Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

AUDIT ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG KANTOR PT. PLN (Persero)


UNIT PELAYANAN PELANGGAN (ULP) JATIROGO

Disusun Oleh :

AYU WIDIANA PUTRI

30602200124

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2023
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia dalam menjalani
kegiatan sehari-hari. Penggunaan energi listrik semakin meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi, dimana semakin banyak peralatan yang operasional nya
membutuhkan bantuan energi listrik. Besarnya energi listrik yang digunakan
merupakan hasil perkalian laju penggunaan energi (daya) dikalikan dengan waktu
selama alat tersebut digunakan.
Gedung Kantor PT PLN (Persero) ULP Jatirogo merupakan salah satu
konsumen energi listrik dengan tingkat konsumsi yang cukup besar. Adapun
energi listrik yang tersalurkan dimanfaatkan untuk penerangan, pendingin
ruangan, komputer, handphone dan peralatan lain sebagai penunjang aktivitas di
dalam gedung. Oleh karena itu, perhatian terhadap penghematan konsumsi energi
listrik menjadi sangat penting untuk semakin memperhatikan efisiensi dalam
penggunaan energi tersebut dan mengurangi biaya yang dikeluarkan tiap bulan
nya.
Audit energi merupakan bagian dari manajemen energi, sehingga metode ini
menjadi hal yang relevan sebagai bentuk upaya penghematan energi. Audit energi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengevaluasi kebutuhan energi
dan mengidentifikasi peluang untuk mengurangi konsumsi energi pada suatu
bangunan, pabrik, proses, atau kegiatan (Thumann dan Younger, 2007). Dari hasil
perhitungan tingkat konsumsi energi listrik suatu gedung, dapat diketahui apakah
termasuk dalam kategori sangat efisien, efisien, cukup efisien, hingga sangat
boros. Tentu hal ini harus berdasarkan analisis data keseluruhan yang valid.
Dalam gedung kantor PT PLN (Persero) ULP Jatirogo, efisiensi energi harus
dilakukan tanpa mengurangi produktivitas dan kenyamanan penghuni di dalam
gedung. Audit energi dapat dilaksanakan secara berkala untuk menjamin agar
penggunaan sumber energi dilakukan secara efisien dan rasional. Namun pada
kenyataannya proses audit energi masih jarang dilaksanakan di Indonesia,
terutama pada gedung perkantoran ataupun gedung komersial lainnya.
Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas permasalahan tersebut dalam
tugas akhir yang berjudul “AUDIT ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG
KANTOR PT. PLN (Persero) ULP JATIROGO”.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana porsi dan pola konsumsi energi listrik di gedung kantor PT PLN
(Persero) ULP Jatirogo?
2. Bagaimana menentukan nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik di
gedung kantor PT PLN (Persero) ULP Jatirogo?
3. Bagaimana efisiensi penggunaan energi listrik gedung kantor PT PLN
(Persero) ULP Jatirogo?
4. Apa saja rekomendasi peluang hemat energi listrik yang dapat diterapkan
berdasarkan kondisi aktual di gedung kantor PT PLN (Persero) ULP
Jatirogo?

C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada laporan ini adalah:
1. Audit energi listrik hanya dilakukan pada area gedung kantor PT PLN
(Persero) ULP Jatirogo.
2. Audit energi dilakukan pada seluruh peralatan listrik terpasang di gedung
kantor PT PLN (Persero) ULP Jatirogo.
3. Audit energi yang dilakukan mengacu pada SNI 61962011 tentang Prosedur
Audit Energi pada Bangunan Gedung dan pelengkapannya
4. Data pengamatan digunakan pada periode 1 tahun, yaitu pemakaian energi
listrik daya aktif pada bulan September 2022 samapai September 2023.

