Anda di halaman 1dari 19

PERSPEKTIF PSIKODINAMIKA, HUMANISTIK-EKSISTENSIAL, DAN

INTERPERSONAL

A.

PERSPEKTIF PSIKODINAMIKA
Perspektif

psikodinamika

menekankan

pemikirannya

pada

proses

psikologis bawaan berupa motivasi perilaku, dimana proses psikologis tersebut


sangat dipengaruhi oleh proses-proses tidak sadar.
Dalam menekankan pada aspek mental, ahli-ahli psikodinamika memiliki
perbedaan dengan ahli lainnya, dimana ahli psikodinamika menekankan pada 3
prinsip dasar, yaitu:
1.

Determinisme psikis yaitu perilaku kita bukan merupakan pilihan bebas tapi
lebih menekankan pada faktor bawaan dan kekuatan-kekuatan intrafisik.

2.

Dorongan kepercayaan. Dorongan kepercayaan ini beroperasi secara tidak


sadar. Dengan kata lain, kita tidak peduli dengan motif dari perilaku kita.

3.

Beberapa pemikir psikodinamik berasumsi bahwa dorongan ini sangat


dipengaruhi oleh pengalaman masa kanak-kanak, terutama sekali oleh
hubungan dalam keluarga.
Bapak dari perspektif psikodinamika adalh Sigmund Freud. Menurut Freud,

struktur kepribadian manusia dibagi ke dalan 3 subsistem, yaitu id, ego dan
superego, dimana ketiga subsitem ini saling berinteraksi apalagi ketika terjadi
konflik.
Ketika dorongan id terlalu kuat, maka superego meninggi pula sementara
ego tidak bisa menjembataninya sehingga menimbulkan anxiety. Anxiety ini bisa
diredakan dengan defense mechanism, seperti represi, denial, proyeksi,
rasionalisasi, intelektualisasi, reaksi formasi, regresi, undoing dan sublimasi.
Namun, defense mechanism ini sifatnya hanya sementara.
Perilaku Normal dan Abnormal Menurut Perspektif Psikodinamika
1.

Sigmund Freud

Menurut Freud, individu dikatakan normal apabila id, ego dan superegonya
berada dalam keadaan seimbang. Ketika terjadi konflik namun ego masih tetap
bisa menjembatani maka individu tersebut tetap berada pada kondisi normal dan
kembali kepada kenyataan serta norma-norma yang berlaku.
Sedangkan kepribadian abnormal disebabkan oleh dorongan yang tidak
rasional dan tidak terpuaskannya perkembangan psikoseksual pada masa kanakkanak. Jadi, perbedaan antara normal dan tidak normal terletak pada kekuatan ego
dalam mengatasi konflik.
2.

Penerus Freud
-

Carl Gustav Jung


Menurut Jung, pikiran itu tidak hanya berisi ketidaksadaran pribadi namun
juga ketidaksadaran kolektif, penyimpanan simbol dan ekspresi dari
pengalaman manusia secara umum.

Alfred Adler
Menurut Adler, perilaku muncul bukan saja disebabkan oleh dorongan
seksual tapi juga karena adanya dorongan untuk mencapai tujuan pribadi.
Selain itu, gangguan psikologis tidak begitu banyak disebabkan oleh
perkembangan awal masa kanak-kanak namun lebih kepada hubungannya
dengan orang lain. Jadi, kematangan yang membuat seseorang berjuang
dan mengabdikan diri kepada orang lain.

Harry Stack Sullivan


Menurut Sulivan, perkembangan psikologis seseorang dipengaruhi oleh
konteks sosialnya. Jadi, perilaku abnormal disebabkan karena penolakan
anak terhadap orangtuanya. Penolakan tersebut menimbulkan kecemasan
tentang diri mereka sendiri.

Karen Horney
Menurut Horney, gangguan psikologis merupakan hasil dari kecemasan
dasar. Kecemasan dasar, yaitu perasaan terisolasi dan tak berdaya yang
dialami oleh anak di dalam dunia yang secara potensial bermusuhan.
Kecemasan ini menyebabkan individu menarik diri, berusaha mencapai
kebutuhan dan menimbulkan perilaku agresif. Selain itu, menurut Horney

antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan psikologis dan


kompetisi. Biasanya laki-laki berusaha untuk mendominasi wanita dan
wanita berusaha untuk menipu dan menghina laki-laki. Ini disebabkan
karena laki-laki memiliki gengsi dan kesempatan yang lebih besar
dibandingkan wanita.
-

Erik Erison
Menurut Erikson, perkembangan kepribadian tidak hanya dipengaruhi
oleh keluarga tapi juga oleh lingkungan sosialnya.

Melanie Klein
Menurutnya, interaksi anak dengan ibunya pada masa anak-anak akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Jika pada waktu kecil anak
cinta terhadap ibunya maka setelah dewasa anak akan memberiakan
perhatian dengan penuh cinta terhadap ibunya dan sebaliknya. Dan ini
merupakan dasar pembentukan simpati.

Margaret Mahler
Menurutnya, proses pemisahan anak dengan ibunya sejak kecil
menentukan masa depan anak secara psikologis setelah dewasa kelak.

Heinz Kohut
Menurutnya, perkembangan diri anak tergantung kepada penerimaan dan
dukungan dari orangtua. Jika orang tua memberikan dukungan kepada
anaknya maka anak akan tumbuh menjadi narsis dan sebaliknya jika
orangtua tidak memberikan dukungan maka akan terjadi penolakan diri
pada anak.

John Bowlby and Mary Ainsworth


Attachment merupakan kebutuhan emosional, kebalikan dari kebutuhan
fisik. Menurutnya, attachment antara orangtua dan anak sangat
mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Jika kebutuhan attachment-nya
tidak terpenuhi maka anak akan tumbuh menjadi individu yang antisosial
dan histeria.

Pendekatan Psikodinamika dalam Terapi

Meskipun psikoanalisis yang dipraktekkan oleh Freud jarang digunakan


saat ini, namun terapi ini merupakan kakek dari semua terapi psikodinamika.

Psikoanalisis Freud
Berdasarkan pengalaman Freud dengan para pasiennya, membuatnya

menyimpulkan bahwa sumber dari neurosis adalah pengalaman kecemasan ego


saat materi ketaksadaran merasa terancam. Menurut Freud, hal yang tepat untuk
mengatasi neurosis adalah dengan membujuk materi tak sadar keluar menjadi
sadar sehingga pasien dapat menghadapinya.
Teknik-teknik pada terapi psikoanalitik disesuaikan untuk meningkatkan
kesdaran, memperoleh pengalaman intelektual atas tingkah laku klien, dan untuk
memahami makna berbagai gejala. Terdapat 4 teknik dasar dalam terapi
psikoanalitik, yaitu asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisis resistansi, dan
analisis transferensi.
a) Asosiasi bebas
Pada asosiasi bebas ini, klien mengatakan apa saja yang terlintas dalam
pikirannya, tidak peduli hal itu remeh, memalukan, tidak logis, atau tidak
sopan. Rasionalnya adalah bahwa tak sadar mempunyai logika sendiri, dan
jika klien melaporkannya meskipun sebenarnya mereka hanya teringat,
hubungan antara verbalisasi dan impuls tak sadar akan diungkap.
b) Interpretasi mimpi
Freud percaya bahwa dalam tidur, pertahanan ego rendah sehingga
mengizinkan materi tak sadar muncul keluar. Namun pertahanan tidak
sepenuhnya ditinggalkan. Oleh karena itu, saat mimpi ditekan, impuls
menampakkan diri mereka sebagai suatu simbol. Sebagai contoh, seorang
klien wanita yang depresi mempunyai ibu yang suka menyiksa secara
verbal dan fisik, dilaporkan bermimpi bahwa ia melihat kuda yang
dipagari pada suatu area. Seekor monyet melompat ke atas punggung kuda
tersebut, dan kuda tidak dapat mengguncangkannya. Menurut analis, kuda
adalah klien dan monyet dipunggungnya adalah ibunya. Ini merupakan

