Anda di halaman 1dari 5

UTS PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Alfania Putri Fortuna | K7118017 | 5A

Dosen Pengampu: Dra. Sularmi, M.Pd.

1. Mengapa rumpun teori ini disebut psykologi kekuatan mental? Dan sebutkan
kekuatan individu dalam pembelajaran!
Teori ini disebut dengan rumpun psikologi kekuatan mental karena dalam teori ini
menganggap bahwa dalam belajar mental siswa perlu didisiplinkan atau dilatih. Menurut
rumpun psikologi, teori disiplin mental ini individu memiliki kekuatan, kemampuan dan
potensi individu. Dalam teori psikologi daya, individu atau siswa memiliki sejumlah daya
atau kekuatan, seperti daya mengindra, mengenal, mengingat, menanggap, mengkhayal,
berpikir, merasakan, menilai, dan berbuat.

2. Bagaimana cara untuk mengembangkan potensi dalam teori psykologi tanggapan,


beserta keuntungan teori psykologi tanggapan dalam pembelajaran ?
Setiap pengalaman, apakah yang diterima melalui penglihatan, pendengaran,
perabaan, dibaca, dipikirkan, dilakukan dan sebagainya. Akan memberikan bekas di
dalam kesadaran. Bekas-bekas ini dapat dimunculkan kembali dalam bentuk tanggapan.
Ada tiga bentuk tanggapan, yaitu :impresi, indra, tanggapan atau bayangan dari impresi
indra yang lalu, dan perasaan yang menyertai impresi atau tanggapan tersebut, seperti
senang atau tidak senang. Tanggapan-tanggapan tersebut tidak semuanya berada dalam
kesadaran, ada kalanya juga berada dalam ketidaksadaran. Tanggapan-tanggapan itu
berbeda kekuatannya dan pengaruhnya terhadap kehidupan individu. Kehidupan individu
dipengaruhi oleh tanggapan-tanggapan yang paling kuat.
Menurut teori ini belajar adalah mengusahakan adanya tanggapan sebanyak-
banyaknya dan sejelas-jelasnya pada kesadaran individu, yang akan membentuk suatu
struktur tanggapan. Tanggapan baru akan mudah diterima dan berada dalam kesadaran
seseorang, apabila ada hubungan antara tanggapan baru tersebut dengan tanggapan-
tanggapan yang telah ada, serta karena adanya rasa senang terhadap yang ditanggapinya.
Sebagai contoh, ketika guru ingin menjelaskan tentang materi kepekaan lidah sebagai
indera pengecap, maka guru dapat menanyakan makanan-makanan yang memiliki rasa
asin, manis, pahit, dan asam untuk memunculkan kembali tanggapan-tanggapan tentang
rasa-rasa tersebut (apersepsi). Kemudian guru bias membawa contoh makanan yang
memiliki berbagai macam rasa dan siswa dapat mencicipinya untuk menunjukkan bagian
lidah yang peka. Dengan begitu, setiap kali anak merasakan makanan, ia akan mengingat
bagian lidah yang mana yang berfungsi sebagai penerima rasa.
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai dengan psikologi tanggapan adalah
prinsip repetisi (pengulangan), prinsip korelasi, prinsip motivasi, prinsip kesiapan, dan
prinsip apersepsi. Kelima prinsip ini dianggap sesuai karena teori psikologi tanggapan
berprinsip bahwa dalam menggunakan metode mengajar tanggapan seorang guru harus
menyajikan bahan pengajarannya secara sederhana, menarik dan berulang-ulang serta
kait-mengait antara yang satu dengan yang lain.

3. Sebut dan Jelaskan 3 teori belajar dalam rumpun psykologi behaviorisme dalam
pembelajaran!
a. Teori Koneksionisme
Tokoh paling terkenal dari teori koneksionisme adalah Edward Lee
Thorndike (1874-1949). Koneksionisme merupakan teori paling awal dari rumpun
behaviorisme. Oleh karena itu, pendidikan dan pengajaran di Amerika serikat
pada mulanya banyak di dominasi oleh pengaruh Thondike. Teori belajar
Thondike disebut “connectionism”, karena belajar merupakan proses
pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respons. Koneksi-koneksi
terbentuk secara mekanis melalui perulangan, persepsi dari pikiran sadar tidak
diperlukan. Secara garis besar, teori koneksionisme Thorndike dapat dijelaskan
dengan satu kesimpulan bahwa “belajar” dapat terjadi dengan dibentuknya
hubungan, atau ikatan, atau asosiasi, atau koneksi netral yang kuat antara stimulus
dan respons. Untuk dapat mencapai hubungan antara stimulus dan respons ini,
perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat, serta melalui usaha-
usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (errors) terlebih
dahulu. Berdasarkan hal ini, Thorndike mengutarakan bila bentuk paling dasar
dari belajar adalah trial and error learning atau selecting-connecting learning dan
berlangsung menurut hukum-hukum tertentu
Ide-ide dasar Thorndike mengenai pembelajaran diwujudkan dalam
Hukum Latihan dan Akibat. Hukum latihan terdiri dari dua bagian yaitu hukum
kegunaan dan hukum ketidakgunaan. Hukum kegunaan (law of use) yaitu sebuah
respon terhadap sebuah stimulus memperkuat koneksi keduanya. Hukum yang
kedua yaitu hukum ketidakgunaan (law of disuse) yaitu ketika respon tidak
diberikan pada sebuah stimulus, kekuatan koneksinya menjadi menurun
(dilupakan). Makin panjang interval waktu sebelum sebuah respon diberikan,
makin besar penurunan kekuatan koneksinya.
Berkaitan dengan prinsip atau hukum dalam belajar, Thorndike
mengemukakan tiga prinsip atau hukum. Pertama, law of readness, belajar akan
berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut.
Kedua, law of exercise, belajar akan berhasil apabila banyak latihan, ulangan.
Ketiga, law of effect, belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang lebih baik
b. Teori Pembiasaan Klasik (Classical Conditioning)
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang
berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936).
Seperti halnya dengan Thorndike, Pavlov dan Watson yang menjadi tokoh teori
ini juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan
manusia. Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu
(Sanjaya, 2006). Teori Pavlov berkembang dari percobaan laboratoris terhadap
anjing. Pengkondisian klasik menurut Pavlov merupakan sebuah prosedur
multilangkah yang pada mulanya membutuhkan sebuah stimulus yang tidak
terkondisikan (UCS=Unconditioned Stimulus) yang menghasilkan sebuah respon
yang tak terkondisikan (UCR= Unconditioned Respons). Pada penelitiannya,
Pavlov sering menggunakan metronom yang berdetak sebagai stimulus netral.
Metronom menjadi sebuah stimulus yang terkondisikan (CS) yang menghasilkan
respon yang terkondisikan (CR) serupa dengan UCR aslinya. Pemberian CS
(dalam hal ini tampa UCS) yang dilakukan berulangkali tampa ada penguatan
membuat CR menurun intensitasnya dan kemudian hilang; sebuah fenomena yang
dikenal dengan kepunahan.
Pemulihan spontan (SR) terjadi setelah selang waktu dimana CS tidak
diberikan dan CR dianggap menghilang. Jika kemudian CS diberikan dan Crnya
kembali lagi, bisa kita katakan bahwa CR tersebut secara spontan dipulihkan dari
kepunahan. Kenyataan bahwa pasangan CS-CR dapat diperbaiki tampa banyak
kesulitan menunjukan bahwa kepunahan bukan merupakan pembatalan
pembelajaran atas asosiasi-asosiasi tersebut.
Pavlov yakin bahwa stimulus apa pun yang dirasakan dapat dikondisikan
untuk respons apapun dapat dibuat. Namun dalam penelitian berikutnya
menunjukan bahwa generalisasi untuk pengkondisian itu terbatas. Pengkondisian
tergantung pada kesesuaian stimulus dan respons dengan reaksi-reaksi yang
spesifik untuk tiap-tiap species.

c. Teori Pengkondisian Kontiguitas (Contigous Conditioning).


Tokohnya adalah Edwin R Guthrie. Teori Guthrie menyebutkan bahwa
pembelajaran terjadi melalui pemasangan stimulus dan repons serta kekuatan
asosiatif. Meskipun Guthrie tidak menyatakan bahwa orang mempelajari prilaku
kompleks dengan melakukannya satu kali saja, namun satu atau lebih gerakan
menjadi terasosiasikan. Perulangan dari sebuah situasi akan menambah gerakan,
mengkombinasikan gerakan-gerakan menjadi tindakan dan membentuk tindakan
dalam kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Menurut teori ini belajar
memerlukan reward dan kedekatan antara stimulus dan respon. Guthrie yakin
bahwa respons-respons tidak perlu di beri imbalan untuk dapat dipelajari.
Mekanisme pokoknya adalah kontiguitas atau pemasangan yang tepat pada
waktunya antara stimulus dan respons. Gutrie berpendapat, bahwa hukuman itu
tidak baik dan tidak pula buruk. Efektif tidaknya hukuman tergantung pada
apakah hukuman itu menyebabkan murid belajar ataukah tidak. Gutrie
berpendapat bahwa tingkah laku manusia dapat diubah tingkah laku jelek dapat
diubah menjadi baik. Teori Gutrie berdasarkan atas model penggantian stimulus
saut ke stimulus yang lain. Responsi atas suatu situasi cenderung di ulang
manakala individu menghadapi situasi yang sama. Inilah yang disebut dengan
asosiasi.
Menurut Gutrie, setiap situasi belajar merupakan gabungan berbagai
stimulus (dapat intemal dan dapat ekstemal) dan respon. Dalam situasi tertentu,
banyak stimulus yang berasosiasi dengan banyak respon. Asosiasi tersebut, dapat
benar dan dapat juga salah.Ada tiga metode pengubahan tingkah laku menurut
teori ini, yaitu metode respon bertentangan, metode membosankan, metode
mengubah lingkungan.

4. Kemukakan 4 ciri pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah yang


mengandung unsur-unsur pemahaman!

a. Dalam pembelajaran bermakna materi pembelajaran harus terasa pentingnya bagi


siswa, artinya materi tersebut mengandung nilai yang sangat berharga bagi siswa.
Dengan mengetahui urgensi dari suatu materi pembelajaran akan mendorong
siswa lebih bersemangat dan memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Karena
siswa tahu betul bahwa materi yang sedang dipelajari tersebut sesuatu yang sangat
penting bagi perkembangan kepribadian dan kehidupannya.
b. Hasil belajar adalah dalam bentuk pemahaman dan wawasan. Belajar akan lebih
efektif dan lebih bermakna jika hasilnya merupakan pemahaman, pengertian dan
wawasan. Jadi, guru diharapkan berusaha membantu siswa untuk mencapai
pemahaman yang sebaik-baiknya terhadap apa yang dipelajarinya.
c. Hasil pembelajaran itu merupakan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi
siswa. Dalam prinsip pembelajaran yang bermakna apa yang dipelajari oleh siswa
haruslah bermanfaat bagi siswa. Pemahaman terhadap manfaat dari suatu hasil
pembelajaran haruslah sama antara guru dengan siswa dan jangan sampai terjadi
kesalahpahaman, dimana seringkali guru meyakini apa yang akan dipelajari siswa
adalah sesuatu yang bermanfaat bahkan mungkin sangat bermanfaat. Tetapi di
pihak siswa tidak merasakan sedikitpun manfaat dari apa yang dipelajarinya.
d. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah hasil yang tahan lama. Pembelajaran
akan lebih bermakna jika hasil yang diperoleh siswa adalah sesuatu yang mantap
dan tahan lama serta dikuasai oleh para siswa. Hasil belajar yang mantap dan
tahap lama artinya hasil pembelajaran tersebut meresap ke dalam pribadi siswa.
Hal ini akan didapatkan oleh siswa jika bahan pembelajaran benar-benar dipahami
oleh siswa serta apa yang dipelajari tersebut betul-betul bermakna dan dapat
dipergunakan oleh siswa dalam kehidupannya. Melvin L. Silberman merancang
teknik dimana siswa dapat mengingat apa yang dipelajarinya dan menjadikan
materi yang dipelajari tersebut menjadi tak terlupakan serta memahami cara
menerapkannya di masa mendatang. Teknik tersebut adalah melakukan salah satu
atau beberapa dari yang berikut ini:
 Peninjauan: mengingat dan mengikhtisarkan apa yang telah dipelajari.
 Penilaian-diri: mengevaluasi perubahan-perubahan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
 Perencanaan masa mendatang: menentukan bagaimana siswa akan
melanjutkan belajarnya setelah pelajaran berakhir.
 Ungkapan perasaan terakhir: menyampaikan pikiran, perasaan, dan
persoalan yang dihadapi siswa pada akhir pelajaran.

5. Kemukakan pendapat saudara 3 prinsip yang dapat diterapkan di sekolah! Dan


beri penjelasan masing-masing!
a. Prinsip Motivasi
Motivasi adalah suatu kondisi atau keadaan dari peserta didik untuk mengatur
arah kegiatan dan memelihara kondisi tersebut. Prinsip ini dapat diterapkan
disekolah terutama pada pembelajaran yang mengedepankan pembelajaran
bermakna. Motivasi dari siswa membuat pembelajaran berlangsung lebih
maksimal karena berpusat pada siswa.
b. Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan
masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk
perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi. Dalam prinsi ini akan
melibatkan proses pengenalan dan penemuan.
c. Prinsip Perbedaan Individual
Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas
dan dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya.
Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal memenuhi
kebutuhan seluruh siswa.

Anda mungkin juga menyukai