D. Tujuan Laporan
Berdasarkan permasalahan di atas, laporan ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi porsi dan pola konsumsi energi listrik di gedung kantor PT
PLN (Persero) ULP Jatirogo.
2. Menentukan nilai Intensitas Komsumsi Energi (IKE) listrik di gedung kantor
PT PLN (Persero) ULP Jatirogo.
3. Menganalisis efisiensi penggunaan energi listrik di gedung kantor PT PLN
(Persero) ULP Jatirogo.
4. Mengetahui rekomendasi peluang hemat energi listrik yang dapat diterapkan
berdasarkan kondisi aktual di gedung kantor PT PLN (Persero) ULP Jatirogo.
E. Manfaat Laporan
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:
1. Memberikan gambaran evaluasi pemakaian energi listrik di PT. PLN
(Persero) ULP Jatirogo
2. Memberikan kontribusi positif dalam upaya efisiensi penggunaan energi
listrik tanpa mengurangi kenyamanan penghuni Gedung kantor di PT. PLN
(Persero) ULP Jatirogo.
3. Bisa menjadi referensi audit energi untuk instansi yang bermanfaat.
II. KAJIAN TEORI
Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting dalam
menjalani berbagai aktivitas manusia supaya berjalan dengan baik dan lancar. Namun
konsumsi energi listrik secara berlebihan akan membawa dampak negatif tidak hanya
bagi kesejahteraan masyarakat namun berdampak pula terhadap lingkungan. Oleh
karena itu, pemanfaatan energi listrik harus bisa dilakukan secara efisien.
A. Daya Listrik
Daya listrik merupakan penghantar energi pada suatu rangkaian [13]. Kemudian
daya listrik memiliki beberapa jenis, diantaranya [14]:
1) Daya aktif (watt)
Merupakan daya yang terpakai sebenarnya. Dapat dilakukan perhitungan
dengan persamaan sebagai berikut:
𝑃 = 𝑉 × 𝐼 × 𝐶𝑜𝑠∅ (2.1)
2) Daya reaktif (VAr)
Merupakan daya yang diperlukan dalam pembentukan medan magnet yang
kemudian menghasilkan fluks magnet.
𝑄 = 𝑉 × 𝐼 × 𝑆𝑖𝑛∅ (2.2)
3) Daya semu (VA)
Merupakan hasil dari kalkulasi antara tegangan rms dengan arus rms.
𝑆=𝑉×𝐼 (2.3)
Dimana:
P = Daya (watt)
V = Tegangan (volt)
I = Arus (ampere)
Gambar 2.1 Segitiga daya

B. Manajemen Energi
Manajemen energi didefinisikan sebagai pendekatan sistematis dan terpadu untuk
melaksanakan pemanfaatan sumber daya energi secara efektif, efisien, dan
rasional tanpa mengurangi kuantitas maupun kualitas fungsi utama gedung.
Langkah pelaksanaan manajemen energi yang paling awal adalah audit energi.
Audit energi ini meliputi analisis profil penggunaan energi, mengidentifikasi
pemborosan energi dan menyusun langkah pencegahan. (Hilmawan, 2009).

C. Konservasi Energi
Konservasi energi adalah memaksimalkan energi listrik yang difungsikan untuk
menjaga pendistribusian listrik dan instrumen yang menjadi lebih efisien.
Konsumen bisa mendapatkan kebutuhan energi listrik secara merata. Konservasi
energi ditujukan untuk mendapatkan tingkat efisien dari penggunaan listrik yang
digunakan oleh masyarakat, industri dan instansi[15].

D. Audit Energi
Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan keharusan untuk
mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian operasi selama
selang waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan dapat
dilakukan (Abdurarachim dkk, 2002). Untuk mengetahui profil penggunaan
energi listrik di suatu bangunan gedung dapat dilakukan audit energi listrik pada
bangunan gedung tersebut. Audit energi adalah suatu analisis terhadap jenis dan
besarnya energi yang digunakan dalam sebuah sistem, seperti gedung bertingkat
atau Gedung lain nya serta mencoba mengidentifikasikan kemungkinan
penghematan energi. Hasil akhir yang didapat berupa laporan terkait bagian area
yang mengalami pemborosan energi maupun yang sudah efisien. Audit energi
dapat dilakukan setiap saat yang terdiri dari beberapa tahap, diantaranya:
1) Pengumpulan data history energi listrik pada periode sebelumnya
2) Pengukuran langsung penggunaan energi listrik
3) Perhitungan intensitas kebutuhan energi (IKE) listrik
4) Analisa mengenai peluang hemat energi[12]
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 61962011, audit energi dibagi
menjadi tiga jenis yaitu: (Badan Standarisasi Nasional, 2011)
1) Audit energi singkat
2) Audit energi awal
Audit yang hanya dilakukan pada bagian vital saja. Audit energi awal
merupakan pengumpulan data dimana, bagaimana, berapa dan jenis energi
apa yang dipergunakan oleh suatu fasilitas. Data ini diperoleh dari catatan
penggunaan energi pada tahun ke tahun atau bulan ke bulan.
3) Audit energi rinci
Audit energi yang dilakukan secara menyeluruh terhadap seluruh aspek yang
mengkonsumsi energi listrik beserta semua kemungkinan penghematan yang
dapat dilakukan. Biasanya dilakukan oleh lembaga auditor yang profesional
dalam jangka waktu tertentu. Audit energi rinci merupakan survey dengan
memakai instrumen untuk menyelidiki peralatan-peralatan energi. Yang
selanjutnya diteruskan analisa secara rinci terhadap masing-masing
komponen peralatan guna mengidentifikasi jumlah energi yang dikonsumsi
oleh peralatan. Sehingga pada akhirnya dapat disusun aliran energi
keseluruhan bangunan.

