Anda di halaman 1dari 13

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DAN PEMBELAJARAN
SYSTEMATIC BEHAVIOR (C.L. Hull)
Konsep dan Teori
Clark L. Hull mendasarkan teori belajarnya pada tingkah
laku yang diselidiki dengan hubungan perkuatan S-R.
Metode yang digunakan merupakan metode matematika,
deduktif, dan dapat dites atau diuji. Teori dari Hull
sebenarnya tidak jauh beda dengan teori belajar lainnya.
Beberapa persamaan teori belajar Hull dengan teori
belajar sebelumnya adalah sebagai berikut:
 1. Berdasarkan asosiasi S-R

 2. Berdasarkan cara melangsungkan hidup.

 3. Berdasarkan kebutuhan biologis dan pemenuhannya.

 4. Orientasinya kepada teori Pavlov.


 Hull juga mengembangkan beberapa definisi,
antara lain:
 Kebutuhan (Need)
 Dorongan (Drive)
 Perkuatan (Reinforcement)
Postulat yang Diajukan Oleh Hull
 Postulat 1: Impuls saraf afferent dan bekas lanjutannya.
Jika suatu perangsang mengenai reseptor, maka timbullah impuls
saraf afferent dengan cepat mencapai puncak intensitasnya dan
kemudian berkurang secara berangsur-angsur. Sesaat saraf afferent
berisi impuls dan diteruskan kepada saraf sentral dala beberapa
detik dan seterusnya timbul respon. S-R diubah menjadi S-s-R atau
S-s-r-R. Simbol s adalah impuls atau stimulus trace dalam saraf
sensoris, dan simbol r adalah impuls respon yang masih dalam saraf
Afferent.
 Postulat 2: Interaksi saraf afferent

Impuls dalam suatu saraf afferent dapat diteruskan ke satu atau


lebih saraf afferent lainnya. R timbul tidak hanya karena satu
stimulus, tetapi lebih dari satu S yang lalu terjadi kombinasi
berbagai stimulus. Rumusnya akan berubah menjadi S-r-R.
 Postulat 3: Respon-respon bawaan terhadap kebutuhan (tingkah laku
yang tidak dipelajari)
Hull percaya bahwa individu dilahirkan dengan hierarki respon,
unlearned behavior (perilaku yang tak dipelajari), yang akan aktif jika
dibutuhkan. Ada beberapa perilaku yang timbul secara alamiah tanpa
adanya proses belajar. Contohnya, ketika ada benda asing masuk ke mata
secara spontan mata akan berkedip dan mengeluarkan air mata.
 Postulat 4: Hadiah dan kekuatan kebiasaan; kontiguitas dan reduksi

dorongan sebagai kondisi-kondisi untuk belajar.


Kekuatan kebiasaan akan bertambah jika kegiatan-kegiatan reseptor dan
efektor terjadi dalam persamaan waktu yang menyebabkan hubungan
kontiguitif dengan hadiah pertama dan hadiah kedua. Jika satu stimulus
diikuti dengan satu respons yang kemudian diikuti dengan penguatan,
maka asosiasi antara stimulus dan respons itu akan semakin kuat yang
disebut dengan habit strength (kekuatan kebiasaan) [SHR].
 Postulat 5 : Stimulus Generalization
SHR =kekuatan kebiasaan umum – transfer
pelatihan
 Postulat 6: STIMULUS ASSOCIATED WITH

DRIVES
Hubungan dengan tiap-tiap dorongan adalah
stimulus dorongan karakteristik yang
intensitasnya meningkat dengan kekuatan
dorongan. Sebuah kebutuhan biologis dan
fisiologis akan menimbulkan “ Drive State “ (D)
 Postulat 7: Reaction potential as a functionof drive and habit
strength.
Kekuatan kebiasaan disintesiskan kedalam potensi reaksi
dengan dorongan-dorongan primer yang timbul pada saat
tertentu. potensi reaksi adalah fungsi dari seberapa sering
respons diperkuat dalam situasi itu dan sejauh mana
dorongannya
 Postulat 8: Responding cause fatigues, which operates

against the elicitationof a conditional responses.


