
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari laporan audit energi pada Gedung Kantor ULP Jatirogo yang sudah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengamatan pada Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
Gedung Kantor ULP Jatirogo termasuk dalam kategori “efisien” (10,56
kWh/m2/bulan) karena standardnya sebesar 7,92 – 12,08kWh/m2/bulan
untuk ruangan ber-AC dan “cukup efisien” untuk ruangan tidak ber-AC (1,00
kWh/m2/bulan) dengan standardnya sebesar 1,67-2,5 kWh/m2/bulan.
2. Untuk nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) selama satu tahun, nilainya
sebesar 89,92 kWh/m2/tahun yang artinya masih dibawah standar SNI
6169:2011 yaitu sebesar 240 kWh/m2/tahun untuk Gedung Perkantoran
(Komersil)..
3. Selelah dilakukan peluang penghematan energi pada bangunan Gedung
Teknik
B. Rekomendasi