E. Intensitas Konsumsi Energi


Intensitas Konsumsi Energi (IKE) adalah suatu besaran energi yang digunakan
pada suatu bangunan gedung per luas area yang dikondisikan dalam satu bulan
atau satu tahun. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Intensitas Konsumsi Energi
(IKE) adalah suatu acuan penggunaan energi yang digunakan di suatu gedung dan
melihat potensi penghematan yang mungkin dilakukan[3]. Intensitas Konsumsi
Energi (IKE) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

JUMLAH PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK ( Kwh )


IKE =
LUAS BANGUNAN ( m2 )
(2.4)

Tabel 2.1 Standardisasi IKE pada Bangunan Gedung.


No. Jenis Gedung IKE (kWh/m2/Tahun)
1. Perkantoran (Komersil) 240
2. Pusat Perbelanjaan 330
3. Hotel dan Apartemen 300
4. Rumah Sakit 380

Tabel 2.2 Konsumsi Energi Listrik dalam kWh/m2/Bln.


Konsumsi Energi Listrik Bulanan (kWh/m2/Bln)
Kriteria
Ber-AC Tidak Ber-AC
Sangat Efisien 4,71 - 7,92
Efisien 7,92 - 12,08 0,84 - 1,67
Cukup Efisien 12,08 - 14,58 1,67 - 2,5
Agak Boros 15,58 - 19,17
Boros 19,17 - 23,75 2,5 - 3,34
Sangat Boros 23,75 - 37,5 3,34 - 4,17

Bila nilai IKE hasil perhitungan telah dibandingkan dengan target IKE dan
hasilnya ternyata sama atau kurang dari target IKE, maka kegiatan audit
selanjutnya dapat dihentikan atau diteruskan dengan harapan diperoleh nilai IKE
yang lebih rendah lagi. Konsumsi energi secara spesifik dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Bila presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas
lantai total gedung kurang dari 10 %, maka gedung tersebut termasuk gedung
yang tidak menggunakan AC dan intensitas konsumsi energi per luas lantai
adalah:
Jumlah Pemakaian Energi Listrik ( Kwh )
IKE1 =
Luas Bangunan ( m2 )
(2.5)
2. Bila presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas
lantai total gedung lebih dari 90 %, maka gedung tersebut termasuk gedung
yang menggunakan AC dan intensitas konsumsi energi per luas lantai adalah:
Jumlah Pemakaian Energi Listrik ( Kwh )
IKE2 =
Luas Bangunan ( m2 )
(2.6)
3. Bila presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas
lantai total gedung lebih dari 10 % dan kurang dari 90 %, maka gedung
tersebut termasuk gedung yang menggunakan AC dan tidak menggunakan
AC. Intensitas konsumsi energi per luas lantai tidak menggunakan AC adalah:
Jumlah Pemakaian Energi Listrik ( kWh )−Konsumsi Energi AC (kWh)
IKE3 =
Luas Bangunan ( m2 )
(2.7)
Intensitas konsumsi energi per luas lantai menggunakan AC adalah :
Konsumsi Energi AC ( kWh )
IKE4 = +
Luas Bangunan ( m2 )
Jumlah Pemakaian Energi Listrik ( kWh )−Konsumsi Energi AC (kWh)
(2.8)
Luas Bangunan ( m2 )

F. Analisis Peluang Hemat Energi (PHE)


Jika peluang hemat energi telah diidentifikasi, maka perlu dilakukan analisis
peluang hemat energi, yaitu membandingkan potensi hemat energi yang didapat
dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan rencana penghematan
energi yang direkomendasikan. Penghematan energi pada bangunan gedung tetap
perlu memperhatikan kenyamanan anggota di dalam gedung. Potensi
penghematan energi dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Tanpa biaya atau biaya rendah (no/low cost), yaitu peluang penghematan
energi yang bersifat house keeping perbaikan cara pengoperasian alat dan
peningkatan kesadaran operator.
2. Biaya sedang (medium cost), yaitu peluang penghematan energi yang
diperoleh melalui modifikasi sistem/peralatan.
3. Biaya tinggi (high cost), yaitu peluang penghematan energi melalui
modifikasi sistem proses. Jika didapati IKE lebih besar dari IKE standar maka
akan ada potensi penghematan.

G. Air Conditioner (AC)


Air Conditioner merupakan sebuah alat yang mampu mengkondisikan udara. AC
berfungsi sebagai penyejuk udara yang diinginkan (sejuk atau dingin) dan
nyaman bagi tubuh. Ketetapan kapasitas AC yang umumnya menjadi ukuran
untuk menetukan penggunaan jumlah AC yang seharusnya terpasang dengan
menyesuaikan luas ruangan sehingga diperoleh kapasitas AC yang efisien.
1. British Thermal Unit (BTU)
BTU/hr merupakan salah satu satuan panas yang digunakan oleh negara
amerika juga beberapa negara di britania raya. BTU/hr pada bisa dikatakan
kemampuan mengurangi panas/mendinginkan ruangan dengan luas dan
kondisi tertentu selama 1 jam. Untuk menghitung besar BTU/hr ada beberapa
persamaan. Salah satunya yaitu seperti persamaan 2.1 berikut [9].

BTU/hr = Luas Ruangan X 500 (2.9)

Dimana nlai 500 diperoleh dari standar tinggi ruangan di negara Indonesia
yang umumnya berkisar 2,5 sampai 3 meter.

2. Paarkde Kracht (PK)


PK merupakan singkatan dari Paarkde Kracht yang berasal darai bahasa
belanda yang memilii arti tenaga kuda [10]. Dalam bahasa inggris disebut
Horse Power (Tenaga Kuda). PK dijadikan sebagai satuan kompresor pada
sebuah AC. Untuk mengkonversi nilai BTU ke dalam PK, maka dapat
menggunakan persamaan 2.10 berikut [11].

Nilai BTU /hr


Nilai kapasitas PK = (2.10)
9.000

Hubungan nilai PK dengan BTU/hr dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3. Hubungan nilai PK terhadap BTU/hr.
Nilai PK BTU/hr
0,5 5.000
0,75 7.000
1 9.000
1,5 12.000
2 18.000
III. METODELOGI LAPORAN
A. Waktu dan Tempat Laporan
Pelaksanaan Audit Energi dilakukan di Gedung Kantor PT PLN (Persero) Unit
Pelaksana Pelayanan Pelanggan (ULP) Jatirogo, Kab. Tuban. Gedung kantor PT
PLN (Persero) ULP Jatirogo terletak di Jalan Panglima Sudirman, Kec Jatirogo.
Pelaksanaan Audit Energi ini mengacu pada SNI 6169:2011 pada tahun 2011
yang diterbitkan oleh BSN.
B. Alat dan Bahan Pengukuran
Pengambilan bahan acuan energi dilakukan dengan mengumpulkan data
pemakaian energi listrik dimulai dari bulan Oktober 2022 sampai dengan bulan
September 2023 serta dengan cara mengukur besar beban listrik secara langsung
dari keluaran kWh meter Gedung Kantor ULP Jatirogo menggunakan alat ukut
Clamp On merek HIOKI. Pada alat ukur tersebut telah mencakup besaran-besaran
listrik seperti tegangan, arus, faktor daya, dan daya aktif dalam satu perangkat
tanpa memutus jalur kabel yang akan diukur.
C. Tahapan Pelaksanaan Laporan
Laporan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai intensitas komsumsi energi listrik
(IKE) dan mengetahui penggunaan energi listrik di Gedung Kantor ULP Jatirogo.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam laporan ini sebagai berikut:
1. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data yang diperlukan dalam laporan ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer
dan data sekunder.
a. Data Primer
Dalam laporan ini data primer yang diukur yaitu rincian luas total
bangunan (𝑚2) dan besarnya daya aktif (P) yang terukur pada keluaran
kWh meter Gedung Kantor ULP Jatirogo sebagai acuan analisa nilai
pemakian energi listrik di Gedung Kantor ULP Jatirogo. Luas lantai
keseluruhan gedung utama adalah 672 m 2 dan luas lantai keseluruhan
gedung Teknik adalah 150 m2.
b. Data sekunder
Data sekunder yang diperlukan pada laporan ini yaitu denah bangunan
seluruh ruangan, besarnya daya tersambung dari sumber listrik PLN, tarif
dasar listrik terbaru, serta riwayat pemakaian energi dan pembayaran
rekening listrik dari bulan Oktober 2022 sampai September 2023 milik
kantor gendung ULP Jatirogo.
2. Survei Lapangan.
Survei dilakukan dengan cara melakukan dokumentasi bangunan gedung
kantor ULP Jatirogo. Adapun gambar denah gedung kantor ULP Jatirogo
dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:

ULP Jatirogo terdiri 2 bangunan gedung, yaitu Gedung Utama dan Gedung
Teknik. Gedung Utama memiliki dua lantai dengan rincian pada lantai
pertama terdapat 3 ruang kerja, 2 ruang kamar mandi, 1 ruang dapur, dan 1
ruang server. Kemudian pada lantai dua terdapat 3 ruang kerja dan 1 ruang
kamar mandi. Pada Gegdung Teknik terdapat 3 ruang kerja dan 1 ruang kamar
mandi.
3. Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik adalah pembagian antara konsumsi
energi listrik pada kurun waktu tertentu dengan satuan luas bangunan
gedung. Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi, nilai IKE dari
suatu bangunan gedung digolongkan dalam dua kriteria, yaitu untuk
bangunan ber-AC dan bangunan tidak ber-AC. Dari hasil perhitungan nilai
IKE ini, dapat dilihat tingkat konsumsi energi di gedung kantor ULP Jatirogo
dan dapat dikatakan efisien jika sesuai dengan standard yang sudah
ditetapkan.
4. Rekomendasi untuk penghematan
Memilih AC hemat energi dengan daya (PK) yang sesuai dengan besarnya
ruangan dan kapasitas orang didalamnya. Menghidupkan jumlah lampu
sesuai kebutuhan.

Langkah kerja dalam laporan ini berdasarkan flowchart

IV. HASIL AUDIT ENERGI LISTRIK DAN PEMBAHASAN


A. Data Riwayat Pembayaran Listrik
Gedung kantor ULP Jatirogo merupakan konsumen energi listrik dengan daya
tersambung 30 kVA dan termasuk golongan tarif listrik bisnis LB2. Data riwayat
pembayaran rekening listrik daya aktif yang digunakan dalam analisis audit
energi pada laporan ini yaitu pembayaran listrik dimulai dari bulan Oktober 2022
sampai September 2023. Rincian nya bisa dilihat pada table 4.1. sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Riwayat Rekening Listrik Dalam Satu Tahun Terakhir.
No. Bulan Pemakaian kWh/Bulan Rupiah Tagihan PLN
1. Oktober 2022 7445 Rp. 6.308.619,-
2. November 2022 4849 Rp. 5.963.097,-
3. Desember 2022 4272 Rp. 6.876.378,-
4. Januari 2023 4323 Rp. 12.172.762,-
5. Februari 2023 4738 Rp. 6.149.647,-
6. Maret 2023 4453 Rp. 7.491.182,-
7. April 2023 4618 Rp. 7.223.523,-
8. Mei 2023 3791 Rp. 7.685.842,-
9. Juni 2023 3630 Rp. 7.012.641,-
10. Juli 2023 4239 Rp. 6.929.910,-
11. Agustus 2023 3676 Rp. 7.865.902,-
12. September 2023 3889 Rp. 11.907.237,-

Trend besarnya pemakaian energi listrik (kWh) dan biaya rupiah/kwh yang harus
dikeluarkan setiap bulan nya oleh konsumen Gedung Kantor ULP Jatirogo dari
bulan Oktober 2022 sampai dengan September 2023 dapat dilihat pada gambar
4.1 dan 4.2 di bawah ini:

Riwayat Pemakaian Energi Listrik (kWh)


Oktober 2022-September 2023
kWh
8000
6000
4000
2000
0
Oct- Nov- Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- Mei- Jun- Jul- Aug- Sep-
22 22 22 23 23 23 23 23 23 23 23 23

Gambar 4.1. Grafik Pemakaian Energi Listrik (kWh) Gedung Kantor PLN ULP
Jatirogo.

Biaya Pembayaran Rekening Listrik PLN


Rupiah/kWh
14000000
12000000
10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
Oct- Nov- Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- Mei- Jun- Jul-23 Aug- Sep-
22 22 22 23 23 23 23 23 23 23 23

Gambar 4.2. Grafik Biaya Rekening Listrik Gedung Kantor PLN ULP Jatirogo.

Ketentuan biaya tarif daya listrik konsumen tegangan rendah berdasarkan


Penetapan Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (Tarif Adjustment) yang ditetapkan
oleh kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2023 dapat
diketahui pada tabel 4.2. berikut:
Tabel 4.2. Penetapan Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (Tarif Adjustment) Tahun
2023.
Prabayar
Reguler
(Rp/kWh)
No Gol.
Batas Daya Biaya
. Tarif Biaya Beban
Pemakaian
(Rp/kVA/Bulan)
(Rp/kWh)
1. R-1/ 900 VA- *) 1.352,00 1.352,00
TR RIM
2. R-1/ 1.300 VA *) 1.444,70 1.444,70
TR
3. R-1/ 2.200 VA *) 1.444,70 1.444,70
TR
4. R-2/ 3.500 VA s.d. *) 1.699,53 1.699,53
TR 5.500 VA
5. R-3/ 6.600 VA ke *) 1.699,53 1.699,53
TR atas
6. B-2/ 6.600 VA *) 1.444,70 1.444,70
TR s.d. 200 kVA
7. P-1/TR 6.600 VA *) 1.699,53 1.699,53
s.d. 200 kVA
8. L/TR - 1.644,52 -
*) Diterapkan Rekening Minimum (RM):
RM1 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian.

B. Luas Bangunan dan Daya Total Energi Listrik di Gedung Kantor ULP Jatirogo
Dalam tujuan mendapatkan nilai IKE listrik, dibutuhkan data luas bangunan total
dan daya total enrgi listrik yang digunakan pada Gedung Kantor ULP Jatirogo.
Pengukuran luas per bangunan dilakukan menggunakan meter bangunan dan
pengukuran daya total energi listrik dilakukan dengan menggunakan tang amper
HIOKI yang dipasang pada keluaran KWH Meter. Dimana untuk pembagian
jurusan beban energi listrik yaitu, besarnya beban pada Fasa R merupakan daya
yang digunakan untuk Gedung Utama Lantai 1, Fasa S merupakan daya yang
digunakan untuk Gedung Utama Lantai 2, dan Fasa T merupakan daya yang
digunakan untuk Gedung Teknik. Untuk mendapatkan nilai energi listrik (kWh)
selama satu bulan, menggunakan cara pengambilan daya rata-rata yang terukur
dari setiap jurusan beban. Hasil pengukuran, dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4
berikut:
Tabel 4.3. Pemakaian Daya Aktif listrik/jam (kWh) Ruangan ber-AC.
Daya Aktif (P) Luas Bangunan
No. Nama Bangunan kWh/bulan
Rata-rata (m2)
1. Gedung Utama
78 kW 2250 288
Lantai 1 Ber-AC
2. Gedung Utama
61 kW 1830 300
Lantai 2 Ber-AC
3. Gedung Teknik
54 kW 1620 126
Ber-AC
Total 5700 714

Tabel 4.4. Tabel Pemakaian Daya Aktif listrik/jam (kWh) Ruangan tidak ber-AC.
Daya Aktif (P) Luas Bangunan
No. Nama Bangunan kWh/bulan
Rata-rata (m2)
1. Gedung Utama
0,92 kW 27,5 kW 30
Lantai 1 Non-AC
2. Gedung Utama
0,28 kW 8,4 kW 9
Lantai 2 Non-AC
3. Gedung Teknik
0,393 kW 11,8 kW 14
Non-AC
Total 47,7 kW 53

C. Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik Kondisi Existing


Selanjutnya yaitu menghitung intensitas konsumsi energi (IKE) pada kelompok
ruangan ber-AC. Data yang dibutuhkan yaitu daya pemakaian energi selama 1
bulan dan luas bangunan ber-AC dari Tabel 4.3. Dengan menggunakan rumus 2.4.
maka kita dapat mengetahui nilai IKE di seriap nama bangunan sebagai berikut:
1. IKE Gedung Utama Lantai 1 Ber-AC
JUMLAH PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK ( Kwh )
IKE 1=
LUAS BANGUNAN ( m2 )
2250
=
288
= 7,81 kWh/m2/Bulan
2. IKE Gedung Utama Lantai 2 Ber-AC
JUMLAH PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK ( Kwh )
IKE 2=
LUAS BANGUNAN ( m2 )
1830
=
300
= 6,1 kWh/m2/Bulan
3. IKE Gedung Teknik Ber-AC
JUMLAH PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK ( Kwh )
IKE 3=
LUAS BANGUNAN ( m2 )
1620
=
126
= 12,8 kWh/m2/Bulan
Dari hasil perhitungan di atas, IKE listrik untuk ruangan ber-AC dapat di lihat
pada tabel 4.5. sebagai berikut:
Tabel 4.5. IKE Listrik Ruangan Ber-AC Gedung Kantor ULP Jatirogo.
IKE
No. Nama Bangunan Kategori
(kWh/m2/Bulan)
1. Gedung Utama Lantai 1 Ber-AC 7,81 Sangat Efisien
2. Gedung Utama Lantai 2 Ber-AC 6,1 Efisien
3. Gedung Teknik Ber-AC 12,8 Cukup Efisien

Selanjutnya yaitu menghitung intensitas konsumsi energi (IKE) pada kelompok


ruangan Non-AC. Data yang dibutuhkan yaitu daya pemakaian energi selama 1
bulan dan luas bangunan Non-AC dari Tabel 4.4. Dengan menggunakan rumus
yang sama seperti perhitungan IKE ber-AC, maka kita dapat mengetahui nilai
IKE per nama bangunan sebagai berikut:
1. IKE Gedung Utama Lantai 1 Non-AC
JUMLAH PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK ( Kwh )
IKE 1=
LUAS BANGUNAN ( m2 )
27 ,5
=
30
= 0,92 kWh/m2/Bulan

