Anda di halaman 1dari 9

Nama Risha Rosiananty Purba

NIM 20061014
Jurusan/Prodi Pendidikan Teknik Bangunan
Keterangan Resume Silabus 8 Psikologi
Pendidikan

RESUME TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM


PROSES PEMBELAJARAN

1. Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik


Teori belajar behavioristik merupakan sebuah aliran dalam teori belajar yang mengutamakan
adanya tingkah laku (behavior) yang dapat diamati. Berdasarkan aliran behavioristik, belajar
merupakan pembentukan asisiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau antara stimulus dengan respon. Teori behavioristik juga
dinamakan teori stimulus dan respon. Oleh karena itu, belajar merupakan sebuah upaya untuk
membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Contohnya seorang anak
yang belum dapat mengoperasikan perkalian angka, walaupun sudah be;ajar giat dan diajari
dengan baik, namun jika belum bisa mempraktekkannya akan dianggap belum dapat
menunjukkan perilaku sebagai hasil belajar.
Teori Behavioristik yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner berisi tentang perubahan tingkah
laku yang menjadi hasilnya dapat diperoleh dari pengalaman. Dalam teori ini, semua perilaku
dapat dijelaskan oleh sebab-akibat lingkungan, bukan oleh kekuatan internal. Behavioristik
fokus pada perilaku yang dapat diamati, yaitu stimulus dan respon yang ada. Berikut adalah
tokoh-tokoh yang berpaham aliran behavioristik:
1. Edward. L. Thorndike (1874-1949)
Teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike adalah teori
koneksionisme (connectionism), ia kembangkan berdasarkan eksperimen yang ia lakukan
pada tahun 1890-an yang menggunakan hewan-hewan salah satunya kucing, untuk
mengetahui fenomena belajar. Thorndike menyimpulkan bahwa belajar adalah hubungan
antara stimulus dan respon. Hukum yang ia temukan dari penielitiannya adalah sebagai
berikut:
a. Law of Effect yaitu apabila sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan, maka
hubungan antara stimulus dengan respon akan semakin kuat. Begitu juga sebaliknya.
b. Law of Readiness merupakan sebuah respon menghasilkan efek memuaskan,
hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan (mengganggu) efek yang dicapai respons, maka semakin lemah hubungan
stimulus dengan respon tersebut.
c. Law of Exercise (hukum pelatihan), jika perilaku (perubahan hasil beljar) sering
dilatih, maka akan semakin kuat. Sebaliknya, jika perilaku tidak sering dilatih atau
digunakan, maka perilaku tersebut akan dilupakan atau sekurang-kurangnya akan
menurun.
2. Ivan Pavlov (1849-1736)
Teori yang dikemukakan oleh Pavlov adalah teori pembiasan klasik (classical
conditioning) yang berkembang berdasarkan hasil eksperimennya tentang anjing dan air
liurnya. Dalam teori Pavlov ini, classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan
refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut
(Terrace, 1973). Dari teori pengkondisoan klasik Pavlov (1927), terdapat dua tipe stimulus
dan dua tipe respon:
a. Unconditional Stimulus (US), stimulus yang secara otomati menghasilkan respon
tanpa adanya pembelajaran terlebih dahulu. Berdasarkan eksperimen Pavlov, makanan
adalah US.
b. Unconditioned Response (UR), respon yang dihasilkan oleh US secara otomatis yang
tidak dipelajari. Berdasarkan eksperimen Pavlov, air liur anjing yang merespon
makanan adalah UR.
c. Conditioned Stimulus (CS), Stimulus yang sebelumnya netral, akhirnya meng-
hasilkan CR setelah diasosiasikan oleh US. Di antara stimulus yang terkondisikan
dalam eksperimen Pavlov adalah beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum
anjing menyantap makanan seperti suara pintu sebelum makanan ditempatkan di piring
anjing.
d. Concitioned Respon (CR), merupakan respon yang dipelajari, yaitu respon terhadap
stimulus yang terkondisikan kemudian muncul setelah US- CS. Misalnya anak-anak
akan menghasilkan kesenangan disekolah karena telah dikonsikan secara klasik melalui
lagu favorit, sehingga anak berperasaan bahwa kelas adalah tempat yang aman,
menyenangkan, dan hangat. Lagu tersebut juga bisa menjadi netral bagi siswa, jika ia
belum bergabung dengan siswa lain untuk menyanyikannya. Namun anak juga bisa
menjadi takut di kelas jika mereka mengasosiasikan kelas dengan teguran sehingga
teguran atau kritik menjadi CS untuk rasa takutnya.
e. Generalisasi, Deskriminasi, dan Pelenyapan, dalam pengkondisian klasik,
generalisasi adalah tendensi dari stimulus baru yang sama dengan CS asli untuk
menghasilkan sesuatu yang sama. Misalnya ketika siswa dimarahi karena ujiannya
buruk, maka ketika memulai ujian dari mata pelajaran lain yang ternyata berkaitan
dengan yang sebelumnya, siswa tersebut akan merasa gurup. Jadi, ia akan
menggeneralisasikan satu ujian dengan ujian lainnya. Diskriminasi terjadi ketika
organisme merespon stimulus tertentu tetapi tidak merespon stimulus lainnya.
Pelenyapan adalah pelemahan CR karena tidak ada US.
f. Desentralisasi Sistematis merupakan metode yang didasarkan pada pengkondisian
klasik untuk mengurangi kecemasan dengan membuat individu mengasosiasikan
relaksasi dengan visualisasi situasi yang menimbulkan kecemasan.
g. Mengevaluasi Pengkondisian Klasik untuk memantu memahami beberapa aspek
pembelajaran dengan lebih baik, cara ini akam menjelaskan bagaimana stimulus netral
menjadi diasosiasikan dengan respon yang tidak dipelajari secara sukarela, akan
membantu memahami kecemasan dan ketakutan siswa. amun cara ini tidak efektif
untuk menjelaskan perilaku sukarela seperti mengapa siswa belajar keras untuk satu
mata pelajaran sedangkan pada mata pelajaran lain belum tentu.
3. Burhus Frederic Skinner
Konsep yang dikemukakakn Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para
tokkoh sebelumnya. Ia menjelaskan konsep belajar secara sederhana namun kompe-
herensif. Skinner berpendapat bahwa hungan antara stimulus dan respon terjasi melalui
interaksi dengan lingkungan kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Respon yang
diterima seseorang tidak sesederhana seperti yang diungkapkan tokoh-tokoh sebelumnya
karena stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi hingga mempengaruhi respon yang
dihasilkan, Respon yang diberikan memiliki konsekuensi, inilah yang akan mempengaruhi
munculnya perilaku (Slavin, 2000). Maka, dalam memahami tingkah laku seseorng secara
benar harus memahami hubungan antar stimulus, serta memahami konsep yang akan
muncul dan berbagai konsekuensi yang akan timbul akibat respon tersebut. Skinner
mengemukakan bahwa menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk
menjelaskan tingkah laku hanya akan memperumit masalah. Sebab setiap alat yang
digunakan perlu penjelasan lagi, begitu juga seterusnya.
4. Watson
Watson mengartikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan reson, namun
kedua itu haruslah yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Walaupun Watson
mengakui adanya perubahan mental pada diri seseorang selama proses belajar, namun ia
menganggap hal itu sebagai faktor yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak bisa
diamati. Sebagai seorang behavioris murni, kajian Watson tentajg belajar disejajarkan
dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang berorientasi pada pengalaman
empiric semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

5. Clark Hull
Hull menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan
pengertian belajar. Namun, karena terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin, semua
fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan
hidup. Maka, Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan
biologis (drive reduction) merupakahn hal yang penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh kegiatan manusia. Sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajar pun
kebanyakanan hampir dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupunrespon yang akan
muncul mungkin berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam
teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biolohis (Bell, Gredler, 1991).
6. Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti, yaitu gabungan stimulus yang
disertai suatu gerakan, ketika timbul akan cenderung diikuti oleh gerakan yang sama (Bell,
Gredler, 1991). Guthrie menggunakan variable hubungan stimulus dengan respon untuk
menjelaskan terjadi belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sementara respon lain tidak ada. Penguatan hanya sekedar
melindungi hasil belajar baru agar tidak hilang dengan mencegah perolehan responbaru.
Hubungan antara respon dan stimulus bersifat sementara karena dalam kegiatan belajar,
peserta didik perlu diberi stimulus sesering mungkin agar hubungannya dengan respon
lebih kuat dan menetap. Guthrie percaya bahwa sebuah hukumuan memiliki peran penting
dalam proses belajar. Dengan pemberian hukuman yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang.
Berdasarkan teori ini, guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Siswa
harus dibimbing untuk melakukan hal-hal yang ia pelajari. Dalam membimbing kelas, guru
tidak boleh memberikan tugas yang mungkin dapat diabaikan oleh anak (Bell, Gredler.
1991).

2. Prinsip Pembelajaran Menurut Teori Behavioristik


(Santrock, 2008) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran dalam teori behavioristik
adalah sebagai berikut:
a. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa
anatau mental yang abstrak.
b. Aspek mental berdasarkan kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik yaitu pseudo
problem dalam sains, harus dihindari.
c. Penganjur utama adalah Watson: Over, observable, behavior merupakan satu-satunya
subjek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
d. Berdasarkan perkembangannya, pandangan Watson dikembangkan lagi oleh para ahli
behavioristik dengan memperluas lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan
terhadap behaviorisme menjadi tidak seekstrim Watson. Juga dilakukan dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
e. Aliran behaviorisme menyumbang metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistic
dalam perkembangan ilmu psikologi.
f. Para ahli membagi behavioristik dalam dua periode, yaitu behavioristik awal dan behavior-
istik yang baru.

Sementara dalam bukunya, Skinner memuat prinsip-prinsip teori behavioristik sebagai berikut:

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah maka diperbaiki dan jika
sudah benar maka diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran yang digunakan dengan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Dengan begiu, lingkungan harus
diubah untuk menghindari adanya hukuman.
5. Dalam proses pembelajaran, lebih diutamakan akitivitas sendiri.
6. Terciptanya tingkah laku yang diinginkan pendidik pada peserta didik, diberi apresiasi.
7. Digunakannya shaping dalam pembelajaran.

3. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran

Yang ditekankan dalam proses belajar menurut teori behaviorisme adalah hubungan antara
stimulus dengan respon. Oleh karena itu, agar pembelajaran di kelas menjadi efektif, hendaknya
guru memperhatikan hal-hal berikut:
• Guru hendaknya memilih jenis stimulus yang tepat untuk diberikan kepada peserta didik agar
mendapatkan respon yang diharapkan.
• Guru juga menentukan jenis respon yang harus ia dapatkan dari peserta didik.
• Guru perlu memberikan apresiasi yang tepat untuk meningkatkan periku yang diharapkan dari
peserta didik.
• Guru segera memberikan umpan balik secara langsung, sehingga peserta didik yang belajar
dapat mengetahui apakah respon yang telah diberikan benar apa belum.

Penerapan atau metode yang digunakan dalam pembelajaran behavioristik yaitu, ceramah dan
demonstrasi. Seluruh aktivitas dipusatkan pada guru, sementara peserta didik menerima pelajaran
dengan pasif.

Menurut Santrock (2008) penerapan teori behavioristik dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan berikut ini:

1. Menikatkan perilaku yang diharapkan


a. Memilih penguatan yang efektif karena tidak semua penguatan sama efeknya bagi semua
siswa.
b. Menjadikan pennguatan kontigen dan tepat waktu agar penguah dapat efektif, guru harus
memberikannya hanya ketika siswa selesai melakukan perilaku tertentu.
c. Memilih jadwal penguatan terbaik. Empat jadwal penguatan utama adalah rasio tetap,
rasio variabel, interval tetap, dan interval variabel.
d. Menggunakan perjanjian yang dilakukan dengan tulisan. Jika muncul tindakan siswa
yang tidak sesuai dengan harapan guru, maka dapat dirujuk dengan perjanjian yang sudah
disepakati.
e. Menggunakan penguatan negatif secara efektif, dengan itu frekuensi respon akan
meningkat karena respon tersebut dapat menghilangkan stimulus yang dihindari.
f. Menggunakan promt dan shapping. Prompt merupakan stimulus tambahan atau isyarat
tambahan yang diberikan sebelum respon dan meningkatkan kemungkinan respon akan
terjadi. Shapping adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku dengan
perilaku yang diinginkan.
2. Mengurangi perilaku yang tidak dihaarapkan
a. Menggunakan penguatan diferensial. Dilakukan dengan memperkuat perilaku yang
lebih tepat pada anak atau mungkin yang tidak sesuai. Misalnya, guru lebih memperkuat
aktivitas belajar anak di komputer daripada bermain game. Guru bisa juda memperkuat
perilaku sopan pada anak untuk duduk tenang dibanding berlarian di kelas.
b. Menghentikan penguatan (pelenyapan) dengan menarik penguatan positif terjadap
perilaku tidak tepat atau tidak pantas. Dapat dilakukan ketika guru mendapati perilaku yang
tidak tepat dengan menegur, mengancam, dan membentak.
c. Menghilangkan stimuli yang diinginkan. Menggunakan time out yaitu menghilangkan
stimulus yang diinginkan dengan menjauhkan penguatan positif dari siswa. Dengan
responecost, yaitu menjauhkan penguatan positif dari siswa dengan tidak memberikan
waktu istirahat.
d. Memberikan stimulus yang tidak disukai (hukuman). Stimuli dengan memberi
hukuman akan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dan bahkan kadang-kadang
menambah perilaku yang tidak diinginkan. Sebaliknya dengan menggunakan teguran
verbal akan efektif apabila guru dengan siswa, tidak dipisahkan oleh ruang.
3. Aplikasi teori belajar behavioristik dalam pembelajaran
a. Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia.
b. Memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan
telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan
mengajar merupakan sekedar memindahkan pengetahuan (transfer of knwoledge) ke orang
yang belajar atau siswa.
c. Fungsi pikiran adalah untuk mengulangi struktur pengetahuan yang sudah ada melalui
proses berpikir yang dapat dianalisis kemudian dipilah, sehingga makna yang dihasilkan
dari proses berpikir ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
d. Apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh peserta didik.
e. Dalam proses belajar mengajar, siswa dianggap objek pasif yang selalu membutuhkan
motivasi dan pengetahuan dari pendidik sehingga kurikulum sudah dibentuk terstruktur
sesuai dengan standar-standar tertentu yang harus dicapai oleh siswa.
f. Dalam proses evaluasi belajar, yang diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat
diamati sehingga hal-hal yang bersifat unobservable kurang dijangkau dalam proses
evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA
Azizah. 2015. Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran. (Tanggal
akses: 13 April 2021) Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran |
Azizah's blog (azizahdreams.blogspot.com)

Budiarsid, MI. dkk. 2016. Teori Belajar dan Penerapannya dalam Pembelajaran. (Tanggal
akses: 11 April 2021)

https://www.bunehaba.com/contoh-daftar-
pustaka/#Contoh_Daftar_Pustaka_dari_Jurnal_Makalah_atau_Laporan

Dosen-Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Pendidikan. 2020. Materi/Bahan Ajar Mata
Kuliah Psikologi Pendidikan.

Nahar, NI. 2016. PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM PROSES


PEMBELAJARAN. Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial). 1(12): 66-67.

PERTANYAAN

1. Selama penerapan teori behavioristik dalam pembelajaran, apakah mendaparkan hasil yang
sesuai dengan harapan?
2. Sampai sekarang era revolusi 4.0 mungkin masih ada guru yang menerapkan teori ini dalam
pengajarannya. Maka, apakah pengajaran yang ia berikan ini masih efektif untuk dipakai?

PERBANDINGAN
Menurut saya, resume yang saya miliki dibanding makalah kelompok 7 lebih lengkap.
Dalam materi ini ada banyak penjelasan mengenai teori behavioristik dari beberapa ahli,
tapi kelompok 7 justru tidak memasukkannya. Sementara saya memberikan tujuh teori dari
para ahlinya.
• Makalah Kelompok 7 yang tidak memuat teori behavioristik dari para ahli

Menurut saya, pendapat para ahli adalah bagian yang penting. Maka, apabila bagian
tersebut tidak dikutip maka penjelasan akan terkesan tidak lengkap.

Mungkin cukup sekian perbandingan yang dapat saya berikan, mohon maaf apabila ada
kekeliruan dalam penjelasan. Semoga saya maupun kelompo 7 dapat sama-sama
memperbaiki diri untuk pengerjaan tugas ke depannya. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai