d.
1)
2)
3)
e.
1)
2)
3)
4)
5)
dengan standar yang dibuat sendiri, dan memperkuat atau menghukum diri sendiri apabila
berhasil ataupun gagal dalam berperilaku.
Teori Koneksionisme
Teori ini dikembangkan oleh Edward Thorndike. Dia menggunakan kucing sebagai hewan
percobaan. dalam eksperimennya, dia menghitung waktu yang dibutuhkan kucing untuk
dapat keluar dari kandang pecobaan (puzzle box). Menurut Thorndike, dasar dari belajar
adalah trial dan error. Hewan percobaan itu menunjukkan adanya penyesuaian diri dengan
lingkungannya sedemikian rupa sebelum hewan percobaan tersebut dapat melepaskan diri
dari kandang percobaan. Selanjutnya dikemukakan bahwa perilaku dari semua hewan
percobaan itu praktis sama.
Thorndike mengemukakan 3 macam hukum belajar, yaitu:
Hukum kesiapan
Agar proses belajar mencapai hasil yang baik, maka perlu kesiapan dalam belajar. Ada 3
keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum ini, yaitu:
- Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku dan dapat
melaksanakannya, maka dia akan puas.
- Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku tapi tidak dapat
melaksanakannya, maka dia akan kecewa.
- Apabila individu tidak memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku dan dipaksa
untuk melaksanakannya, maka akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.
Hukum latihan
Hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi kuat apabila sering dilakukan latihan.
Hukum akibat
Apabila sesuatu memberikan hasil yang menyenangkan atau memuaskan, maka hubungan
antara stimulus dan respon akan menjadi semakin kuat.
Teori Modifikasi Perilaku Kognitif
Meichenbaum menyatakan bahwa individu dapat diajarkan untuk memantau dan mengatur
perilakunya sendiri. Cara yang digunakan yaitu melatih individu yang terganggu
emosionalnya untuk membuat dan menjawab pertanyaannya sendiri. Ada 5 tahap kegiatan
belajar mandiri yang dikembangkan Meichenbaum, yaitu:
Model orang dewasa melakukan tugas tertentu sambil berbicara dengan keras (Modeling
kognitif)
Anak melakukan tugas yang sama di bawah arahan pembelajaran dari model (Bimbingan
eksternal)
Anak melakukan tugas sambil membelajarkan diri sendiri.
Anak membelajarkan dirinya sendiri dengan cara berbicara pelan pada saat melanjutkan
tugas.
Anak melakukan tugas untuk mencari kinerja tertentu dengan melakukan percakapan diri
sendiri.
Teori belajar modifikasi perilaku koginitif ini menekankan pada modeling percakapan diri
sendiri secara meningkat berpindah dari perilaku yang dikendalikan oleh orang lain kepada
perilaku yang dikendalikan oleh diri sendiri, di mana individu menggunakan percakapan diri
sendiri pada waktu melaksanakan tugas.
f. Teori belajar Conditioning
Guthrie menyatakan bahwa semua belajar dapat diterangkan dengan satu prinsip, yaitu
prinsip asosiasi. Belajar merupakan suatu upaya untuk menentukan hukum-hukum,
bagaimana stimulus dan respon itu berasosiasi. Guthrie menyatakan bahwa respon dapat
menimbulkan stimuli untuk respon berikutnya. Perilaku manusia merupakan deretan perilaku
yang terdiri atas unit-unit reaksi atau respon dari stimulus berikutnya.
Konsekuensi yang menyenangkan pada umumnya disebut sebagai penguat (reinforces), dan
yang tidak menyenangkan disebut sebagai hukuman (punishers).
Penguatan yang diberikan setelah munculnya suatu perilaku sangat berpengaruh terhadap
perilaku. Demikian pula stimulus yang mendahului perilaku, disebut anteseden perilaku,
memegang peranan penting. Ada beberapa stimulus yang mempengaruhi perilaku, yaitu:
petunjuk, diskriminasi, dan generalisasi.
4. Peran yang harus dilakukan oleh guru agar siswa dapat belajar secara optimal dan
memperoleh
hasil
belajar
yang
optimal,
antara
lain:
a. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat oleh guru, dengan mnegetahui berbagai
macam teori belajar, guru dapat menentukan cara belajar mana yang cocok untuk peserta
didiknya.
b. Menjadi good model bagi muridnya. Sesuai dengan teori belajar modeling and
observational learning, guru akan ditiru dan dijadikan model oleh muridnya. Maka dari itu,
guru
harus
menjadi
panutan
yang
baik.
c. Motivasi belajar. Guru dapat memberikan motivasi belajar kepada muridnya dengan
menggunakan penguatan-penguatan positive.Dalam memberikan penguatan harus dilakukan
sesegera mungkin karena penguatan yang diberikan setelah perilaku muncul, akan
menimbulkan efek terhadap perilaku yang jauh lebih baik , dibandingkan dengan pemberian
hadiah yang diulur- ulur waktunya. misalnya, anak yang menang dalam suatu perlombaan
dan setelah perlombaan selesai langsung diberi hadiah, efeknya akan lebih baik
dibandingakan apabila hadiah itu diberikan beberapa hari kemudian.
5. Pemberian hukuman oleh guru terhadap siswa perlu dihindari karena hukuman tidak akan
menghilangkan perilaku, hukuman hanya dapat melatih seseorang berbuat tentang apa yang
tidak boleh dilakukan dan tidak melatih seseorang tentang apa yang harus dilakukan.
Sebaikny kalu guru akan memberikan hukuman kepada siswa harus seimbang dengan
kesalahan yang dilakukan oleh siswa, tentunya hukuman yang diberikan oleh siswa itu
hukuman yang mendidik bukan hukuman dengan kekerasan fisik. contohnya ketika ada anaka
yang tidak mengerjakan PR sebaikanya guru tidak menghukum siswa untuk berdiri di depan
kelas atau berlari memutari lapangan, tetapi guru memberikan tugas atau soal tambahan
sebagi sanksi bagi siswa yang tidak mengerjakan PR tersebut. Karena itu akan lebih efektif
daripada menyuruh siswa untuk berdiri di depan kelas.