2. IKE Gedung Utama Lantai 2 Non-AC


JUMLAH PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK ( Kwh )
IKE 2=
LUAS BANGUNAN ( m2 )
8,4
=
9
= 0,93 kWh/m2/Bulan
3. IKE Gedung Teknik Non-AC
JUMLAH PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK ( Kwh )
IKE 3=
LUAS BANGUNAN ( m2 )
11, 8
=
14
= 0,84 kWh/m2/Bulan
Dari hasil perhitungan di atas, nilai IKE listrik untuk ruangan Non-AC dapat di
lihat pada tabel 4.6. sebagai berikut:
Tabel 4.6. IKE Listrik Ruangan Ber-AC Gedung Kantor ULP Jatirogo.
IKE
No. Nama Bangunan Kategori
(kWh/m2/Bulan)
1. Gedung Utama Lantai 1 Non-AC 0,92 Efisien
2. Gedung Utama Lantai 2 Non-AC 0,93 Efisien
3. Gedung Teknik Non-AC 0,84 Efisien

D. Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik Gedung Kntor ULP


Jatirpgo Selama 1 Tahun Kondisi Existing
Untuk menghitung nilai intensitas konsumsi energi pada gedung kantor ULP
Jatirogo selama satu tahun menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Total Nilai kWh/tahunkWh
= (Total kWh Ruangan Ber-AC + kWh Ruangan Non-AC) X 12 Bulan
= (5700 + 47,7) X 12 Bulan
= 68972,4 kWh
2. Luas total bangunan gedung
= Luas bangunan ber-AC + Luas bangunan Non-AC
= 714 + 53
= 767 m²
3. Nilai IKE Gedung selama 1 Tahun
Nilai kWh 1 Tahun
=
Luas Bangunan Total Gedung
68972 , 4
=
767
= 89,92 kWh/m²/Tahun
Dengan membandingkan pada standar SNI 6169:2011, nilai IKE diatas masih
berada di bawah batas standar 240 kWh/m2/tahun untuk Gedung Perkantoran
(Komersial). Maka dapat dikatakan nilai IKE selama 1 tahun pada gedung kantor
ULP Jatirogo sebesar 89,92 kWh/m2/tahun masih termasuk dibawah batas
standar.

E. Perhitungan Biaya Listrik Kondisi Existing


Biaya pemakaian energi listrik selama satu bulan gedung kantor ULP Jatirogo
termasuk dalam kategori golongan tarif LB2/30000 VA. Maka berdasarkan Tabel
4.2. biaya per kWh-nya adalah Rp.1644,52,-. Maka biaya pemakaian listrik
kondisi existing selama 1 bulan dapat dihitung sebagai berikut:
1. Biaya Pemakaian Listrik selama 1 Bulan
= Pemakaian Kwh 1 bln X Tarif Dasar Listrik
= 5747,7 X Rp. 1644,52,-
= Rp 9.452.207,-
2. Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU) sebesar (10%)
= 10% X Rp 9.452.207,-
= Rp 945.220,-
3. Biaya Tagihan Rekening Listrik PLN
= Biaya pemakaian Listrik + PPJU
= Rp 9.452.207,- + Rp 945.220,-
= Rp 10.397.427,-
Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat diketahui seberapa besar jumlah biaya
energi listrik yang digunakan di gedung kantor ULP Jatirogo kondisi existing
selama satu bulan sebesar Rp 10.397.427,- .

F. Peluang Penghematan Energi


Setelah melakukan perhitungan nilai IKE pada masing-masing bangunan
menunjukkan bahwa penggunaan energi masih dalam batas standar yang baik.
Namun nilai IKE pada bangunan Gedung Teknik ber-AC masih dalam kategori
“cukup efisien” dan memungkinkan untuk dilakukan analisa penghematan energi
agar mendapatkan hasil kategori “efisien”. Berdasarkan hasil pengamatan, faktor
yang membuat bangunan gedung teknik ber-AC belum bisa mencapai kategori
“efisien” yaitu penggunaan daya pada ruangan tertentu memang cukup besar
akibat penggunaan AC tidak sesuai dengan kebutuhan ruangan. Oleh karena itu
rekomendasi tindakan untuk penghematan konsumsi energi listrik yaitu dengan
pergantian AC yang terpasang menyesuaikan PK AC yang dibutuhkan per luas
ruangan.
Tabel 4.7. Kapasitas AC yang Sudah Terpasang di Gedung Teknik.
No Nama Ruangan Jumlah AC PK/AC Daya (W) kWh/Bulan
.
1. Ruang SPV dan 1 1 PK 735 W 220,5 kWh
Staf Teknik
2. Ruang Pegawai
2 1,5 PK 2204 W 661,2 kWh
Mitra Kerja
3. Ruang
Pelayanan 1 2 PK 1470 W 441 kWh
Teknik
Total 4409 W 1322,7 kWh

Selanjutnya untuk menganalisa kebutuhan kapasitas PK AC per ruangan


dibutuhkan data luas ruangan sebagai berikut:
Tabel 4.8. Luas Ruangan Ber-AC Pada Gedung Teknik.
No. Nama Ruangan Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2)
1. Ruang SPV dan 4m 6m 16 m2
Staf Teknik
2. Ruang Pegawai 10 m 5m 50 m2
Mitra Kerja
3. Ruang Pelayanan 5m 4m 20 m2
Teknik