Respon memerlukan kerja, dan kerja menyebabkan
keletihan yang pada akhirnya akan menghambat respons.
Reactive inhibiton (hambatan reaktif) [IR] disebabkan
kelelahan,
 Postulat 9: Pengekangan yang dikondisikan (diisyaratkan)
Ketika kelelahan tidak direspon kita akan menghasilkan penguatan
untuk menghilangkan kelelahan tersebut. Stimuli yang dihubungkan
dengan penghentian respon menjadi pengekangan yang dikondisikan.
Respon untuk tidak merespon dinamakan conditioned inhibition (SIR)
(hambatan yang dikondisikan). Baik itu IR maupun SIR beroperasi
melawan munculnya respons yang telah dipelajari dan karenanya
merupakan pengurangan dari
 Postulat 10: Factors tending to inhibit a learned response change
from moment to moment
Menurut Hull, ada yang disebut dengan potensi penghambat yang
akan menghambat munculnya respon yang telah dipelajari. Hal ini
disebut efek guncangan. Reaksi sementara dari efek guncangan
disebut dengan potensi reaksi efektif sementara. Semakin besar
potensi penghambat yang muncul maka aka mengurangi peluang
munculnya respon. Hal ini menjelaskan kenapa suatu respon ketika di
uji coba kembali, respon itu tidak muncul.
 Postulat 11 : (Reaksi ambang perangsang)
Potensi reaksi efektif yang momentum harus melampaui reaksi
ambang perangsang sebelum stimulus membangkitkan reaksi.
Ambang batas kemungkinan timbulnya respon disebut
“Reaction Treshold” (sLr). Res-pon/Perilaku yang diharapkan
akan muncul apabila sEr > sLr.
 Postulat 12 : (Kemungkinan reaksi diatas ambang

perangsang)
Menurut Hull hanya setelah beberapa kali proses training
maka kemungkinan munculnya perilaku semakin besar. Hal
ini disebabkan karena pada masa awal training sOr masih
sedemikian besar sehingga menghambat kemungkinan
munculnya perilaku, sehingga sEr<sLr. Tetapi setelah
beberapa kali proses training sOr semakin kecil sehingga sEr
akan melebihi atau > sLr, maka kemungkinan munculnya
perilaku semakin besar. Probabilitas munculnya perilaku
(kemungkinan munculnya perilaku) disimpulkan sebagai “p”.
 Postulat 13 : Latensi (keadaan diam atau berhenti)
“Latency” adalah waktu antara munculnya stimulus
dan timbulnya respon yang dipelajari. “Latency”
disimbolkan dengan str, dimana Latency akan
semakin kecil apabila nilai, sEr meningkat. Semakin
sering proses training terjadi maka semakin besar
nilai sEr sehingga str semakin kecil.
 Postulat 14: Hambatan berhenti (ekstingsi)

Makin besar potensi reaksi efektif, makin besar


respon yang timbul tanpa perkuatan, sebelum
berhenti atau ekstingsi.
 Postulat 15: Amplitudo respon (besarnya respon)
Besarnya dorongan dilantari atau disebabkan
oleh peningkatan kekuatan potensi efektif reaksi
dalam sistem saraf otonom.
 Postulat 16: Respon-respon yang bertentangan

Jika potensi-potensi reaksi kepada dua atau lebih


respon-respon yang bertentangan terjadi dalam
organisme pada waktu yang sama, maka hanya
reaksi yang mempunyai potensi reaksi yang lebih
besar akan terjadiresponnya
 Motivasi Insentif (K)
organisme belajar sama cepatnya untuk insentif kecil
dan insentif besar, namun binatang melakukannya
secara berbeda sesuai dengan variasi besarnya insentif
(K). Perubahan kinerja yang cepat setelah adanya
perubahan ukuran penguatan ini disebut sebagai
Crespi Effect . 
 Dinamisme Intensitas-Stimulus

Menurut Hull, dinamisme stimulus-intensitas (V)


adalah satu variabel penghalang yang berbeda dengan
intensitas dari stimulus eksternal (S), dijelaskan secara
sederhana, dinamisme stimulus-intensitas
mengindikasikan bahwa semakin besar intensitas dari
sebuah stimulus, semakin besar probabilitas respon
yang dipelajari dan akan dihasilkan.
 sEr  = [sHr   x  D x V x K  –  (Ir  +  sIr)]  –  sOr
 sEr artinya probabilitas, dan kecepatan terjadinya
suatu perilaku terhadap rangsangan yang
diberikan (potensi reaksi) sHr artinya jumlah
pelatihan yang diperkuat (kekuatan kebiasaan)
 D artinya jumlah kekurangan atau dorongan
biologis yang diukur dalam jangka waktu
 K artinya ukuran hadiah (motivasi insentif)V
artinya kejelasan stimulus (dinamisme stimulus)
sIr artinya jumlah pelatihan yang tidak diperkuat
(kekuatan penghambatan)
 Ir artinya jumlah pelatihan yang mengakibatkan
kelelahan (penghambatan reaktif) sOr artinya
kesalahan acak

Anda mungkin juga menyukai