PENDAHULUAN
Dalam skala makro, penambahan penggunaan daya listrik seperti disebut di atas
akan meningkatkan penggunaan bahan bakar fosil yang masih merupakan bahan
bakar primadona bagi pembangkit listrik. Berdasarkan data Departemen Energi
Sumber Daya Mineral tahun 2008 diperoleh bahwa porsi penggunaan bahan bakar
fosil masih jauh lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar
alternatif yang saat ini sedang dikembangkan. Dominasi penggunaan bahan bakar
fosil masih > 98% jika dibandingkan dengan bahan bakar alternatif (biodiesel dan
bioetanol).
Tingginya penggunaan bahan bakar fosil di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingkat
penggunaan yang kurang efisien di semua sektor. Hal ini disebabkan oleh masih
rendahnya tingkat kesadaran masyarakat Indonesia dalam mengelola penggunaan
energi dan cenderung boros. Hal ini berlangsung terus menerus dalam kurun waktu
yang cukup lama yang secara tidak langsung membentuk budaya yang tidak sehat.
Kondisi ini dapat digambarkan dengan elastisitas penggunaan energi di Indonesia > 1
sementara Jepang hanya sekitar 0,03. Sedangkan dari sisi intensitas penggunaan
Pada kegiatan audit energi pada tahap awal diperoleh bahwa potensi penghematan di
sektor industri berkisar antara 10% - 30%. Namun pada saat implementasi mengalami
hambatan terutama pada implementasi yang memerlukan biaya besar. Terkait dengan
hal tersebut, maka pada tahun 2003 Pemerintah telah meluncurkan Program
Kemitraan Konservasi Energi yang bertujuan meningkatkan peran pengguna energi
baik pemerintah maupun swasta dalam kegiatan konservasi energi. Program ini
merupakan pemberian pelayanan audit gratis oleh pemerintah kepada pengguna
energi (sektor bangunan dan industri) yang berminat dalam mengimplementasikan
konservasi energi.
Program kemitraan seperti tersebut di atas perlu berkesinambungan sehingga jumlah
industri yang terlibat pada program ini semakin bertambah dan mencapai jumlah yang
optimum. Disamping audit gratis, melalui program ini juga perlu diberikan pelatihan
konservasi energi gratis sehingga akan mempermudah pelaksanaan
implementasinya. Dalam upaya untuk mengukur tingkat keberhasilan program ini,
maka perlu dilakukan monitoring terhadap implementasi program tersebut.
Lingkup kegiatan Audit Energi di Sektor industri ini adalah melakukan audit energi
pada Sektor industri melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Menyusun laporan hasil kegiatan yang terdiri dari rencana kerja, laporan
pendahuluan, laporan survey lapangan, konsep laporan akhir, laporan akhir
dan laporan studi kelayakan (feasibility study).
Tahap ini merupakan tahap awal bagi konsultan melaksanakan pekerjaan. Pada
tahap ini dijelaskan mengenai maksud dan tujuan pelaksaan kegiatan dan
sekaligus melakukan penyamaan persepsi terhadap tahapan kegiatan yang akan
dilakukan.
Pelatihan Singkat disampaikan oleh Tim Auditor sesudah pelaksanaan Audit Energi
di industri PT. HI-LEX INDONESIA, TANGERANG. dengan Materi pelatihan secara
lengkap serta daftar peserta Pelatihan Singkat tertera pada Lampiran
3. Pengumpulan Data
4. Verifikasi data
Sebelum melakukan analisis, seluruh data yang telah dikumpulkan kemudian
dilakukan verifikasi dengan pihak pengelola industri PT. HI-LEX INDONESIA,
TANGERANG sehingga diperoleh data yang akurat.
5. Diskusi
Konsultan melakukan diskusi dengan maksud untuk melengkapi data primer dan
sekunder, ide-ide yang bermanfaat serta rencana ke depan tentang konservasi
energi dengan pihak pengelola industri. Dalam hal ini juga dibahas mengenai
a. Sistim Kelistrikan
Analisis sistim kelistrikan menyangkut hal-hal yang terkait dengan kelistrikan
yaitu sumber serta jumlah konsumsi dalam suatu selang waktu tertentu, distribusi
penggunaan energi, kualitas sumber energi listrik menyangkut faktor daya, faktor
pembebanan, harmonik arus dan tegangan dan lain sebagainya.
Analisis didasarkan pada data yang didapat baik data historikal maupun dari data
pengukuran (hasil rekam atau hasil pengukuran sesaat), serta informasi-informasi
yang didapat dari sumber-sumber terkait dalam bangunan.
Gambar 1.2 Foto dokumentasi saat dilakukan Pelatihan Singkat Manajemen dan
Konservasi Energi di PT. Hi-Lex Indonesia, Tangerang
DESKRIPSI INDUSTRI
Heater
Windering
Gambar 2.1 Aliran Proses Produksi Inner PT. Hi-Lex Indonesia, Tangerang
Coiling
Ralling Extruder Outer(Cuttin
g)
Endless
Gambar 2.2 Aliran Proses Produksi Outer PT. Hi-Lex Indonesia, Tangerang
1. Listrik PLN
a. Daya listrik PLN terpasang
- Terpasang : 1600 kVA
- Gol. Tarif : I-3
b. Trafo : 2 unit @ 1000 kVA
c. Capacitor Bank : 17 unit , kapasitas 50 kVAR
cos rata-rata : 0,9
d. Genset kapasitas : 2 unit ;1000 kVA, 500 kVA (cadangan / back up)
d. Single line diagram : (hal berikut)
Gambar 2.5 Fluktuasi konsumsi energi natural gas dalam 3 bulan terakhir
Sedangkan profil (load profile) pembebanan listrik selama dilakukan Audit Energi dari
hasil pengukuran secara kontinu (record) dapat dilihat pada Bab selanjutnya.
1. Hasil Produksi
Produk yang dihasilkan oleh PT. HI-LEX INDONESIA, TANGERANG, umumnya
adalah produk berupa sistem kabel rem dan transmisi otomotif dari berbagai pihak
swasta.
Produk Akhir
Dari data yang didapatkan, hasil produk tahunan (dari Th 2008 s/d 2011) PT. HI-LEX
INDONESIA, TANGERANG seperti terlihat pada Tabel pada halaman berikut:
Tabel : Hasil Produksi Outer tahun 2008 2011 PT. HI-LEX INDONESIA, Tangerang
Tabel : Hasil Produksi Inner tahun 2008 2011 PT. HI-LEX INDONESIA, Tangerang