TEORI BELAJAR
DISUSUN OLEH:
KENDARI
2020
Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran secara umum didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh
dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan‟s
pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia.
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori
belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,
sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar,
yaitu: teori belajar behavioral, teori belajar kognitif, dan teori belajar
construktivism.
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik.
Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-
program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat
(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar
yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa
belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar
menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak
bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi
proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak
menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa
yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung
membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif.
Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada
bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul
berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai
stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.
Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika
pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus
ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia
melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini
mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut
penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif
(positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun
bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah
mengurangi agar memperkuat respons.
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit
memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang,
mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka
mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa
kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut
mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula
bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa
selimutnya akan bergeser darinya.
b. Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak
itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas.
Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu
mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh
egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan
yang berbeda dengannya. (benda padat tenggelam). Tahap ini diidentikkan
dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat
memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
Kemajuan pemikiran Praoperasional menurut Piaget:
1) Fungsi simbolis (Symbolic function): kemampuan anak menggunakan
representasi mental (kata-kata, angka, atau gambar). Anak dapat
membayangkan bahwa benda atau orang memiliki properti-properti
selain dari sebenarnya mereka miliki. Contoh: Romi berpura-pura bahwa
sepotong pisang adalah sebuah penyedot debu yang “menderu” di atas
meja makan.
2) Pemanahaman identitas: kemampuan anak menyadari bahwa perubahan
artifisial tidak akan mengubah sifat suatu hal. Contoh: Toni tahu bahwa
meskipun gurunya berpakaian seorang bajak laut, di balik kostum itu
gurunya tetap menjadi seorang guru bukan bajak laut.
3) Pemahaman sebab-akibat (transduction): kemampuan anak secara mental
untuk mengkaitkan fenomena partikular, terlepas dari atau ada atau
tidaknya sebab-akibat yang logis. Contoh: ketika melihat ada bola yang
menggelinding dari balik dinding, Rafi mencari orang yang menendang
bola tersebut dibalik dinding.
4) Pemahaman terhadap angka: Kemampuan anak untuk dapat menghitung
dan menangani kuantitas. Contoh: Lisa membagi beberapa permen
dengan temannya, menghitung untuk memastikan bahwa masing-masing
temannya mendapatkan jumlah yang sama.
5) Kemampuan mengklasifikasikan: kemampuan anak untuk
mengorganisasikan benda-benda, orang, dan kejadian ke dalam kategori
yang bermakna. Contoh: Rosa memilah-milah biji cemara yang ia
kumpulkan ketika berjalan-jalan sesuai dengan ukurannya yang besar
atau kecil.
6) Empati: Kemampuan anak utuk mulai lebih bisa membayangkan apa
yang dirasakan oleh orang lain. Contoh: Emi berusaha menghibur
temannya ketika ia melihat temnnya itu sedang sedih.
7) Teori tentang pikiran: kemampuan anak untu menyadari aktivitas mental
dan fungi dari pikiran. Contoh: Caca ingin menyimpan kue untuk dirinya
sendiri sehingga ia menyembunyikan kuenya dari kakanya di kotak pasta.
Ia tahu bahwa kuenya akan aman karena kakanya tidak akan mencari kue
di tempat di mana ia tidak mengharapkan akan menemukan kue.
4. Tasker
Teori belajar kontruktivisme Tasker menekankan bahwa ada tiga hal
yang harus ada dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a. Peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara
bermakna.
b. Kaitan antar ide-ide baru sangat penting dalam pengkonstuksian
c. Mengaitkan antara informasi yang baru diterima dengan gagasan-gagasan
yang dikembangkan
5. Wheatley
Wheatley mendukung pendapat diatas dengan mengajukan dua prinsip
utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme, yaitu sebagai
berikut:
a. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif tetapi secara aktif oleh
struktur koqnitif siswa;
b. Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian diatas menekankan bagaimana pentingnya
keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan penguasaan sejumlah
gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungan. Bahkan
secara spesifik, Hudoyo mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah
mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui
orang lain. Oleh karena itu untuk mempelajari suatu materi yang baru,
pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan memengaruhi terjadinya
proses belajar tersebut.
6. Hanbury
Hanbury mengemukakan beberapa aspek berlandaskan teori belajar
kontruktivisme ini yang sebagai berikut:
a. Belajar melalui pengkonstruksian informasi dan ide yang dimiliki
b. Pembelajaran menjadi bermakna apabila peserta didik mengerti;
c. Strategi peserta didik lebih bernilai;
d. Peserta didik berkesempatan untuk diskusi dengan sesamanya.
1. Kelebihan:
a. Pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa
siswa sendiri.
b. Pembelajaran konstruktivistik memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga siswa terdorong untuk
membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang
siswa.
c. Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir
tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif,
imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan
gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
d. Pembelajaran konstruktivistik memberi kesempatan kepada siswa untuK
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan
diri dengan menggunakan berbagai konteks.
e. Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta
memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan
mereka.
f. Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang
kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling
menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
2. Kelemahan
a. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga
menyebabkan miskonsepsi.
b. Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
c. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas
siswa.