salah satu contoh sederhana dari interpretasi mimpi yang normalnya


melibatkan asosiasi bebas.
c) Analisis resistensi
Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan
oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa
dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongandorongan dan perasaan-perasaan yang direpresnya. Klien mungkin akan
mulai menunjukkan resistensi ketika berhadapan dengan materi yang
menyakitkan. Mereka mungkin merubah subjek, membuat lelucon, atau
memilih melawan analis, mereka mungkin akan mulai melalaikan janji.
Tugas analis selanjutnya adalah menjelaskan resistensi tersebut dan jika
mungkin menginterpretasikannya.
d) Analisis transferensi
Transferensi adalah komponen pokok dari psikoanalisa, sebab mendorong
klien untuk menghidupkan kembali masa lalunya dalam terapi. Pada
kenyataannya, analis tradisional tetap mempertahankan pendapat bahwa
proses pengobatan yang layak untuk sukses maka klien harus mengalami
satu tahapan yang disebut transferrensi neurosis. Pada transferensi
neurosis, analis berusaha agar klien melakukan kembali konflik masa
kanak-kanak mereka dengan orang tua mereka bersama analis sehingga
dapat diketahui konflik yang ditekan yang merusak hubungan mereka saat
dewasa.

Terapi Psikodinamika Modern


Kebanyakan terapis psikodinamika saaat ini mempraktekkan bentuk dari

psikoanalisis yang telah sangat dimodifikasi. Tidak hanya berdasarkan pada teori
Freud, tetapi juga dari teori pengikutnya dan pemikir setelahnya yang
menyimpang dari teknik psikoanalitik orthodoks dalam beberapa hal penting.
Pertama, mereka umumnya mengambil bagian aktif lebih banyak pada saat terapi,

berhadapan muka dengan klien dan berbicara, dan menasehati lebih banyak
daripada Freud.
Kedua, sebagai contoh, saat klien yang ditolak tanpa arti pada masa
lalunya, terapis psikodinamika modern pada umumnya lebih memberi perhatian
pada hidup klien sekarang ini, khususnya hubungan personalnya. Pada akhirnya,
kebanyakan perlakuan psikodinamika saat ini sangat singkat dan kurang intensif
daripada psikoanalisis orthodoks. Terapis dan klien hanya bertemu sekali atau 2
kali dalam seminggu, dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun. Bentuk
seperti ini paling lazim di Amerika Serikat.

Mengevaluasi Perspektif Psikodinamika


Penelitian Terhadap Mekanisme Pertahanan Diri Dan Proses Tak Sadar
Konsep mekanisme pertahanan diri dan proses tak sadar telah lama tabu
dalam banyak area psikologi, karena banyak psikolog yang ragu-ragu dalam
menerima ide Freud tentang proses mental tak sadar. Saat ini pandanagn modern
tentang proses tak sadar tidak persis tepat dengan pandangan yang diajukan oleh
Freud.
Konsep mekanisme pertahanan diri juga telah berubah. Pada teori
psikodinamika awal, pertahanan diri mempunyai fungsi yang terbatas dalam
mengatur kecemasan mengenai pikiran yang terlarang dan impuls yang
berhubungan dengan dorongan dasar seperti seks dan agresi. Sedangkan teori
psikodinamika kontemporer mendefinisikan pertahanan diri lebih luas dengan
memasukkan pertahanan dari self esteem dan identitas serta dalam hal yang lebih
ekstrim yaitu integrasi diri.
Tugas utama dalam studi mekanisme pertahanan diri saat ini adalah
memisahkan perbedaan antara berbagai macam pertahanan yang berbeda.
Akibatnya, sistem klasifikasi dibutuhkan untuk ratusan mekanisme pertahanan
diri yang berbeda yang telah diajukan berabad yang lalu. Seringkali tak jelas

bagaimana pertahanan diri ini berbeda satu sama lain dan perbedaan mana yang
berarti.
Perbedaan penting sering digambarkan antara mekanisme pertahanan diri
dan coping. Mekanisme pertahanan diri dianggap sebagai motivasi tak sadar dari
pengurangan kecemasan. Coping memerlukan aktivitas mental tak sadar dan
mempunyai tujuan sendiri untuk menyelesaikan masalah objektif secara realistis.
Mekanisme