Kemudian menghitung kebutuhan kapasitas AC pengganti yang akan dipasang


menyesuaikan dengan luas ruangan yang ada dengan menggunakan rumus 2.9
sebagai berikut:
1. BTU Ruang SPV dan Staf Teknik
= Luas Ruangan X 500
= 16 X 500
= 8000 Btu
2. BTU Ruang Pegawai Mitra Kerja
= Luas Ruangan X 500
= 50 X 500
= 25000 Btu
3. BTU Ruang Pelayanan Teknik
= Luas Ruangan X 500
= 20 X 500
= 10000 Btu
Dari hasil Btu di setiap ruangan, dengan melihat keterkaitan nilai Btu terhadap
nilai PK AC pada tabel 2.3, maka PK AC yang direkomendasikan dapat dilihat
pada tabel 4.9. berikut:
Tabel 4.9. Rekomendasi Penggantian AC pada Setiap Ruangan Gedung Teknik.
No. Nama Btu/ Jumlah PK/AC Daya (W) kWh/Bulan
Ruangan hari AC
1. Ruang SPV
dan Staf 8000 1 0,5 367,5 W 110,25 kWh
Teknik
2. Ruang
Pegawai 25000 2 1,5 2204 W 661,2 kWh
Mitra Kerja
3. Ruang
Pelayanan 10000 1 1,5 1102 W 330,6 kWh
Teknik
Total 3673,5 W 1102,05 kWh

G. Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Setelah Penggantian AC


Selanjutnya menghitung IKE Listrik Gedung Teknik setelah dilakukan
penggantian kapasitas PK AC pada Ruangan SPV dan Staf Teknik serta Ruang
Pelayanan Teknik sebagai berikut:
IKE=
( Jmlh Energi ( Kwh ) Existing )−(Selisih AC (kwh)Sbl dengan ssdh penggantian)
Luas Bangunan ( m2 )
( 1620 )−(220 , 65)
=
126
1399 ,35
=
126
= 11,10 kWh/m2/Bulan
Dengan membandingkan pada standar SNI 6169:2011, nilai IKE Gedung Teknik
setelah penggantian AC sudah mencapai kategori “efisien”.

Perbandingan Nilai IKE


13
12.5
12
11.5
11
10.5
10
IKE Gedung Teknik

Sebelum Sesudah

Gambar 4.3. Grafik IKE Gedung Teknik Sebelum dan Sesudah Pergantian AC
H. Perhitungan Biaya Listrik Kondisi Setelah Penggantian AC
Pengurangan biaya pemakaian listrik yang dikeluarkan per bulan nya setelah
penggantian AC dapat dihitung sebagai berikut:
= (Pemakaian Kwh 1 bln Existing – Selisish kWh AC) X Tarif Dasar Listrik
= (5747,7 – 220,65) X Rp. 1644,52,-
= 5527,05 X Rp. 1644,52,-
= Rp 9.089.344,-
Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU) sebesar (10%)
= 10% X Rp 9.089.344,-
= Rp 908.934,-
Biaya Tagihan Rekening Listrik PLN
= Biaya pemakaian Listrik + PPJU
= Rp 9.089.344,- + Rp 908.934,-
= Rp 9.998.278,-
Dengan mengganti kapasitas PK AC di Gedung Teknik sesuai dengan luas
ruangan, dapat menghemat biaya rekening listrik per bulan nya sebesar Rp
399.149,-

Perbandingan Biaya Rekening Listrik


10,500,000
10,400,000
10,300,000
10,200,000
10,100,000
10,000,000
9,900,000
9,800,000
9,700,000
Rupiah

Sebelum Sesudah

Grafik 4.6 Biaya Rekening Listrik per Bulan Sebelum dan sesudah Pergantian AC

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari laporan audit energi pada Gedung Kantor ULP Jatirogo yang sudah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengamatan pada Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
Gedung Kantor ULP Jatirogo termasuk dalam kategori “efisien” (10,56
kWh/m2/bulan) karena standardnya sebesar 7,92 – 12,08kWh/m2/bulan
untuk ruangan ber-AC dan “cukup efisien” untuk ruangan tidak ber-AC (1,00
kWh/m2/bulan) dengan standardnya sebesar 1,67-2,5 kWh/m2/bulan.
2. Untuk nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) selama satu tahun, nilainya
sebesar 89,92 kWh/m2/tahun yang artinya masih dibawah standar SNI
6169:2011 yaitu sebesar 240 kWh/m2/tahun untuk Gedung Perkantoran
(Komersil)..
3. Selelah dilakukan peluang penghematan energi pada bangunan Gedung
Teknik

B. Rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai