NIM : 0401522054
Teori belajar behavior ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner. Menurut teori ini, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus-respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa
dalam tingkah lakunya sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon (Safaruddin, 2016 :
120). Stimulus adalah apa yang diberikan guru kepada siswa, contohnya seperti materi, alat
peraga, pedoman kerja, atau cara-cara kerja tertentu untuk membantu siswa belajar. Stimulus
dapat juga berupa suatu perlakuan guru kepada siswa. Sedangkan respon adalah timbal balik
dari siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru, dapat berupa tingkah laku siswa
karena adanya stimulus tersebut (Safaruddin, 2016). Dalam teori ini, seorang siswa dikatakan
telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan dari tingkah lakunya (Abdurrakhman &
Rusli, 2015).
Teori ini dikembangkan oleh seorang psikolog berkebangsaan Amerika Edward Lee
Thorndike (1874-1949). Teori ini dikenal juga dengan “Trial and Error Learning”, karena
untuk mencapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya percobaan-percobaan
dan kegagalan. Thorndike menyatakan bahwa prilaku belajar manusia ditentukan oleh
stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan respon secara refleks. Thorndike
melakukan sebuah eksperimen pada kucing. Untuk melihat bagaimana hewan belajar hal
baru, thorndike memasukkan kucing lapar dalam sebuah puzzle box yang dilengkapi
dengan peralatan seperti pengungkit, gerendel, pintu, dan tali yang saling terhubung.
Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga jika hewan itu melakukan respon yang benar
seperti menarik tali, mendorong tuas, atau menaiki tangga, pintu akan terbuka dan ia akan
mendapatkan hadiah makanan. Dari eksperimen ini, thorndike mengemukakan hukum
Law Effect, yakni jika sebuah tindakan diikuti oleh perubahan yang memuaskan dalam
lingkungan, kemungkinan Tindakan itu akan diulang Kembali meningkat, begitupula
sebaliknya. Dengan kata lain, konsekuen dari dari perilaku orang seseorang akan
memaiknkan peran penting bagi perilaku yang akan datang.
Selain dari tiga hukum utama diatas, Thorndike mengemukakan lima hukum tambahan
sebagai berikut :
1. Multiple Respons atau reaksi yang bervariasi. Melalui proses trial and error
seseorang akan terus melakukan respons sebelum memperoleh respon yang tepat dalam
memecahkan masalah yang dihadapi
2. Set atau attitude
situasi di dalam diri individu yang menentukan apakah sesuatu itu menyenangkan atau
tidak bagi individu tersebut. Proses belajar berlangsung dengan baik bila situasi
menyenangkan dan terganggu bila situasi tidak menyenangkan.
3. Prinsip aktivitas berat sebelah (partial activity/prepotency of elements)
Manusia memberikan respons hanya pada aspek tertentu. Dalam belajar harus
diperhatikan lingkungan yang sangat komplek yang dapat memberi kesan berbeda
untuk orang yang berbeda.
4. Prinsip Response by analogy atau transfer of training.
Yaitu manusia merespon situasi yang belum pernah dialami melalui pemindahan
( transfer ) unsur-unsur yang telah mereka kenal kepada situasi baru. Dikenal dengan
theory ofidentical elements yang menyatakan bahwa makin banyak unsur yang identik,
maka proses transfer semakin mudah.
5. Perpindahan asosiasi ( Associative Shifting ).
Yaitu proses peralihan suatu situasi yang telah dikenal ke situasi yang belum dikenal
secara bertahap, dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur-unsur ( elemen )
baru dan membuang unsur-unsur lama sedikit demi sedikit sekali sehingga unsur baru
dapat dikenal dengan mudah oleh individu.
Penerapan Teori Konektivisme dalam Pembelajaran Matematika
- Guru sebelum melakukan pembelajaran, terlebih dahulu harus merumuskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
- Mereview materi yang sudah pernah diajarkan sebelum melanjutkan ke materi baru
(Law of readiness)
- Memberikan contoh soal beserta penyelesaiannya dan latihan soal untuk setiap materi,
serta ulangan secara teratur (Law of exercise)
- Memberikan komentar positif untuk setiap hasil pekerjaan siswa, dan memberikan
pembenaran apabila terdapat kesalahan pada jawaban siswa (Law of effect).
Teori ini didasari dari percobaan Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936). Conditioning
(pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan
netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen yang dilakukan parlov memberikan
hasil yakni gejala-gejala kejiwaan seseorang dapat dilihat
dari prilakunya. Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan
rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa
yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan
binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia.
Dari hasil percobaan tersebut, Parlov berpendapat bahwa gerakan reflek itu dapat
dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan.
Kemungkinan- kemungkinan proses yang menyertai dari penggunaan teori ini yaitu :
Teori ini dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner (1904-1990). Seperti Thorndike
dan Parlov, skinner juga meyakini adanya hubungan stimulus-respon dalam perubahan
tingkah laku, tetapi tidak semudah seperti yang digambarkan oleh Thorndike dan Parlov.
Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-
stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan
memengaruhi
respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi-konsuekensi inilah yang nantinya memengaruhi menculnya perilaku. Skinner
meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui proses operant conditioning dimana
seseorang dapat mengontrol tingkah laku melalui pemberian reinforcement (balikan) yang
baik (Safaruddin, 2016). Operant Conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku
yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai
keinginan. Menurut Skinner, reward dan reinforcement merupakan factor penting dalam
belajar. Menurut skinner berdasarkan percobaanya terhadap tikus, unsur terpenting dalam
belajar adalah penguatan (penguatan positif dan penguatan negatif). Bentuk penguatan
positif berupa hadiah, perilaku,
atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda
atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan
perilaku tidak senang.
Abdurakhman, O., & Rusli, R. K. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. DIDAKTIKA : Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2(1).
Safaruddin. (2016). Teori Belajar Behavioristik. AL-QALAM : Jurnal Kajian Islam & Pendidikan, 8(2),
119-135.