Anda di halaman 1dari 12

Resume

A. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme


Menurut pandangan psikologi behaviorisme, belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus-respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
yang bersangkutan dapat menunjukan perubahan prilakunya. Menurut teori ini
yang paling penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada peserta
didik, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan peserta didik terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku
individu ( apapun yang dilakukan, verbal dan non verbal, yang daoat di obeservasi
secara langsung ) dengan menggunakan metode pelatihan, pembiasaan dan
pengalaman. Pandangan ini menekankan bahwa perilaku harus dijelaskan dengan
pengalaman-pengalaman yang terobservasi, bukan oleh proses mental.
Teori ini menekankan bahwa peristiwa belajar berarti untuk melati refleks-
refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori
ini juga tidak berusahan menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan
antara stimulus dan respon, hal ini tidak dapat menjawab hal-hal yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan
responya.
Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-respon, mendudukan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Ciri teori ini mengutamakan
unsur0unsur dan bagian kecil, yang bersifat mekanistis, menekankan peranan
lingkungan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah berupa perilaku yang dapat
diamati (observable). Menurut Santrock (2008), memandang inividu sebagai
makhluk relatif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman dan
latihan akan membentuk perilaku mereka.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Kegiatan yang
dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh

1
2

guru (stimulus) dan apa yamg diterima peserta didik (respon) harus dapat diamati
dan di ukur.
B. Konsep teori behavioristik
1. Ivan Petrovich Pavlov (Classical Conditioning)
Ivan pavlov terkenal dengan teori conditioning classsic yaitu sejenis belajar
dimana sebuah organisme belajar untuk menghubungkan atau
mengasosiasikan stimulus dengan respon. Dengan pengondisian classic,
sebuah stimulus netral menjadi diasosiasikan dengan stimulus yang
mempunyai makna dan mendatangkan kapasitas untuk mendatangkan respon
yang sama dalam hal ini terdapat 2 jenis stimulus yaitu stimulus yang tidak
terkondisi (secara otomatis menghasilkan respon tanpa didahului dengan
pembelajaran apapun) contohnya makanan, dan stimulus terkondisi
( sebelumnya bersifat netral akhirnya mendatangkan sebuah respon yang
terkondisi setelah diasosiasikan dengan stimulus tidak terkondisi) contohnya
suara bel sebelum makanan datang.
2. Burrhus Frederic Skinner (Operant Conditioning)
Konsep-konsep yang dikemukakan skinner tentang belajar lebih mengungguli
konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana namun lebih konprehensif. Menurutnya respon yang diterima
seseorang tidak sesederhana itu, karna stimulus-stimulus yang diberikan akan
saling berinteraksi dan mempengaruhi respon yang dihasilkan
Prinsip teori skinner adalah hukum akibat, penguatan atau penghargaan ,
dan konsekuensi. Konsekuensi yang menyenangkan disebut tindakan
penguatan dan konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman.
a) Penguatan ( reirforcement )
Ada 2 jenis penguatan yaitu penguatan positif dan negatif. Penguatan
positif didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat
karena diikuti oleh suatu stimulus yang mengandung penghargaan. Jadi
perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti oleh stimulus
yang menyenangkan, penguatan negatif didasari prinsip bahwa frekuensi
dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan suatu stimulus
3

yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan. Jadi, perilaku yang


diharapkan akan meningkat karena diikuti stimulus yang tidak
menyenangkan.
b) Hukuman ( punishment )
Hukuman yaitu suatu konsekuensi yang menurunkan terjadinya suatu
perilaku. Jadi, perilaku yang tidak diharapkan akan menurun atau bahkan
hilang karena diberikan suatu stimulus yang tidak menyenangkan.
Contohnya peserta didik yang ketahuan mencontek akan diberi sanksi
jawabannya tidak diperiksa dan nilainnya nol.
c) Jadwal pemberian menguatan
1) Continous reinforcement
Penguatan diberikan secara terus menerus setiap pemunculan respon
atau perilaku yang diharapkan. Contoh setiap anak mau mengerjakan
pr, meskipun banyak yang salah orang tua selalu memberi dan
menghilangkan kritikan. Setiap anak mau membantu memakai sepatu
sendiri ketika akan berangat sekolah, orang tua selalu memuji.
2) Partial reinforcement
Penguatan diberikan dengan menggunakan jadwal tertentu.
 Jadwal rasio tetap, pemberian penguatan berdasarkan frekuensi
atau jumlah respon/tingkah laku tertentu secara tetap.
 Jadwal interval tetap, pemberian penguatan berdasarkan jumlah
waktu tertentu secara tetap.
 Jadwal rasio variabel, pemberian penguatan berdasarkan perilaku,
tetapi jumlah perilakunya tidak tetap.
3) Jadwal interval variabel, pemberian penguatan pada suatu perilaku,
tetapi jumlah waktunya tidak tetap, yaitu tidak dapat ditentukan
kapan waktunya. Keefektifan Hukuman. Hukuman hendaknya
diberikan secara berdekatan dengan kemunculan yang tidak
diharapkan sehingga individu tersebut tahu untuk berperilaku yang
mana mereka dihukum dan tidak lupa karena waktunya berdekatan.
Contoh guru memberikan hukuman atau sanksi secara langsung
4

ketika menemukan peserta didiknya tidak mengerjakan pekerjaan


rumah.
3. Edward Lee Thorndike (Connectionism)
Teori belajar Thorndike dikenal dengan istilah Connectionism. Teori ini
memandang bahwa yang menjadi dasar terjadinya belajar adalah adanya
asosiasi atau menghubungkan antara indra dengan dorongan yang muncul
untuk bertindak (respon) yang disebut dengan konekting. Dalam teori ini
dengan hukum-humum thonrdike yaitu hukum akibat, kesiapan, dan
hukum latihan.
a) Hukum akibat (law of effect)
Suatu tindakan atau tingkah laku yang mengakibatkan suatu keadaan
yang menyenangkan akan diulangi, diingat, dan dipelajari dengan
sebaik-baiknya. Suatu tindakan atau tingkah laku yang mengakibatkan
suatu kedaan yang tidak menyenangkan akan dihilangkan atau
dilupakan. Contoh, peserta didik akan merasa sangat senang jika
karyanya dipuji oleh guru.
b) Hukum kesiapan (law of readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk
memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung
diperkuat .Dengan kata lain, keberhasilan sescorang tergantung dari
ada atau tidaknya kesiapan dari orang tersebut.
c) Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku
diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin
kuat. Analoginya semakin sering suatu pelajaran diulang, maka
pelajaran itu akan semakin dikuasai. Prinsip law of exercise adalah
koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan
akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah
bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip
menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan.
Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
5

4. Edwin Ray Guthrie (Law of Association)


Menurut Guthrie tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan
rangkaian tingkah laku yang terdiri atas unit-unit (Sabri, 1996). Unit-unit
tingkah laku ini merupakan respons-respons dari stimulasi sebelumnya,
dan kemudian menimbulkan respons bagi unit tingkah laku yang
berikutnya.
Proses terbentuknya tingkah laku terjadi dengan kondisioning
melalui proses asosiasi antara unit tingkah laku lainnya menjadi semakin
kuat, prinsip ini disebut “law of association”
Untuk memperbaiki tingkah laku yang tidak baik harus dilihat dari
rentetan unit-unit tingkah lakunya yang seharusnya.
Contoh : seorang anak mempunyai sebuah kebiasaan buruk, ibunya
berusaha menegur berkali-kali. Hanya sekali dua kali si anak menurut, tapi
kebiasaan buruknya diulang lagi. Guthrie menyarankan agar teguran si ibu
tidak hanya dalam bentuk suruhan, tapi harus melalui rangkaian tindakan.
Begitu seterusnya, cara memperbaiki tingkah laku harus diulangi sampai
kebiasaan baik itu dilaksanakan setiap hari. (Sabri, 1996)
Menurut Guthrie ada 3 metode untuk mengubah tingkah laku
1) Metode respon bertentangan (Incompatible Respons Method).
Mengubah tingkah laku yang dapat menimbulkan reaksi yang
berlawanan dengan reaksi yang akan dihilangkan.
2) Metode membosankan (exhaustion Method). Saat anak kecil suka
menghisap rokok, biarkan ia sampai bosan, suatu saat ia akan berhenti
dengan sendirinya.
3) Metode mengubah lingkungan (change of Enviromental Method). Saat
anak bosan belajar, maka lingkungan belajar dapat diubah sehingga
membentuk suasana yang membuat mereka senang belajar.
5. Albert Bandura (Cognitif Social)
Teori belajar Handura adalah teori belajar sosial atau kognitif sosial serta
efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru
perilaku, sikap dan emosi orang lain, Teori Bandura menjelaskan perilaku
6

manusia dalam konteks interaksi tingkah Iaku timbal balik yang


berkesinambungan antara perilaku dan pengaruh lingkungan, Menunut
Bandura, sebagian besar tingkah nku manusia dipelajari melalui peniruan
maupun penyajian, contolh tingkah Inku ( modeling ). Beliau menjelaskan
lagi bahwa aspek perhatian pebelajar terhadap apa yang disampaikan atau
dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pebelajar akan dapat
memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pebelajar. Dalam
hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang
model atau tokolh bagi anak anak untuk menirukan tingkah laku
membaca. Faktor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian,
mengingat, produk motorik, motivasi.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari
individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan
(imitation) danpenyajian contoh perilaku (modeling).Teori ini juga masih
memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan
punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku
sosial mana yang perlu dilakukan.
Menurut teori belajar sosial ini faktor-faktor yang berproses dalam belajar
adalah:
a. Perhatian (Attention), mencakup peristiwa peniruan dan
karakteristik pengamat. Subjek harus memperhatikan tingkah laku
model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian
tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.
b. Penyimpanan atau proses mengingat (retention), mencakup kode
pengkodean simbolik. Subjek yang memperhatikan harus merekam
peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek
melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini.
Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian
penting dari proses belajar. Reproduksi motorik, mencakup
kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan
7

c. umpan balik. Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu


tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau
menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku.
Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap
diri sendiri. Subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang
telah dimodelkan.

C.

D.
Komentar
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan
8

kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respons.
Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah
berusaha giat dan gurunya pun sudah mengajarkan dengan tekun, namun jika anak
tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum
dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai
hasil belajar. Dalam contoh tersebut, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara
tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang
terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena
tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja
yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan
dikurangi (negative reinforcement) respons pun akan tetap dikuatkan (Suryabrata,
1990).
Misalnya, ketika peserta  didik di beri tugas oleh guru. Ketika tugasnya
ditambahkan,  maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas
tersebut merupakan penguatan positif (positif reinforcement) dalam belajar. Bila
tugas-tugas dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktifitas
belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative
reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus
yang penting  diberikan atau dihilangkan untuk memungkinkan terjadinya
respons.
Terdapat beberapa pandangan tokoh-tokoh tentang pendekatan behaviorisme
yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Masing-masing tokoh memberikan
9

pandangan tersendiri tentang apa dan bagaimana behavoristik tersebut,


diantaranya sebagai berikut.
1. Pavlov
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses
yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-
eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat
terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan
seseorang dilihat dari perilakunya.
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-
rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang
diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan
binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan
manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki
manusia berbeda dengan binatang.
2. Thorndike
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R
). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi
tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan
respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya
perangsang. Teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut
dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai
berikut
a. Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme
memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku
tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung
diperkuat.
10

b. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku


diulang/ dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan
perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan,
tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau
dihentikan. Sehingga prinsip dari hokum ini menunjukkan bahwa prinsip
utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran
akan semakin dikuasai.
c. Hukum akibat(law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung
diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika
akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau
makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang
disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan
diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan
cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.  
3. Watson
Watson merupakan seorang behavioris murni. Kajian Watson tentang belajar
disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan
diukur. Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respons. Dalam hal ini, stimulus dan respons yang dimaksud dibentuk dari
tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Watson
mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama
proses belajar dan ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak
perlu diperhitungkan.
4. Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respons
untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Dalam hal ini, ia sangat
terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin. Bagi
Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori
11

Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemenuhan kebutuhan


biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan
manusia.
Sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan
kebutuhan biologis, walaupun respons yang mungkin akan muncul dapat
bermacam-macam bentuknya. Dalam kenyataannya, teori-teori demikian tidak
banyak digunakan dalam kehidupan praktis, terutama setelah Skinner
memperkenalkan teorinya. Hingga saat ini, teori Hull masih sering
dipergunakan dalam berbagai eksperimen di laboratorium
5. Edwin Guthrie
Demikian halnya dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan variabel
hubungan stimulus dan respons untuk menjelaskan terjadinya proses belajar.
Menurut Edwin, stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau
pemuasan biologis sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Clark dan Hull.
Dalam hal ini, hubungan antara stimulus dan respons cenderung hanya bersifat
sementara.
Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar perlu diberikan sesering mungkin
stimulus agar hubungan antara stimulus dan respons bersifat lebih tetap. Ia
juga mengemukakan agar respons yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan
menetap, sehingga diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan
dengan respons tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman(punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan
pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang.
Setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan pentingnya penguatan
(reinforcement) dalam teori belajarnya, sehingga hukuman tidak lagi
dipentingkan dalam belajar.
6. Skiner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu
mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan
dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara komprehensif. Menurut
12

Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi
dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah
laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya.
Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar
perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan
lainnya, serta memahami respons yang mungkin dimunculkan dan berbagai
konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respons tersebut.
Skinner juga mengemukakan bahwa, dengan menggunakan perubahan-
perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
menambah rumitnya masalah.
Sebab, setiap alat yang dipergunakan perlu penjelasan lagi,
demikia  seterusnya. Dari semua pendukung Teori behavioristik, Teori
Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya. Program-program pembelajaran
seperti Teaching Machine, Pembelajaran berpogram, modul, dan program-
program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-
respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),
merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar
yang dikemukakan oleh Skinner.

Daftar Pustaka

Karwono, dkk. 2017. Belajar dan pembelajaran serta pemanfaatan sumber belajar.
Depok : PT Rajagrafindo persada.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan psikologi proses pendidikan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Alizamar. 2016. Teori belajar dan pembelajaran. Yogyakarta : Media Akademi
ss

Anda mungkin juga menyukai