pertahanan

diri

mempunyai

subjek

dalam

banyak

penyelidikan. Sebagai contoh, peneliti telah menemukan bahwa individu


menggunakan lebih banyak pertahanan kematangan. Vaillant menguji pria
Harvard selama remaja akhir, dewasa awal (20-35 tahun), dan masa dewasa
tengah (lebih dari 35 tahun). Konsisten dengan teori psikodinamika, Vaillant
menemukan bahwa pengggunaan pertahanan tidak matang (seperti penyangkalan)
berkurang,

dan

penggunaan

pertahanan

matang

(seperti

humor

dan

intelektualisasi) meningkat sesuai usia. Vaillant dan Drake telah menemukan


dukungan untuk pandangan psikodinamika bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara tingkat kematangan pertahanan dan ukuran dari adjustment-maladjustment
psikologis dari gangguan kepribadian.
Para psikolog sosial telah menemukan bukti mengenai mekanisme
pertahanan diri. Dale dan Somer mengkaji ulang penyelidikan terbaru dalam
psikologi sosial mengenai fakta dari mekanisme pertahanan diri Freud. Mereka
menyimpulkan bahwa reaksi formasi, isolasi, dan penyangkalan, secara konsisten
ditemukan dan nampak untuk melayani funsgsi pertahanan.

Kritik Terhadap Teori Psikodinamika


a. Kurangnya dukungan eksperimen
Kritik yang paling sering pada psikodinamika adalah bahwa hampir semua
pernyataan tidak pernah diuji dalam eksperimen yang dikontrol secara
ilmiah. Teori Freud berdasarkan pada keterangan klinis, yaitu observasi

pada pasien pada saat terapi. Sampai saat ini penulis psikodinamika masih
menyandarkan diri pada studi kasus yang terbuka untuk bias.
Alasan penulis psikodinamika bergantung pada fakta klinis daripada
kontrol eksperimen karena kebanyakan feomena yang mereka hadapi
terlalu kompleks untuk diuji dengan teknik eksperimental sekarang ini.
Studi sosial kognitif terbaru memberikan hidup baru kepada beberapa
konsep psikoanalisis. Studi ini membawa kemungkinan untuk membawa
psikoanalitik/dinamik ini dan perspektif kognitif untuk bersama.
b. Ketergantungan pada kesimpulan
Kritik kedua pada pendekatan psikodinamika adalah karena berasumsi
bahwa hampir seluruh proses mental adalah tak sadar. Ini juga tergantung
pada kesimpuilan, dan kesimpulan dapat dengan mudah salah.
Psikodinamika memandang hubungan antara tingkah laku dan proses
mental sangat rumit dan tak langsung, dimana tingkah laku dapat
mengartikan apapun yang ingin interpreter psikodinamika artikan. Jika
anak laki-laki usia 6 tahun mengekspresikan cinta terbesarnya untuk
ibunya, dapat diinterpretasikan sebagai ekspresi kelekatan Oedipal,
melalui reaksi formasi.
c. Pengambilan sampel yang tidak tepat dan bias budaya
Poin lain yang dikritik dari psikodinamika adalah bahwa ini berdasarkan
studi pada sampel manusia yang terbatas. Pada hampir seluruh kasus yang
Freud terbitkan, pasiennya yaitu wanita Viennese kelas menengah ke atas
dengan usia antara 20-44 tahun. Meskipun mereka telah dewasa, Freud
menarik teori dari mereka tentang jiwa anak-anak. Meskipun

mereka

mempunyai masalah emosional serius, Freud mengambil teori tentang


perkembangan normal dari mereka. Walaupun mereka hidup di waktu dan
tempat dimana seksualitas di ekspresikan secara berlebihan, khususnya
bagi wanita, Freud menyimpulkan bahwa pemenuhan seksual mereka
merupakan ciri dari seluruh manusia..

Ada juga masalah dengan bias budaya Freud. Ia tinggal di lingkungan


yang sangat memperhatikan kelas sosial. Dalam lingkungan tersebut,
keluarga didominasi oleh ayah dan kesempatan wanita sangat terbatas. Tak
dapat diragukan lagi bahwa fakta ini mempengaruhi pemikirannya
terhadap pasiennya.
d. Reduktif
Menurut pandangan reduktif hidup manusia didorong oleh instink hewan
di luar kontrol sadarnya, dimana orang terlihat tak berdaya untuk
mengubah diri mereka sendiri setelah mati saat masa anak-anak awal,
dan semua orang mengetahui pikiran mereka sendiri.
e. Pesimis
Teori psikodinamika selalu terlihat lebih pesimis daripada terapi modern
lainnya, termasuk terapi kognitif-tingkah laku. Para psikodinamika lebih
menekankan pada perasaan bersalah pasien. Selain itu, konsepnya sering
tidak jelas dan tidak spesifik.

Kontribusi Teori Psikodinamika


Terapi psikodinamika menyediakan set yang luar biasa untuk pengetahuan
irasional dari motivasi manusia. Hal ini membantu dalam mengatur tingkatan
pada pandangan modern tentang hubungan antara tingkah laku normal dan
abnormal.
Freud memberikan peran yang sangat besar pada usaha modern untuk
gangguan mental sebagai manusia, bukan sebagai orang yang aneh. Lebih lanjut
lagi, dengan menunjukkan psikopatologi dalam keseharian hidup, misalnya cara
dimana impuls irasional dan tak sadar muncul dalam mimpi, di lelucon, slips of
the tongue dan dalam cara kita melupakan sesuatu yang ingin kita lupakan. Freud
menunjukkan bahwa gangguan mental tidak mempunyai monopoli terhadap
irasionalitas. Aspek psikodinamika membantu dalam membangun konsep

kesehatan mental sebagai rangkaian kesatuan dari adaptif ke maladaptif daripada


sebagai dikotomi dari sakit dan sehat.
Saat para pemikir modern masih menentang Freud, tidak seorangpun dapat
menolak pengaruh konseptualisasi kontemporer, pengukuran, dan treatment
terhadap perilaku abnormal. Teori Freud bertanggung jawab atas asumsi bahwa
akar perilaku abnormal berasal dari kejadian yang dialami individu di masa lalu.
B.

PERSPEKTIF HUMANISTIK-EKSISTENSIAL

Perspektif humanistik-eksistensial merupakan hasil perkembangan dan


juga reaksi terhadap perspektif psikodinamika. Memang, banyak penemu
pergerakan humanistik-eksistensial terlatih sebagai psikoanalist. Bagaimanapun,
mereka kembali melihat teori psikodinamika sebagai teori yang tidak cukup
serius. Banyak pemikir humanistik-eksistensial yang menolak ide Freud tentang
adjustment yang baik berarti dapat beradaptasi di dalam satu masyarakat. Banyak
pemikir humanistik-eksistensial yang mengambil pengecualian terhadap
determinisme pesimistik pada pendekatan psikodinamika yang berpendapat bahwa
tingkah laku manusia adalah hasil akhir dari kekuatan melebihi kontrol tak sadar
dari seseorang. Untuk teori ini, mengingat seseorang secara keseluruhan berarti
meletakkan lampu sorot pada hal yang positif, banyak aspek yang bersifat optimis
terhadap potensi manusia untuk sehat, kreatif, dan hidup yang berguna.
Asumsi Dasar
Para humanis dan eksistensialis melihat bahwa perbedaaan pokok ilmu
pengetahuan alam dan ilmu tentang manusia. Mereka percaya bahwa teori
psikologi khususnya karakteristik manusia membutuhkan rangkaian asumsi yang
berbeda dengan ilmu pengetahuan alam. Disisi lain, para humanis dan
eksistensialis setuju pada tiga premis dasar dan kekurangan teori psikodinamika,
yaitu pentingnya untuk memahami dan memasuki dunia subjektif pasien
(pendekatan fenomenologis), bakat potensi manusia dan keunikannya, dan
pentingnya keaslian dan hubungannya pada kebebasan dan tanggung jawab.
1. Pendekatan Fenomenologis
Teori psikoanalitik mengabaikan arti dari dunia subjektif sadar dari individu,
dan hanya melihat hal ini sebagai tampilan luar yang menyamarkan

kekuatan tersembunyi dalam pikiran. Para pemikir pendekatan ini


menyalahkan para terapis psikoanalitik yang mengajak pasien dalam
menginterpretasi motivasi dan konflik tersembunyi, karena akan
memproyeksikan interpretasi atau bahkan konflik mereka sendiri.
Pendekatan fenomenologis mencoba untuk melihat dunia persepsi klien dan
pengalaman subjektif.
2. Potensi manusia dan Keunikan
Para humanis dan eksistensialis melihat individu sebagai seseorang yang
memperoleh kemajuan sepanjang hidupnya, dari pada melihat individu
sebagai suatu produk yang tidak dapat diubah dari pengalaman masa kanakkanak awal. Mereka memberikan perhatian besar terhadap potensi manusia.
Mereka juga memberikan perhatian terhadap pengalaman setiap individu
dan memandang dunia sebagai sesuatu yang spesial, dan keunikan individu
terlihat dari bagaimana ia berkreasi.
3. Keaslian, Kebebasan, dan Tanggung jawab
Manusia, sama seperti hewan lainnya, dipengaruhi oleh realitas eksternal
diluar kontrol mereka. Tetapi tidak seperti hewan, manusia diberikan dan
dibebani dengan self-awareness. Self-awareness ini mengizinkan kita untuk
mementingkan impuls biologis kita dan untuk memilih apa yang akan kita
lakukan untuk hidup kita. Akibat dari kebebasan ini adalah pada akhirnya
kita bertanggung jawab atas keaslian atau ketidakaslian hidup kita.

Psikologi Humanistik
Dengan membandingkan dengan teori psikodinamika, para humanis
mengemukakan pandangan positif yang empati pada kehidupan manusia. Sebagai
contoh, Freud memandang individu sebagai motivasi, sejak masa anak-anak awal,
egois dan dengan kekuatan irasional dari taksadar, sedangan humanis berpendapat
bahwa setiap orang diizinkan untuk berkembang bebas, tanpa batasan yang tak
semestinya, mereka akan menjadi rasional, bersosialisasi, dan memotivasi diri
untuk memenuhi jangkauan tertinggi dari kemampuan mereka.
Abnormalitas dilihat sebagai kegagalan untuk mengembangkan humanitas
seseorang secara penuh atau lengkap sebagai akibat dari adanya distorsi

kecenderungan-kecenderungan ini terhadap pertumbuhan dna kepuasan. Dalam


pendekatan humanistik, terdapat asumsi bahwa pada dasarnya manusia mampu
mencapai apa yang ingin dicapai melalui proses yang disebut aktualisasi diri. Para
humanis dengan pandangan optimis yang paling berpengaruh yaitu Carl Rogers
dan Abraham Maslow.
1. Rogers: Motif Untuk Aktualisasi Diri
Carl Rogers (1902-1987) melihat bahwa seluruh tingkah laku
dimotivasi oleh kekuatan positif tunggal yang menolaknya dan kecenderungan
untuk mewujudkannya. Kecenderungan untuk mewujudkan tersebut adalah
hasrat untuk melindungi dan mempertinggi diri sendiri. Pada satu level, hal ini
termasuk dorongan sederhana untuk bertahan hidup seperti makan, tetap
hangat, dan menghindari bahaya fisik. Pada level yang tertinggi,
kecenderungan mengaktualisasikan diri memasukkan hasrat atau keinginan
orang untuk mencoba dan memenuhi harapan mereka dengan kemampuan
terbesar mereka : mencari pengalaman baru, menguasai keterampilan baru,
menemukan pekerjaan dan hubungan yang lebih memenuhi, dan lain-lain.
Rogers percaya bahwa tingkatan aktualisasi diri yang kita capai
bergantung pada tingkat kesesuaian atau ketepatan antara konsep diri dan total
persepsi pada pengalaman kita, baik internal maupun eksternal. Jika konsep
diri ini cukup fleksibel dan realistis, maka cukup untuk mengizinkan kita
untuk mengakui dan mengevaluasi seluruh pengalaman kita. Selanjutnya kita
akan berada pada posisi yang baik untuk mengejar pengalaman yang paling
mempertinggi dan mengaktualisasikan kita.
Untuk mengatasi masalah, Rogers mengembangkan teknik yang
dikenal dengan client-centered therapy. Singkatnya, apa yang terapis clientcentered lakukan adalah membuat klien berada dalam atmosfer yang hangat
dan diterima, dengan merefleksikan perasaan klien, dengan berusaha untuk
merasakan dunia klien sebagai dunianya, dan dengan menawarkan penerimaan
tanpa syarat kepada klien, menghormati dan menerima kondisi apapun dengan
menghargai. Dengan penerimaan, klien dapat menghadapi perasaan dan
pengalaman yang tidak konsisten terhadap dirinya sendiri.

2. Maslow: Hirarki Kebutuhan


Abraham Maslow (1908-1970) memulai dengan premis bahwa manusia pada
dasarnya baik dan bahwa semua tingkah laku mereka berasal dari motif besar
utama, yaitu dorongan untuk aktualisasi diri. Kontribusi khusus Maslow pada
program humanistik adalah konsepnya tentang hirarki kebutuhan, yaitu suatu
tahapan yang harus dilalui sebelum orang dewasa dapat memulai untuk
mengejar aktualisasi diri.
Maslow mengajukan lima level kebutuhan, dimana setiap level harus
dipuaskan sebelum seseorang dapat menuju level selanjutnya. Seperti pada
gambar dibawah ini:

KebutuKebutuhan aktualisasi diri

han memenuhi potensi unik

Kebutuhan psikologis

Kebutuhan dihargai
Kebutuhan dicintai

Kebutuhan dasar

Kebutuhan rasa aman


Kebutuhan fisiologis

Yang pertama yaitu kebutuhan biologis, kebutuhan untuk nyaman


secara fisik dan bertahan hidup. Kedua, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
untuk stabil dan meramalkan lingkungan. Level yang ketiga yaitu kebutuhan
dimiliki dan dicintai. Level keempat adalah kebutuhan akan harga diri. Dan
terakhir, jika telah terpenuhi keempat kebutuhan tersebut, maka seseorang
akan mulai beralih pada kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Maslow juga mengidentifikasi 14 karakteristik yang dikenal dengan BValues, yaitu sebagai berikut:
Bersemangat
Otonomi
Keanggunan
Kelengkapan
Kemudahan
Kebaikan
Humor
Hukum
Kesempurnaan
Kesederhanaan
Keseluruhan
Kebenaran
Keunikan
Kebulatan

Hasrat untuk menjadi bagian dari dunia sekelilingnya dan


menghargai hidup
Kebutuhan untuk memerintah hidupnya sendiri
Kecenderungan untuk mengelilingi dirinya dengan
keindahan, lingkungan yang menyenangkan
Hasrat untuk giat dan melihat suatu proyek siap untuk
diselesaikan.
Pilihan untuk berterus terang, solusi yang pragmatis
untuk masalah.
Sebuah toleransi untuk orang lain dan keyakinan untuk
menghargai setiap individu
Kemampuan untuk tertawa pada diri sendiri dan keadaan
hidup, walaupun yang lain meremehkan
Kepercayaan pada keadilan dan prinsip demokrasi
Hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu dengan benar,
tidak untuk membereskan keadaan
Pilihan untuk rendah hati/sederhana, gaya hiduup ikhlas
Kebutuhan untuk meletakkan diri pada konteks sosial,
tidak egois terhadap yang lain
Keterbukaan untuk ide baru, toleransi yang sangat besar
untuk ambiguitas
Hasrat untuk memimpin

dirinya

sendiri

daripada

mengikuti kebiasaan masyarakat


Kemampuan untuk menerima yang baik dengan yang
buruk dan menerima semua aspek dalam diri.

Psikologi Eksistensial
Para tokoh Psikologi Eksistensial seperti Rollo May dan Viktor Frankl
dipengaruh oleh filsafat eksistensial Eropa yang menekankan pada kesulitan untuk
hidup secara wajar dalam dunia modern. Dalam pandangan para eksistensialis,
dalam memenuhi kehidupan, manusia menggunakan teknologi modern sehingga
mereka meninggalkan nilai mereka, dan kehilangan rasa tanggung jawab pribadi.

Orang-orang dalam dunia modern tidak memilih, tetapi mereka menyesuaikan diri
dan mengikuti. Dengan menyesuaikan diri, mereka meninggalkan pengalaman asli
tentang siapa mereka dan apa yang mereka rasakan. Hasilnya adalah ketidakaslian
dan penyangkalan terhadap dirinya yang sebenarnya. Para eksistensialis menyebut
kondisi seperti ini sebagai alienation (penyakit jiwa), merupakan salah satu jenis
kematian secara spiritual, dimana seseorang dibayangi oleh rasa tak berarti pada
hidup dan di teror rasa bukan apa-apa yang akan datang dengan kematian. Karena
ini kelihatannya berbicara tentang alienation dari jutaan orang yang hidup pada
zaman modern, psikologi eksistensial menambah perhatiannya pada waktu 1960an
dan 1970an.
Pendekatan proses-pengalaman adalah cabang terbaru dari pendekatan
humanistik-eksistensial. Pendekatan ini sangat menekankan pada peran dari
emosi, dan khususnya pada menghindari emosi yang menyakitkan, pada psikologi
maladjustment. Teoretikus fokus pada kebutuhan untuk menyembuhkan, regulasi
yang berlebihan, emosi, dan integrasi mereka kepada keseluruhan kepribadian.
Tujuan dari terapi proses-pengalaman adalah untuk mengeluarkan kompleks yang
menghalangi klien dari pengalaman emosi, dan memfasilitasi perubahan dan yang
terbaik yaitu integrasi pengalaman emosi. Abnormalitas dipandang sebagai
kegagalan untuk mencapai identitas diri yang adekuat dan cara hidup yang penuh
makna.

C. PERSPEKTIF INTERPERSONAL
Perspektif interpersonal terdiri dari beberapa pendekatan. Semuanya
menekankan pada pentingnya hubungan dengan orang lain untuk penyesuaian diri
secara psikologis. Walaupun kebanyakan pendekatan ilmu pemeriksaan dan
pengobatan setuju dengan dimensi interpersonal mengenai masalah psikologis,
para teoritikus interpersonal secara tegas menegur, dan meletakkan penegasan
pada proses interpersonal dalam tingkah laku abnormal.
Seperti yang kita ketahui, Henry Stack Sullivan merupakan teoretikus
pertama yang secara sisetematis mengembangkan pendekatan interpersonal untuk
gangguan psikiatri. Teoretikus yang lain mengembangkan pendekatan

interpersonal untuk gangguan spesifik, termasuk skizofrenia dan depresi. Para


peneliti menemukan fakta-fakta yang cukup banyak untuk mendokumentasikan
ketidakcocokan efek lingkungan interpersonal yang tidak baik dapat membuat
psikologis menjadi baik. Sebagai contoh, beberapa jenis gangguan psikologis
(seperti depresi, gangguan kepanikan) diasosiasikan dengan kesulitan yang
berhubungan dengan perkawinan dan dukungan yang kurang memadai dari
lingkungan masyarakat.
Penemuan dampak psikologis dari hubungan yang terganggu sehingga
membuat kerja para teoretikus mungkin berkembang di masa depan. Sullivan
telah mengembangkan beberapa pendekatan interpersonal untuk psikoterapi.
Disini lebih fokus pada interpersonal therapy/IPT (terapi interpersonal) yang
dikembangkan oleh Klerman dan koleganya. Abnormalitas dipandang sebagai
hasil dari relasi antarindividu yang patologis dan gagal membangun interaksi
dengan sesamanya sehingga kualitas kepribadiannya menurun.
Psikoterapi interpersonal pada awalnya disusun untuk treatment pada
depresi dan selalu digunakan untuk bulimia dan beberapa gangguan lainnya.
Dasar dari pendekatan IPT adalah kepercayaan bahwa fungsi interpersonal
menyediakan mekanisme ilmu pengobatan yang utama untuk kemajuan dan
keringanan simptom. IPT digunakan untuk masalah seperti kesedihan yang tidak
terpecahkan, perselisihan peran, perubahan dalam peran, dan penurunan
interpersonal.
DAFTAR PUSTAKA

Corey, G. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : Refika
Aditama

Hall, C.S & Lindzey, G. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta :


Kanisius

Wiramihardja, S.A. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika


Aditama

MAKALAH

PERSPEKTIF PSIKODINAMIKA, HUMANISTIKEKSISTENSIAL, DAN INTERPERSONAL


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Psikologi Abnormal

disusun oleh :
Deni nasri
denty pramanita

055139
055218

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2007

Anda mungkin juga menyukai