Teori Humanistik
Bagi orang yang telah mencapai aktualisasi diri, tidak terpenuhinya satu
kebutuhan, apalagi beberapa metakebutuhan, akan membuatnya sangat kesakitan,
lebih sakit daripada kematian (Jaenudin, 2015, hlm. 140-141).
2. Carl Rogers
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya
sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapis) dalam
membantu individu mengatasi masalahmasalah kehidupannya. Carl Rogers
menyakini bahwa berbagai masukan yang ada pada diri seseorang tentang dunianya
sesuai dengan pengalaman pribadinya. Masukan-masukan ini mengarahkannya secara
mutlak kearah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dirinya. Rogers menegaskan, dalam
pengembangan diri seorang pribadi akan berusaha keras demi aktualisasi diri (self
actualisation), pemeliharaan diri (self maintenance), dan peningkatan diri (self
inhancement). Konsep pokok kepribadian Rogers adalah “self”. Dimana individu
memiliki pribadi, memiliki harga diri tanpa syarat, memiliki nilai – nilai tak peduli
bagaimana keadaanya.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia
yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak–kanak seperti yang
diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun
pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia
berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana
seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya.
Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada
waktu itu. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan
sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau
dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-kanak.
Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika
mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi
diri dari fisiologis ke psikologis.
1) Struktur Kepribadian
a) Organisme :
- Mahkluk hidup organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologisnya dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang
terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai
kejadian yang terjadi dalam diri. dan dunia eksternal.
- Realitas Subyektif Oranisme menganggap dunia seperti yang dialami dan
diamatinya. Realita adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat
membentuk tingkah laku.
- Holisme Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam
satu bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki
makna pribadi dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan,
dan mengembangkan diri.
b) Medan Fenomena
keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik disadari
maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan seluruh pengalaman
pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi
subyektifnya.
c) Diri
Diri dibagi atas dua subsistem.
Konsep diri yaitu penggabungan seluruh seseorang yang disadari oleh
individual (meski tidak selalu akurat). Konsep diri menurut Rogers adalah
kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan
dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku (Schultz,
Duane;1991) konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan
konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut
sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence
dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang
dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan
batin. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri
diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh,
integral, dan sejati.
Diri ideal yaitu cita-cita seseorang akan diri. Terjadinya kesenjangan akan
menyebabkan ketidak-seimbangan dan kepribadian menjadi tidak sehat.
- Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada
tiga tingkat kesadaran.
1) Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau
disangkal.
2) Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara
langsung diakui oleh struktur diri.
3) Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang
dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan
didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.
- Kebutuhan Pemeliharaan
Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara,
dan keamanan , sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak
untuk berkembang.
- Peningkatan diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai
kemampuan untuk belajar dan berubah
- Penghargaan positif (positive regard)
Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima
oleh orang lain. Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai
hasil dari pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari
frustasi dengan mencari kepuasan akan positive self-regard.
Konseling adalah suaru proses yang terjadi dalam hubungan seseorang dengan seseorang
yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas
profesional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien
memecahkan kesulitanya.
Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling. Karena jika
menguasai teknik konseling individual berarti akan mudah menjalankan proses konseling yang
lain. Proses konseling individu berpengaruh besar terhadap peningkatan klien karena pada
konseling individu konselor berusaha meningkatkan sikap siswa dengan cara berinteraksi selama
jangka waktu tertentu dengan cara beratatap muka secara langsung untuk menghasilkan
peningkatan-peningkatan pada diri klien, baik cara berpikir, berperasaan, sikap, dan perilaku.
Layanan konseling individu mempunyai beberapa metode yang bisa digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang dilakukan oleh konselor terhadap konseli. Dalam metode konseling
individu, setidaknya ada tiga cara konseling yang biasa dilakukan, yaitu:
1. Konseling Krisis
Krisis dapat diartikan sebagai suatu keadaan disorganisasi dimana konseli menghadapi
frustasi dalam mencapai tujuan penting hidupnya atau mengalami gangguan dalam perjalanan
hidup dan hal itu di tanggapinya dengan stress. Situasi demikian itu sering memerlukan respon
khusus dari konselor guna membantu konseli yang tidak berdaya.
“Jika suatu krisis mencapai taraf yang melumpuhkan individu atau menghambat
mengontrol diri individu maka keadaan itu merupakan krisis yang butuh bantuan penyembuhan”
Belkin (1975).
Situasi krisis dapat bersangkutan dengan masalah percobaan bunuh diri, kehamilan diluar
nikah, kematian orang yang dicintai, perceraian, pemutusan jabatan, manjadi anggota baru
keluargam terlibat hukum, pindah agama, kecanduan, dan masalah keuangan.
Berdasarkan sifat situasi krisis konselor perlu menerima situasi dan menciptakan
keseimbangan pribadi dan penguasaan diri. Sikap tersebut memungkinkan dapat meredakan
kecemasan konseli serta menunjukan tanggung jawabnya terhadap konseli, yang menunjukan
bahwa konseli masih memiliki harapan, setelah menghadapi situasi konseli sementara tersebut
konselor dapat melakukan bantuan konseli dalam kancah developmental. Aktifias konselor
dalam mengatasi masalah krisis adalah dengan memberikan intervensi langsung atau campur
tangan, dukungan kadar tinggi, dan konseling individual atau referral ke klinik atau lembaga
yang layak.
2. Konseling Fasilitatif
Konseling fasilitatif, menurut segi tinjauannya yaitu proses membantu konseli
memperjelas masalahnya, selanjutnya bantuan dalam pemahaman dan peneriman diri, penemuan
rencana tindakan dalam mengatasi masalah, dan akhirnya akhirnya konseli dapat bertanggung
jawab dengan masalahnya sendiri.
Konseling tipe fasilitatif di istilahkan sebagai konseling remedial atau adjustive, seakan
seorang di sembuhkan akibat mempunyai tingkah laku yang tidak tidak dikehendaki. Konseling
remedial diartikan sebagai usaha membantu individu agar maju dari tahap kurang sempurna
menjadi sempurna. Dengan konseling fasilitatif manusia dapat bertumbuh dari satu tahap ke
tahap lainnya.
3. Konseling Preventif
Konseling preventif berbeda dari tiga tipe lainnya, tipe ini bersifat programatis
sebagaimana program pada konseren khusus. Konseling demikian misalnya meliputi program
pendidikan seks di sekolah dasar dengan niat mencegah kecemasan pada masa yang akan datang
tentang seksualitas dan hubungan dua jenis kelamin.
Dalam konseling preventif, konselor dapat menyajikan informasi kepada suatu individu
atau kelompok dengan memberikan progam yang sesuai dengan dirinya. Aktifitas yang mungkin
dilakuakan adalah pemberian informasi, membuat program yang relevan, dan konseling
individual berdasarkan isi dan proses program.
4. Konseling Developmental
Konseling developmental merupakan suatu proses berkelanjutan yang dijalankan dalam
seluruh jagka kehidupan individu. Tipe konseling ini focus pada membantu konseli mencapai
pertumbuhan pribadi yang positif dalam berbagai tahap kehidupan mereka. Konselor harus
mampu membantu individu pada semua tingkatan usia dan benar-bear mendukung konsep
mengenai konseling anak sebagai hal yang esensial dalam proses perkembangan.
Konseli dapat mencapai pemahaman diri, peningkatan keterampilan membuat keputusan,
dan mengubah tingkah laku ke positif melalui konseling developmental.
Konseling developmental adalah bagian integral dari perkembangan karir seseorang dan
pembentukan kemampuan membuat keputusan, merupakan konseling yang berlangsung
sepanjang jangka kehidupan yang menangani anak muda dan orang lanjut usia.
Pada konseling developmental, sebagaimana pada tipe lainnya seorang konselor dapat
efektif membantu seseorang melalui konseling individual. Pada konseling developmental,
konselor dapat bekerja dama dengan orang lain yang berarti sama sama melibat bergantian dalam
konseling. Aktifitas konselor yang dapat dilakukan dalam kancah ini adalah membantu individu
memperoleh ketegasan nilai-nilai anutannya, mereview pembuatan keputusan, dan konseling
individual yang berkenaan dengan pengembangan pribadi dan kerjasama sama dengan orang lain
yang bermaksud penempatan dalam lingkungan.
Daftar Pustaka
Gerald, Corey. 1988. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT ERESCO.
Holipah, The Using Of Individual Counseling Service to Improve Student’s Learning Atitude And
Habit At The Second Grade Student of SMP PGRI 6 Bandar Lampung (Journal
Counseling, 2011)
Willis S. Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek ( Bandung,CV Alfabeta, 2007)hal :18
Nursalim, Mochamad, Bimbingan dan Konseling Pribadi dan Sosial, Yogyakarta: Ladang Kata.
Zulfikar, Rezki Hariko, Muwakhidah & Nikon Aritonang.2017. Konseling Humanistik: Sebuah
Tinjauan Filosofi.Jurnal Konseling Gusjigang, Vol.3, No.1
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama.
Bandarlampung: